D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
SMPN 17 PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2016 / 2017
Belenggu
Karya : Armijn Pane
Tahun : 1940
Penerbit : Poedjangga Baroe (Dian Rakyat)
Halaman : 150 (cetakan ke-21)
I. SINOPSIS
Sukartono pun mulai tergoda akan rayuannya, karena Yah sering meminta
dia untuk mengobatinya, dan Sukartono pun sering mengunjungi Yah. Dia
mulai merasakan hotel tempat Yah menginap sebagai rumahnya yang
kedua. Yah mampu memberikan banyak kasih sayang dan ketentraman
yang sangat dibutuhkan oleh Sukartono yang selama ini tidak diperoleh
dari istrinya. Melihat tingkah laku Yah yang sopan santun, Tono menjadi
semakin cinta padanya karena beranggapan bahwa Yah adalah istri yang
tepat untuknya. Namun, Yah merasa dirinya belum siap untuk menikah.
Di lain pihak, lama- kelamaan hubungan Yah dengan Tono diketahui oleh
Sumartini. Betapa panas hatinya ketika mengetahui hubungan gelap
suaminya dengan wanita bernama Yah. Dia ingin melabrak wanita
tersebut. Secara diam-diam Sumartini pergi ke hotel tempat Yah
menginap. Dia berniat hendak memaki Yah sebab telah mengambil dan
dan menggangu suaminya. Akan tetapi, setelah bertatap muka dengan
Yah, perasaan dendamnya menjadi luluh. Kebencian dan nafsu amarahnya
tiba-tiba lenyap. Yah yang sebelumnya dianggap sebagai wanita jalang,
ternyata merupakan seorang wanita yang lembut dan ramah. Ironisnya
Yah mengetahui kehidupan gelap Tini dahulu sebelum menikah dengan
Sukartono. Tini tertegun begitu saja ketika ia mengetahui bahwa Yah tahu
banyak masa lalu Tini yang kelam.Tini merasa malu kepada Yah. Dia
merasa bahwa selama ini dia bersalah pada suaminya. Dia tidak dapat
berlaku seperti Yah yang sangat didambakan oleh suaminya.
II. ANALISIS
a. Intrinsik
Tema
Tema dalam novel Belenggu adalah percintaan. Novel ini menceritakan
tentang rumah tangga yang tidak harmonis dan berujung pada cinta
segitiga, perselingkuhan dan perceraian antara Sukartono, Sumartini, dan
Rohayah.
Amanat
1. Bagi Isteri hormati dan layanilah Suami dengan tulus dan ikhlas jangan
terpaksa dan lebih mengedepankan ego.
2. Seorang isteri tidak boleh melupakan tugas utamanya dalam keluarga
dan selalu sibuk dengan pekerjaan luarnya, begitu juga seorang suami
harus selalu mengedepankan kepentingan keluarga di banding
kepentingan pekerjaan atau kepentingan lainnya.
3. Seharusnya dalam kehidupan berumah tangga harus didasari rasa cinta
antar pasangan.
Alur
Alur pada novel ini menggunakan alur maju karena cerita dalam novel
tersebut lebih bersifat kronologis, artinya peristiwa satu diikuti oleh (yang
menyebabkan) peristiwa yang lainnya. Berikut pemaparannya.
1) Tahapan Awal / Tahap Perkenalan
Awal cerita dari novel belenggu tergambar dalam penggalan cerita di
atas yaitu bahwa Tini sama sekali tidak peduli terhadap suaminya
Sukartono. (halaman 19)
3) Tahap Peleraian
Latar
1) Latar Tempat
Latar tempat dalam novel belenggu yaitu:
a) Rumah, berikut penggalan ceritanya.
Seperti biasa, setibanya di rumah lagi, dokter Sukartono terus saja
menghampiri meja kecil, di ruang tengah, di bawah tempat
telepon.(halaman 15)
b) Hotel, berikut penggalan ceritanya.
Dokter Sukartono diam saja sejurus memandang ke arah hotel itu, dia
merasa heran sedikit.
c) Sekolah, berikut penggalan ceritanya.
Waktu masih menuntut pelajaran di sekolah Geneeskundige Hooge
School di Betawi,tiada sedikit kawan-kawan dokter Sukartono yang
memastikan, dia tiada akan sampai ke ujian penghabisan. Dia tidak
cakap jadi dokter, terlalu suka akan lagu, akan seni: pikirannya terlalau
banyak terlalai, (halaman 24)
d) Di rumah Rohayah, sebagai contoh terdapat pada :
Sehabis payah praktijk, Kartono biasalah pergi kerumahnya yang kedua
akan melepaskan lelah. Pikirannya tenang kalau disana.Disanalah pula
dia acapkali membaca majalah dan bukunya yang perlu dibaca, sedang
Yah lagi asyik merenda.
e) Di tepi pantai di Priok, sebagai contoh terdapat pada :
Entah bagaimana, dia sampai juga dengan selamat di tepi pantai di Priok.
Dia terbangun oleh desir ombak. Bulan tiada bersinar diatas
gelombang.Terang-terang gelap diatas air.
f) Tempat pertemuan komite bazaar, berikut pnggalan ceritanya.
Kalau dia tiba di tempat pertemuan komite bazar sudah ada beberapa
orang berhimpun bercakap-cakap orang terhenti berkata-kata. (halaman
72)
g) Di gedung Concours, Pasar Gambir, sebagai contoh
terdapat pada :
Begitu juga Tono.Malam itu dia menjadi jury concours kroncong
perempuan.Sesampainya didalam gedung, concours sudah
hendak mulai.Baik diluar, maupun didalam penuh sesak dengan
penonton.
h) Tengah jalan, berikut penggalan ceritanya.
Kemudian di tengah jalan, menggema lagi ingatan Tono:..... (halaman
82)
i) Solo, berikut penggalan ceritanya.
.....Peduli apa nyonya Rusdio, turut-turut memikirkan keadaan Tono dan
dia? Jangan berfikir, jangan berfikir, gembira saja, tidak lama lagi, ke
Solo.....(halaman 100)
j) Taman Sari, berikut penggalan ceritanya.
....demikianlah tiga hari kemudian, sampai ke telinga Tini cerita tentang
Tono ke rumah Siti Haryati, penyanyi keroncong, di Taman
Sari. (halaman 137)
k) Surabaya, berikut penggalan ceritanya.
Sekarang sudah pasti: Tini akan terus di Surabaya, bekerja seperti yang
dicita-citakannya atau dia kembali, pergaulan mereka akan seperti dulu,
waktu baru kawin.(halaman 151)
l) New Caledonia, berikut penggalan ceritanya.
Rohayah berbalik.... di sana gelap, tapi semangatnya tahu, disanalah,
lautan lepas, di sana dunia lain, memang dunia baru, tapi sunyi... tono
tidak ada di sana, di Noeuw Caledonia. (halaman 157)
2) Latar Waktu
Latar waktu berkenaan dengan masalah apan terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam fiksi. Berikut ini latar waktu yang terdapat dalam novel
belenggu.
a) hari sudah pukul sembilan malam. Sekali-sekali melintas
dengan cepat di jalan di muka rumah, suaranya masuk melintas dari
jendela yang masih terbuka. (halaman 26)
b) Sejak tadi pagi bekerja keras, pulang cua sebentar saja untuk
bertukar pakaian. (halaman 94)
c) Malam hari, sebagai contoh terdapat pada:
Sukartono duduk membaca, lampu meja disebelah kirinya, terang diatas
buku itu, mukanya sendiri gelap. Dul baru keluar, baru minta
permisi pulang. Hari sudah pukul Sembilan malam.
3) Latar Suasana
a. Jengkel,
Dihampirinya isterinya.Tini agak terkejut. Bisik Tono dengan cepat:
Aku pergi.. Itu saja yang terdengar oleh Tini, Tono sudah jauh lagi.
Pergi, pergi, buat apa dikatakannya, hendak menjengkelkan hatiku saja.
b. Sedih,
Sesuaikah pikirannya dengan Aminah dan lain-lainnya? Ah,peduli apa.
Bukan sudah.. tidak, tidak, melawan dalam pikirannya, kami belum
berpisah kalimat itu berulang-ulang dalam pikirannya, air matanya
titik, membasahi bantal. Lama kelamaan dia tertidur.
c. Marah,
Suaramu palsu Yah, seperti didalam hatimu juga bohong
belaka.Sangkaku engkau jujur, engkau tidak main tonil. Ah, tapi kamu
perempuan semuanya pemain tonil. Tidak ada yang benar, yang jujur
pada tubuhmu, dalam hatimu
d. Bahagia
Hatinya senang, kemudian didalam mobil dengan gembira dia mengisap
serutunya, sambil di sudut tempat duduk. (halaman 19)
e. Romantis
Dipeluk oleh Sukartono tubuh Yah, katanya: Tetapi sejak ini, jangan
ada orang lain lagi. (halaman 38)
4) Latar Sosial
Latar sosial, tempat peristiwa terjadinya berada di lingkungan kaum
cendikiawan yakni seorang dokter. Selain itu, perselingkuhan
merupakan sesuatu yang tidak wajar di kalangan masyarakat, apalagi
Sukartono berselingkuh dengan Yah yang notabenenya adalah seorang
perempuan yang nakal.
Tokoh
Para Pelaku / Tokoh
2. Sumartini (Tini)
Sumartini (disingkat Tini) adalah istri Tono yang sangat modern. Waktu
masih mahasiswi, dia sangat populer dan suka berpesta. Pada masa itu,
Tini menyerahkan keperawanannya kepada Hartono, sehingga setelah dia
diputuskan dia menjadi semakin tidak acuh pada keinginan laki-laki.
Setelah dinikahi Tono, Tini menjadi semakin kesepian dan mulai bergerak
di bidang sosial supaya hidupnya berarti. Ketika mengetahui
ketidaksetiaan Tono dan beranggapan bahwa Yah lebih cocok dengan
suaminya, Tini meninggalkan Tono dan pindah ke Surabaya.
Menurut Yoseph Yapi Taum, seorang dosen di Universitas Sanata Dharma
di Yogyakarta, sikap tidak acu Tini adalah alasan utama mengapa Tono
menjadi tertarik pada Yah. Gaya hidup Tini, yang tidak memasuki Tono,
membuatnya berasa terasing dan mendorongnya untuk mencari wanita
yang lebih tradisional. Tham Seong Chee, seorang kritikus dari Singapura,
beranggapan bahwa Tini adalah tokoh yang lemah sebab dia tidak bisa
mengambil keputusan tanpa pengaruh luar, dan sampai kapan pun tidak
mau menyelesaikan masalahnya dengan Tono. Dia juga menyatakan kalau
Tini dibatasi oleh nilainya sendiri, yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
masyarakat Indonesia pada umumnya. Menurut penyair dan kritikus
sastra Goenawan Mohamad, Tini didorong oleh harapan suaminya akan
istri yang tradisional.
Watak / Penokohan
Penyabar
Mengapa tidak. mulai terbit marah Sukartono, tetapi dapat juga
ditahannya, (hal.18)
Egois
(Tono beranggapan bahwa) Apa lagi hak perempuan, lain dari memberi
hati pada laki-laki? (hal.17)
Penyayang
Dibelai-belai Sukartono kepala Yah
2) Sumartini (Tini)
perempuan modern yang mempunyai masa lalu yang kelam karena bebas
bergaul. Dia selalu merana kesepian karena kesibukan suaminya yang tak
kenal waktu dalam mengobati orang sakit sehingga melupakan dan
membiarkannya dirumah seorang diri.
Watak tini pemarah, seperti tercermin dalam penggalan cerita berikut:
Karno tiada suka akan Tini, sebab tini marah-marah saja, karena
kesalahan yang kecil-keci sekalipun, bahkan kerap kali tiada salahnya
sama sekali. (halaman 18)
4) Nyonya Rusdio
Watak nyonya rusdio yaitu bahwa dia adalah seorang yang pandai
mencairkan suasana, seperti nampak pada penggalan cerita berikut ini.
Sejurus kemudian percakapan dialihkan perlahan-lahan oleh nyonya
Rusdio, seolah-olah menyingkapkan awam mendung, supaya terang
cuaca.
5) Putri Aminah
Putri Aminah adalah orang yang suka berolok-olok, selalu ingin
mengetahui urusan orang lain, seperti nampak pada penggalan crita
berikut.
Putri Aminah tertarik pula hatinya hendak berolok-olok, barangkali juga
hendak mengulangi hal yang tadi, suka hedak tah, mengapa Tini,
kawannya itu demikian. Rahasia yang tersembunyi: benar-benarlah
engkau dokter sejati. Cuma penyakit saja engkau perhatikan. Tidak baca
koran rupanya.
6) Karno
Karno adalah pembantu dokter Sukartono yang amat sangat patuh
terhadap perintah tuannya, seperti nampak pada penggalan cerita
berikut.
Karno, bujangnya, masuk membawa valies tempat perkakas doketer
Sukartono.
Jenis Tokoh
2) Sumartini (Tini)
Tini juga termasuk tokoh sentral, karena Tini juga mengambil bagian
terbesar peristiwa dalam novel belenggu. Tini juga termasuk tokoh
penting dalam cerita karena tini juga mendominasi cerita dalam novel ini.
4) Nyonya sutatmo
Nyonya Sutatmo merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh
ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki
keterkaitan dengan tokoh utama.
5) Nyonya Aminah
Nyonya Aminah juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena
tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga
memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
6) Nyonya Rusdio
Nyonya Rusdio juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena
tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga
memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
7) Karno
Karno juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini
hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki
keterkaitan dengan tokoh utama.
8) Hartono
Hartono juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini
hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki
keterkaitan dengan tokoh utama.
9) Mangunsucipto
Mangunsucipto juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena
tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga
memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
10) Abdul
Abdul juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini
hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki
keterkaitan dengan tokoh utama.
11) Mardani
Mardani juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini
hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki
keterkaitan dengan tokoh utama.
Sudut Pandang
Bahasa
1. Majas
Personifikasi
Didalam hati Kartono terbit lagi keinginan menggenggam tangan
jiwanya, memegang jiwa yang menggelepar-gelepar itu kuat-kuat jangan
jatuh kedalam air.(Belenggu, 2006:62)
Dia merasa bimbang, pertanyaan yang demikian kerap kali terbit dalam
pikirannya.(Belenggu, 2006:67)
Tini gunung berapi yang banyak tingkah! Penyakit yang banyak
komplikasi.(Belenggu, 2006:67)
Tumbuh didalam hatinya keinginan hendak memegang tangan Yah,
hendak memandangnya dalam matanya, yang riang beriak-
riak,.(Belenggu, 2006:73)
Metafora
Bukan, aku tiada berubah, engkau yang tiada pernah mengenal
aku.Memang Tini susah diduga. Licin sebagai belut.(Belenggu, 2006:60)
Selalu saja tinggi hati; seperti batu karang meninggi di tepi pantai,
berbahaya bagi kapal menghampirinya.(Belenggu, 2006:65)
Kata Yah sejuk lembut, masuk dalam hati Kartono, sebagai air seteguk
menghilangkan haus, tetapi hausnya belum juga hilang sama
sekali.(Belenggu, 2006:75)
Terdengar kepada Tono lagu pembuka, bagai air meriak, membuka
simpulan dalam pikirannya, tiba-tiba terdengar suara.(Belenggu, 2006:75)
Hiperbola
Air mata yang membendung hatiku telah mengalir tidakah
engkau ingat Rohayah?(Belenggu, 2006:48)
Tertimbun oleh ingatan akan gadis-gadis yang ribuan
banyaknya.(Belenggu, 2006:48)
Tetapi sekarang yu, sudah tiba waktunya. Kalau mesti aku rela
binasa.(Belenggu, 2006:70)
Kedua belah tangannya memegang stir mobilnya dengan keras,
badannya membungkuk, mobil melancar, kerusuhan jiwanya seolah-olah
mengalir ke roda mobil, memutar roda biar cepat secepatnya.(Belenggu,
2006:73)
Ironi
Tetapi , kata seorang lagi, kalau dia dipanggil tengah malam,suka
juga.(Belenggu, 2006:24)
Bukan sudah kukatakan dahulu, kalau dia masih dihinggapi penyakit
seni, tentu tiada akan menjadi dokter. Sekarang penyakitnya itu sudah
sembuh. (Belenggu, 2006: 24)
Sejak kapan tuan dokter Sukartono mata duitan? (Belenggu, 2006: 42)
Kami tiada lama lagi, lekas-lekaslah pulang mengawani Tini.
(Belenggu, 2006: 44)
Tono, siapa hendak menaruh barang yang sudah buruk lagi bernoda?
(Belenggu, 2006: 48)
Jangan terlalu rajin, Tini, nanti Kartono marah. (Belenggu, 2006: 52)
2. Diksi
Makan Angin : jalan - jalan
Air muka : kenangan
Lagu lama : raut wajah
b. ekstrinsik
Moral
Terdapat pesan moral yaitu dalam hubungan suami istri harus Saling
merhormati dan menghargai pasangan masing- masing,jngan pernah
berhianat terhadap orang yang telah memberikan kasih sayang yang tulus
apalgi sudah diikat dengan sebuah perikahan,karena dapat mengakibakan
perselisihan,perselingkuhan,kehancuran dalam rumah tangga tersebut.
Pendidikan
Sukartono bercerita bahwa setelah tamat sekolah rakyat di Bandung, dia berpindah
ke Surabaya dan belajar di sekolah kedokteran di sana
Agama
Seorang perempuan yang telah menikah,itu harus bisa menjadikan suaminya
sebagai pemimpin dan imam dalam rumah tangga dan istri diharuskan
menjalankan kodratnya sebagai ibu rumah tangga meskipun dia juga
bekerja,suami pun harus bisa membawa istrinya kejalan yang benar,tidak harus
bekerja terus menerus,dan menegur istri dikala dia berbuat salah,jngan
dibiarkan karena itu pun bisa menyebabkan kehancuran,karena di dalam islam
allah tidak suka dengan perceraian.
Budaya
Tono akan membuat citra baik Tono hancur, sebab latar belakangnya yang
tunasusila itu. Rohayah akhirnya pindah ke Kaledonia Baru, dengan meninggalkan
sepucuk surat dan sebuah piring hitam yang membuktikan bahwa Yah sebenarnya
penyanyi favorit Tono yaitu, Siti Hajati.
1. Moral
1. Istri harus bisa mengerti Suaminya, begitu pula dengan Suami harus
mengerti Istrinya
Sebaiknya dalam kehidupan berumah tangga harus ada rasa saling
menghormati satu sama lain agar tercipta rumah tangga yang harmonis.