Anda di halaman 1dari 8

Pratiwi Digda Wijaya

Divisi Humas

Pendidikan Geografi 2017

Pusat Studi Mahasiswa

REVIEW FILM

“SURAT DARI PRAHA”

 Produser: Angga Dwimas Sasongko, Anggia Kharisma,


Handoko Hendroyono, Chicco Jerikho

 Sutradara : Angga Dwimas Sasongko

 Penulis : M. Irfan Ramli

 Pemeran : Julie Estelle, Tio Pakusadewo, Widyowati,


Rio Dewanto

S
urat Dari Praha
adalah sebuah film
Indonesia yang
diluncurkan pada
tahun 2015. Film ini
diangkat atas dasar
keprihatinan kepada
mahasiswa Indonesia yang

pada zaman itu harus


merasakan pedihnya tidak mempunyai kewarganegaraan dan
dilarang kembali ke negaranya sendiri. Film ini
menceritakan salah satu kisah yang memilukan dari seorang
lulusan sarjana nuklir yang mendapat beasiswa ke Praha,
Cekoslovakia pada era pemerintahan Soekarno. Mereka
bukanlah sembarang orang karena mereka adalah mahasiswa
Indonesia terpintar yang sedang studi lanjutan atau
ditugaskan belajar oleh pemerintah di negeri tersebut. Pada
masa itu sedang berlangsung Perang Dingin, dunia telah
terbagi menjadi dua blok yaitu Blok Barat dan Blok Timur.
Blok Barat dipimpin oleh negara Amerika Serikat, sementara
Blok Timur dipimpin oleh Uni Soviet. Dan juga terdapat
negara kekuatan ketiga yaitu Gerakan Non Blok dan Indonesia
termasuk pendirinya. Tetapi, kebijakan politik pada Orde
Lama lebih cenderung ke Blok Timur. Dan diperparah setelah
peristiwa pemberontakan PRRI/Permesta dan disusul dengan
Konfrontasi Malaysia yang membuat Indonesia terlihat
berseberangan dengan Blok Barat. Namun, konstelasi politik
berubah yaitu terjadi peristiwa G30SPKI yang menjadikan
perebutan kekuasaan oleh Soeharto dan TNI AD untuk
menggulingkan rezim Soekarno dan pada saat Presiden
Soekarno dituduh sebagai komunis, mereka dipaksa untuk
memihak kepada rezim Soeharto dan diancam dibunuh. Namun,
mereka menolaknya atas dasar idealisme sehingga beasiswa
mereka dicabut dan diambil haknya sebagai warga negara
Indonesia. Mereka luntang-lantung di negeri orang dan
terpaksa menjadi buruh kasar di negara orang.

Di awal film digambarkan dalam adegan yang settingnya


di Jakarta. Di dalam adegan tersebut kita dapat melihat
percakapan antara Laras (Julie Estelle) dengan ibunya
Sulastri (Widyowati) di Rumah Sakit, di scene ini
dijelaskan bahwa Laras yang sedang dalam proses perceraian
karena diselingkuhi oleh suaminya menuntut kepada Ibunya
untuk meminjamkan sertifikat rumah untuk diagunkan. Tetapi,
ibunya tidak menyetujui perceraian itu dan masih ragu untuk
meminjamkan sertifikat tersebut. Laras ingin meminjam
sertifikat rumah untuk membayar pengacara dan biaya sidang
perceraiannya. Dari adegan ini terlihat bahwa hubungan
Laras dengan ibunya tidaklah harmonis, karena di adegan ini
dijelaskan melalui dialog antar keduanya yaitu, Laras yang
memutuskan untuk tinggal terpisah dan tidak berhubungan
lagi dengan ibunya serta Laras meminta sekali saja peran
Ibunya dalam hidupnya. Disini dapat terlihat bahwa selama
ini Ibunya tidaklah dekat dengan anaknya, karena Laras
menyampaikan kekecewaan terhadap ibunya yang sedang sakit
ini. Pada scene ini kita diinformasikan bahwa Sulastri
selama ini tidak memberi cukup perhatian kepada anak dan
suaminya disebabkan karena cinta pertamanya yaitu Jaya yang
berasal dari masa lalu. Namun, dalam scene ini belum
dijelaskan secara rinci bagaimana hal itu bisa terjadi.

Secara mengejutkan Sulastri tutup usia dan menuliskan


surat wasiat yang disampaikan oleh notarisnya, Sulastri
berpesan bahwa ia mewariskan rumah beserta isinya kepada
putri tunggalnya yang disampaikan oleh notarisnya. Hanya
saja ia memberi satu syarat yang harus dipenuhi oleh Laras,
yaitu mengantarkan sekotak kayu berukir berisi surat dan
satu suratnya lagi dimasukkan ke dalam amplop berwarna
coklat kepada seseorang yang bernama Jaya(Tio Pakusadewo)
yang berada di luar negeri yaitu Kota Praha Republik Ceko.
Akhirnya, dengan setengah hati Laras berangkat ke Kota
Praha dengan sejuta pertanyaan di kepalanya. Rasa kagetnya
belum hilang karena ia bercerai di usia muda, dikhianati
oleh suaminya, dan yang lebih parahnya ia mengalami
keguguran. Ditambah lagi disaat terpuruknya ia ditinggal
Ibunya untuk selama-lamanya, ia juga harus mengurus biaya
perceraiannya hingga harus pergi ke negeri asing.

Ternyata Tuhan masih memberi ujian untuknya, setelah


sampai di Praha ia ditolak Jaya yang enggan menandatangani
surat warisan tersebut. Karena ia merasa tidak berhak
melakukannya. Ia pun merasa bersalah kepada Lastri karena
keadaan yang terjadi bertahun-tahun yang lalu. Ia tidak
bermaksud untuk membuat Sulastri menunggunya kembali ke
Indonesia karena surat yang dikirimnya. Sebelum Jaya pergi
ke Praha, ia sempat berjanji untuk menikahi Sulastri
nantinya. Namun, tidak kunjung ada kabar dari Jaya sehingga
ia menikah dengan Ayah Laras. Tetapi setelah kelahiran
Laras tiba-tiba Jaya mengiriminya surat yang membuat
Sulastri menyesal dan mengurung dirinya di rumah karena hal
itulah Ayah Laras meninggaldan Laras tidak mendapat
perhatian dari kedua orang tuanya.
Pada awalnya Laras sangat membenci Jaya karena ia
menganggap Jaya-lah yang menyebabkan semua hal buruk yang
terjadi dalam hidupnya selama ini. Tetapi, setelah ia
melihat kondisi yang dialami Jaya selama ini bukanlah
karena kemauannya sendiri yang pada akhirnya meluluhkan
hati Laras dan bisa menerima semua yang terjadi padanya
selama ini. Hal yang menyatukan mereka adalah saat scene
Laras memainkan piano dan membawakan lagu ciptaan Jaya
untuk Ibunya yang tak tersampaikan. Dan setelah mendengar
kisah kelam yang dialami oleh Jaya yaitu seorang sarjana
teknik nuklir yang terpaksa bekerja sebagai juru pembersih
ruangan (janitor atau cleaning service). Akhirnya, Laras
pun mengerti sosok yang selama ini menjadi pujaan hati
Ibunya itu.
Saya akan mengkritisi kelemahan dalam film ini, di
scene pertama kekurangannya adalah seharusnya penonton
diberi gambaran lebih jelas mengenai latar belakang cerita
yang terjadi di antara mereka pada masa lalu. Yaitu pada
kisah cinta antara Jaya dan Sulastri agar di scene
berikutnya penonton bisa paham bagaimana awal cerita dari
mereka. Selanjutnya, di adegan Laras yang mendatangi Ibunya
ke Rumah Sakit di scene ini seharusnya diperlihatkan lebih
jelas lagi bagaimana kisah yang terjadi pada saat Laras
kecil. Jadi pada saat awal melihat tokoh Laras tidak
munucul kesan durhaka atau tidak beritikad baik pada
Ibunya.

Di adegan selanjutnya, saat di Rumah Sakit tiba-tiba


Laras panik mencari Ibunya yang tidak ada di kamarnya dan
dilanjut scene di kediaman Ibunya yang memberitahukan
kepada penonton bahwa Ibunya telah meninggal. Disini
alurnya terlalu cepat, saat penonton sedang mencerna isi
flm tersebut tetapi emosi yang dibangun terlalu dini. Scene
lain yang terasa sulit dipahami adalah kehidupan yang
dialami oleh Laras setelah ia memutuskan untuk meninggalkan
rumah Ibunya, sebaiknya ditampilkan secara singkat
kehidupannya tersebut supaya mudah dipahami. Karena ketika
mantan suaminya datang ke kediaman Ibunya agak
membingungkan. Dan dibagian ending disini kurang bisa
dipahami maksudnya, di adegan Laras mengajak Jaya
untukkembali ke tanah air, Jaya kembali menolak dengan
alasan yang kurang jelas, tetapi ketika Laras pergi Jaya
mengejarnya. Tapi di scene ini masih agak rancu karena
tidak ada kelanjutan apakah Jaya ikut pergi ke Indonesia
atau bahkan Laras yang tetap stay di Praha Seharusnya dalam
durasi film yang cukup panjang, film ini bisa lebih
diperpanjang di setiap scene nya agar bisa lebih mudah
dicernanya

Tetapi terlepas dari kekurangan yang ada, film ini


mengandung kaya akan nilai-nilai kehidupan. Hal yang perlu
diacungi jempol dari film ini adalah perpaduan antara
soundtrack yang sangat blend dengan scene yang ada di
setiap film ini. Di film ini terdapat sosok yang jarang
sekali ditemui yaitu Jaya yang memilih untuk hidup sendiri
dengan sejuta kisah masa lalunya yang terpendam menyimpan
hatinya hanya untuk satu orang yang dicintainya. Kita juga
dapat mengetahui Sejarah Indonesia dan dunia pada masa itu.
Betapa beratnya perjuangan untuk memperoleh pendidikan pada
masa itu. Banyak pesan yang disampaikan dari film ini salah
satunya adalah setia hal yang agung dan hanya insan yang
teguhlah yang dapat melakukan hal itu. Banyak hal yang
dapat dijadikan pelajaran untuk tetap memiliki rasa
nasionalisme dimanapun kita berpijak, menjunjung tinggi
idealisme terhadap bangsa dan negara.

Anda mungkin juga menyukai