Anda di halaman 1dari 3

Nama : Intania Putri Dwilia Gumilar

NPM : 180210200025
Artikel Seni Pertunjukkan

Seni pertunjukan merupakan bagian dari 3 klasifikasi seni yaitu seni rupa, seni sastra dan
seni pertunjukan. Seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau
kelompok di tempat dan waktu tertentu. Pertunjukan biasanya melibatkan empat unsur yaitu
waktu, ruang, tubuh seniman dan hubungan seniman dengan penonton. Seni pertunjukan secara
umum dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori besar, yaitu tari, teater, dan musik dengan
pemahaman bahwa ketiganya bergerak dalam ruang-ruang tradisional, komersial, dan
eksperimentasi artistik (yang secara variatif dan leluasa dikategorikan ke dalam istilah atau genre
‘modern’ dan ‘kontemporer’). Di sini yang akan dibahas adalah salah satu dari bagian seni sastra
yaitu drama.
Kata drama berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku bertindak,
atau beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan, atau bereaksi. Dalam kehidupan sekarang,
drama mengandung arti yang lebih luas ditinjau apakah drama sebagai salah satu genre sastra,
ataukah drama itu sebagai cabang kesenian yang mandiri. Drama naskah merupakan salah satu
genre sastra yang disejajarkan dengan puisi dan prosa. Drama sebagai gambaran tentang
kehidupan manusia dalam dunia nyata yang coba dilukiskan kembali oleh pengarang dan
diperagakan dalam sebuah dunia yang disebut panggung dengan segala gejolak yang terjadi di
dalamnya. Pengarang mencoba menyikapi makna kehidupan baik itu sedih, menyenangkan,
sesuai dengan apa yang terjadi.
Pada kali ini yang akan dibahas adalah sebuah pintonan 6 drama pondok Basa Sunda
yang disutradarai dan ditulis oleh Rinrin Candraresmi. Acara ini dilaksanakan selama dua hari di
Unpad Dipatiukur. Pada pintonan ini terdapat 6 judul drama yang ditampilkan, yang pertama ada
‘Sabot Moyan’ yang menceritakan bagaimana keadaan atau kebiasaan selama pandemi Covid-19
terjadi. Yang kedua ada ‘Bandera’ yang menceritakan bagaimana penyesalan tokoh utama. Lalu,
yang ketika ada ‘Hate Ratug Tutunggulan’ yang menceritakan tentang bagaimana kedua teman
lama bertemu kembali lewat social media. Yang keempat ada ‘Girimis Wanci Magrib’ yang
menceritakan tentang trauma pasangan suami istri karena kehilangan anaknya. Yang kelima ada
‘Purbararang’, dan yang terakhir ada ‘Sora-sora Jeroning Sirah’. Dan yang akan dibahas itu
adalah ‘Girimis Wanci Magrib’.
Girimis Wanci Magrib adalah salah satu drama yang ditampilkan pada pertunjukan ini.
Drama ini menceritakan bagaimana pasangan suami istri dalam menghadapi trauma mendalam
yang telah mereka alami dahulu. Terdapat dua tokoh yang bermain di drama ini. Karena memang
hanya ada dua karakter dalam drama ini. Yang pertama ada Rangga Rahadian Diaguna yang
memerankan tokoh seorang suami, dan yang kedua ada Wiwin Windu Wulan yang memerankan
tokoh istri dari Rangga atau ibu yang kehilangan anaknya. Pertama-tama penonton akan di bawa
ke dalam sebuah halusinasi yang dialami oleh seorang tokoh utama perempuan. Penonton juga
akan dibawa ke dalam sebuah prasangka bahwa suaminya tidak peduli terhadap anaknya. Drama
ini sangat menarik karena cerita yang mereka angkat memiliki banyak permasalahan, seperti
Kesehatan mental seorang ibu yang ditinggalkan anaknya, lalu bagaimana sang suami
menghadapinya, sebenarnya lebih ke dalam bagaimana mereka menghadapi dan melewati
kesedihan itu.
Di ceritakan seorang pria yang baru saja sampai ke rumahnya setelah memancing ikan.
Tangkapannya hari itu lumayan banyak, cukup untuk dimakan bersama istrinya. Lalu, setelah itu
dia meminta kepada istrinya untuk memasak ikan tersebut. Namun, terlihat istrinya ini malah
asik menggendong anaknya. Sangat terlihat dan dapat terasa bagaimana rasa kasih sayangnya
terhadap anaknya itu. Seperti saat suaminya yang sedang merokok di dalam rumah, istrinya
melarang suaminya untuk tidak merokok di dalam rumah karena itu tidak bagus untuk
pernapasan apalagi ada anaknya di rumah. Selagi beristrirahat setelah memancing seharian, sang
suami meminta untuk diseduhkan sebuah kopi. Setelah itu istrinya kembali bermain bersama
anaknya. Sesekali dia sengaja menunjukkan kepada suaminya atau meminta suaminya melihat
anaknya. Namun, hal itu tidak digubris oleh suaminya. Hingga pada akhirnya istrinya tiba-tiba
berteriak panik dan ketakutan, dia terus meneriakkan nama anaknya ratu. Ternyata anaknya ratu
selama ini tidak ada. Dia sudah meninggal terbawa arus banjir. Namun, hal ini ternyata sangat
membekas pada diri sang istri, hal ini menjadi trauma yang sangat mendalam. Begitu pula pada
suaminya.
Drama ini sangat menarik, seperti yang sudah dijelaskan di awal. Penonton dibawa untuk
menerka-nerka sebenarnya apa yang terjadi. Penulis dibuat merasa kesal ketika menonton drama
ini dengan tingkah sang suami yang terlihat tidak peduli ketika istrinya terus menunjukkan dan
membicarakan anaknya. Tapi, ternyata itu salah, apa yang selama ini dilakukan istrinya ini
hanyalah sebuah halusinasi semata saja atau hanya ada dalam pikirannya saja. Karena pada
nyatanya anaknya ratu itu sudah tidak ada, yang selama ini selalu ia sanyangi itu hanyalah
sebuah boneka. Walaupun hanya ada dua pemain pada drama ini, tapi mereka dapat
menyampaikan pesan dari drama ini dengan sangat baik. Semua acting yang mereka lakukan
juga sangat bagus. Dari ekspresi hingga intonasinya benar-benar bagus. Karena mereka berhasil
membawa penonton masuk ke dalam cerita bersama mereka. Walaupun hanya menggunakan
sedikit property, namun drama ini tetap menarik ditonton.
Kelebihan pada drama ini adalah tema yang diangkat merupakan tema yang sudah
banyak ada dimana-mana. Lalu, cerita yang diambil juga sangatlah mudah untuk dipahami para
penonton. Karena ada beberapa drama yang mengambil tema dan cerita yang mungkin akan sulit
untuk dipahami oleh para penonton muda. Namun, untuk tema yang seperti ini mungkin akan
menjadi kelemahan juga dikarenakan ini bisa membuat alur cerita mudah untuk ditebak.
Pada setiap drama yang ditampilkan ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-
masing. Terlebih pada setiap drama yang ditayangkan ini memang memiliki tema dan alur cerita
yang berbeda, bahkan para pemerannya juga berbeda-beda. Dengan banyaknya perbedaan ini
pula ada banyak juga pesan amanat yang disampaikan pada setiap cerita yang bisa ambil.
Semoga dengan diadakannya acara ini bisa membuat acara-acara pertunjukkan dengan basa
Sunda ini semakin banyak digelar dan akan semakin banyak pula para pemuda-pemudi yang
menontonnya.

Anda mungkin juga menyukai