Anda di halaman 1dari 5

KAJIAN TEATER MODERN DI INDONESIA

TUGAS INDIVIDU

Ditujukan Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Kajian Drama

Dosen Pengampu: Nuryadin, S.Pd., M.Hum

OLEH:

IMAN ANUGRAH

STB. 220 502 010

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA & SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAKIDENDE

UNAAHA

2021
KAJIAN TEATER MODERN DI INDONESIA

Secara epistemologis, teater berasal dari bahasa Yunani, “Theatreon”


(Bahasa Inggris, Seeing Place) yang artinya adalah tempat atau gedung
pertunjukan. Sehinga, pengertian teater secara luas adalah segala hal yang
dipertunjukan di depan orang banyak.
Teater atau drama masih menjadi salah satu sarana hiburan untuk
masyarakat Indonesia. Walaupun dengan banyaknya media hiburan massa yang
berkembang saat ini, teater tetap eksis di gedung-gedung kesenian.
Berbicara tentang teater, tentunya tidak bisa terlepas dari dua jenis teater,
yaitu teater tradisional dan teater modern. Teater tradisional dapat dikatakan
sebagai teater daerah atau teater rakyat karena disesuaikan dengan adat istiadat
tempat tersebut. Sedangkan teater modern ialah pertunjukan teater yang
mengadaptasi unsur-unsur kebaratan, baik dalam bentuk penampilannya maupun
manajemennya.
Unsur-unsur teater modern ialah sebagai berikut.
1. Naskah/skenario, bagian yang ada pada teater modern ialah adanya naskah.
Skenario ditulis pada naskah yang sudah memiliki alur yang jelas. Baik itu
nama aktor, latar, dialog, dan adegan. Dengan begitu, para aktor tinggal
mempraktikan sesuai dengan naskah.
2. Tokoh dan penokohan, tokoh pada teater modern lebih beragam sesuai dengan
tema yang dimainkan oleh pementasan teater tersebut. Distribusi tokohnya
pun lebih jelas. Misalnya ada tokoh utama, tokoh pembantu, dan tokoh
tambahan. Penokohan atau watak yang diperankan oleh masing-masing tokoh
pun sangat beragam.
3. Sutradara, adalah seorang yang memiliki kewenangan untuk mengatur
pementasan. Dengan begitu, pementasan menjadi lebih terarah dan rapi.
Kesuksesan teater bisa dibilang dengan kesuksesan sutradara.
4. Properti, jika teater tradisional sangat sederhana tidak memperhatikan
properti, maka teater modern sangat memerhatikan properti. Hal ini

1
dikarenakan properti yang sesuai dan “niat” bisa menambah kualitas
pementasan.
5. Penataan, yang ada pada teater modern ialah sebagai berikut.
a. Tata rias, seorang penata rias harus bisa mengubah pemain menjadi sangat
mirip dengan karakter yang diperankan.
b. Tata busana, adalah penataan kostum untuk menunjang pemain dalam
memerankan karakternya. Jika busana yang digunakan tidak sesuai, maka
itu cukup berpengaruh terhadap kualitas pementasan tersebut.
c. Tata suara yang biasanya berfungsi untuk mendukung suasana saat
pementasan berlangsung. Alat musik yang digunakan juga sudah modern,
seperti gitar listrik, keyboard, dan sebagainya.
d. Tata lampu, adalah pencahayaan panggung sehingga mendukung suasana
pementasan.
Perkembangan seni teater di Indonesia semakin membanggakan dari
waktu ke waktu. Teater Indonesia bukan sekedar media hiburan, lebih dari itu seni
pertunjukan ini bisa menjadi media propaganda bahkan kritik sosial. Salah satu
teater modern Indonesia yang sampai sekarang masih produktif menelurkan
karya-karyanya ialah Teater Koma.
Teater yang didirikan di Jakarta pada 1 Maret 1977, sudah memproduksi
140 pementasan, baik di televisi maupun di panggung, hingga tahun 2015. Kiprah
kreatifitasnya biasa digelar di Pusat Kesenian Jakarta - Taman Ismail Marzuki dan
Gedung Kesenian Jakarta.
Teater Koma banyak mementaskan karya N. Riantiarno. Antara lain;
Rumah Kertas, Maaf.Maaf.Maaf., J.J, Trilogi Opera Kecoa (Bom Waktu, Opera
Kecoa, Opera Julini), Opera Primadona, Sampek Engtay, Semar Gugat, Opera
Ular Putih, Republik Bagong, Republik Togog, Republik Petruk, Sie Jin Kwie,
Rumah Pasir, Sie Jin Kwie Kena Fitnah, Sie Jin Kwie di Negri Sihir, Demonstran,
Republik Cangik, dsb.
Juga menggelar karya dramawan kelas dunia; antara lain William
Shakespeare, Georg Buchner, Bertolt Brecht, Moliere, Aristophanes, Arthur

2
Miller, Beaumarchaise, George Orwell, Alfred Jarre, Freidrich Schiller,
Friedrich Durrenmatt, dan Evald Flisar.  
Sebagai salah satu kelompok teater paling produktif di Indonesia, Teater
Koma kembali dengan produksi terbarunya berjudul J.J Sampah-Sampah
Kota yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation. Lakon yang menjadi
produksi ke-159 ini akan dipentaskan pada 8 - 17 November 2019 di Graha
Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Lakon ini ditulis oleh N. Riantiarno dan telah dipentaskan oleh Teater
Koma pada 1979. Setelah 40 tahun berlalu, Teater Koma kembali mementaskan
lakon ini dengan arahan Rangga Riantiarno yang berperan sebagai sutradara. Ini
merupakan kali kedua penyutradaraannya di Teater Koma setelah Antigoneo pada
2011 yang lalu.

Sumber: Djarumfoundation.org

Lakon J.J Sampah-Sampah Kota ini berkisah tentang sepasang suami istri


bernama Jian dan Juhro yang hidup di sebuah gubuk di kolong jembatan. Jian
bekerja sebagai kuli pengangkut sampah. Ia digaji harian dan tidak punya jaminan
masa depan. Meski begitu dia tetap bekerja dengan jujur, rajin, giat dan gembira.
Bersama Juhro, yang tengah hamil tua, dia hidup bahagia.

3
Semua ini tak lepas dari pengawasan Mandor Kepala dan tiga mandor
bawahannya, Tiga Pemutus. Mereka ingin melihat sampai sejauh mana kejujuran
Jian bisa dipertahankan. Suatu hari, Para Pemutus menjatuhkan tas berisi uang
yang amat banyak di sekitar tempat Jian bekerja. Jian panik. Apa yang sebaiknya
dia lakukan?
Bicara soal sampah dan penguasa korup memang seolah tak ada habisnya
di setiap era. Namun bagaimana dengan kejujuran? Seperti apa rasanya
mempertahankan nilai kejujuran pada era di mana ketidakadilan dan
ketidakjujuran bisa dengan mudahnya ditemui di sudut kota mana pun?
Jawabannya, tentu tidak sesederhana itu. Sama halnya dengan, betapa tidak
sederhananya mementaskan kembali lakon yang sudah dipentaskan puluhan tahun
lalu di era sekarang.
Pementasan J.J Sampah-Sampah Kota kali ini didukung oleh aktor-aktor
kawakan seperti Idries Pulungan, Budi Ros, Daisy Lantang, Ratna Ully, Ohan
Adiputra, Tuti Hartati, Ade Firman Hakim, Raheli Dharmawan, Toni Tokim,
Hengky Gunawan, Angga Yasti, Suntea Sisca, Bayu Dharmawan, Andhini Puteri
Lestari, Sekar Dewantari, Febri Siregar, Dana Hassan, Radhen Darwin, Palka
Kojansow, Pandu Pangestu, Zulfi Ramdoni, dan masih banyak lagi.
Tata busana Alex Fatahillah bersama tata rias karya Subarkah Hadisarjana
dan tata rambut garapan Sena Sukarya dengan dukungan PAC Martha Tilaar akan
berpadu dengan tata artistik garapan Idries Pulungan, tata cahaya besutan Deray
Setyadi, latar animasi dan multimedia olahan Deden Bulqini. Tata gerak Ratna
Ully serta arahan instruktur vokal Naomi Lumban Gaol akan diiringi oleh musik
komposisi dan aransemen karya Fero A. Stefanus. Lakon ini juga mendapat
sentuhan ilustrator buku acara Saut Irianto Manik, dan perancang grafis ra7dika.
Semua didukung oleh Konsultan Kreatif N.Riantiarno dan Ohan Adiputra,
Pimpinan Panggung Sari Madjid, Pengarah Teknik Tinton Prianggoro, Pimpinan
Produksi Ratna Riantiarno, di bawah arahan Co-Sutradara Bayu Dharmawan dan
Sutradara Rangga Riantiarno.

Anda mungkin juga menyukai