NIM : B0216003
Kelas : A
Naskah ini bercerita tentang seorang wanita tua yang bernama Komachi. Komachi ini
bernampilan layaknya gelandangan, suatu hari ia bertemu dengan penyair di sebuah taman kota
yang sepi akan pengunjung remaja. Percakapan demi percakapan terjadi antara penyair dan
Komachi. Penyair itu mengatakan kepada Komachi bahwa sepinya pengunjung remaja di taman
kota itu disebabkan oleh dirinya yang seringkali datang ke taman kota dengan penampilan yang
sangat buruk dan membuat para remaja yang akan memadu kasih merasa takut ataupun
terganggu dengan kedatangan Komachi. Komachi yang merasa dirinya baik-baik saja dan tidak
ada yang salah dengan dirinya tidak terima dengan ucapan si penyair, kemudian ia mengatakan
kepada si penyair jika dirinya dulu sangatlah cantik. Bahkan Komachi mengklaim jika
kecantikannya begitu terkenal di penjuru kota itu. Tentu saja melihat keadaan Komachi yang
sekarang si Penyair tidak lah percaya dengan apa yang dikatakan oleh Komachi.
Saya kurang memahami tentang adegan ini, namun saya akan tetap menjelaskan berdasar
apa yang saya tangkap. Sebelumnya diceritakan bahwa penyair tidak percaya dengan cerita
Komachi yang mengklaim dulunya ia adalah seorang gadis yang cantik. Pada adegan ini
diceritakan diadakannya sebuah pesta dansa yang dihadiri oleh Komachi dan penyair serta
pemain pembantu yang berperan sebagai tamu di pesta tersebut. Dalam pesta tersebut seperti ada
sebuah keajaiban, si penyair akhirnya dapat melihat kecantikan Komachi, tidak hanya si penyair
namun beberapa pengunjung juga mengatakan hal tersebut. Tidak sedikit yang mengatakan
bahwa dirinya adalah yang tercantik. Dansa pun dimulai, Komachi dan si penyair menjadi
pasangan dansa yang paling diagungkan pada malam itu. Tamu yang lain juga mengatakan
bahwa komachi dan si penyair adalah pasangan yang cocok dan terlihat begitu serasi jika
bersama. Diceritakan juga bahwa Komachi terlihat bahagia pada malam itu di pesta dansa. Laki-
laki yang menghadiri pesta dansa tersebut juga mengatakan bahwa banyak sekali lelaki yang
mendekati Komachi dan menginginkan dirinya untuk dijadikan pendamping hidup. Namun,
semua lelaki yang telah mengungkapkan cinta kepada Komachi berakhir tidak menyenangkan,
semua lelaki itu meninggal tanpa sebab.
Dalam pentas tersebut juga ada peran gelandangan yang menurut saya itu hanya sebuah
pencair suasana untuk pentas. Karena cerita yang dipentaskan ini terbilang serius sehingga
dihadirkan tokoh yang mencairkan suasanya. Namun kehadiran tokoh pencair suasana tidak lah
suatu kewajiban dalam pentas itu semua tergantung sutradara yang menangani. Dan menurut
saya kehadiran tokoh tersebut yang diperankan oleh Rico sangat lah menghibur karena sedari
tadi saya mencoba memahami cerita tersebut dan berusaha mengambil amanat dari cerita yang
dipentaskan itu.
Pemeran Komachi dalam pentas ini secara keseluruhan terbilang bagus dan memukau
meskipun ada beberapa kekurangan yang saya rasakan. Saya akan memulai dari hal-hal yang
bagus terlebih dahulu. Pertama, hal yang paling membuat saya terkagum-kagum oleh pemeran
Komachi ada pada make upnya. Make up yang menempel pada wajah pemeran Komachi
menurut saya sangat berkarakter, begitu pula dengan kostum beserta rambut palsunya. Vokal
pemeran Komachi masih mampu menjangkau di tribun penonton bagian depan meskipun kadan
kurang stabil; kadang keras, kadang juga terdengar lemah vokalnya. Selain itu, ada juga
kekurangan yang saya rasakan dari pemeran Komachi. Menurut saya pemeran Komachi ketika
sedang berada di panggung kurang lepas seperti ada beban yang akhirnya membuat saya yang
menontonnya merasa tidak nyaman. Entah perasaan saya atau memang si pemeran Komachi
dalam keadaan yang seperti saya katakan sebelumnya.
Saya juga memiliki beberapa pendapat tentang pemeran penyair. Tentu saja tiap pemeran
memiliki penilaian yang baik dan buruk, namun untuk pemeran penyair saya lebih condong ke
pendapat yang buruk. Berbeda dengan pemeran Komachi, pemeran penyair menurut saya kurang
dapat penjiwaannya, menurut saya pemeran penyair terlihat begitu kaku. Terlebih lagi ketika ia
harus melakukan adegan meninggal, disitu pemeran penyair kurang natural dalam melakukan
adegan yang mengharuskan dirinya terlihat sedang kesakitan. Untuk make up dan kostum yang
digunakan oleh pemeran penyair saya akui sudah cukup bagus. Untuk vokal pemeran penyair
dapat dibilang cukup keras. Bahkan begitu jelas terdengar di tempat saya duduk.
Amanat yang saya dapat dari cerita tersebut ialah kita tidak boleh mendewakan perasaan
cinta tanpa memikirkan resiko yang ada. Dengan kita lain kita tidak boleh memiliki obsesi yang
berlebihan akan suatu hal karena dapat membuat kita kehilangan akal.