Anda di halaman 1dari 4

Nama : Via Meza Putri

Kelas : 6 B

Mata Kuliah : Telaah Drama

Analisis Seni Pertunjukan dalam Pertunjukan Teater “Senja dengan Dua


Kematian” karya Kirdjomulyo

A. Unsur-unsur Drama sebagai Seni Pertunjukan


1. Naskah
Dalam Pertunjukan Teater Senja dengan Dua Kematian memiliki naskah yang harus
diikuti oleh para pelakon
2. Aktris/aktor
Pemeran dalam pertunjukan ini dimainkan oleh 5 aktor dan aktris, diantaranya:
a. Rmelia sebagai Wiyasti,
b. Taufik Rojak sebagai KarWiyas
c. Zanuar Eko sebagai Karnowo,
d. Riman sebagai Sumadijo, dan
e. Ayu Dewi sebagai Surtini.
3. Awak pementasan di balik pertunjukan
Awak pementasan di balik pertunjukan Senja dengan Dua Kematian meliputi :
a. Sutradara : Fikri Aprija
b. Assisten Sutradara : Sulastri Wulandari
c. Penata Artistik : Vigo Rafindo
d. Penata Setting : Abdul Haris Lubis
e. Penata cahaya : Beri Prima
f. Penata Kostum : Cassandra Dwi Lovend, Yolanda Putri , Ventri Desvika Haura
g. Penata Rias : Leoni Intan Sari
h. Penata Musik : Seprizal
4. Panggung/Pentas
Panggung dalam seni pertunjukan ini berupa rumah yang terlihat kosong dan sarat
akan kekurangan
5. Penonton
Dalam pertunjukan teater penonton adalah hal yang paling utama. Doakan teater ini
penonton menjadi pengamat sekaligus penikmat pertunjukan ini.

B. Unsur-unsur Artistik Pementasan Drama

1) Setting(tata panggung)

Sesuai dengan naskah cerita Senja Dengan Dua Kematian. Tata panggung dalam
pementasan ini meliputi rumah yang terlihat suram, menimbulkan perasaan sedih dan
terlihat kosong.

2) Lighting( tata cahaya)

Pada seni pertunjukan Senja dengan Dua Kematian, tata cahaya di atur dengan
pencahayaan kekuningan yang menimbulkan kesan bahwa ini memang rumah yang
miskin dan tua. Di samping itu fokus pencahayaan pada tokoh utama memberi ketegasan
pada penonton bahwa dialah tokoh utama dalam cerita tersebut.

Selain itu pada pergantian adegan/hari dalam pertunjukan tersebut ditandai dengan lampu
yang dimatikan dan diganti dengan adegan baru sehingga penonton mudah mengerti
bahwasannya adegan sudah berganti. Pada akhir cerita juga ketika Wijasti menangis ,
lampu sorot berfokus pada satu titik yaitu adegan Wijasti menangis sementara semuanya
gelap. Karena tata cahaya tersebut , penonton juga ikut merasakan kegelapan yang
dialami Wijasti dan bagaimana kesedihan begitu meliputi hidupnya, bagaimana
kemalangan hidup bertubi-tubi datang dalam hidup Wijasti.

3) Musik

Musik menjadi properti yang sangat mendukung dalam seni pertunjukan. Dalam
pertunjukan teater Senja dengan Dua Kematian, musik yang digunakan sangat berperan
dalam menambah kesan dramatis dalam setiap adegan. Ketika pertengkaran dimulai suara
mencekam dari musik yang ditimbulkan rasa amarah dan kecemasan dari Wijasti maupun
Kardiman membuat penonton ikut marah dan cemas. Ketika musik berubah menjadi
sedih, penonton ikut bersedih, ketika musik berganti cepat dan tegas, penonton tau bahwa
ada kemarahan di antara tokoh. Indra pendengaran akan menangkap maksud musik
tesebut dan membuat penonton menjadi ikut dramatis.

4) Busana

Busana juga merupakan properti yang sangat penting dalam seni pertunjukan. Busana
akan menegaskan peran dan kondisi tokoh dalam pertunjukan tersebut.

a) Kardiman
Kardiman menggunakan busana yang lusuh dan tidak berganti. Dengan begitu,
terlihat bahwa Kardiman tidak peduli pada penampilannya karena sibuk minum-
minum dan berkeliaran di malam hari untuk memuaskan nafsunya. Selain itu busana
yang dia pakai menegaskan kemiskinan dan tak bertanggung jawabnyo Kardiman
tersebut.
b) Wijasti
Wijasti menggunakan pakaian sederhana berupa dress wanita rumahan. Sama halnya
dengan Kardiman pakaian Wijasti begitu sederhana sehingga penonton langsung tau
ketidakmampuan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu pada adegan
pemerkosaan terhadap Wijasti. Busana sobek dan terlepas yang dikenakan Wijasti
menambah kesan dramatis yang dialami pelakon. Kesedihan dan kehancuran Wijasti
cukup terlihat dibalik pakaian yang dia gunakan
c) Karnowo
Karnowo menggunakan pakaian seperti anak punk pada umumnya, berbaju kaos,
celana jeans, dan jaket kulit, sehingga peran antagonisnya terlihat dibalik busana yang
dia gunakan.
d) Sumadijo
Sementara itu Sumadijo menggunakan pakaian yang rapi, kemeja berkerah, dan
rambut yang klimis dan culun. Penggunaan busana ini mendukung perannya yang
culun, tidak suka bertengkar dan berbicara terbata-bata.
e) Surtini
Terakhir peran Surtini dalam pertunjukan ini menggunakan busana yang berlebihan,
berbedak tebal dan bergaya seperti nyonya sosialita. Dari busana nya penonton
langsung tau bahwa dia adalah tokoh yang kaya dengan kesombongan yang dia
miliki.
5) Tata rias

Tata rias disini sangat mendukung peran tokoh dalam melakoni perannya. Seperti Wijasti
yang sederhana dalam riasannya namun tegas untuk mendukung perannya sebagai anak
yang serba kekurangan dan frustasi akan kehidupannya. Sementara Kardiman
menggunakan riasan yang pucat untuk menunjukkan kebiasaan minum-minumnya dan
kehidupan malamnya. Pada tokoh Karnowo, tata riasnya ditonjolkan pada matanya yang
cekung dan riasan wajah yang tegas menunjukkan keegoisan dan keinginan menguasai
Wijasti serta kegiatannya yang banyak terlihat pada alkohol dan kehidupan malam.
Selanjutnya pada tokoh Sumadijo tata riasnya menunjukkan keculunan tokoh tersebut.
Terakhir Surtini, dalam pertunjukan teater ini Surtini yang berperan sebagai korban dari
Sumadijo menggunakan riasan yang tebal dan berlebihan untuk menonjolkan perannya
yang sosialita dan kaya raya.

Anda mungkin juga menyukai