Anda di halaman 1dari 6

Laporan Bacaan Naskah Drama

Oleh: Izzatunnisa Galih (1306415106)

Judul : Opera Kecoa

Penulis : N.Riantiarno

Opera Kecoa merupakan bagian kedua dari Trilogi Opera Kecoa yang terdiri dari 29
babak. Dengan berlatar tempat di Jakarta, konflik utama dalam drama ini adalah pergulatan
orang-orang berstrata sosial rendah untuk bertahan hidup dan memperjuangkan nasib mereka.
Mereka yang seakan-akan sudah digariskan untuk selalu kalah, berperang melawan orang
orang yang berkuasa.

Ada beberapa tokoh penting dalam drama ini, yaitu Roima, seorang homoseksual dan
kekasih warianya, Julini. Roima mencintai Julini, tapi juga memiliki keinginan untuk
menjalin hubungan yang normal. Ketika mulai ada tanda-tanda kedekatan dirinya dengan
Tuminah seorang PSK langganan pejabat yang juga teman lama mereka, Julini
memergokinya dan sakit hati. Sayangnya, saat Roima hendak meminta maaf pada Julini, dia
menemukan Julini sudah dalam keadaan sekarat akibat terkena peluru nyasar.

Ada pula tokoh yang menarik karena kegigihannya dalam membujuk orang-orang
untuk membeli obat semprot anti kecoa, Tukang Sulap. Kecoa, yang merupakan simbol
orang-orang dengan strata sosial rendah tadi, menurutnya sangat berbahaya dan harus
dibasmi. Ia seolah perwujudan pemikiran para penguasa yang hendak memusnahkan “kecoa-
kecoa” itu.

N. Riantiarno berhasil mengemas humor dan sindiran, sehingga melahirkan tragedi


tersendiri. Bagaimanapun juga, Opera Kecoa merupakan cermin realitas kehidupan
Indonesia, terutama di Jakarta. Segala ironi yang terjadi dalam drama Opera Kecoa itu
memang benar-benar terjadi di negara kita.
Laporan Bacaan Naskah Drama

Oleh: Izzatunnisa Galih (1306415106)

Judul : Aduh

Penulis : Putu Wijaya

Sinopsis

Drama ini mengisahkan sekelompok orang yang sedang bekerja kemudian datang


seseorang dengan keadaan sakit. Sekelompok orang tersebut menanyakan keadaan orang
yang sakit itu, tetapi orang sakit itu hanya diam. Salah seorang dari kelompok pekerja itu
ingin menolong, tetapi seorang yang lainnya tidak. Mereka ragu untuk menolong orang
tersebut karena takut orang yang sakit hanya berpura-pura. Hal ini membuat sekelompok
orang itu saling berdebat dan bertengkar. Kemudian orang yang sakit itu meninggal dan
membuat sekelompok orang tersebut merasa menyesal.

Sepanjang hari hingga malam, sekelompok orang itu mencoba mengangkat mayat itu
tetapi tak bisa. Kemudian mereka memutuskan untuk menunggu mayat itu hingga pagi. Saat
pagi hari mereka berhasil mengangkat mayat itu untuk dikubur, tetapi di tengah perjalanan
ada anjing yang menakuti mereka hingga membuat sekelompok orang itu kabur
meninggalkan mayat. Mereka berlarian menjauhi anjing-anjing itu. Di antara sekelompok
orang itu ada yang terluka dan saling mengaduh sehingga permasalahan di awal cerita
terulang kembali.

Tanggapan

Penokohan dalam drama ini memang tidak jelas, misalnya dalam hal penamaan tokoh,
umur, dan lingkungan sosial. Dialog yang diucapkan tokoh-tokoh pun bukanlah ekspresi dari
watak-watak tokoh, sebab dialog dapat diucapkan siapa saja dalam kelompok itu. Tokoh
protagonis dan antagonis tidak dikenal, pro dan kontra muncul secara spontan dalam
kelompok, dan terhapus secara mendadak karena mencuatnya masalah yang lain.

Selama membaca drama ini, pembaca diperlihatkan bagaimana sikap sekelompok


orang itu mulai terbentuk. Pembaca akan membayangkan suasana dan situasi tanpa perlu
menggambarkan para pemain yang ada dalam situasi itu.
Laporan Bacaan Naskah Drama

Oleh: Izzatunnisa Galih (1306415106)

Judul : Citra

Penulis : Usmar Ismail

Sinopsis

Drama ini berisi kisah tentang Citra, gadis yang diangkat anak oleh keluarga
Suriowinoto. Citra diam-diam menyimpan perasaan terhadap Harsono, kakak angkatnya.
Walaupun Harsono selalu bersikap tidak baik kepadanya. Sutopo, yang merupakan saudara
tiri Harsono, ternyata juga menaruh hati pada Citra.

Suatu saat, Harsono menyadari kecantikan Citra. Sikapnya pun berubah menjadi baik
dan mulai merayu Citra. Citra yang sejak awal menyukai Harsono tentu membalas perhatian
Harsono itu dengan bahagia, bahkan ia menyerahkan kesuciannya pada Harsono. Namun
tiba-tiba Harsono meninggalkan Citra dan keluarganya untuk lari dengan seorang janda kaya,
tanpa pernah tau bahwa Citra mengandung anaknya.

Untuk menjaga nama baik keluarga, Sutopo pun menikahi Citra. Namun pernikahan
mereka tidak bahagia. Sutopo merasa bahwa Citra masih menaruh hati terhadap Harsono dan
Citra mengira bahwa Sutopo menikahinya hanya atas dasar kasihan, bukan karena memang
mencintainya. Kesalahpahaman itu terungkap ketika Harsono pulang setelah kematian
istrinya untuk menjenguk Citra dan anak kandungnya yang ternyata telah meninggal.
Harsono akhirnya berpamitan untuk pergi menebus dosa-dosanya selama ini dan ingin
meluruskan kesalahpahaman antara Citra dan Sutopo agar mereka dapat melanjutkan
kehidupan pernikahan dengan bahagia.

Tanggapan

Drama ini mengandung makna tentang balas budi dan pengorbanan seorang anak laki-
laki yang merasa berhutang budi kepada bapak tirinya. Untuk membalas budi kepada orang
yang sangat berjasa bagi kehidupannya, Sutopo rela untuk mengorbankan dirinya demi
menutup aib keluarga yang membesarkannya tersebut. Termasuk menikahi perempuan yang,
meskipun ia cintai, sebenarnya dihamili oleh kakak tirinya. Adapun pelajaran dari tokoh
Harsono yang meninggalkan Citra demi seorang perempuan yang ternyata hanya
menginginkan hartanya. Sifat Harsono menunjukkan bahwa yang selalu berfoya-foya
akhirnya menderita. Harta dan tahta dapat dicari dan akan hilang menunggu masanya. Sifat
kerja keras dan pantang menyerah yang ditunjukkan oleh tokoh Sutopo akan membawa
keberhasilan dalam kehidupan.
Laporan Bacaan Naskah Drama

Oleh: Izzatunnisa Galih (1306415106)

Judul : Malam Jahanam

Penulis : Motinggo Boesje

Sinopsis

Drama Malam Jahanam mengisahkan sebuah malam yang panjang di perkampungan


nelayan. Masalah dimulai ketika Mat Kontan, lelaki yang senang mengoleksi burung dan
terkenal senang memamerkan hartanya, mengetahui bahwa burung Beo kesayangannya mati.
Mat Kontan pun marah dan mengajak Utai untuk menemaninya pergi ke dukun mencari tahu
siapa pembunuh burungnya. Ia tidak peduli dengan keadaan anaknya yang sedang sakit
parah.

Saat Mat Kontan pergi itulah, beberapa rahasia terungkap. Percakapan antara
Soleman, sahabat Mat Kontan, dan Paijah, istri Mat Kontan, mengungkapkan hubungan
terlarang antara mereka berdua. Anak yang selalu dibangga-banggakan oleh Mat Kontan pun
ternyata bukan anak kandungnya, melainkan anak Soleman. Percakapan mereka juga yang
akhirnya mengungkapkan bahwa Soleman yang telah membunuh burung Beo milik Mat
Kontan.

Mat Kontan yang pulang dari dukun tidak membawa hasil apa-apa karena dukun itu
ternyata sudah meninggal empat hari yang lalu. Mat Konta mulai hilang akal, ia menuduh
Paijah yang membunuh burung itu. Untuk melindungi Paijah, akhirnya Soleman mengaku
bahwa ia yang membunuh burung itu. Ia juga terpaksa mengakui semua perbuatan
jahanamnya. Akhirnya Mat Kontan, Soleman dan Utai terlibat perkelahian. Soleman berhasil
melarikan diri, namun Utai meninggal karena lehernya patah diserang oleh Soleman. Cerita
berakhir dengan Mat Kontan yang kembali ke rumah dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa
malam itu, disusul oleh kematian anaknya yang sudah tak tertolong karena sakit parahnya tak
juga diobati.

Tanggapan

Sesuai dengan salah satu karakteristik drama realis, Malam Jahanam tidak


memperindah maupun memperburuk sesuatu dari keadaan sebenarnya. Drama ini
menceritakan perselingkuhan sebagaimana adanya pada masa naskah drama ini ditulis, yaitu
pada tahun 1950-an. Tokoh-tokohnya dihadapkan pada cobaan-cobaan yang memojokkan
mereka, seperti perselingkuhan Paijah dengan Soleman, kematian Mat Kontan Kecil yang
tragis, dan keegoisan Mat Kontan. Sebenarnya, baik Soleman, Paijah, maupun Mat Kontan,
ketiganya mempunyai masalah yang membuat mereka tertekan. Akan tetapi, mereka tidak
sanggup menghadapinya secara langsung dan memilih untuk melarikan diri di balik rahasia
dan keyakinan palsu yang dibuat-buat.
Laporan Bacaan Naskah Drama

Oleh: Izzatunnisa Galih (1306415106)

Judul : Dr. Samsi

Penulis : Andjar Asmara

Sinopsis

Drama ini diawali dengan adegan seorang wanita bernama Sukaesih datang ke rumah
sakit dengan membawa anaknya yang sedang sakit. Ia berusaha menemui Dr. Samsi melalui
Leo, seorang juru rawat. Ketika Leo masuk memanggil Dr. Samsi, Sukaesih justru pergi
meninggalkan anaknya di atas bangku di rumah sakit.

           Sementara itu, Dr. Samsi yang tidak mau melukai hati istrinya dengan berita duka
kematian anaknya akhirnya bersedia merawat anak yang ditinggalkan itu sebagai anaknya
sehingga tidak melukai perasaan istrinya. Setelah dewasa, anak yang diberi nama Sugiat oleh
Dr. Samsi ini menjadi seorang pengacara lulusan Inggris. Suatu hari, Leo datang ke rumah
Dr. Samsi setelah tidak bertemu dalam waktu yang cukup lama. Ia datang dengan tujuan
memeras Dr. Samsi. Ia mengancam jika tidak mendapatkan uang sebesar sepuluh ribu, ia
akan membeberkan rahasia yang sudah bertahun-tahun tertutup rapi kepada media dengan
maksud merusak citra Dr. Samsi.

            Dr. Samsi bermaksud menyicil uang itu namun Leo menolak karena ia menginginkan
uang sepuluh ribu kontan. Terjadilah percekcokan yang berakibat terbunuhnya Leo. Kasus
kematian Leo menyeret Sukaesih ke meja hijau. Tetapi kasusnya dimenangkan oleh Sugiat
sehingga Sukaesih pun terbebas dari jeratan hukum. Ketika berbincang Sugiat berbincang
dengan Sukaesih di rumahnya, Sugiat meletakkan tasnya di atas dipan. Kemudian tas itu
tertinggal ketika ia meminta izin untuk pulang. Saat Sugiat hendak mengambil tasnya
kembali, ia bertemu dengan ayahnya, Dr. Samsi. Kemudian Dr. Samsi menceritakan bahwa
Sukaesih dan Sugiat adalah ibu dan anak yang terpisah sejak lama karena perbuatannya.

Tanggapan

 Dalam dialog antar  tokoh, pengarang menggambarkan kejadian yang memang pada
kehidupan sebenarnya sering terjadi. Ada permasalahan kecurangan yang menjadi sorotan
dalam cerita ini. Selain itu pengarang juga memberikan pesan moral dengan menyinggung
masalah cinta antar pemuda yang sudah lewat dari batas kewajaran, sehingga terjadinya
hubungan intim sebelum adanya ikatan pernikahan. Hal ini dicontohkan pada tokoh Samsi
dan Sukaesih.
Laporan Menonton Naskah Drama

Oleh: Izzatunnisa Galih (1306415106)

Judul : A Midsummer Night’s Dream

Penulis : William Shakespeare

A Midsummer Night’s Dream yang dipentaskan di Graha Bakti Budaya pada tanggal
14 November 2014, merupakan sebuah perayaan tiga puluh tahun Teater Sastra. Drama
komedi karya Shakespeare yang ditulis sekitas tahun 1594 ini berbeda dengan drama komedi
yang biasa dipentaskan oleh Teater Sastra, hampir tidak ada muatan permasalahan sosial
yang ‘berat’. Permasalahan utama dalam drama ini adalah cinta, cinta yang pada awalnya
membuat tokoh-tokohnya menderita namun akhirnya berbahagia.

Ada lima pasangan kekasih yang mewakili setiap golongan dengan hubungan
percintaan yang berbda-beda jalannya. Ada cinta dalam istana antara Theseus, raja Athena,
dan Hippolyta, ratu Amazon, yang cintanya cenderung bersifat politis. Mereka bersama
karena Theseus telah mengalahkan kerajaan Hippolyta. Ada cinta dua pasangan remaja dari
kalangan menengah, Lysander dan Hermia yang saling mencintai namun terhalang restu ayah
Hermia, juga Demetrius dan Hermia, yang tadinya bertepuk sebelah tangan namun akhirnya
saling mencintai karena ada bantuan makhluk supranatural.

Ada pula cinta antara raja jin, Oberon, dan ratu peri, Titania, yang penuh perseteruan
dan membuat kekacauan di alam namun akhirnya kembali akur. Dimunculkan pula kisah
cinta Pyramus dan Thisby yang berakhir tragis, namun diceritakan sebagai komedi lewat
‘drama dalam drama’ oleh sekelompok tukang di pesta pernikahan Theseus dan Hippolyta.

Lima kisah cinta yang berbeda ini merupakan lima alternatif yang mungkin terjadi
dalam kisah cinta manusia. Mungkin ada orang-orang yang saling jatuh cinta karena alasan
yang logis. Tapi ada juga yang berani melawan peraturan karena cinta yang tak dapat
dijelaskan dengan akal sehat. Ada cinta yang bertepuk sebelah tangan, namun pada akhirnya
salah satu akan luluh karena cinta yang lainnya. Ada cinta yang berakhir bahagia meski
diselingi dengan banyak pertengkaran, namun ada juga cinta yang akan kandas hanya karena
kesalahpahaman.

Satu hal lagi yang dapat diambil dari drama ini adalah bahwa untuk mencapai
perubahan dan perbaikan, seorang tokoh tidak bisa hanya diam dan menerima keadaan, harus
selalu siap menerima kekacauan. Namun, sebaliknya, untuk memperoleh kebahagiaan
seorang tokoh harus mampu menerima kenyataan.

Anda mungkin juga menyukai