Anda di halaman 1dari 6

Lembar Kerja Peserta Didik

Kelas : XI
Semester : Genap
Waktu : 2 Jam Pelajaran

Tugas Individu
Bacalah dengan saksama cuplikan novel di bawah ini!

Judul : Perahu Kertas


Penulis : Dee (Dewi Lestri)
Penerbit : Benteng Pustaka
Tahun Terbit : Februari, 2010
Jumlah Halaman : 444 halaman

Kugy dan Keenan. Dua manusia yang dapat diibaratkan seperti bumi dan langit. Kugy
memiliki penampilan berantakan manun ia memiliki imajinasi yang tinggi, sedangkan
Keenan merupakan sosok yang cerdas dan pelukis hebat nan artistik. Saat keduanya bertemu,
keduanya semakin dekat. Namun, apa daya? Kugy telah memiliki seorang kekasih yang tidak
mudah ia tinggalkan. Dalam hati Keenan, terbesit rasa cinta itu tetapi ia berusaha untuk
menapikanya.
Wanda dan Keenan seperti sosok yang senasib. Keduanya berbakat menjadi pelukis
namun kedua orang tua mereka jugalah yang tidak setuju karena orang tua mereka
berpendapat bahwa lukisan tidak bisa menghasilkan uang untuk hidup. Karena merasa
senasib, hubungan keduanya semakin dekat. Namu, saat Kugy melihat hal itu, ia seperti
cemburu namun ia juga berusaha untuk menapiknya. Toh, dia juga sudah punya kekasih.
Entah apa yang ada dibenak Wanda hingga ia mau melakukan apa saja demi menunjukkan
rasa cinta pasa Keenan. Ia memang berhasil! Ia memang berhasil membuat Keenan menjadi
kekasihnya sekarang.
Saat mendengar bahwa Wanda dan Keenan sudah menjadi sepasang kekasih, Kugy
seakan ditombak peluru tepat pada dadanya. Kugy tidak tahu apa yang ia rasakan. Kugy
bingung dengan perasaannya sendiri. Di satu sisi, ia memiliki Ojos kekasihnya, namun di satu
sisi ia merasa ada perasaan spesial terhadap Keenan.
Saat dua pasang kekasih itu tidak lagi menjalin cinta. Kugy memutuskan untuk
mengambil mata kuliah sebanyak-banyaknya guna menyibukkan diri. Alhasil, ia bisa lulus
cepat dengan nilai yang memuaskan. Sementara itu, keenan malah memutuskan untuk hidup
sendiri jauh dari keluarganya di Ubud, Bali. Ia mengambil keputusan besar untuk hidup
sendiri dan dengan uang hasil keringatnya sendiri melalui melukis. Awal pahit sempat ia
kecap namun tak lama karena kurang lebih satu tahun kemudian, ia bisa dibilang telah sukses
menjalankan usaha melukisnya.
Setelah lulus, Kugy langsung mendapatkan pekerjaan dan parahnya lagi ia juga
mendapatkan kekasih baru, yakni atasannya dia sendiri “Pak Remi” namanya. Keenan juga
tidak mau kalah! Ia menemukan “Luhde”. Saat usaha lukis Keenan semakin sukses seta
hubungan cintanya dengan Luhde sedang manis-manisnya, Keenan terpaksa kembali ke
Jakarta karena mendapat kabar bahwa ayahnya terkena stroke .

1
Sementara itu, Kugy yang telah memdapatkan pekerjaan yang nyaman memilih untuk
mengundurkan diri karena ia merasa pekerjaan yang dilakukannya bukan jiwanya. Walaupun
Keanan, melakukan hubungan jarak jauh dengan Luhde dan Kugy tidak bisa selalu bertemu
tiap hari dengan Remi, hubungan cinta mereka baik-baik saja. Mereka merasa telah
menemukan cinta masing-masing. Namun, hal tersebut tidak bertahan lama. Luhde merasa
hati Keenan tidak sepenuhnya untuk dirinya dan Remi-pun juga merasa seperti itu. Pada
akhirnya, lukisan dan dongeng itu bersatu serta hari dan impian mereka bertemu.

Setelah membaca cuplikan novel “Perahu Kertas” karya Dee (Dewi Lestari), tulislah resensi
berdasarkan sistematika berikut:
1. judul resensi,
2. identitas resensi (5 identitas terdiri atas judul, penulis, penerbit, tahun terbit, jumlah
halaman).
3. pendahuluan,
4. isi resensi,
5. keunggulan novel,
6. kekurangan novel,
7. penutup.

Jawab:

 Judul Resensi: Perahu Kertas


 Identitas Resensi:
Judul: Perahu Kertas
Penulis: Dewi Lestari (alias Dee)
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun terbit: Februari 2010
Jumlah halaman: 444 Halaman

 Pendahuluan:
Novel Perahu Kertas ini pernah diadaptasi menjadi sebuah Film dengan judul Perahu
Kertas yang diproduksi oleh Starvision dan Mizan Production. Penulis buku ini, yakni
Dewi Lestari atau yang biasa dipanggil Dee memiliki banyak karya lain selain dari
Novel Perahu Kertas, karya-karya lainnya ialah Filosofi Kopi, Supernova, dan
Novelet Madre.

 Isi resensi:
Novel ini menceritakan tentang seorang murid pindahan Amsterdam, yakni Keenan
yang mahir dalam melukis bertemu dengan seorang perempuan yang eksotis, yakni
Kugy dan memiliki bakat menulis dongeng ini di Universitas yang sama, keduanya
telah merasakan perasaan spesial, namun enggan untuk mengatakannya secara
langsung.

Namun saat Wanda dan Keenan menjadi sosok yang sama-sama senasib, Kugy
merasa dirinya telah dikhianati, secara terpaksa ia berpaling pada Ojos meskipun
masih ada perasaan spesial terhadap Keenan.

Setelah sekian lama, pada akhirnya kedua pasang kekasih itu tidak lagi berpacaran.
Kugy pergi untuk menyelesaikan Kuliahnya dan mendapatkan nilai yang memuaskan,
sedangkan Keenan memutuskan untuk pergi ke Bali untuk menghidupi keluarganya

2
dari menjual lukisan, yang awalnya sulit, namun kian waktu berjalan, usahanya
menjadi sukses.

Setelah lulus, Kugy mendapatkan pekerjaan dan kekasihnya yang baru dan
merupakan atasan dia sendiri, yaitu Pak Remi, Keenan juga mempunyai kekasihnya
sendiri, yakni Ludhe, namun semua berakhir saat Keenan mendengar bahwa Ayahnya
mendapatkan serangan Stroke di Jakarta.

Kugy merasa pekerjaannya bukanlah apa yang dia mau, dan akhirnya ia
mengundurkan diri, di lain cerita, Ludhe sudah jarang bertemu Keenan, yang
membuat Ludhe merasa bahwa Keenan bukan untuk dirinya, sama halnya dengan Pak
Remi. Dan diakhir cerita, Keenan dan Kugy menjadi kekasih yang tidak bisa
dilepaskan.

 Keunggulan Novel:
Novel ini memiliki cerita yang sangat seru, pembaca akan merasakan perasaan
mereka yang berjalan naik-turun bagai Roller-Coaster, dan memiliki Ending yang
bagus juga.

 Kekurangan Novel:
Novel yang berjumlah 444 halaman ini akan membuat pembaca kesulitan untuk
mencerna apa yang terjadi jika dibaca terlalu banyak dalam sekali baca, maka novel
ini kurang cocok untuk dibaca terus-menerus.

 Penutup:
Pada akhirnya, saya merekomendasikan buku ini untuk dibaca, kualitas ceritanya
yang bagus serta penokohan yang spesial pula.

Paraf Paraf
Komentar Guru Nilai
Guru Orangtua

3
Lembar Kerja Peserta Didik
Tugas Individu

Mata pelajaran : Bahasa Indonesia


Nama Peserta Didik : Alex Chia
Tanggal : 19 April 2021

Bacalah dengan saksama cerpen di bawa ini!

Piknik
Karya : Agus Noor

Para pelancong mengunjungi kota kami untuk menyaksikan kepedihan. Mereka


datang untuk menonton kota kami yang hancur. Kemunculan para pelancong itu membuat
kesibukan tersendiri di kota kami. Biasanya kami duduk-duduk di gerbangkota menandangi
para pelancong yang selalu muncul berombongan mengendaraikuda, keledai, unta, atau
permadani terbang dan juga kuda sembrani. Mereka datang dari segala penjuru dunia. Dari
negeri-negeri jauh yang gemerlapan. Di bawah langit senja yang kemerahan kedatangan
mereka selalu terlihat bagaikan siluet iring-iringan kafilah melintasi gurun perbatasan,
membawa bermacam perbekalan piknik. Berkarung-karung gandum yang diangkut gerobak
pedati, daging asap yang digantungkan di punuk unta terlihat bergoyang-goyang, roti kering
yangdisimpan dalam kaleng, botol-botol cuka dan saus, biskuit dan telor asin, rendangdalam
rantang—juga berdus-dus mi instan yang kadang mereka bagikan pada kami. Penampilan
para pelancong yang selalu riang membuat kami sedikit merasa terhibur. Kami menduga,
para pelancong itu sepertinya telah bosan dengan hidup mereka yang sudah terlampau
bahagia.
Hidup yang selalu dipenuhi kebahagiaan ternyata bisa membosankan juga. Mungkin
para pelancong itu tak tahu lagi bagaimana caranya menikmati hidup yang nyaman tenteram
tanpa kecemasan di tempat asal mereka. Karena itulah mereka ramai-ramai piknik ke kota
kami: menyaksikan bagaimana perlahan-lahan kota kami menjadi debu. Kami menyukai cara
mereka tertawa, saat mereka begitu gembira membangun tenda-tenda dan mengeluarkan
perbekalan, lalu berfoto ramai-ramai di antara reruntuhan puing-puing kota kami. Kami
sepertimenyaksikan rombongan sirkus yang datang untuk menghibur kami. Kadang mereka
mengajak kami berfoto. Dan kami harus tampak menyedihkan dalamfoto-foto mereka.
Karena memang untuk itulah mereka mengajak kami berfotobersama. Mereka tak suka bila
kami terlihat tak menderita. Mereka menyukai wajah kami yang keruh dengan kesedihan.
Mata kami yang murung dan sayu. Sementara mereka—sembari berdiri dengan latar
belakang puing-puing reruntuhan kota—berpose penuh gaya tersenyum saling peluk atau
merentangkan tangan lebar-lebar. Mereka segera mencetak foto-foto itu, dan
mengirimkannya dengan merpati-merpatipos ke alamat kerabat mereka yang belum sempat
mengunjungi kota kami. Belakangan kami pun tahu, kalau foto-foto itu kemudian dibuat
kartu pos dan diperjualbelikan hingga ke negeri-negeri dongeng terjauh yang ada di balik
pelangi.
Pada kartu pos yang dikirimkannya itu, para pelancong yang sudah mengunjungi
kotakami selalu menuliskan kalimat-kalimat penuh ketakjuban yang menyatakan
betapaterpesonanya mereka saat menyaksikan kota kami perlahan-lahan runtuh dan
lenyap.Mereka begitu gembira ketika melihat tanah yang tiba-tiba bergetar. Bagai ada

4
nagamenggeliat di ceruk bumi—atau seperti ketika kau merasakan kereta bawah
tanahmelintas menggemuruh di bawah kakimu. Betapa menggetarkan melihat pohon-pohon
bertumbangan dan rumah-rumah rubuh menjadi abu. Membuat hidup parapelancong yang
selalu bahagia itu menjadi lengkap, karena bisa menyaksikan segalasesuatu sirna begitu saja.
Bagi para pelancong itu, kota kami adalah kota paling menakjubkan yang pernah
mereka saksikan. Mereka telah berkelana ke sudut-sudut dunia, menyaksikan beragam
keajaiban di tiap kota. Mereka telah menyaksikan menara-menara gantung yang dibuat dari
balok-balok es abadi, candi-candi megah yang disusun serupa tiara;menyaksikan seekor ayam
emas bertengger di atas katedral tua sebuah kota yangselalu berkokok setiap pagi. Mereka
juga telah melihat kota dengan kanal-kanal yang dialiri cahaya kebiru-biruan. Kepada kami
para pelancong itu juga bercerita perihal kota kuno yang berdiri di atas danau bening, dengan
rumah-rumah yang beranda-berandanya saling bertumpukan, dan jalan-jalannya yang
menyusur dinding-dinding menghadap air, hingga menyerupai kota yang dibangun di atas
cermin; kota dengan jalan layang menyerupai jejalin benang laba-laba; sebuah kota yang
menyerupaibenteng di ujung sebuah teluk, dengan jendela-jendela dan pintu-pintu yang
selalutertutup menyerupai gelapanggur dan hanya bisadilihat ketika senja kala. Bahkan
mereka bersumpah telah mendatangi kota yang hanya bisa ditemui dalam imajinasiseorang
penyair. Tapi kota kami, menurut mereka, adalah kota paling ajaib yang pernah mereka
kunjungi.
Para pelancong menyukai kota kami karena kota kami dibangun untuk menanti
keruntuhan. Banyak kota dibangun dengan gagasan untuk sebuah keabadian, tetapitidak
dengan kota kami. Kota kami berdiri di atas lempengan bumi yang selalubergeser. Kau bisa
membayangkan gerumbul awan yang selalu bergerak danbertabrakan, seperti itulah tanah di
mana kota kami berdiri. Membuat semua bangunan di kota kami jadi terlihat selalu berubah
letaknya. Barisan pepohonanseakan berjalan pelan. Lorong-lorong, jalanan, dan sungai selalu
meliuk-liuk. Dan ketika sewaktu-waktu tanah terguncang, bangunan dan pepohonan di kota
kamisaling bertubrukan, rubuh dan runtuh menjadi debu—serupa istana pasir yang seringkau
buat di pinggir pantai ketika kau berlibur menikmati laut. Rupanya itulah pemandangan
paling menakjubkan yang membuat para pelancong ituterpesona.
Para pelancong itu segera menghambur berlarian menuju bagian kota kamiyang
runtuh, begitu mendengar kabar ada bagian kota kami yang tergoncang porak-poranda.
Dengan handycam mereka merekam detik-detik keruntuhan itu. Mereka terpesona mendengar
jerit ketakutan orang-orang yang berlarian menyelamatkan diri,gemeretak tembok-tembok
retak, suara menggemuruh yang merayap dalam tanah.Itulah detik-detik paling menakjubkan
bagi para pelancong yang berkunjung ke kotakami; seolah semua itu atraksi paling
spektakuler yang beruntung bisa merekasaksikan dalam hidup mereka yang terlampau
bahagia. Lalu mereka memotret mayat-mayat yang tertimbun balok-balok dan batu bata.
Mengais reruntuhan untukmenemukan barang-barang berharga yang bisa mereka simpan
sebagai kenangan.Saat malam tiba, dan bintang- bintang terasa lebih jauh di langit hitam,
para pelancongitu bergerombol berdiang di seputar api unggun sembari berbagi cerita.
Memetik kecapi dan bernyanyi. Atau rebahan di dalam tenda sembari memainkan
harmonika. Dari kejauhan kami menyaksikan mereka, merasa sedikit terhibur dan tak terlalu
merasa kesepian. Bagaimanapun kami mesti berterima kasih karena para pelancong itu mau
berkunjung ke kota kami. Mereka membuat kami semakin mencintai kota kami.Membuat
kami tak hendak pergi mengungsi dari kota kami. Karena bila para pelancong itu
menganggap kota kami adalah kota yang penuh keajaiban, kenapa kamimesti menganggap
apa yang terjadi di kota kami ini sebagai malapetaka atau bencana? Seperti yang sering
dikatakan para pelancong itu pada kami, setiap kota memangmemiliki jiwa. Itulah yang
membuat setiap kota tumbuh dengan keunikannya sendiri-sendiri. Membuat setiap kota
memiliki kisahnya sendiri-sendiri. Keajaiban tersendiri.Setiap kota terdiri dari gedung-

5
gedung, sungai-sungai, kabut dan cahaya serta jiwapara penghuninya; yang mencintai dan
mau menerima kota itu menjadi bagiandirinya. Kami sering mendengar kota-kota yang
lenyap dari peradaban, runtuhtertimbun waktu.
Semua itu terjadi bukan karena semata-mata seluruh bangunan kotaitu hancur, tetapi
lebih karena kota itu tak lagi hidup dalam jiwa penghuninya. Kami tak ingin kota kami
lenyap, meski sebagian demi sebagian dari kota kami perlahan-lahan runtuh menjadi debu.
Karena itulah kami selalu membangun kembali bagian-bagian kota kami yang runtuh. Kami
mendirikan kembali rumah-rumah, jembatan,sekolah, tower dan menara, rumah sakit-rumah
sakit, menanam kembali pohon-pohon, hingga di bekas reruntuhan itu kembali berdiri bagian
kota kami yang hancur. Kota kami bagaikan selalu muncul kembali dari reruntuhan, seperti
burung phoenix yang hidup kembali dari tumpukan abu tubuhnya.
Kesibukan kami membangun kembali bagian kota yang runtuh menjadi tontonan juga
bagi para pelancong itu. Sembari menaiki pedati, para pelancong itu berkeliling kota
menyaksikan kami yang tengah sibuk menata reruntuhan. Mereka tersenyum dan melambai
ke arah kami, seakan dengan begitu mereka telah menunjukkan simpatipada kami. Sesekali
para pelancong itu berhenti, membagikan sekerat biskuit,sepotong dendeng, sebotol
minuman, atau sesendok madu kemudian kembali pergiuntuk melihat-lihat bagian lain kota
kami yang masih bergerak bertabrakan danhancur. Kemudian para pelancong itu pergi
dengan bermacam cerita ajaib yang akan mereka kisahkan pada kebarat dan kenalan mereka
yang belum sempat mengunjungi kota kami. Mereka akan bercerita bagaimana sebuah kota
perlahan- lahan hancur dantumbuh kembali.
Sebuah kota yang akan mengingatkanmu pada yang rapuh,sementara, dan fana.
Sebuah kota yang membuat para pelancong berdatangan inginmenyaksikannya. Bila kau
merencanakan liburan akhir pekan—dan kau sudah bosan piknik ke kota-kotabesar dunia
yang megah dan gemerlap—ada baiknya kau berkunjung ke kota kami. Jangan lupa
membawa kamera untuk mengabadikan penderitaan kami. Mungkin itu bisa membuatmu
sedikit terhibur dan gembira. Berwisatalah ke kota kami. Jangan khawatir, kami pasti akan
menyambut kedatanganmu dengan kalungan bunga-airmata…
Yogyakarta, 2006

Setelah membaca cerpen “Piknik” karya Agus Noor, tulislah resensi berdasarkan sistematika
berikut:
1. judul resensi,
2. identitas resensi, (3 identitas terdi atas judul, penulis dan jumlah halaman).
3. pendahuluan,
4. isi resensi,
5. keunggulan cerpen,
6. kekurangan cerpen,
7. penutup.

Paraf Paraf
Komentar Guru Nilai
Guru Orangtua

Anda mungkin juga menyukai