Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

RESENSI NOVEL

Disusun Oleh:

Riyanti Dina Kusuma

NIM: 18/423801/KU/20441

PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN

KEPERAWATAN

2018
Cinta, Sahabat dan Keluarga

Merasakan Seluk Beluk Kehidupan Remaja dalam Novel

“Empat Cinta Menatap Opera”

Penulis : Zheitta Fazza Devi

Editor :A. Ariobomo Nusantara

Penerbit : PT Grasindo

Tahun Terbit : 2006

Kota Penerbit : Jakarta

Cetakan : Pertama

No. ISBN : 979-759-396-7

Jumlah hal. :249 halaman

Harga buku :Rp15.000,00

Penghargaan : Novel unggulan dalam


Sayembara Me ngarang Novel Remaja 2005
Meskipun memiliki masalah dengan pendengaran, Zheitta Vazza Devi atau yang
memiliki nama panggilan Vazza mampu membuktikan bahwa masalah tersebut tidak
menghalanginya untuk berprestasi melalui dunia tulis menulis. Ia sendiri telah mengasah
kemampuannya dalam dunia tulis menulis sejak berada duduk di bangku Sekolah Dasar. Setelah
berhasil dengan novel Empat Cinta Menatap Opera, Vazza membuat novel lain yaitu novel Love
Is Not A Crime dan Smara Love Luna. Penggemar JK Rowlling ini mengaku menyukai tema
cinta dan remaja karena dunia itulah yang waktu itu dekat dengannya.

Novel Empat Cinta Menatap Opera bercerita tentang Pi, seorang remaja asal Indonesia
yang sudah hampir 6 tahun tinggal di Sydney, Australia. Bersama dengan adik perempuannya
yang bernama Iyak, Pi merantau di Australia untuk bersekolah.
Kisah cinta Pi berawal dari pertemuannya dengan sosok laki-laki bernama Erra yang ia
temui ketika ia menjemput adiknya di sekolah. Bagi Pi, Erra adalah sosok lelaki yang mampu
menggejolakkan hatinya sekaligus menjadi cinta pertama Pi. Hingga akhirnya Pi merasa sakit
hati saat mengetahui bahwa Erra telah berdua dengan Dewi, yang juga warga negara Indonesia.
Rasa sakit yang dirasakan Pi membuat Pi mulai melupakan Erra. Meskipun pada akhirnya Erra
berpisah dengan Dewi dan mendekati Pi kembali.

Kisah cinta Pi kedua di mulai ketika Pi bertemu dengan Astono. Astono merupakan
teman kecil Pi ketika ia masih tinggal di Jakarta. Mereka menjadi dekat hingga Astono
mengungkapkan perasaanya pada Pi. Astono menyukai Pi. Meskipun akhirnya Pi menolaknya.

Rodney, seorang bule asal Australia hadir di kehidupan Pi kemudian setelah Erra dan
Astono. Pada akhirnya, Rodney menyatakan cintanya pada Pi dan Pi pun juga mencintai Rodney.
Kedekatan mereka yang begitu cepat berakhir karena adanya masalah dengan sahabat Pi.
sahabat Pi, Inka juga menyukai Rodney. Pi juga harus segera kembali ke Indonesia sebab
keluarganya sedang kesulitan dalam masalah finansial. Ketegangan antara Pi dengan Inka
semakin menjadi ketika diketahui papanya memiliki hubungan gelap dengan mama Inka. Inka
pun memarahi dan mencaci Pi. Ditambah lagi muncul adanya gossip yang beredar antara Pi dan
Inka yang sengaja dibuat untuk mengadu domba keduanya. Mama Pi yang semula sakit
bertambah kritis. Pi hampir putus asa menghadapi berbagai kesulitan yang dideritanya.

“Rodney, kehilangan adalah penemuan tanpa batas. Tak tersentuh sekali ini.” (Pi, 2006)

Kelebihan dari novel ini adalah penceritaan yang cukup lugu dan realistis. Penggambaran
suasananya begitu terasa sehingga seolah-olah kita merasakan kejadian dalam novel tersebut.
Setting nya yang berada di Australia membuat novel ini cukup menarik. Penulis pun cukup lihai
dalam menggambarkan Sydney dan Australia serta menjadikannya sebagai latar cerita.

Terlepas dari kelebihan, dalam novel ini terdapat pula kekurangan yaitu penggunaan
bahasa asing yang kerap dituliskan oleh penulis membuat pembaca pemula susah mengerti
makna dari apa yang hendak disampaikan oleh penulis. Pengolahan konflik cerita juga kurang,
dibuktikan dengan cukup banyak terjadi ‘kebetulan’ dan faktor sebab-akibat yang kurang
dijabarkan. Misalnya cerita di bagian awal, ketika Pi yang tiba-tiba bisa mencintai Erra sampai
menggebu-gebu. Sama halnya dengan Erra, dalam kisah Pi dengan Astono atau Pi dengan
Rodney, alur cerita setelah keduanya bertemu adalah tiba-tiba sudah terdapat perasaan suka.
Padahal interaksi antara keduanya cukup jarang Faktor kebetulan dan sebab akibat yang lemah
juga terjadi ketika Inka, sahabat Pi menyukai Rodney. Padahal, di awal tidak diuraikan tanda-
tanda bahwa Inka juga menyukai Rodney.

Dilihat dari judul, empat cinta tidak dijabarkan dengan jelas pada plot. Selain itu, tidak
terlalu banyak adegan yang terjadi di Opera House.

Dari segi bahasa, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesi tidak formal dengan
beberapa tambahan bahasa Asing. Dari penulisan, terdapat kesalahan seperti pada halaman 82.
Seharusnya kata “Sa” diganti dengan “Pi” sebab Nesa sedang menjawab pertanyaan dari Pi.

“Jadi nggak bisa, Sa? Please. Penting nih. Aku mau ngomong.”

“Bisa sih, Sa. Tapi, satu atau dua jam lagi. Ehm… kamu jalan dulu deh ke dekat-dekat sini.
Atau gampangnya, tunggu aku di Opera House. Sehabis pertemuan aku coba cari kamu disitu.”

Penulisan tidak memberikan gambaran yang jelas. Ketika Ellen menceritakan pada Pi
bahwa Inka juga menyukai Rodney tetapi kalimat Ellen membingungkan karena terdapat
kesalahan penulisan tanda baca.

“Terus?”

“Inka, …temen kita. Inka juga suka Rodney?”

Mulut Pi terkunci rapat.

Susunan kalimat yang kurang tepat. Misalnya pada halaman 177 yang berisi:

Erra jadi kepikiran banget lagi di otak Pi.

Novel “Empat Cinta Menatap Opera” yang ditulis Zheitta Vazza Devi ini sesuai untuk
dibaca oleh kalangan remaja. Hal itu disebabkan novel ini bercerita tentang peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam dunia remaja utamanya terkait masalah percintaan. Selain remaja, orang
dengan usia dewasa juga dapat membaca novel ini apabila ingin merasakan kembali kehidupan
mereka dulu ketika mereka masih remaja( flashback).

Anda mungkin juga menyukai