Anda di halaman 1dari 19

Tugas Makalah

BAHASA INDONESIA
“BUKU FIKSI DAN NON FIKSI”

Di Susun
Oleh :

Nama : Syakirah Aulia Nawir


Kelas : VIII. 4

UPT SPF SMP NEGERI 1 BULUKUMBA


TAHUN AJARAN 2021-2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuni a yang
diberikan-Nya kepada kami sehingga Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik serta tepat pada
waktunya.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam menyusun Tugas ini, terutama kepada guru mata pelajaran  yang telah ikut membantu demi
terselesaikannya Makalah ini.
Makalah ini berjudul “tentang Sinopsis dan unsur intrinsik Novel Perahu Kertas (Fiksi) dan
Novel Ronngeng Dukuh Paruk (Non Fiksi)”.  Harapan kami mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat serta menjadi tambahan referensi bagi kita semua yang membaca, serta agar kita dapat
lebih mengenal lebih luas lagi tentang buku.
Kami juga menyadari bahwa Proposal ini belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun dari para pembaca serta guru mata pelajaran  sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih

Bulukumba, 16 Mei 2022

Penyusun

Syakirah Aulia Nawir

DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1

Daftar Isi 1

Bab I Pembahasan 2

1. Sinopsis dan unsur intrinsik Novel Perahu Kertas 2

2. Sinopsis dan unsur intrinsik Novel Ronngeng Dukuh Paruk 4

Daftar Pustaka 5

BAB 1
PEMBAHASAN

1. Sinopsis dan Unsur Intrinsik Novel Perahu Kertas

"Karena hati tak perlu memilih, ia selalu tahu kemana harus berlabuh"

- Dee Lestari, Perahu Kertas

IDENTITAS NOVEL
    1.      Judul                 : Perahu Kertas
    2.      Penulis             : Dewi Lestari
    3.      Penerbit           : Bentang Pustaka
    4.      Tahun terbit     : Juli 2012
    5.      Cetakan ke       : XV
    6.      Kota penerbit  : Yogyakarta
    7.      No. ISBN         : 978-979-1227-78-0
    8.      Tebal                 : 444 halaman
    9.      Ukuran buku   : 20 cm

SINOPSIS NOVEL

Kugy, Noni, dan Eko adalah tiga sahabat yang selalu kompak. Kugy, gadis mungil yang dan
berantakan yang suka berkhayal. Dia bercita-cita menjadi seorang penulis dongeng. Oleh sebagian
orang, cita-cita Kugy ini dianggap aneh. Kugy menganggap dirinya agen Neptunus dan selalu 
menulis surat lalu melipatnya menjadi perahu kertas kemudian dialirkan ke sungai agar tersampaikan
ke Neptunus. Eko dan Noni adalah sepasang kekasih sekaligus sahabat Kugy.

Kisah ini berawal saat Kugy diterima kuliah di salah satu perguruan tinggi di Bandung, sekampus
dengan Eko dan Noni.

Pertemuan Kugy dan Keenan terjadi saat Eko dan Noni mengajak Kugy untuk menjemput Keenan di
Stasiun Bandung. Keenan adalah cowok cerdas, artistic, pelukis muda yang berbakat tapi Ayahnya
tidak menyetujui Keenan menjadi pelukis.
Kugy, Keenan, Eko, dan Noni menjadi sahabat. Kugy dan Keenan menjadi begitu dekat dan sering
bertemu hingga saling mengagumi dan memendam rasa cinta yang dalam.

Keenan dengan antusias membaca dongeng-dongeng Kugy. Namun, Kugy tidak bisa menggambarkan
tokoh dalam dongengnya hingga Keenan menggambarkannya. Saat keduanya semakin dekat, Noni
dan Eko berencana menjodohkan Keenan dengan Wanda, sepupu Noni sekaligus anak pemilik sebuah
galeri terkenal di Jakarta. Hal itu membuat Kugy sakit hati, apalagi ketika melihat Keenan dan Wanda
bersama. Kugy menutupi perasaannya dengan menjauhi Keenan, Noni, dan Eko. Dan Kugy tidak
hadir di pesta ulang tahun Noni sehingga membuat Noni kecewa dan keduanya saling diam ketika
bertemu.

Kugy memutuskan untuk menyelesaikan kuliahnya lebih cepat untuk melupakan semuanya.

Keenan yang putus asa dengan sikap Wanda, memutuskan untuk pergi ke Bali, tinggal bersama Pak
Wayan. Butuh waktu lama untuk Keenan melukis lagi, karena hanya dongeng-dongeng Kugy yang
menjadi inspirasinya. Keenan akhirnya mencoba melukis lagi, karena adanya Luhde.

Kugy yang sudah selesai dengan kuliahnya menjalin hubungan dengan Remi, bosnya. Remi ternyata
pengagum lukisan Keenan dan pembeli pertama lukisan Keenan. Kugy dan Keenan tak tahu bahwa
Remi mengenal Keenan dan Remi pacar Kugy.

Hingga akhirnya, hati mereka saling memilih. Luhde memutuskan meninggalkan Keenan, begitupula
Remi dengan Kugy. Lalu secara tidak sengaja, Kugy dan Keenan saling bertemu dan hati Kugy
berlabuh kembali pada Keenan, begitupula hati Keenan.

UNSUR INTRINSIK NOVEL PERAHU KERTAS

1. Tema

Dalam novel perahu kertas ini tema yang diambil adalah persahabatan.

2. Tokoh dan watak tokoh

a. Keenan

Dikisahkan keenan adalah orang yang cuek, namun tekun.

Bukti langsung : Keenan sangat rajin menekuni profesinya sebagai penulis, meski sempat putus asa
namun ia tetap kembali kepada seni lukisnya.

Bukti tidak langsung : Meski ia telah mengetahui dengan jelas perasaannya terhadap kugy, namun ua
tetap pura-pura tidak peduli terhadap perasaannya.

b. Kugy

Kugy adalah sosok gadis yang unik dan ceria

Bukti Langsung : Kugy adalah gadis yang beda di antara gadis yang lain, jika dikerumunan ia adalah
gadis yang tidak sulit ditemukan

Bukti tidak langsung : ia selalu terlihat ceria dan memberi warna di depan sahabatnya
c. Noni

Dikisahkan Noni adalah sosok gadis yang rajin dan disiplin

Bukti langsung : Noni adalah gadis yang tepat waktu dan tidak suka menunda-nunda waktu

d. Eko

Dikisahkan eko adalah tipe orang yang memiliki sifat penyayang

Bukti tidak langsung : Eko selalu perhatian terhadap sahabatnya

e. Wanda

Tidak jauh berbeda dengan tokoh Eko, ia memiliki sifat penyayang dan perhatian

Bukti tidak langsung : Wanda selalu memperhatikan keenan

3. Latar

Latar tempat : Kampus,Rumah ,Warung Makan

Latar waktu: Siang hari, sore dan malam

Latar suasana: sedih, bahagia

4. Alur

Alur yang digunakan dalam novel perahu kertas adalah alur maju dan alur mundur artinya dalam
cerita terjadi flashback ke masa lalu dan masa depan.

5. Gaya bahasa

Penggunaan bahasa yang digunakan cukup enak dibaca, mengandung majas personifikasi seperti
penggalan kata berikut “ perahu itu bagaikan bertanya-tanya padaku”

6. Amanat

Amanat yang disampaikan dalam novel ini adalah selalu menerapkan sikap sabar dan tabah. Karena
sahabat dan jodoh takkan lari kemana setelah kita berusaha.

UNSUR EKSTRINSIK NOVEL PERAHU KERTAS

Ekonomi : Keenaan hidup dalam keluarga yang berkecukupan atau kaya

Sosial : Mempunyai banyak sahabat dan saling membantu satu sama lain

Religius : Ketika Keenaan mendo’akan orang tuanya yang sedang sakit strok

Moral: Saling Menghargai, tolong-menolong dalam kebaikan dan rasa saling menghormati.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN NOVEL PERAHU KERTAS

a. Kelebihan novel perahu kertas

Novel ke enam karya Dewi Lestari atau yang sering dikenal dengan nama “dee” ini menurut saya
sangat menarik. Dimana novel ini mengulas tema tentang persahabatan yang serat akan konflik yang
menghanyutkan untuk para pembacanya.

Dikemas dengan gaya bahasa yang lugas dan ringan serta sesuai dengan kondisi masyarakat masa
sekarang menjadikan novel ini dapat mudah dimengerti dan diniikmati oleh pembaca dari berbagai
kalangan usia.

Novel ini begitu edukatif dikarenakan kita dapat banyak belajar dari novel ini. Mulai dari bagaimana
kita harus tetap semangat dalam meraih mimpi-mimpi kita serta percaya bawasannya hidup ini sudah
ada yang mengatur.

Selain itu, novel ini juga penuh akan nilai-nilai positif serta makna kehidupan yang tidak hanya
bercerita tentang remaja pada umumnya, akan tetapi bercerita tentang dinamika kehidupan empat
orang remaja serta korelasinya dengan lingkungan internal.

Dengan penggambaran latar waktu dan tempat yang sangat mendetail namun tidak berlebihan,
menambah daya tarik dari novel ini dan membuat seolah pembaca ikut terlibat di dalamnya.

Sekilas novel Perahu Kertas tampak sederhana dan biasa-biasa saja karena bertemakan tentang cinta.
Tetapi tidak hanya bererita tentang cinta namun banyak unsur lain yang mendukung dan kuat dalam
novel ini yang membuat novel ini begitu inspiratif dan edukatif, seperti  mimpi, persahabatan, dan
kekeluargaan.

Penggambaran tokoh, latar, dan alur yang begitu kreatif dan jelas membuat para pembaca novel
Perahu Kertas tidak segan-segan untuk bermain dengan dunia imajinasinya dan membayangkan
secara nyata apa yang terjadi dalam ceritanya.

b. Kekurangan novel perahu kertas

Dalam novel ini, pelukisan cerita banyak menggunakan setting tempat sehingga sangat dapat beresiko
pembaca akan menjadi bingung dalam memahami latar tempat cerita tersebut dimana. Oleh karena itu
dibutuhkan pemahaman dan konsentrasi tinggi untuk para pembacanya.

Pada beberapa bagian kisah, terdapat cerita yang monoton sehingga timbul kesan kurang menarik dan
timbul kebosanan pembaca dalam mendalami novel.
2. Sinopsis Novel Ronggeng Dukuh Paruk

Judul               : Ronggeng Dukuh Paruk (buku I Catatan Buat Emak)


Penulis             : Ahmad Tohari
Penerbit           : Gramedia
Thn Terbit       : 2011
Dukuh Paruk adalah sebuah desa yang terletak di pedukuhan yang sangat terpencil dan jauh dari
manusia-manusia modern. Di desa yang keadaannya kering kerontang terdapat penduduk yang
mempercayai bahwa mereka keturunan dari Ki Secamenggala, seorang bromocorah yang dianggap
sebagai nenek moyang mereka.

Srintil merupakan anak pembuat tempe bongkrek yang menjadi piatu akibat bencana tempe bongkrek.
Sejak kecil srintil dirawat oleh kakek dan neneknya. Saat usianya masih anak-anak ia memiliki
seorang teman Rasus, Warta, dan Darsun. Ketiganya sangat senang melihat srintil  menari bak
ronggeng. Meskipun masih kecil, srintil sangat pandai  menari.

Kemampuan srintil menari ronggeng akhirnya diketahui oleh kakeknya, dan ia menyampaikannya
kepada Kertarreja, seorang dukun ronggeng. Kehadiran Srintil, yang saat itu berusia sebelas tahun,
merupakan peristiwa yang ditunggu-tunggu oleh penduduk dukuh paruk. Kemampuan srintil menari
ronggeng, menghidupkan kembali tradisi yang selama ini telah hilang.

Sebagaimana adat Dukuh Paruk, untuk menjadi seorang ronggeng srintil harus melewati tahap-tahap
yang tidak mudah.  Srintil harus diserahkan kepada dukun ronggeng, karena ia harus mendapat
perawatan khusus. Srintil juga harus dimandikan di depan cungkup makam Ki Secamenggala, dan
yang terakhir adalah prosesi bukak kelambu. Pada prosesi bukak kelambu srintil harus menyerahkan
keperawanannya pada lelaki manapun yang sanggup memenuhi syarat yang telah ditentukan.

Sejak Srintil menjadi ronggeng, ia semakin jauh dari Rasus dan Rasus merasa kehilangan sosok
emaknya. Sejak saat itu pula Rasus memilih untuk keluar dari desa yang telah membesarkannya. Di
dusun Dawuan inilah Rasus mampu mengubah pandangan hidupnya dan menghilangkan semua
peristiwa yang selama ini membayangi dan menyakitkan hatinya.

Selama di Dawuan kehidupan Rasus pun berubah, ia menjadi seorang Tobang para tentara. Saat ia
bermalam di dukuh paruk untuk menemani neneknya yang sudah tua, srintil berkata pada Rasus
bahwa ia ingin menjadi pendamping hidupnya dan ia rela meninggalkan profesinya sebagai ronggeng
di dukuh paruk tetapi Rasus menolaknya. Akhirnya, saat semua masih terlelap dalam tidurnya Rasus
meninggalkan sepenuhnya desa Dukuh Paruk  dan berbagi macam kenangannya di desa yang telah
membesarkannya.
Analisis Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik Novel Ronggeng Paruk

Analisis

Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik

Novel Ronggeng Dukuh Paruk

1. Unsur Intrinsik

1.       Tema

Tema dalam novel “Ronggeng Dukuh Paruk” yaitu “Kasih Tak Sampai”. Mengapa “Kasih Tak
Sampai”? karena cerita dalam novel tersebut bercerita tentang harapan ronggeng Srintil untuk dapat
hidup bersama dengan lelaki yang sangat dicintai dan didambakan sejak kecil, karena dia memang
teman bermainnya, yaitu Rasus. Namun Rasus tidak mau menerima ajakan Srintil untuk menikah,
karena bagi Rasus, Ronggeng adalah milik masyarakat, milik orang banyak, dan milik semua orang.
Maka Rasus merasa akan sangat egois jika harus menikahi Srintil. Meskipun sebenarnya hati Rasus
sangat sakit ketika harus mengatakan hal itu kepada Srintil. Srintilpun sebenarnya tahu perasaan
Rasus, bahwa dia masih sangat mencintainya. Namun Rasus tidak mau mengakuinya dan lebih
memilih pergi meninggalkan Srintil, neneknya yang sudah tua, dan Dukuh Paruk.

2.       Alur

Alur yang diguna Alur atau jalannya cerita dalam novel “Ronggeng Dukuh Paruk” menggunakan alur
maju yang disertai dengan “flash back” atau kembali ( mundur ) kemasa lalu, baik yang dialami oleh
tokoh utama atau pemeran lainya. Dalam cerita ini yakni ditengah-tengah cerita pengarang
menceritakan kembali masa lalu yang sempat dialami oleh pemeran cerita. Seperti menceritakan
kembali terjadinya peristiwa tempe bongrek sebelas tahun yang lalu atau semasa bayinya Srintil,
yakni :

“ Orang-orang Dukuh Paruk pulang kerumah masing-masing. Mereka, baik lelaki maupun
perempuan, membawa kenangan yang dalam. Malam itu kenangan atas Srintil meliputi semua orang
Dukuh Paruk. Penampilan Srintil malam itu mengingatkan kembali bencana yang menimpa Dukuh
Paruk sebelas tahun yang lalu........Sebelas tahun yang lalu ketika Srintil masih bayi. Dukuh Paruk
yang kecil basah kuyup tersiram hujab lebat…”.

3.       Latar

·         Latar Tempat :

a.       Dukuh Paruk. “dua puluh tiga rumah berada di pedukuhan itu, dihuni oleh orang-orang
seketurunan…”.

b.      Ladang/ Kebun “ditepi kampung, tiga anak sedang bersusah payah mencabut sebatang
singkong. Yakni Rasus, Darsun dan Warta…”.

c.       Dibawah pohon nangka. “dipelataran yang membatu dibawah pohon nangka,...Srintil menari


dan bertembang. Gendang, gong dan calung mulut mengiringinya..”.

d.      Rumah Nyai Kartareja. “di dalam rumah. Nyai Kartareja sedang merias Srintil. Tubuhnya
yang kecil dan masih lurus tertutup kain sampai ke dada …”.
e.       Perkuburan. “rombongan bergerak menuju perkuburan dukuh paruk. Kartareja berjalan
paling depan membawa pedupan….”.

f.       Pasar Dawuan. “Perkenalanku dengan pedagang singkong di pasar memungkinkan aku


mendapat upah…”.

g.      Di Markas Tentara. “pada hari pertama menjadi tobang, banyak hal baru yang kurasakan…”

h.      Di Hutan. “Sampai di hutan, perburuan langsung dimulai. Dalam hal ini aku kecewa karena
tiga orang tentara yang kuiringkan sama sekali tak berpengalaman dalam hal berburu…”.

i.        Rumah Sakarya.”kulihat dua orang perampok tetap tinggal diluar rumah, satu dibelakang
dan lainya dihalaman…..Sakarya yang terkejut langsung mengerti…”.

j.        Rumah Nenek “selagi orang-orang Dukuh Paruk mengerumuni rumah Kartareja, aku duduk


berdekatan dengan Srintil di beranda rumah neneku sendiri”.

k.      Rumah Sakum “Sakum tak terusik oleh hiruk pikuk anak-anaknya, jemarinya terus bekerja..…
Sakum berhenti mendadak ketika Srintil melangkah mendekatinya ”.

l.        Rumah Tarim “panas udara mulai reda ketika Marsusi diterima oleh Kakek Tarim….”.

m.    Lapangan bola deka kantor Kecamatan.” Malam itu semangat kota kecil dawuan berpusat
dilapangan sepak bola dekat kantor Kecamatan. Sebuah panggung lebar…..”

n.      Di Alaswangkal “hampir setengah hari ketika rombonhan dari Dukuh Paruk memasuki
kampung Alaswangkal. Pemukiman penduduk…”.

o.      Kantor Polisi “dikantor itu ternyata bukan hanya polisi, melainkan tentara juga ada disana
mereka segera mengenal siapa yang sedang melangkah…”

p.      Di Penjara/ Tahanan “ Saya Prajurit Dua Rasus. Saya ingin berjumpa Komandan kompleks
tahanan ini secara pribadi…”.

q.      Di Sawah “di tengah sawah, seratus meter diSebelah barat dukuh paruk.Bajus memimpin..”

r.        Di Pantai “sampai dipantai Bajus memilih tempat yang agak terpencil buat memarkir
jipnya…”

s.       Di Vila “...Bajus membelokan mobilnya ke halaman sebuah vila mungil yang ternyata
kemudian sudah disewanya….”

t.        Rumah Sakit “…ketegangan yang meliputi hatiku hanpir berakhir ketika becak berhenti di
gerbang rumah sakit tentara….”

·         Latar Waktu :

a.    Sore hari “ ketiganya patuh. Ceria dibawah pohon nangka itu sampai matahari menyentuh garis
cakrawala.” (Tohari,Ahmad, 2008:7)

b.  Malam hari “ jadi pada malam yang bening itu, tak ada anak Dukuh Paruk yang keluar
halaman...” (Tohari,Ahmad, 2008:7)
c.   Pagi hari “ menjelang fajar tiba, kudengar burung sikakat mencecet si rumpun aur di belakang
rumah.” (Tohari,Ahmad, 2008:63)

·         Latar Suasana :

1.      Tenang, tentram

“Sakarya merasa hawa dingin bertiup di kuduknya. Suara hiruk-pikuk bergalau dalam telinga. Dan
tiba-tiba Sakarya terkejut oleh sinar menyilaukan yang masuk matanya. Matahari pagi muncul di balik
awan. “Ah, boleh jadi benar, kematianku sudah dekat,” gumam Sakarya. Aneh, Sakarya merasakan
ketentraman dalam hati setelah bergumam demikian.”

2.      Gembira, bangga, bahagia

“Kegembiraan itu lahir dan berkembang dari Dukuh Paruk. Berita cepat tersiar bahwa pada malam
perayaan Agustusan nanti Srintil akan kembali meronggeng. Kurang dua hari lagi, tetapi sudah
banyak orang bersiap-siap. Anka-anak mulai bertanya tentang  uang jajan kepada orangtua mereka.
Para pedagang, dari pedagang toko sampai pedagang pecel bersiap dengan modal tambahan. Juga
tukang lotre putar yang selalu menggunakan kesempatan ketika banyak orang berhimpun.”

3.      Tegang, genting

“Kenapa Jenganten?”

“Pusing, Nyai, pusing! Oh, hk. Napasku sesak. Dadaku sesak!”

Nyai Kartareja merangkul Srintil. Dia langsung mengerti masalahnya genting karena Srintil tidak lagi
menguasai berat badannya sendiri.

4.      Tokoh dan Penokohan

1.      Rasus : bersahabat, penyayang, pendendam, pemberani

Bukti bahwa Rasus bersahabat “ Di tepi kampung, tiga orang anak laki-laki sedang bersusah payah
mencabut sebatang singkong.” (Tohari,Ahmad, 2008:4)

Bukti bahwa Rasus penyayang “ Suatu saat ku bayangkan emak ingin pulang ke Dukuh Paruk.”
(Tohari,Ahmad, 2008:49)

Bukti bahwa Rasus pendendam “ Nenek menjadi korban balas dendamku terhadap Dukuh Paruk......”
(Tohari,Ahmad, 2008:47)

Bukti bahwa Rasus pemberani “ Aku mengutuk sengit mengapa kopral Pujo belum juga muncul.
Karena tidak sabar menunggu, maka timbul keberanianku” (Tohari,Ahmad, 2008:61)

2.   Srintil : Bersahabat, seorang ronggeng, agresif, Dewasa

Bukti bahwa Srintil bersahabat “ Sebelum berlari pulang. Srintil minta jaminan besok hari Rasus dan
dua orang temannya akan bersedia kembali bermain bersama.” (Tohari,Ahmad, 2008:4)

Bukti bahwa Srintil seorang Ronggeng “ ......., Srintil mulai menari. Matanya setengah terpeja.
Sakarya yang berdiri di samping Kartsreja memperhatikan ulah cucunya dengan seksama. Dia ingin
membuktikan bahwa dalam tubuh Srintil telah bersemayam indang ronggeng.” (Tohari,Ahmad,
2008:10)

Bukti bahwa Srintil agresif “ aku tak bergerak sedikit pun ketika Srintil merangkulku, menciumiku.
Nafasnya terdengar begitu cepat.” (Tohari,Ahmad, 2008:38)

Bukti bahwa Srintil dewasa “ dia tidak mengharapkan uang. Bahkan suatu ketika dia mulai berceloteh
tentang bayi, tentang perkawinan.” (Tohari,Ahmad, 2008:53)

3.      Dursun : bersahabat

Bukti bahwa Dursun bersahabat Di tepi kampung, tiga orang anak laki-laki sedang bersusah payah
mencabut sebatang singkong.” (Tohari,Ahmad, 2008:4)

4.     Warta : bersahabat, perhatian dan penghibur

Bukti bahwa Warta bersahabat “ Di tepi kampung, tiga orang anak laki-laki sedang bersusah payah
mencabut sebatang singkong.” (Tohari,Ahmad, 2008:4)

Bukti bahwa Warta perhatian dan penghibur “Rasus, kau boleh sakit hati. Kau boleh cemburu. Tetapi
selagi kau tak mempunyai sebuah ringgit emas, semuanya menjadi sia-sia.” (Tohari,Ahmad, 2008:37)

“Tidak apa-apa Warta. Percayalah sahabatku, tak ada yang salah pada diriku. Aku terharu. Suaramu
memang bisa membuat siapa pun merasa begitu terharu.” (Tohari,Ahmad, 2008:37)

5.      Sakarya (Kakek Srintil): Penyayang, tega

Bukti bahwa Sakarya penyayang “dibawah lampu minyak yang bersinar redup. Sakarya, kamitua di
pedukuhan kecil itu masih merenungi ulah cucunya sore tadi.” (Tohari,Ahmad, 2008:8)

Bukti bahwa Sakarya tega “Jangkrik!” sahutku dalam hati. “kamu si tua bangka dengan cara
memperdagangkan Srintil.” (Tohari,Ahmad, 2008:63)

6.      Ki Secamenggala : nenek moyang asal Dukuh Paruk

Buktinya adalah “hanya Sakarya yang cepat tanggap. Kakek Srintil itu percaya penuh Roh Ki
Secamenggala telah memasuki tubuh Kartareja.....” (Tohari,Ahmad, 2008:27)

7.      Kartareja dan Nyai Kartareja : mistis, egois

Bukti bahwa Kartareja dan Nyai Karateja mistis “Satu hal disembunykan oleh Nyai Kartareja
terhadap siapa pun. Itu ketika dia meniuokan mantra pekasih ke ubun-ubun Srintil.” (Tohari,Ahmad,
2008:9)

“Tiba giliran bagi Kartareja. Setelah komat-kamit sebentar, laki-laki itu memberi aba-aba....”
(Tohari,Ahmad, 2008:26)

8.      Sakum : hebat

Bukti bahwa Sakum hebat “ Sakum, dengan mata buta mampu mengikuti secata seksama pagelaran
ronggeng.” (Tohari,Ahmad, 2008:9)

9.      Nenek Rasus : linglung


Bukti bahwa Nenek Rasus pikun “ Ah, semakin tua nenekku. Kurus dan makin bungkuk. Kasian,
Nenek tidak bisa banyak bertanya kepadaku. Linglung dia.” (Tohari,Ahmad, 2008:62)

10.  Santayib (Ayah Srintil) : bertanggungjawab, keras kepala

Bukti bahwa Santayib bertanggungjawab “ Meski Santayiborang yang paling akhir pergi tidur, namun
dia pulalah pertama kali terjaga di Dukuh Paruk.....” (Tohari,Ahmad, 2008:12)

Bukti bahwa Santayib keras kepala “Kalian, orang Dukuh Paruk. Buka matamu, ini Santayib! Aku
telah menelan seraup tempe bongrek yang kalian katakan beracun. Dasar kalian semua, asu buntung!
Aku tetap segar bugar meski perutku penuh tempe bingrek. Kalian mau mampus, mampuslah! Jangan
katakan tempeku mengandung racun......” (Tohari,Ahmad, 2008:15)

11.  Istri Santayib : Keibuan, prihatin

Bukti bahwa Istri Santayib keibuan “ Srintil bayi yang tahu diri. Rupanya dia tahu aku harus melayani
sampean setiap pagi.” (Tohari,Ahmad, 2008:12)

Bukti bahwa Istri Santayib prihatin “Srintil kang. Bersama siapakah nanti anak kita, kang?”
(Tohari,Ahmad, 2008:16)

12.  Dower : mengusahakan segala macam cara

Bukti bahwa Dower mengusahakan “ pada saja baru ada dua buah perak. Saya bermaksud
menyerahkannya kepadamu sebagai panjar. Masih ada waktu satu hari lagi. Barangkali besok bisa
kuperoleh seringgit emas.” (Tohari,Ahmad, 2008:34)

“Aku datang lagi kek. Meski bukan sekeping ringgit emas yang kubawa, kuharap engkau mau
menerimanya.” (Tohari,Ahmad, 2008:41)

13.  Sulam : penjudi dan berandal, sombong

Bukti bahwa Sulam penjudi dan berandal “ Dia juga kenal siapa Sulam adanya; anak seorang lurah
kaya dari seberang kampung. Meski sangat muda, Sulam dikenal sebagai penjudi dan berandal.”
(Tohari,Ahmad, 2008:42)

Bukti bahwa Sulam sombong “ Sebuah pertanyaan yang menghina, kecuali engkau belum
mengenalku. Tentu saja aku membawa sebuah ringgit emas. Bukan rupiah perak, apalagi kerbau
seperti anak pecikalan ini.” (Tohari,Ahmad, 2008:42)

14.  Siti : alim

Bukti bahwa Siti alim “hw, jangan samakan Siti dengan gadis-gadis di Dukuh Paruk. Dia marah
karena kau memperlakukannya secara tidak senonoh.” (Siti meleparkan singkong ke arah Rasus)
(Tohari,Ahmad, 2008:50)

15.  Sersan Slamet    : penyuruh, tegas

Bukti bahwa Sersan Slamet penyuruh “Pekerjaan dimulai.peti-prti logam serta barang lainnya
diangkat ke atas pundak dan kubawa ke sebuah rumah....” (Tohari,Ahmad, 2008:54)

Bukti bahwa Sersan Slamet tegas “Katakan; ya! Kami tentara. Kami memerlukan ketegasan dalam
setiap sikap,” kata Sersan Slamet tegas (Tohari,Ahmad, 2008:55)
16.  Kopral Pujo : penakut

Bukti bahwa Kopral Pujo penakut “ mengecewakan. Ternyata Kopral Pujo tidak lebih berani daripada
aku......” (Tohari,Ahmad, 2008:60)

17. Tampi : penyayang, sabar.

Bukti bahwa Tampi penyayang dan sabar :

 “Bagaimana Srin?” tanya Tampi setelah melangkahi pintu bilik. “Ini kubawakan untukmu pisang raja
yang matang pohon. Wangi sekali,”

18. Masusi. Jahat, hidung belang, pendendam.

Bukti :

“ Dan Marsusi terkejut ketika sadar dirinya kini berada hanya beberapa jengkal dari Dilam. Dan dia
berada dalam bilik itu, terus terang dalam rangka tujuan yang sama. Bila Dilam telah mencelakakan
pemilik ladang yang telah meracuni kerbaunya, maka Marsusi akan membuat celaka seorang anak
Dukuh Paruk yang telah mempermalukannya, menampik hajatnya. Pandangan mata Marsusi baur.
Terbayang oleh Srintil memegang dada sambil terbatuk mengeluarkan darah segar. Ada beling dan
paku-paku berhamburan dari mulutnya. Matanya terbeliak mengerikan. Kemudian terbayang keranda
diusung menuju pekuburan diiringi tangis semua warga Dukuh Paruk. Marsusi menggeleng-
gelengkan kepala. Menelan ludah dan membunuh rokoknya di lantai. Seperti halnya Dilam, pada saat
itu pun Marsusui ingin segera pulang. Tetapi bayangan Srintil ketika menampiknya kelihatan lagi di
depan mata. Urat-urat pipinya menggumpal. Pada saat itu terdengar suara dari dalam. Kakaek Tarim
memamnggilnya.”

19.Diding. Kacung Tamir yang tunduk dan patuh pada majikan demi uang yangakan di bawanya
pulang untuk anak istrinya.

Bukti :

“Pak, malam ini aku tidak ikut pulang ke penginapan. Aku dan Diding.”

“He? Mengapa aku?” sela Diding.

“Sudahlah, nanti uang makanku buat kamu.”

“Kamu tidak ikut krmbsli ke Eling-eling?”

“Satu malam saja, Pak. Ah, malah saya bisa bekerja gasik besok pagi. Percayalah, Pak.”

“Mau ke Dukuh Paruk, kan? Bajul cilik kamu!”

“He...he...he.”    

20. Tamir. Laki-laki hidung belang yang datang dari kota Jakarta dalam pekerjaannya pengukuran  
tanah untuk pembuatan jalan di Dukuh Paruk Pecikalan. Dia seorang laki-laki petualang perempuan
yang patah hati oleh Srintil.

Bukti :
“Pada hari ke tiga ketika Bajus dan teman-temannya sedang berada di sebuah warung minuman di
Dawuan, Tamir membuat pengakuan segar.

“Siapa yang percaya padaku ketika kemarin aku pergi ke Dukuh Paruk hendak buang haja?”

“Bajingan! Jadi apa perlumu kesana? Menemui perempuan itu?” tanya Bajus.

“Jangan marah dulu, Pak. Pokoknya aku memperoleh ilmu penting. Aku tahu namanya : Srintil.”

“Srintil? Nama yang aneh.”

“Tak apa, kan? Yang penting bagaimana  orangnya.”

“Lalu?”

“Dia tidak punya suami. Ini!”

Semua diam, seakan cerita yang keluar dari mulut Tamir memerlukan kekhususan buat
memahaminya. Dan Tamir cengar-cengir.

21. Bajus. Bujang tua yang baik kepada Srintil namun jauh dari perkiraan. Srintil sempat akan
dijadikannya umpan demi proyek tendernya lolos.

Bukti :

“Ya, andaikan benar dia tidak bersuami, lalu kamu mau apa?” sela Diding.

“Ah, berita apapun memang tak penting bagimu kecuali berita pembayaran gaji. Namun siapa tahu
Pak Bjus menyukai keteranganku. Siapa tahu, Pak.”

“Hus! Aku memang perjaka lapuk. Aku memang tertua diantara kalian. Namun mestinya tidak harus
menjadi sasaran untuk celoteh semacam ini.”

22. Darman. Aparat kepolisian yang membantu maksud dan tujuan Marsusi kepada Srintil demi satu
truk kayu bakar.

Bukti :

“Begini, Mas Darman. Aku memerlukan sedikit keterangan tentang Srintil,” kata Marsusui dengan
suara rendah.

“Srintil?” tanya Darman. Kepalanya condong ke depan dan matanya membulat.

“Betul, Mas. Sampai kapankah kiranya Srintil dikenai wajib lapor?”

“Wah, nanti dulu. Mengapa sampean bertanya tentang Srintil?”

“Terus terang, ini berhubungan dengan keadaanku yang sudah menjadi dada.”

“Ah, ya. Lalu mengapa Srintil?”

Kata-kata Darman terputus dan berlanjut dalam hatinya; selagi semua orang bekerja keras menghapus
jejak koneksitas dengan orang-orang yang terlibat peristiwa 1965, mengapa Marsusi berbuat
sebaliknya?”
“Mas Darman, sesungguhnya aku malu terus terang. Tetapi bagaimana ya, aku benar-benar tidak bisa
melupakannya.”

“Baik Pak Marsusi. Asal sampean camkan, situasinya bisa berkekmbang demikian rupa sehingga
dapat menyulitkan diriku.”

“Oh, aku sadar betul, Mas Darman. Akan ku jaga sekuat tenaga agar segala kaibat tindakanku, akulah
yang menanggung, aku seorang. Sekarang katakan, kapan kiranya Srintil bebas dari waib melapor.”

23. Pak Blengur. Bos besar pemegang tender pembuatan jalan, jembatan dan gedung bupati (majikan
Bajus). Lelaki petualang cinta dari satu perempuan ke perempuan lainya namun terketuk hati dan
kesadarannya karena Srintil.

Bukti :

“Ternyata rapat  berlangsung tidak hanya dua jam saja. Bajus berdiri dan melongok ke dalam.
Dilihatnya Blengur sedang berbincang sambil berdiri dengan seorang pejabat penting yang berkantor
di Eling-eling. Tak sabar, Bajus masuk. Dengan kesopanan seorang kacung diambilnya tas dari tangan
Blengur, lalu berdiri menunggu. Keduanya kemudian keluar.

“Kok mereka pulang, Pak,” taya Bajus ketika melihat banyak mobil keluar meninggalkan hotel.
“Sudah tak ada acara lagi?”

‘Tidak ada. Bupati tidak menghendaki ada pesta. Wah, kebetulan. Aku pun tak menghendaki pesta.
Aku hanya ingin beristirahat.”

“Kita bisa ngomong-ngomong sebenyar di sini, Pak?”

“Soal apa?”

“Biasa, Pak. Kepada siapa lagi kalau bukan pada Bapak saya minta pekerjaan. Nah, ini bagaimana
Pak?”

Blengur memperhatikan dua foto yang baru diserahkan kepadanya oleh Bajus. Kepalanya miringk ke
kiri dan ke kanan, seakan lupa benda yang dipegangnya hanya berdimensi dua. Perempuan dalam foto
ini langsung menjebak dengan kesan yang kuat.”

24. Lurah Pecikalan (kepala desa). Bijaksana dan peduli akan penduduknya.

Bukti:

“Lurah pecikalan yang tua dan kuno sesungguhnya merasa malu bila da priyayi proyek seperti Bajus
masuk ke tengah kemelaratan Dukuh Paruk. Tentang kemelaratan di pedukuhan terpencil itu secara
resmi bisa dihubungkan dengan kemampuannya sebagai kepala desa. Maka tanpa mengingat Dukuh
Paruk yang waktu dihubungkan dengan keberingasan orang-orang komunis, Lurah Pecikalan
menyetujui keinginan Srintil yang disampaikan lewat Kartareja. Bahkan lurah tua itu memberi
keterangan tentang beberapa orang yang hendak menjual rumah. Mereka adalah para penerima uang
ganti rugi tanah dan bermaksud membangun rumah baru yang permanen.”
5.       Gaya Bahasa

Gaya Bahasa yang terlihat dalam novel ini kadang membingungkan, karena terdapat bahasa jawa dan
mantra-mantra jawa.

Misalnya :

Uluk-uluk perkutut manggung

Teka saka negndi,

Teka saba tanah sabrang

Pakanmu apa

Pakanku madu tawon

Manis madu tawon,

Ora manis kaya putuku, Srintil

6.       Sudut Pandang

Sudut pandang yang digunakan oleh Pengarang dalam penulisan novel“Ronggeng Dukuh Paruk” ini
adalah menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama seperti adanya kata “aku”
dan sudut pandang pengganti orang ketiga baik dalam cerita maupun diluar cerita. Bukti pengarang
menggunakan kata ganti orang ketiga adalah seperti adanya kata “ dia dan –nya” dan menyebutkan
nama tokoh secara langsung.

7.       Amanat

Amanat atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui novel
“Ronggeng Dukuh Paruk” ini adalah: agar kita semua mau dan mampu melihat seseorang itu tidak
hanya dari luarnya saja melainkan juga dari hatinya. Dan agar kita mau berpikir mengenai tragedi-
tragedi kemanusiaan yang terjadi disekeliling kita. Pesan lain mungkin juga seperti jangan menyia-
nyiakan orang yang telah sepenuh hati mencintai kita, karena belum tentu suatu saat nanti kita dapat
menemukan orang yang mencintai kita seperti itu.

Dan adat bagaimanapun tetap harus berlaku dalam kehidupan yang meyakininya, karena jika memang
suatu daerah mempercayai adat yang berlaku, maka harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Karena
pada setiap keyakinan pasti ada suatu hal yang akan terjadi jika suatu adat kebiasaan tidak
dilaksanakan. Serta jangan gampang terpengaruh dengan keadaan duniawi karena suatu saat
penyesalan akan datang dalam hidupmu, segala sesuatu akan kembali kepadaNya. Kehidupan fana
dalam hura-hura dunia dapat mencekam masa depanmu!

2. Unsur Ekstrinsik

a.       Keagamaan (relegius)

Dalam novel ini, unsur keagamaan tidak terlalu diperlihatkan karena warga Dukuh Paruk lebih
mempercayai adanya nenek moyang dan hal-hal animisme lainnya
b.      Kebudayaan

Dalam  novel ini, banyak terdapat unsur kebudayaan seperti: menari, menyanyi sambil nyawer,
memberikan sesaji kepada nenek moyang

c.       Sosial

Dalam  novel ini, unsur sosial kemasyarakatan lebih cenderung ke arah ronggeng. Karena segala
sesuatu yang berhubungan dengan hubungan antar manusia lebih diutamakan untuk ronggeng karena
bagi mereka, adanya sosok ronggeng merupakan kebanggaan tersendiri di Dukuh Paruk

d.      Ekonomi

Dalam  novel ini sering terlihat dalam pergantian judul maupun pergantian bab, yang mana
mengggambarkan kemiskinan masyarakat “Dukuh Paruk” yang terletak ditengah-tengah pematang
sawah. Penggambaran ini tampak jelas terlihat seperti : digambarkan luasnya ribuan hektar sawah
yang mengelilingi desa telah tujuh bulan kering kerontang,…. Sampai anak-anak kecil rela bersusah
payah mencabut singkong yang terpendam dalam ditanah kapur,,, itulah sedikit gambaran keadaan
ekonmi yang sedang dialami oleh masyarakat “Dukuh Paruk”, dan keadaan itulah yang sebenarnya
ingin ditunjukan oleh pengarang kepada pembaca.

e.       Latar belakang pengarang

Ahmad Tohari adalah sebuah nama besar dan langka di dalam khasanah kesusastraan Indonesia. Dari
karya sastra yang saya baca, nama Ahmad Tohari langgeng dan cepat nempel di kalangan pembaca.
Ketika mendengar namanya, maka asosiasi yang muncul dari pengarang ini adalah lokalitas, tema
keislaman, dan nilai kehidupan kesederhanaan. Ronggeng Dukuh Paruk adalah salah satu bibel
Ahmad Tohari. Dengan hadirnya serangkaian karya Ahmad sebagai juru bicara kesusastraan bertema
lokal. Pengetahuan Ahmad Tohari mengenai dunia ronggeng dan filosofinya menegaskan bahwa
Ahmad Tohari adalah wakil dari suara orang-orang yang satu daerah asalnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://graciaciar.blogspot.com/2018/03/sinopsis-dan-unsur-intrinsik-novel_47.html

http://dahliamrdn.blogspot.com/2018/10/sinopsis-novel-ronggeng-dukuh-paruk.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai