Anda di halaman 1dari 2

Ulasan Teater Drama "MENGANCAM KENANGAN"

October 14, 2015


Teater drama yang diadakan pada hari Kamis, 8 Oktober 2015 pada pukul 19.00
WIB bertempat di GP 7 Universitas PGRI Semarang ini mempunyai dua sesi
yaitu jam 16.00 dan jam 19.00 WIB. Drama yang merupakan karya oleh Iruka
Danishwara (anggota teater tikar) dan disutradai oleh Ibrahim ini menurut saya
cerita tersebut masih agak sulit untuk di cerna jalan ceritanya. Sebuah kenangan
adalah suatu hal yang abadi dalam ingatan manusia entah kenangan tersebut
manis ataupun pahit. Yang jelas semua makhluk hidup akan mengalami dengan
yang namanya kenangan. ‘Nyonya’ sebagai tokoh lakon utama dalam drama
tersebut mengalami sebuah kenangan yang begitu pahit dimasa lalunya,
Ia harus hidup sendiri ditemani begitu banyak kenangan yang belum bisa ia
hapuskan dari ingatannya. Ia ditinggalkan oleh suaminya yang pergi dijemput
oleh para serdadu dan anak laki-lakinya yang menikah.Wanita tua tersebut kini
hanya hidup sebatang kara yang selalu mencoba untuk menghilangkan dan
menghapus semua kenangannya itu, tapi selalu saja kenangan tersebut
menempel pada tubuhnya. Ada beberapa kata kiasan yang digunakan pada
dialog drama tersebut, seperti halnya pria yang bersayap emas, para serdadu,
dan masih banyak lagi. Mungkin itu dimaksudkan agar para penonton bisa
mencerna sendiri dari maksud dari kata-kata yang digunakan oleh para lakon
pemain.
Bersama dengan debu-debu dan hiasan foto yang ada di dindingnya menjadi
saksi bisu kenangan masa lalu nyonya tersebut. Hampir setiap hari wajah
nyonya terlihat seperti tatapan yang kosong. Debu-debu tersebut menjelma
menjadi anak-anak kecil yang selalu bermain di masa lalu nyonya. Sang anak
laki-laki dari nyonya tersebut selalu menanyakan keberadaan ayahnya. Tapi
wanita tersebut tak pernah menjawabnya. Kehidupan dari nyonya bagaikan
sebuah drama. Tak hanya dari kehidupan nyonya saja, semua manusia dan
makhluk hidup ini adalah para lakon drama karena hanyalah Tuhan Yang Maha
Esa yang mengatur dan sebagai sutradaranya.

Di dalam cerita tersebut, diceritakan bahwa nyonya tersebut sampai


menusuk-nusuk sebuah boneka hingga air yang ada didalam boneka tersebut
tumpah. Lalu menyirami boneka tersebut dengan air yang ada didalam bak air.
Itu menggambarkan bahwa begitu kuat kenangan yang ada dalam diri nyonya
walaupun ia sudah mencoba menghapuskan kenangan tersebut berulang-ulang
tetap saja kenangan akan kekal abadi dalam ingatan. Drama ini tidak terlalu
banyak dialognya, hanya saja nyonya yang selalu berdialog dengan debu-debu
dan menjawabi semua pertanyaan dari debu-debu.
Dibalik sisi jalan cerita yang mengalami kenangan yang pahit, ada sisi
keromantisan dari drama ini, yaitu seorang laki-laki yang memegang kedua
tangan seorang wanita dan menatapnya, mungkin menurut saya itu adalah sosok
anak laki=laki dari nyonya yang akan menikah dengan wanita pilihannya atau
bisa juga nyonya yang dimasa lalunya ketika ia dengan suaminya yang bersayap
emas itu.
Drama yang beranggotakan 5 orang ini, adalah kumpulan mahasiswa
Semarang. Mereka sangat totalitas dalam bermain akting, namun menurut saya
panggung dramanya terlalu dekat dengan penonton sehingga seolah-olah terlihat
seperti sedang baru latihan akting. Sutradara ingin menceritakan bahwa setiap
manusia pasti mempunyai kenangan entah itu pahit atau manis. Nah didalam
drama ini juga menceritakan kenangan yang pahit dengan masa lalunya dan
bagaimana cara menyikapi akan hal itu.
Dan diakhir pertunjukan drama, diadakan sesi tanya jawab antara penonton
dengan para pemain, sutradara, dan pengarangnya. Sehingga para penonton bisa
bertanya sepuasnya tentang pertunjukan drama teater tersebut. Setelah sesi
tanya jawab selesai, lalu para penonton bisa berfoto ria dengan para pemain,
sutradara, pengarang dan staf-stafnya.

Anda mungkin juga menyukai