Anda di halaman 1dari 15

TUGAS BAHASA INDONESIA

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :

Nama : 1. Helmalia Sandy


2. Maylady Windi

Guru Pembimbing : Hj. Siti Solha

SMPN 17 PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2016 / 2017
Belenggu
Karya : Armijn Pane

Tahun : 1940
Penerbit : Poedjangga Baroe (Dian Rakyat)
Halaman : 150 (cetakan ke-21)

I. SINOPSIS

Sukartono (biasa dipanggil Tono) dan Sukartini (biasa dipanggil Tini)


merupakan pasangan suami istri yang tinggal di Weltevreden, Batavia
(sekarang Jakarta). Sukartono adalah seorang dokter lulusan dari
Geneskundige Hooge School (sekolah Dokter Betawi), Sumartini adalah
lulusan dari Lyceum (sekolah Menengah Atas Bandung). Sedangkan
Rohayah (biasa dipanggil Yah, Siti Hajati, Nyonya Eni) tinggal di Gang
baru no.24 yang merupakan tetangga Sukartono pada masa kanak-kanak
di Bandung. Rohayah mengalami nasib yang malang, karena orang tuanya
meninggal dan dikawinkan secara paksa dengan laki-laki yang tidak ia
cintai. Kemudian menjadi gundik Belanda dan akhirnya berprofesi sebagai
seorang tunasusila.

Tapi sayang, pernikahan mereka tidak didasari oleh cinta. Sukartono


menikahi Sumartini karena kecantikan, kecerdasan, serta
mendampinginya sebagai seorang dokter. Sementara Sumartini menikahi
Sukartono karena dia pikir dengan menikahi seorang dokter, maka besar
kemungkinan bagi dirinya untuk melupakan masa lalunya yang kelam.
Sukartono dan Sumartini tidak saling berbicara dan bertukar pikiran.
Itulah sebabnya keluarga mereka tampak hambar dan tidak harmonis.
Mereka sering salah paham dan bertengkar.

Keadaan rumah tangga ini makin memburuk, karena Sukartono terlalu


sibuk merawat pasien sehingga dia tidak punya waktu untuk bersama Tini.
Akibatnya, Tini pun menjadi lebih aktif dengan kegiatan sosial, sehingga
dia tidak mengurus rumah tangga. Hal ini membuat Tono semakin
menjauh, sebab dia ingin Tini menjadi istri tradisional yang bersedia
menyiapkan makan dan menunggu dia di rumah.

Tapi mereka punya argumen masing-masing. Menurut Tono dia


melakukan tugas dokter dengan tulus, menolong banyak orang, bekerja
siang malam, dan bahkan bersedia tidak dibayar. Tapi menurut Tini,
Sukartono tidak mampu memenuhi hak sebagai seorang suami begitu pula
sebaliknya. Hasilnya, mereka sering bertengkar. Masing-masing tidak mau
mengalah dan merasa paling benar.
Suatu ketika, ada seorang pasien wanita bernama Nyonya Eni yang
mengaku sakit keras memanggil Dokter Sukartono. Wanita itu meminta
Dokter Sukartono datang ke hotel tempat dia menginap. Dokter Sukartono
pun datang ke hotel tersebut.

Setibanya di hotel, Sukartono merasa terkejut sebab pasien yang


memanggilnya adalah Yah atau Rohayah, wanita yang telah dikenalnya
sejak kecil. Yah adalah teman sekelasnya sewaktu masih bersekolah di
Sekolah Rakyat. Mereka lalu bercerita tentang pengalaman hidup
masing-masing. Yah mengatakan dia sudah menjadi janda. Dia korban
kawin paksa. Karena tidak tahan hidup di Palembang bersama suami
pilihan orang tuanya, dia melarikan diri ke Jakarta. Selama tiga tahun dia
terjun kedunia nista dan menjadi wanita panggilan simpanan pria
Belanda.

Sukartono juga bercerita bahwa setelah tamat sekolah rakyat di Bandung,


dia berpindah ke Surabaya dan belajar di sekolah kedokteran di sana. Dia
menikah dengan Tini karena kecantikannya. Juga terungkap bahwa
Rohayah secara diam-diam sudah sejak kecil mencintai Dokter Sukartono.
Dia sering menghayalkan Dokter Suartono sebagai suaminya. Itulah
sebabnya, dia mencari alamat Dokter Sukartono. Setelah menemukannya,
dia menghubungi Dokter Sukartono dengan berpura-pura sakit.
Karena sangat merindukan Dokter Sukartono, pada saat itu juga, Yah
menggodanya. Dia sangat mahir dalam hal merayu laki-laki karena
pekerjaan itulah yang dilakukannya selama di Jakarta.
Akhirnya Sukartono dan Rohayah mulai bertemu secara diam-diam dan
sering pergi ke pelabuhan Tanjung Priok. Ketika Tini pergi ke Surakarta
untuk menghadiri kongres wanita, Tono mengambil langkah untuk hidup
bersama Yah selama satu minggu.

Sukartono pun mulai tergoda akan rayuannya, karena Yah sering meminta
dia untuk mengobatinya, dan Sukartono pun sering mengunjungi Yah. Dia
mulai merasakan hotel tempat Yah menginap sebagai rumahnya yang
kedua. Yah mampu memberikan banyak kasih sayang dan ketentraman
yang sangat dibutuhkan oleh Sukartono yang selama ini tidak diperoleh
dari istrinya. Melihat tingkah laku Yah yang sopan santun, Tono menjadi
semakin cinta padanya karena beranggapan bahwa Yah adalah istri yang
tepat untuknya. Namun, Yah merasa dirinya belum siap untuk menikah.

Waktu terus berjalan. Pada suatu hari Sukartnono yang merupakan


penggemar musik keroncong, diminta menjadi juri suatu lomba keroncong
di Pasar Gambir. Di sana, dia bertemu dengan Hartono, seorang aktivis
politik dan anggota Partindo, yang bertanya tentang istri dokter itu.

Beberapa hari kemudian, Hartono mengunjungi rumah Sukartono dan


bertemu dengan Tini. Ternyata Tini pernah menjalin hubungan dengan
Hartono saat kuliah, sehingga mereka berhubungan seks. Tapi Hartono
kemudian memutuskan Tini dan meninggalkannya. Ternyata inilah masa
lalu kelam Sumartini.

Di lain pihak, lama- kelamaan hubungan Yah dengan Tono diketahui oleh
Sumartini. Betapa panas hatinya ketika mengetahui hubungan gelap
suaminya dengan wanita bernama Yah. Dia ingin melabrak wanita
tersebut. Secara diam-diam Sumartini pergi ke hotel tempat Yah
menginap. Dia berniat hendak memaki Yah sebab telah mengambil dan
dan menggangu suaminya. Akan tetapi, setelah bertatap muka dengan
Yah, perasaan dendamnya menjadi luluh. Kebencian dan nafsu amarahnya
tiba-tiba lenyap. Yah yang sebelumnya dianggap sebagai wanita jalang,
ternyata merupakan seorang wanita yang lembut dan ramah. Ironisnya
Yah mengetahui kehidupan gelap Tini dahulu sebelum menikah dengan
Sukartono. Tini tertegun begitu saja ketika ia mengetahui bahwa Yah tahu
banyak masa lalu Tini yang kelam.Tini merasa malu kepada Yah. Dia
merasa bahwa selama ini dia bersalah pada suaminya. Dia tidak dapat
berlaku seperti Yah yang sangat didambakan oleh suaminya.

Sepulang dari pertemuan dengan Yah, Tini mulai berintropeksi terhadap


dirinya. Dia merasa malu dan bersalah kepada suaminya. Dia merasa
dirinya belum pernah memberi kasih sayang yang tulus pada suaminya.
Selama ini dia selalu kasar pada suaminya. Dia merasa telah gagal menjadi
Istri. Akhirnya, dia mutuskan untuk berpisah dengan Suaminya.

Permintaan tersebut dengan berat hati dipenuhi oleh Dokter Sukartono.


Bagaimanapun, dia tidak mengharapkan terjadinya perceraian. Sukartono
meminta maaf pada istrinya dan berjanji untuk mengubah sikapnya.
Namun, keputusan istrinya sudah bulat. Dokter Sukartono tak mampu
menahannya. Akhirnya mereka bercerai. Tini lalu berpindah ke Surabaya
dan mengabdi pada sebuah panti asuhan yatim piatu
Hati Sukartono bertambah sedih karena juga akan ditinggal oleh Rohayah.
Yah merasa bahwa mempunyai hubungan dengan Tono akan membuat
citra baik Tono hancur, sebab latar belakangnya yang tunasusila itu.
Rohayah akhirnya pindah ke Kaledonia Baru, dengan meninggalkan
sepucuk surat dan sebuah piring hitam yang membuktikan bahwa Yah
sebenarnya penyanyi favorit Tono yaitu, Siti Hajati.

Dalam perjalanan ke Kaledonia Baru, Yah rindu pada Tono dan


mendengar suaranya di radio. Sekarang Tono ditinggal sendiri di Jakarta
dan mulai bekerja sangat keras, dalam usaha untuk mengisi kesepiannya.
Dia juga mengisi harinya dengan membaca buku terutama buku
kebatinan.

II. ANALISIS
a. Intrinsik
Tema
Tema dalam novel Belenggu adalah percintaan. Novel ini menceritakan
tentang rumah tangga yang tidak harmonis dan berujung pada cinta
segitiga, perselingkuhan dan perceraian antara Sukartono, Sumartini, dan
Rohayah.
Amanat

1. Bagi Isteri hormati dan layanilah Suami dengan tulus dan ikhlas jangan
terpaksa dan lebih mengedepankan ego.
2. Seorang isteri tidak boleh melupakan tugas utamanya dalam keluarga
dan selalu sibuk dengan pekerjaan luarnya, begitu juga seorang suami
harus selalu mengedepankan kepentingan keluarga di banding
kepentingan pekerjaan atau kepentingan lainnya.
3. Seharusnya dalam kehidupan berumah tangga harus didasari rasa cinta
antar pasangan.

Alur
Alur pada novel ini menggunakan alur maju karena cerita dalam novel
tersebut lebih bersifat kronologis, artinya peristiwa satu diikuti oleh (yang
menyebabkan) peristiwa yang lainnya. Berikut pemaparannya.
1) Tahapan Awal / Tahap Perkenalan
Awal cerita dari novel belenggu tergambar dalam penggalan cerita di
atas yaitu bahwa Tini sama sekali tidak peduli terhadap suaminya
Sukartono. (halaman 19)

2) Tahapan Tengah (Konflik-Komplikasi-Klimaks)


a.Konflik atau Awal Masalah
Konflik yang terdapat dalam novel belenggu yaitu ketika Dokter Sukartono
mendapat panggilan dari seorang wanita yang mengaku dirinya sedang
sakit keras. Wanita itu meminta Dokter Sukartono datang ke hotel tempat
dia menginap. Dokter Sukartono pun datang ke hotel tersebut. Dan wanita
tersebut bernama nyonya Eni. (halaman 20-21)
b.Komplikasi
Komplikasi yang terdapat dalam novel belenggu yaitu ketika Tono mulai
merasa rumah Yah adalah rumah keduanya, dan cerita cinta segi tigapun
di mulai pada saat itu (halaman 37)
c.Klimaks
Klimaks dari novel belenggu adalah ketika Tini mulai mengetahui bahwa
dalam rumah tangganya dengan Tono tertulis cerita cinta segitiga dengan
perempuan yang bernama Rohayah. Setelah itu Tini mulai mencari tahu
rumah dimana Yah tinggal dan datang ke rumah tersebut untuk mencari
tahu kebenarannya. (halaman 137)

3) Tahap Peleraian

Peleraian dimulai ketika Tini bertatap muka dengan Yah. Perasaan


dendamnya menjadi luluh, kebencian dan nafsu amarahnya tiba-tiba
lenyap. Yah yang sebelumnya dianggap sebagi wanita panggilan ternyata
mamilki sifat yang lembut dan ramah. Tini merasa malu pada Yah. Tini
merasa bahwa selama ini dia telah banyak bersalah pada suaminya, dia
tidak dapat berlaku seperti Yah, sikap Yah sangat didambakan oleh Tono
dan selama ini Tini tidak bisa bersikap seperti itu kepada Tono.
Sepulangnya dari hotel, Tini mulai berintropeksi kepada dirinya sendiri.
Dia sangat merasa bersalah kepada suaminya dan ia menyadari bahwa dia
belum bisa menjadi istri yang baik bagi Tono. Tini merasa telah gagal
menjadi seorang istri. (halaman 133- 136)

4) Tahapan Akhir / Penyelesaian


Akhir cerita dalam novel belenggu yaitu bahwa cerita cinta segitiga yang
dialami Tono, Tini, dan Yah berakhir dengan sebuah perceraian.
Sumartini telah pergi ke Surabaya. Dia mengabdi pada sebuah panti
asuhan yatim piatu, sedangkan Yah pergi ke negeri Calidonia dengan
kebahagiaan ataupun kesedihan padahal Armijn Pane sudah
menyelesaikan ceritanya. (halaman 136-150)

Latar
1) Latar Tempat
Latar tempat dalam novel belenggu yaitu:
a) Rumah, berikut penggalan ceritanya.
Seperti biasa, setibanya di rumah lagi, dokter Sukartono terus saja
menghampiri meja kecil, di ruang tengah, di bawah tempat
telepon.(halaman 15)
b) Hotel, berikut penggalan ceritanya.
Dokter Sukartono diam saja sejurus memandang ke arah hotel itu, dia
merasa heran sedikit.
c) Sekolah, berikut penggalan ceritanya.
Waktu masih menuntut pelajaran di sekolah Geneeskundige Hooge
School di Betawi,tiada sedikit kawan-kawan dokter Sukartono yang
memastikan, dia tiada akan sampai ke ujian penghabisan. Dia tidak
cakap jadi dokter, terlalu suka akan lagu, akan seni: pikirannya terlalau
banyak terlalai, (halaman 24)
d) Di rumah Rohayah, sebagai contoh terdapat pada :
Sehabis payah praktijk, Kartono biasalah pergi kerumahnya yang kedua
akan melepaskan lelah. Pikirannya tenang kalau disana.Disanalah pula
dia acapkali membaca majalah dan bukunya yang perlu dibaca, sedang
Yah lagi asyik merenda.
e) Di tepi pantai di Priok, sebagai contoh terdapat pada :
Entah bagaimana, dia sampai juga dengan selamat di tepi pantai di Priok.
Dia terbangun oleh desir ombak. Bulan tiada bersinar diatas
gelombang.Terang-terang gelap diatas air.
f) Tempat pertemuan komite bazaar, berikut pnggalan ceritanya.
Kalau dia tiba di tempat pertemuan komite bazar sudah ada beberapa
orang berhimpun bercakap-cakap orang terhenti berkata-kata. (halaman
72)
g) Di gedung Concours, Pasar Gambir, sebagai contoh
terdapat pada :
Begitu juga Tono.Malam itu dia menjadi jury concours kroncong
perempuan.Sesampainya didalam gedung, concours sudah
hendak mulai.Baik diluar, maupun didalam penuh sesak dengan
penonton.
h) Tengah jalan, berikut penggalan ceritanya.
Kemudian di tengah jalan, menggema lagi ingatan Tono:..... (halaman
82)
i) Solo, berikut penggalan ceritanya.
.....Peduli apa nyonya Rusdio, turut-turut memikirkan keadaan Tono dan
dia? Jangan berfikir, jangan berfikir, gembira saja, tidak lama lagi, ke
Solo.....(halaman 100)
j) Taman Sari, berikut penggalan ceritanya.
....demikianlah tiga hari kemudian, sampai ke telinga Tini cerita tentang
Tono ke rumah Siti Haryati, penyanyi keroncong, di Taman
Sari. (halaman 137)
k) Surabaya, berikut penggalan ceritanya.
Sekarang sudah pasti: Tini akan terus di Surabaya, bekerja seperti yang
dicita-citakannya atau dia kembali, pergaulan mereka akan seperti dulu,
waktu baru kawin.(halaman 151)
l) New Caledonia, berikut penggalan ceritanya.
Rohayah berbalik.... di sana gelap, tapi semangatnya tahu, disanalah,
lautan lepas, di sana dunia lain, memang dunia baru, tapi sunyi... tono
tidak ada di sana, di Noeuw Caledonia. (halaman 157)

2) Latar Waktu
Latar waktu berkenaan dengan masalah apan terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam fiksi. Berikut ini latar waktu yang terdapat dalam novel
belenggu.
a) hari sudah pukul sembilan malam. Sekali-sekali melintas
dengan cepat di jalan di muka rumah, suaranya masuk melintas dari
jendela yang masih terbuka. (halaman 26)
b) Sejak tadi pagi bekerja keras, pulang cua sebentar saja untuk
bertukar pakaian. (halaman 94)
c) Malam hari, sebagai contoh terdapat pada:
Sukartono duduk membaca, lampu meja disebelah kirinya, terang diatas
buku itu, mukanya sendiri gelap. Dul baru keluar, baru minta
permisi pulang. Hari sudah pukul Sembilan malam.

3) Latar Suasana
a. Jengkel,
Dihampirinya isterinya.Tini agak terkejut. Bisik Tono dengan cepat:
Aku pergi.. Itu saja yang terdengar oleh Tini, Tono sudah jauh lagi.
Pergi, pergi, buat apa dikatakannya, hendak menjengkelkan hatiku saja.
b. Sedih,
Sesuaikah pikirannya dengan Aminah dan lain-lainnya? Ah,peduli apa.
Bukan sudah.. tidak, tidak, melawan dalam pikirannya, kami belum
berpisah kalimat itu berulang-ulang dalam pikirannya, air matanya
titik, membasahi bantal. Lama kelamaan dia tertidur.
c. Marah,
Suaramu palsu Yah, seperti didalam hatimu juga bohong
belaka.Sangkaku engkau jujur, engkau tidak main tonil. Ah, tapi kamu
perempuan semuanya pemain tonil. Tidak ada yang benar, yang jujur
pada tubuhmu, dalam hatimu
d. Bahagia
Hatinya senang, kemudian didalam mobil dengan gembira dia mengisap
serutunya, sambil di sudut tempat duduk. (halaman 19)
e. Romantis
Dipeluk oleh Sukartono tubuh Yah, katanya: Tetapi sejak ini, jangan
ada orang lain lagi. (halaman 38)

4) Latar Sosial
Latar sosial, tempat peristiwa terjadinya berada di lingkungan kaum
cendikiawan yakni seorang dokter. Selain itu, perselingkuhan
merupakan sesuatu yang tidak wajar di kalangan masyarakat, apalagi
Sukartono berselingkuh dengan Yah yang notabenenya adalah seorang
perempuan yang nakal.

Tokoh
Para Pelaku / Tokoh

1. Dokter Sukartono (Tono)


Sukartono (disingkat Tono) adalah seorang dokter yang merupakan suami
Tini dan cinta Yah. Dokter ini suka merawat pasien miskin tanpa
memungut biaya, sehingga menjadi terkenal. Dia juga penggemar berat
lagu-lagu keroncong. Sewaktu dia masih di sekolah kedokteran, dia lebih
suka bernyanyi daripada belajar dan sampai sekarang ada radio di ruang
periksanya. Kegemarannya atas musik tradisional mencerminkan
keinginannya untuk mempunyai istri yang berwawasan tradisional untuk
menjaganya. Karena merasa tersiksa dari pernikahannya tanpa cinta
dengan Tini, dia jatuh hati pada Yah, sebab Yah dianggap lebih mampu
menjadi istri tradisional. Namun, akhirnya dia ditinggal sendiri.

2. Sumartini (Tini)
Sumartini (disingkat Tini) adalah istri Tono yang sangat modern. Waktu
masih mahasiswi, dia sangat populer dan suka berpesta. Pada masa itu,
Tini menyerahkan keperawanannya kepada Hartono, sehingga setelah dia
diputuskan dia menjadi semakin tidak acuh pada keinginan laki-laki.
Setelah dinikahi Tono, Tini menjadi semakin kesepian dan mulai bergerak
di bidang sosial supaya hidupnya berarti. Ketika mengetahui
ketidaksetiaan Tono dan beranggapan bahwa Yah lebih cocok dengan
suaminya, Tini meninggalkan Tono dan pindah ke Surabaya.
Menurut Yoseph Yapi Taum, seorang dosen di Universitas Sanata Dharma
di Yogyakarta, sikap tidak acu Tini adalah alasan utama mengapa Tono
menjadi tertarik pada Yah. Gaya hidup Tini, yang tidak memasuki Tono,
membuatnya berasa terasing dan mendorongnya untuk mencari wanita
yang lebih tradisional. Tham Seong Chee, seorang kritikus dari Singapura,
beranggapan bahwa Tini adalah tokoh yang lemah sebab dia tidak bisa
mengambil keputusan tanpa pengaruh luar, dan sampai kapan pun tidak
mau menyelesaikan masalahnya dengan Tono. Dia juga menyatakan kalau
Tini dibatasi oleh nilainya sendiri, yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
masyarakat Indonesia pada umumnya. Menurut penyair dan kritikus
sastra Goenawan Mohamad, Tini didorong oleh harapan suaminya akan
istri yang tradisional.

3. Siti Rohayah (Yah)


Rohayah (juga dikenal dengan nama samaran Nyonya Eni dan Siti Hayati;
disingkat Yah) adalah teman Tono dari Sekolah Rakyat yang kemudian
menjadi simpanannya; dia juga seorang penyanyi keroncong terkemuka.
Setelah Tono, yang lebih tua tiga tahun, lulus dari Sekolah Rakyat, Yah
dipaksakan untuk menikah dengan pria yang lebih tua 20 tahun dan
dibawa ke Palembang. Setelah melarikan diri, Yah kembali ke Bandung;
akan tetapi, orang tuanya sudah meninggal. Dia kemudian berpindah ke
Batavia dan menjadi seorang pelacur sekaligus penyanyi keroncong
dengan nama samaran Siti Hayati. Ketika mengetahui bahwa Tono telah
menjadi dokter di Batavia, dia menggoda dokter itu. Biarpun mereka
saling jatuh cinta, Yah mengambil langkah untuk pergi sebab dia takut
Tono akan diremehkan apabila dia menikah dengan seorang mantan
pelacur. Yah berpindah ke Kaledonia Baru.
Tham beranggapan bahwa Yah sebenarnya cocok menjadi istri Tono,
sebab dia sudi menjadi istri tradisional. Namun, dia tidak dapat menjalani
hubungan tersebut karena dulu menjadi pelacur. Menurut Tham, hal ini
mencerminkan bahwa "moral dan nilai etis tidak mudah dipahami intelek,
akal, atau rasio". Goenawan beranggapan bahwa Yah sebenarnya seorang
fatalis, yang merendahkan diri dengan menyatakan bahwa ada seribu
perempuan di Tanjung Priok yang mempunyai cerita serupa. Dia juga
beranggapan bahwa tokoh tersebut menjadi mengharukan tanpa menjadi
berlebihan. Menurutnya, Yah adalah pelacur pertama yang digambarkan
secara simpatetis dalam suatu karya sastra Indonesia.
4. Nyonya sutatmo
5. Nyonya Aminah
6. Putri Aminah
7. Nyonya Rusdio
8. Karno
9. Hartono
10. Mangunsucipto
11. Abdul
12. Mardani

Watak / Penokohan

Dokter Sukartono (Tono)


seorang dokter yang mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi. Dia
terkenal dokter yang dermawan dan penolong. Dia termasuk seorang yang
sangat mencintai pekerjaannya.
Kata orang: dia tiada mata duitan, kalau dia tahu si sakit kurang
sanggup membayar, dia lupa mengirim rekening.
tetapi, kata seorang lagi, kalau dia dipanggil tengah malam, suka
juga. (halaman 25)

Penyabar
Mengapa tidak. mulai terbit marah Sukartono, tetapi dapat juga
ditahannya, (hal.18)

Egois
(Tono beranggapan bahwa) Apa lagi hak perempuan, lain dari memberi
hati pada laki-laki? (hal.17)

Penyayang
Dibelai-belai Sukartono kepala Yah

2) Sumartini (Tini)
perempuan modern yang mempunyai masa lalu yang kelam karena bebas
bergaul. Dia selalu merana kesepian karena kesibukan suaminya yang tak
kenal waktu dalam mengobati orang sakit sehingga melupakan dan
membiarkannya dirumah seorang diri.
Watak tini pemarah, seperti tercermin dalam penggalan cerita berikut:
Karno tiada suka akan Tini, sebab tini marah-marah saja, karena
kesalahan yang kecil-keci sekalipun, bahkan kerap kali tiada salahnya
sama sekali. (halaman 18)

3) Siti Rohayah (Yah)


perempuan yang harus menjalankan kawin paksa. Dia merasa frustasi,
sehingga terjerumus kelembah kemistaan. Dia teman dokter sukarno yang
secara diam-diam mencintainya.
Siti Rohayah adalah wanita nakal, berikut penggalan cerita yang
menggambarkan bahwa Yah adalah wanita nakal.
Perempun itu mengigit bibir, seolah-olah kecewa, ketika tangan
Sukartono menutupkan kimononya, sambil kata Sukartono dengan
pendek saja: tidak perlu nyonya buka.

4) Nyonya Rusdio
Watak nyonya rusdio yaitu bahwa dia adalah seorang yang pandai
mencairkan suasana, seperti nampak pada penggalan cerita berikut ini.
Sejurus kemudian percakapan dialihkan perlahan-lahan oleh nyonya
Rusdio, seolah-olah menyingkapkan awam mendung, supaya terang
cuaca.

5) Putri Aminah
Putri Aminah adalah orang yang suka berolok-olok, selalu ingin
mengetahui urusan orang lain, seperti nampak pada penggalan crita
berikut.
Putri Aminah tertarik pula hatinya hendak berolok-olok, barangkali juga
hendak mengulangi hal yang tadi, suka hedak tah, mengapa Tini,
kawannya itu demikian. Rahasia yang tersembunyi: benar-benarlah
engkau dokter sejati. Cuma penyakit saja engkau perhatikan. Tidak baca
koran rupanya.

6) Karno
Karno adalah pembantu dokter Sukartono yang amat sangat patuh
terhadap perintah tuannya, seperti nampak pada penggalan cerita
berikut.
Karno, bujangnya, masuk membawa valies tempat perkakas doketer
Sukartono.

Jenis Tokoh

Tokoh merupakan bagian struktural fiksi yang melahirkan sebuah


peristiwa. Berkut ini adalah tokoh-tokoh dalam novel belenggu beserta
pengklasifikasiaan tokohnya.

1) Dokter Sukartono (Tono)


Tono merupakan tokoh sentral atau tokoh utama, karena tokoh ini
mengambil bagian terbesar peristiwa. Dan merupakan tokoh penting
dalam novel belenggu, serta tokoh ini sering ditampikan dan mendominasi
cerita dalam novel belenggu ini. Tokoh ini juga sangat menentukan
perkembangan plot secara keseluruhan.

2) Sumartini (Tini)
Tini juga termasuk tokoh sentral, karena Tini juga mengambil bagian
terbesar peristiwa dalam novel belenggu. Tini juga termasuk tokoh
penting dalam cerita karena tini juga mendominasi cerita dalam novel ini.

3) Siti Rohayah (Yah)


Seperti halnya Tono dan Tini, Yah juga merupakan tokoh sentral yang
mendominasi cerita dlam novel belenggu ini, Yah juga termasuk tokoh
penting dalam cerita karena tokoh ini mengambil bagian terbesar
peristiwa.

4) Nyonya sutatmo
Nyonya Sutatmo merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh
ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki
keterkaitan dengan tokoh utama.

5) Nyonya Aminah
Nyonya Aminah juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena
tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga
memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.

6) Nyonya Rusdio
Nyonya Rusdio juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena
tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga
memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.

7) Karno
Karno juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini
hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki
keterkaitan dengan tokoh utama.

8) Hartono
Hartono juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini
hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki
keterkaitan dengan tokoh utama.

9) Mangunsucipto
Mangunsucipto juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena
tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga
memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.

10) Abdul
Abdul juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini
hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki
keterkaitan dengan tokoh utama.

11) Mardani
Mardani juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini
hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki
keterkaitan dengan tokoh utama.

Sudut Pandang

Dalam roman Belenggu, pengarang menggunakan sudut pandang


orang ke-tiga. Pengarang menggunkan nama orang sebagai pelakunya,
tidak menggunakan kata aku sebagai tokoh. Dalam arti lain, pengarang
menceritakan kehidupan tokoh lain, bukan sebagai dirinya sendiri.
Pengarang tidak terlibat baik secara langsung maupun tidak langung di
dalam cerita itu.

Bahasa

1. Majas

Personifikasi
Didalam hati Kartono terbit lagi keinginan menggenggam tangan
jiwanya, memegang jiwa yang menggelepar-gelepar itu kuat-kuat jangan
jatuh kedalam air.(Belenggu, 2006:62)
Dia merasa bimbang, pertanyaan yang demikian kerap kali terbit dalam
pikirannya.(Belenggu, 2006:67)
Tini gunung berapi yang banyak tingkah! Penyakit yang banyak
komplikasi.(Belenggu, 2006:67)
Tumbuh didalam hatinya keinginan hendak memegang tangan Yah,
hendak memandangnya dalam matanya, yang riang beriak-
riak,.(Belenggu, 2006:73)

Metafora
Bukan, aku tiada berubah, engkau yang tiada pernah mengenal
aku.Memang Tini susah diduga. Licin sebagai belut.(Belenggu, 2006:60)
Selalu saja tinggi hati; seperti batu karang meninggi di tepi pantai,
berbahaya bagi kapal menghampirinya.(Belenggu, 2006:65)
Kata Yah sejuk lembut, masuk dalam hati Kartono, sebagai air seteguk
menghilangkan haus, tetapi hausnya belum juga hilang sama
sekali.(Belenggu, 2006:75)
Terdengar kepada Tono lagu pembuka, bagai air meriak, membuka
simpulan dalam pikirannya, tiba-tiba terdengar suara.(Belenggu, 2006:75)

Hiperbola
Air mata yang membendung hatiku telah mengalir tidakah
engkau ingat Rohayah?(Belenggu, 2006:48)
Tertimbun oleh ingatan akan gadis-gadis yang ribuan
banyaknya.(Belenggu, 2006:48)
Tetapi sekarang yu, sudah tiba waktunya. Kalau mesti aku rela
binasa.(Belenggu, 2006:70)
Kedua belah tangannya memegang stir mobilnya dengan keras,
badannya membungkuk, mobil melancar, kerusuhan jiwanya seolah-olah
mengalir ke roda mobil, memutar roda biar cepat secepatnya.(Belenggu,
2006:73)

Ironi
Tetapi , kata seorang lagi, kalau dia dipanggil tengah malam,suka
juga.(Belenggu, 2006:24)
Bukan sudah kukatakan dahulu, kalau dia masih dihinggapi penyakit
seni, tentu tiada akan menjadi dokter. Sekarang penyakitnya itu sudah
sembuh. (Belenggu, 2006: 24)
Sejak kapan tuan dokter Sukartono mata duitan? (Belenggu, 2006: 42)
Kami tiada lama lagi, lekas-lekaslah pulang mengawani Tini.
(Belenggu, 2006: 44)
Tono, siapa hendak menaruh barang yang sudah buruk lagi bernoda?
(Belenggu, 2006: 48)
Jangan terlalu rajin, Tini, nanti Kartono marah. (Belenggu, 2006: 52)

2. Diksi
Makan Angin : jalan - jalan
Air muka : kenangan
Lagu lama : raut wajah

b. ekstrinsik
Moral
Terdapat pesan moral yaitu dalam hubungan suami istri harus Saling
merhormati dan menghargai pasangan masing- masing,jngan pernah
berhianat terhadap orang yang telah memberikan kasih sayang yang tulus
apalgi sudah diikat dengan sebuah perikahan,karena dapat mengakibakan
perselisihan,perselingkuhan,kehancuran dalam rumah tangga tersebut.

Pendidikan

Sukartono bercerita bahwa setelah tamat sekolah rakyat di Bandung, dia berpindah
ke Surabaya dan belajar di sekolah kedokteran di sana

Agama
Seorang perempuan yang telah menikah,itu harus bisa menjadikan suaminya
sebagai pemimpin dan imam dalam rumah tangga dan istri diharuskan
menjalankan kodratnya sebagai ibu rumah tangga meskipun dia juga
bekerja,suami pun harus bisa membawa istrinya kejalan yang benar,tidak harus
bekerja terus menerus,dan menegur istri dikala dia berbuat salah,jngan
dibiarkan karena itu pun bisa menyebabkan kehancuran,karena di dalam islam
allah tidak suka dengan perceraian.

Budaya

Tono akan membuat citra baik Tono hancur, sebab latar belakangnya yang
tunasusila itu. Rohayah akhirnya pindah ke Kaledonia Baru, dengan meninggalkan
sepucuk surat dan sebuah piring hitam yang membuktikan bahwa Yah sebenarnya
penyanyi favorit Tono yaitu, Siti Hajati.
1. Moral

Adat dan kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Belenggu"


sebagai berikut.

1. Perceraian karena mempunyai kekasih gelap

2. Pertengkaran dalam rumah tangga sudah biasa karna masalah sepele

3. Memiliki Pasangan yang cantik adalah idaman semua Pria

Etika yang dapat kita temukan pada novel "Belenggu" sebagai


berikut.

1. Istri harus bisa mengerti Suaminya, begitu pula dengan Suami harus
mengerti Istrinya
Sebaiknya dalam kehidupan berumah tangga harus ada rasa saling
menghormati satu sama lain agar tercipta rumah tangga yang harmonis.

2. Agar terwujud Hubungan yang harmonis si Sukartono dan Sumarti


Seharusnya dalam kehidupan berumah tangga mereka harus disertai rasa
cinta antar sesama.

3. Menjadi Istri yang dapat membahagiakan Suaminya

Anda mungkin juga menyukai