Anda di halaman 1dari 3

APRESIASI SENI ‘PHINESTI’ KELAS XII MIPA 2

Setelah menonton teater yang berjudul ‘Phinesti’ hasil karya kelas XII MIPA 2, penilaian
menurut saya mengenai karya tersebut adalah :

 Cerita : Memiliki topik dan alur yang sangat menarik dan terdapat
bebera scene film yang tidak tertebak. Hal ini membuat para audiens tidak merasa
bosan terhadap alur cerita tersebut. Cerita tersebut juga mengandung hikmah yang
dapat diambil oleh para audiens.
 Penokohan : Pada cerita tersebut, para tokoh sangat mendalami watak
pada cerita tersebut. Pelaku antagonis pada cerita tersebut juga sangat menonjol
dan sangat menghayati sebagaimana mestinya, begitupun pada peran protagonis.
 Tata musik : Penataan musik pada pertunjukkan tersebut sudah sangat
sesuai dan mendukung dengan beberapa adegan yang dimainkan. Tetapi seringkali,
musik dinyalakan dengan volume yang lumayan besar sehingga suara dari para
pemain sering kali kurang terdengar.
 Tata rias/Busana : Tata rias dan busana yang digunakan oleh para tokoh sudah
sangat menarik, sehinggga dapat menunjukkan karakter tiap-tiap para tokoh.
Terutama pada ornamen ornamen/aksesoris serta busana yang digunakan oleh para
tokoh sangatlah totalitas yang mendukung pertunjukkan tersebut lebih menarik dan
lebih terasa nyata.
 Setting : Setting (Latar) yang digunakan juga sangat jelas. Berkat
ornamen yang digunakan juga dengan mudah untuk mengetahui latar apa yang
digunakan oleh para pemain tersebut.

Beberapa adegan dan keterangan dalam teater ‘Phinesti’ :

1. Laksita merasa sedih karena belum ada lelaki yang datang untuk melamarnya. Kemudian
datanglah Abimanyu untuk menengkan putrinya.
2. Laksita menikah dengan Batara dan tinggal berdua di rumah yang sederhana. Laksita
menikah dengan Batara tetapi dengan syarat dia harus memakai penutup mata dan tidak
boleh melihat Batara.

3. Laksita meninggal karena memakai susuk yang diberi oleh Roro. Padahal sebelumnya,
Roro telah melarang Laksita untuk membuka kotak yang berisi susuk tersebut. Tapi karena
penasaran, Laksita mencobanya dan berakhir dia meninggal dunia. Tentu, Batara merasa
sedih telah ditinggalkan oleh istrinya tercinta.

Setelah menonton pertunjukan teater tersebut, saya mewawancari penulis naskah


‘Phinesti’ yaitu kak Naura Shafira. Hasil dari wawancara tersebut adalah :

Phinesti merupakan karya dari seluruh murid XII MIPA 2 yang disutradarai oleh Ka Nessa.
Makna dari ‘Phinesti’ diambil dari arti kata itu sendiri yang bearti takdir. Cerita tersebut
menjelaskan tentang kisah nyata dari takdir antara Batara dan Laksita. Penulis naskah
mendapatkan inispirasi dari mitologi yunani kuno ‘Cupid dan Psyche’ yang dirombak oleh
penulis naskah dengan beberapa plot twist yang tentunya membuat pertunjukan tersebut
dikemas lebih menarik. Latihan yang dilakukan untuk mempertunjukkan penampilan ini
adalah sekitar satu bulan, sedangkan naskah dibuat juga selama satu bulan lamanya. Waktu
yang cukup sebentar tapi mereka berhsasil untuk menjukkan yang terbaik. Kendala yang
dialami oleh murid XII MIPA 2 adalah dalam memanage waktu, mengingat mereka semua
sudah menduduki kelas XII. Selain itu adalah kendala dalam membangun chemistry. Karena
beberapa aktor yang bermain bukan dari kalangan yang berpengalaman menjadi aktor.
Foto wawancara bersama penulis naskah, Ka Naura Shafira

NAMA : Anindita Nevia P.

Kelas : X4

Absen :2

Anda mungkin juga menyukai