Anda di halaman 1dari 4

Nama : Afra Basima

Kelas : XI IPA 5

Perahu Kertas

Judul buku : Perahu Kertas


Penulis : Dewi Lestari “Dee”
Penerbit : Bentang Pustaka dan Truedee Pustaka Sejati
Tahun terbit : 2010
Jumlah halaman : 444 halaman

I. Pendahuluan
Dewi Letari Simangunsong adalah seorang penulis Indonesia kelahiran Bandung, 20 Januari 1976.
Wanita yang akrab disapa dengan panggilan “Dee” ini pertama kali mulai dikenal secara luas oleh
masyarakat ketika dirinya tergabung dalam anggota trio vokal Rida Sita Dewi. Namanya semakin
dikenal semenjak novel berjudul Supernova hasil karyanya terbit pada tahun 2001. Saat itu lah Dee
mulai dikenal sebagai seorang novelis. Salah satu karyanya yang populer dikalangan para pecinta
sastra yakni sebuah novel yang berjudul Perahu Kertas. Novel ini merupakan karya sastra ke-enam
yang lahir dari tangan dinginnya.

II. Isi Resensi


Kisah ini dimulai dari seorang anak remaja bernama Keenaan. Ia telah menghabiskan waktunya
selama enam tahun di Amsterdam, Belanda bersama dengan neneknya. Setelah enam tahun di
Belanda, akhirnya Keenan pulang ke Indonesia atas permintaan dari ayahnya. Keenan pun berkuliah
di Fakultas Ekonomi pada salah satu Universitas di kota Bandung. Berkuliah di Fakultas Ekonomi
sebenarnya bukanlah kemauannya, melainkan paksaan dari ayah Keenan. Keenan sendiri sebetulnya
lebih berminat dalam dunia seni rupa yakni melukis namun keinginannya untuk menjadi pelukis
ditentang keras oleh ayahnya.

Sementara itu Kuggy, seorang gadis lucu, unik, dan agak sedikit urakan yang juga merupakan tokoh
dalam novel ini juga berkuliah di tempat yang sama di tempat Keenan menimba ilmu di perguruan
tinggi. Hanya saja mereka berkuliah di fakultas yang berbeda. Kugy di fakultas Ekonomi sedangkan
Keenan di fakultas Sastra. Dalam beberapa hal, Kugy dan Keenan memiliki banyak persamaan
diantara mereka. Kugy bercita-cita untuk menjadi pendongeng yang hebat. Ia memiliki berbagai jenis
buku bacaan dongeng di taman baca yang ia miliki. Minatnya sangat besar di dunia menulis
dongeng, meskipun ia sadar bahawa menjadi seorang pendongeng bukanlah sebuah profesi yang
realistis.

Pertemuan antara Kugy dan Keenan diperantarai oleh dua sahabat mereka yakni Eko dan Noni. Eko
sendiri sebenarnya masih keluarga jauh dari Keenan. Sedangkan Noni adalah sahabat baik dari Kugy.
Mereka berempat lambat laun menjadi sahabat karib yang mengerti satu sama lain. Seiring
berjalannya waktu, Keenan dan Kugy semakin mengagumi satu sama lain. Tanpa mereka sadari,
kebersamaan mereka berdua telah merubah arti persahabatan menjadi cinta. Baik Kugy ataupun
Keenan, keduanya sama-sama tak memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaan masing-
masing. Salah satu penyebabnya adalah karena Keenan telah memiliki seorang kekasih yang sering ia
panggil dengan sebuatan “Ojos.” Sebutan itu bukan nama sebenarnya dari kekasih Kugy. Nama itu
hanya sebatas panggilan khusus dari Kugy terhadap kekasihnya tersebut. Di samping itu Keenan juga
sedang dekat dengan seorang gadis bernama Wanda, seorang kolektor barang seni muda yang
secara kebetulan adalah sepupu dari Noni.
Kedekatan Keenan dan Wanda tidak berlangsung lama. Kandasnya hubungan mereka dibarengi
dengan kekecewaan yang teramat dalam tentang kariernya di dunia seni lukis. Dengan hati dan
perasaan yang hancur, Keenan memutuskan untuk meninggalkan kota Bandung dan pergi ke Ubud.
Tujuannya pergi ke Ubud adalah untuk menemui pak Wayan, seorang seniman terkemuka di Bali
yang tak lain merupakan sahabat dari ibunda Keenan.

Keseharian Keenan bersama dengan Pak Wayan dan seniman Bali lainnya sedikit banyak mampu
mengobati hatinya. Salah satu sosok manusia yang turut berpengaruh pada penyembuhan hati
Keenan adalah Ludhe Laksmi. Ludhe adalah seorang gadis Bali yang cantik, lemah lembut, dan baik
hati yang tak lain adalah keponakan dari Pak Wayan. Seiring dengan membaiknya perasaan hati
Keenan, ia pun memutuskan untuk melukis kembali. Keenan menciptakan sebuah lukisan yang
terinspirasi dari kisah Jenderal Pilik dan Pasukan Alit yang tak lain adalah judul dongeng hasil
karangan Kugy. Mulai saat ini Keenan berhasil menciptakan lukisan-lukisan yang bernilai seni tinggi.
Lukisan hasil tangan dinginnya menjadi terkenal dan menjadi buruan para kolektor benda seni.
[sc:ads]

Di sisi lain, Kugi merasa sangat kesepian dan kehilangan karena sahabat-sahabatnya yang telah pergi
meninggalkan kota Bandung. Ia tak ingin berada dalam kesepian dan rasa sedih yang mendalam.
Kugy mulai menata kembali kehidupannya dengan segera menyelesaikan kuliahnya. Setelah lulus
kuliah, ia bekerja sebagai copywriter di sebuah perusahaan jasa biro iklan ternama di Jakarta. Di
tempat tersebut Kugy bertemu dengan Remigius Aditya, seorang pendiri sekaligus pemilik
perusahaan di tempat Kugy bekerja. Beberapa waktu berlalu sejak Kugy mulai bekerja di perusahaan
jasa tersebut, ia mampu membukutikan dirinya sebagai talenta yang berkualitas. Karenanya ia
dengan cepat naik daun dan menjadi orang yang cukup diperhitungkan di perusahaan tersebut.

Di sisi lain, Remi memperhatikan Kugy dan diam-diam mengaguminya dari perspektif lain. Remi tak
hanya menyukai kecerdasan yang dimiliki oleh Kugy, lebih dari itu terdapat sisi unik dalam diri Kugy
yang membuat Remi semakin tertarik pada Kugy. Pada akhirnya Remi mengungkapkan perasaannya
dengan jujur kepada Kugy bahwa Remi mencintainya. Kugy pun menanggapi perasaan Remi tersebut
dengan sepenuh hati.

Kondisi kesehatan ayah Keenan semakin memburuk dan memaksanya untuk pulang ke Jakarta. Ia
harus meninggalkan pak Wayan dan Ludhe di Bali. Kekosongan posisi pimpinan perusahaan milik
ayahnya juga turut memaksa Keenan untuk mengambil alih perusahaan tersebut. Sepulangya
Keenan ke Jakarta juga turut menjadi sebab pertemuannya dengan Kugy. Ia juga bertemu dengan
Eko dan Noni sahabat lamanya. Akan tetapi pertemuan empat sekawan tersebut terjadi dalam
kondisi yang berbeda. Selanjutnya takdirlah yang menguji hati mereka. Pada akhirnya cinta dan
persahabatan karus berkompromi dan memilih hendak seperti apa kisah ini dilalui.

III. Keunggulan Novel


Novel dengan judul perahu kertas ini memiliki keunggulan diantaranya ialah tema persahabatan dan
cinta yang diangkat di dalamnya. Unsur cinta dan persahabatan di dalam novel tersebut dikemas
dengan penggunaan gaya bahasa yang ringan dan mudah untuk dicerna siapa saja yang
membacanya. Selain itu gaya bahasa yang digunakan juga relevan dengan setting waktu yang
digunakan pada unsur instrinsik novel.

Pada novel Perahu Kertas juga terdapat unsur-unsur edukasi yang termuat di dalam kisahnya.
Beberapa diantaranya ialah nilai-nilai persahabatan, semangat dalam meraih mimpi dan cita-cita,
percaya diri, tidak mudah menyerah, pemahaman terhadap jati diri, dan masih banyak lagi. Novel ini
tak hanya sebatas menceritakan problematika kehidupan remaja namun lebih dari itu, novel ini
bercerita mengenai problematika remaja yang begitu dinamis. Cita-cita, mimpi, persahabatan, cinta,
dan realitas kehidupan dalam kisah novel Perahu Kertas dapat terkorelasikan dengan sangat baik
sehingga memunculkan kisah yang sangat menarik untuk dibaca.

Deskripsi tentang tokoh, alur, dan latar dalam novel juga disajikan dengan cara yang menarik dan tak
biasa. Hal ini membuat pembaca semakin tertarik untuk meneruskan bacaannya hingga kahir
kisahnya.

IV. Kekurangan Novel


Dalam novel Perahu Kertas terlalu banyak menggunakan setting tempat yang selalu saja berpindah-
pindah. Hal ini membuat pembaca menjadi bingung dalam memahami setting tempat pada diaolog-
dialognya, kecuali yang telah diterangkan secara jelas pada alur ceritanya. Karenanya dibutuhkan
konsentrasi khusus dalam membaca novel tersebut untuk melakukan identifikasi setting tempat
dalam cerita.
Piknik

Judul: Piknik
Pengarang: Agus Noor

Pendahuluan:
Latar Belakang Pengarang Agus Noor dilahirkan di Tegal, Jawa Tengah, 26 Juni 1968. Menulis cerita
pendek dan esai, dan dipublikasikan antara lain di Horison, Kompas, Jawa Pos. Karya-karyanya:
Bapak Presiden yang Terhormat (1999) dan Memorabilia (2000), Selingkuh itu Indah (2002-2006, cet.
15), Rendevouz (2004), dan Potongan Cerita di Kartu Pos (2006). Tahun 1992, cerpennya
yangberjudul “Musuh” memperoleh penghargaan sastra Festival Kesenian Yogyakarta. Tiga
cerpennya yang lain,“Keluarga Bahagia”, “Dzikir Sebutir Peluru”, “Tak Ada Mawar di Jalan Raya”
memperoleh Anugerah Cerpen Indonesia dari Dewan Kesenian Jakarta pada 1999. Prosa “Pemburu
dinyatakan sebagai salah satu karya terbaik majalah sastra Horison episode 1990-2000. Tahun 1998
mengikuti Writing Program Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera). Selain itu, tersebar di berbagai
antologi, antara lain: Lukisan Matahari (1993), Lampor (1994; kumpulan cerita pendek terbaik
Kompas).

Isi Resensi :
Tokoh utama dalam cerpen ini menggambarkan para korban bencana alam yang menderita.
Kotanya hancur. Para pelancong dari negeri jauh-jauh datangmengunjungi kota tersebut untuk
menyaksikan kepedihan. Penampilan para pelancongyang selalu riang membuat mereka sedikit
merasa terhibur. Mereka menduga, para pelancong itu sepertinya telah bosan dengan hidup mereka
yang sudah terlampau bahagia.Dengan bagaimana para pelancong membantu para korban bencana
itu? Coba luangkan sedikit waktu untuk membaca cerpen peraih Anugerah Cerpen Indonesia ini,
mungkin akan menambah inspirasi karya sastra kita.
Analisis Unsur Intrinsik
Tema: Bencana Alam
Latar: Sebuah kota yang hancur
Alur: Maju
Tokoh: Para korban bencana dan para pelancong
Perwatakan: Para korban orang yang lugu dan polosPara pelancong orang yang tidak punya hati dan
licik
Sudut Pandang: Pengarang sebagai pelaku utamaNilai
Moral:Membantu orang haruslah dilandasi dengan hati yang ikhlas
Nilai Sosial: Janganlah menambah penderitaan terhadap orang lain yang sudah tertimpa musibah.
Nilai Budaya: Kebiasaan masyarakat yang datang untuk mengunjungi korban bencana alam hanya
sekedar untuk melihat penderitaan para korban.

Keunggulan :
Pengarang menitik beratkan gambaran terhadap masyarakat jaman sekarang dan bahasa sastra
baru, kebahasaan yang sangat dijiwai pengarang membuat para pembaca kagum dan ikut merasakan
bagaimana kisah tersebut terjadi.

Kelemahan:
Cerpen tidak adanya peran atau tokoh utama yang jelas. Pada cerita ini, pengarang hanya
mencantumkan masyarakat sebagai tokoh utamanya.

Anda mungkin juga menyukai