RESENSI NOVEL
Oleh :
Penyunting : Juliagar R. N.
Penerbit : Mediakita
Cetakan : Pertama
Beberapa album karya Fiersa Besari, yaitu 11:11 (2012), Tempat Aku
Pulang (2014), Konspirasi Alam Semesta (2015), Album 20:20 (2020). Selain itu,
ada juga beberapa single yang dinyanyikannya, di antaranya, Garis Waktu (2016),
Ibu Pertiwi, yang dinyanyikan bersama Iwan Fals dan Once Mekel, dan menjadi
original sound track film Bumi Manusia (2019), serta Pelukku untuk Pelikmu,
yang menjadi original soundtrack film Imperfect (2019).
Karya tulisan pertama Fiersa Besari adalah “Garis Waktu”, yang juga
merupakan judul dari salah satu lagu single yang dinyanyikannya. Novel Garis
Waktu merupakan rangkuman dari sejumlah tulisan Fiersa Besari dalam kurun
waktu dari tahun 2012 hingga 2016.
Terlahir dari ayah seorang “ekstapol”, Juang Astrajingga harus selalu siap
untuk menghadapi segala cemoohan dan celaan dari orang lain, termasuk
tetangganya. Juang seorang pria yang memiliki penampilan fisik yang cukup
menarik, meski memliki brewok tipis dan kumal yang menghiasi wajahnya, serta
alis tebal yang mendukung sepasang mata tajam miliknya.
Tatapan pertama dengan wanita itu seolah membuat dunia Juang berhenti
bergerak. Benar-benar, tidak ada yang akan tahu apa yang direncanakan alam
semesta. Ketika Juang ingin melaksanakan tugasnya untuk mewawancarai seorang
anak dari sinden Shinta Aksara, seseorang yang memiliki suara indah, dan
membanggakan bangsa ini di kancah internasional, tetapi seperti dilupakan oleh
bangsanya sendiri.
Seorang yang akan diwawancarai Juang itu adalah Ana Tidae, anak dari
seorang sinden terkenal, yang juga merupakan wanita yang kala ditabrak Juang
ketika berada ditoko buku. Berawal dari tabrakan di toko buku, bertemu lagi
untuk melaksanakan tugas, hingga naik bianglala berdua dan merencanakan untuk
mendaki bersama.
Hubungan Juang Astrajingga dan Ana Tidae menjadi semakin dekat. Senja
memang akan membawa kita menemui kegelapan, tetapi jika kita mengetahui cara
untuk bersyukur, kita akan menemukan banyak bintang dalam gelap yang dapat
kita nikmati. Senja menjadi awal dari kisah cinta Juang dan Ana.
Hingga ibunda Juang pergi meninggalkan dirinya dan dunia, dan Juang
pun kehilangan cahaya hidupnya. Juang sontak memaki dirinya sendiri yang
belum sempat mengabdi kepada sang ibu. Ana sangat paham dengan keadaan
Juang yang sedang berduka, karena kepergian ibunya.
Maka itu, Ana memutuskan untuk tidak memberitahu Juang tekait dirinya
yang harus melakukan operasi pengangkatan tumor yang tumbuh di bagian kepala
belakang kepalanya. Belum sempat Juang Ana memberitahu keadaanya, Juang
menemukan Ana berada dalam pelukan Deri, lelaki yang masih mengharapkan
Ana untuk kembali ke pelukannya.
Pada akhirnya, Ana yang penuh rasa optimis dan tak henti berjuang,
kemudian mampu menjadi gadis tangguh dan periang kembali. Tumor kecil di
kepalanya telah lenyap. Juang dan Ana kemudian menikah.
Novel ini menceritakan segala hal adalah baik, jika kita dapat
memandangnya dengan cara yang baik. Penentuan atas baik dan buruk ditentukan
oleh diri kita sendiri. Seperti senja yang dianggap membawa kepada kegelapan,
tetapi juga dapt dianggap sebagai sesuatu yang indah, yang membawa kita
menemukan bintang-bintang. Cinta sejati itu nyata adanya, cinta yang akan
bertahan meski diterjang badai berulang kali. Cinta yang hanya akan dipisahkan
oleh maut.
Hal yang paling penting dari menjadi seorang manusia adalah untuk
menyebarkan kebaikan. Memberikan lebih baik dibanding menerima. Jangan
hanya berharap untuk mendapatkn perbuatan baik dari orang lain saja.