Anda di halaman 1dari 6

Badai sampai sore

1. Identitas

Judul : Badai Sampai Sore

Pengarang : Motinggo Busye

Tahun terbit : 2004

Penerbitan : Balai Pustaka

2. Kepengarangan

LP Motinggo Busye, lahir tanggal 21 November 1937 di Kupang kota, Lampung ia


pernah menempuh pendidikan di Fakultas Hukum. Universitas Gadjah Mada. Tetapi tidak
lama karena lebih aktif melibatkan diri dengan para sastrawan di Yogyakarta dan mengikuti
teater bersama Kirdjomuljo Nasjah Djamin, Sobagio Sastrowardoyo, dan Rendra.

3. Unsur-unsur Intrinsik
a. Tema

Tema yang tersirat di novel ini tidak lain adalah Persahabatan yang penuh perjuangan.

b. Latar

Latarnya yaitu di kota Tanjung Karang, sekolah, dan rumah sakit. Waktu yang di
gunakan pagi, sore, dan malam. Situasi yang digunakan ada senang, sedih, kecewa, dan
gelisah.

Kutipan : “Sebuah kamar, di suatu rumah sakit umum.”

Halaman : 10.

Kutipan : ”Cahaya matahari pagi yang segar pun masuk ke kamar itu lewat jendela.”

Halaman : 21.
Kutipan : “Ia gelisah saja sehingga tiba-tiba terbangun.”

Halaman : 11.

c. Penokohan dan perwatakan

Dat : Baik dan suka toleransi.

Kutipan : “Mengunjungi Sunarto di rumah sakit.”

Halaman : 7.

Sunarto : Percaya diri dan tegas.

Kutipan : “Yang berani dan percaya pasti menang.”

Halaman : 25.

Salmun : Iri dan pemarah.

Kutipan : “Bangsat! Hidup kotor bangsat!”

Halaman : 12.

Suparni : Lembut dan pemalu.

Kutipan : “Ini sudah selesai?” Tanyanya lembut dengan tersipu malu-malu.

Halaman : 23.

Eni : Angkuh.

Kutipan : “Kau jangan merasa sudah menang, To.”

Halaman : 33.

d. Alur

Alur cerita maju menampilkan peristiwa secara runtut mulai dari awal, tengah sampai
akhir. Sebuah cerita yang menggunakan alur maju ini mudah dipahami.

e. Gaya bahasa
1. Hiperbola

Kutipan : “Semacam badai api yang membakar sukmaku yang semula kukira keras bagai
logam.”

Halaman : 49.

f. Amanat

Dalam hidup janganlah kita iri terhadap nikmat yang diterima oleh seseorang.
Syukurilah nikmat yang telah di berikan Tuhan kepada kita.

g. Sudut pandang

Sudut pandang orang pertama. Karena terlihat pada kutipan awal cerita yaitu “Aku
adalah orang paling terlambat mengunjungi Sunarto di rumah sakit.”

Halaman : 7.

4. Unsur-unsur Ekstrinsik
a. Nilai Agama

Kutipan : “Dan dengan khusuk dia berdoa menghadap keloteng.”

Halaman : 21.

b. Nilai Moral

Suka berkata bohong, terlihat pada kutipan “Aku mengagumi gambarmu!” Salmun
pucat, dia berbohong.

Halaman : 13.

5. Kelebihan
Cerita di dalam novel ini sangat objektif karena ceritanya dapat dilihat dari kehidupan
sehari-hari, dan dapat memberikan pelajaran bagi yang membacanya bahwa di dalam
kehidupan yang jahat tidak selalu hancur.

Kutipan : “Kejahatan itu hidup selama manusia hidup. Kita bisa menghancurkannya
sebagian, tapi kita tidak bisa menguburnya seperti kita menguburkan seorang penjahat!”

Halaman : 49.

6. Kelemahan

Masih ada kata yang kurang ejaannya.

Kutipan : “Tuhan yang mendirikan langit dan bumi seru sekalian alam.”

Halaman : 14.

Harusnya ejaan kata “seru” itu diganti menjadi kata “seluruh”.

7. Sinopsis

Novel ini mengisahkan tentang persahabatan yang begitu erat, antara Dat dan Sunarto.
Tetapi salah satu seorang sahabat ini mengidam penyakit TBC, yaitu Sunarto. Dat sering
mengunjungi Sunarto di rumah sakit, tetapi belakangan ini Dat sudah jarang datang
menjenguknya.

Suatu hari Dat pun datang mengunjungi Sunarto ke rumah sakit. Sunarto begitu
bahagia. Dia menceritakan semuanya apa yang telah terjadi padanya selama di rumah sakit.
Di rumah sakit Sunarto juga memiliki seorang sahabat yang bernama Salmun.

Sunarto dan Salmun adalah teman baik, mereka bertemu dirumah sakit saat mereka
dirawat di sana. Mereka semakin dekat ketika mereka saling terbuka dan mereka bukan lagi
menjadi teman melainkan menjadi sahabat. Namun mereka berdua memiliki sifat yang benar-
benar bertolak belakang.

Tetapi Salmun dan Sunarto memiliki karakter yang bertolak belakang juga. Salmun
adalah seorang guru dia adalah orang yang rapi dan serba teratur. Sementara Sunarto adalah
seseorang yang berprofesi sebagai pelukis. Karakternya Sunarto kebalikan dari Salmun. Ia
begitu urakan, cuek dan tak teratur. Meskipun orangnya rapi dan serba teratur, Salmun
memiliki sifat yang temperamen, mudah gelisah, pesimis dan parnoan. Sementara itu Sunarto
adalah seorang yang periang, optimis dan bersemangat.

Salmun yang sudah dirawat berbulan-bulan di rumah sakit, hanya sekali saja dijenguk
oleh istrinya. Salmun memang sudah mempunyai istri tapi mereka belum dikaruniai anak.
Kemudian dia merindukan kunjungan istrinya dan pada saat yang sama ada kegelisahan
mengapa istrinya tak juga datang menjenguknya lagi. Padahal istrinya itu baru menjenguknya
satu kali selama ia ada dirumah sakit. Salmun semakin menderita melihat Sunarto yang
terlihat bahagia menjalin kasih dengan Suparni, suster yang merawat mereka di rumah sakit
dimana mereka dirawat.

Salmun merasa dunia ini tak adil. Ia yang berpendidikan dan mengagungkan nilai
keluarga tapi hatinya kesepian. Salmun harus kalah oleh Sunarto, pemuda urakan yang hanya
seorang pelukis, namun bisa bahagia dengan apa yang dimilikinya. Padahal, Sunarto
bukannya tak memiliki masa lalu yang kelam. Ia pernah begitu memuja seorang wanita yaitu
Eni. Yang membuatnya mau berkorban apapun, namun harus berakhir mengenaskan.
Penyakit TBC yang dideritanya juga sebagai akibat pola hidup bebasnya bersama kekasih
terdahulunya. Namun berbeda dengan Salmun, di Rumah Sakit ini Sunarto menyadari
kesalahannya dan berhasil bangkit, salah satunya karena berkenalan dengan Suparni yang
kemudian menjadi kekasihnya tersebut.

Salmun semakin menderita karena harus melihat Suparni dan Sunarto bersamaan di
hadapannya hampir setiap hari. Kenapa hanya dia saja yang menderita seperti, mengapa
dunia tertawa saat dia sedang menderita. Ini tak adil. Seperti saat ini saja Sunarto sedang
bersamaan oleh Suparni, padahal Suparni hanya melakukan tugasnya sebagai juru rawat.

Keesokan paginya Salmun masih saja sempat memikirkan istrinya Jaenab. Jaenab istri
setianya kenapa ia tak kunjung menjenguknya dirumah sakit ini. Salmun ingin sekali
dijenguk lagi oleh istrinya Jaenab. Salmun berharap hari ini istrinya itu datang untuk
menjenguknya. Tapi sampai matahari menyembunyikan dirinya Jaenab tak kunjung datang.

Suatu hari Sunarto dikunjungi oleh seseorang yang tidak ia duga, seseorang dari masa
lalunya ya dia adalah Eni. Mantan kekasih Sunarto yang karena dia Sunarto menjadi seperti
ini. Tetapi Sunarto dikejutkan lagi oleh permintaan Eni yang datang kesini dia mengunjungi
Sunarto hanya meminta untuk Sunarto menuliskan sebuah surat yang dimana isinya adalah
tentang Sunarto yang mencintai Eni. Surat itu ingin Eni berikan kepada Syamsudin karena
Syamsudin telah menyakiti hati Eni. Tentu saja permintaan iti ditolak mentah-mentah oleh
Sunarto. Eni kesal mendengar jawaban dari mulut Sunarto, tapi Eni tidak menyerah dia
membujuk Sunarto untuk menuruti permintaannya itu. Tapi tetap saja ditolak oleh Sunarto.
Eni benar-benar kesal dengan sikap Sunarto lalu ia pergi keluar dari kamar rawat Sunarto ia
pergi untuk pulang.

Keesokan harinya pada saat malam hari, temannya Salmun batuk tiada hentinya. Saat
ia berbalik hendak melihat temannya, dia melihat begitu banyak darah yang berserakan
dilantai, karena Salmun muntah darah. Lalu dia langsung melompat ke atas ranjangnya dan
menutupi dirinya dengan selimut. Tidak lama kemudian Suparni datang untuk membersihkan
lantai itu. Setelah selesai Suparni keluar dari ruangan itu. Dan saat Sunarto sedang tertidur ia
dipanggil oleh Suparni bahwa istrinya Salmun datang bersama dengan laki-laki, entahlah
laki-laki itu siapa mungkin saudaranya. Saat Sunarto menanyakan dimana keberadaan
Salmun kepada Suparni, Suparni hanya diam saja lalu menunduk dan menjawab pertanyaan
Sunarto bahwa Salmun sudah berada diruang mayat. Mendengar kabar itu Sunarto tak
percaya, karena temannya yang selama ini setia menemaninya di rumah sakit, berjuang
bersama melawan penyakit telah pergi lebih dulu untuk selama-lamanya.

Sunarto pun keluar menemui Jaenab, istrinya Salmun. Ternyata kedatangan Jaenab
sudah terlambat karena Salmun sudah tiada. Jaenab pun begitu sedih karena tak dapat
berjumpa dengan Salmun untuk yang terakhir kalinya. Dan ternyata yang datang bersamanya
adalah suaminya Jaenab mereka sudah menikah lagi dan dia sudah mempunyai anak serta ia
tinggal dirumah yang begitu mewah.

Setelah pulang dari rumah sakit, Sunarto kembali lagi dengan sahabatnya, Dat.
Sunarto mengajak Dat untuk bermain ke rumahnya. Mereka pun bercerita banyak hal.
Sunarto menceritakan rencananya untuk segera menikahi Suparni, seorang suster yang
selama ini setia menjaga dan menemaninya selama di rumah sakit. Dat pun sangat setuju
dengan keputusan yang dibuat oleh sahabatnya itu. Dat sangat senang, akhirnya Sunarto
menemukan pasangan hidupnya yang akan menemaninya sampai tua nanti.

8. Manfaat

Mengajarkan kita bagai mana kehidupan yang sebenarnya berjalan. Bahwa ternyata
kejahatan tidak selalu harus hancur, kita hanya bisa menghancurkannya sebagai.

Anda mungkin juga menyukai