Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PDRB MENURUT PENGELUARAN ATAS HARGA

BERLAKU DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT


TAHUN 2019-2020

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 7:


1. CHRISTIN JULIA MANURUNG (H1091221025)
2. MURNI SYAHIDA (H1091221026)
3. LOUIS PUTRA JAYA (H1091221031)
4. LUNA AMARA REGITA (H1091221049)

NAMA DOSEN PENGAMPU:


HENDRA PERDANA, S.Si., M.Sc.

ALGORITMA DAN PERANGKAT LUNAK STATISTIK


FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
KOTA PONTIANAK
2022

1
PENDAHULUAN
PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) merupakan jumlah keseluruhan dari
nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan berdasarkan semua kegiatan
perekonomian di seluruh wilayah dalam periode tahun tertentu yang pada umumnya
dalam kurun waktu satu tahun. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap
tahun atau harga pada tahun berjalan. PDRB yang dihitung menggunakan pendekatan
pengeluaran menjelaskan bagaimana PDRB suatu wilayah digunakan atau
dimanfaatkan, baik untuk memenuhi kebutuhan permintaan di dalam wilayah (region)
maupun untuk memenuhi kebutuhan di luar wilayah. PDRB menurut pengeluaran bisa
disebut sebagai PDRB menurut Penggunaan atau PDRB yang ditinjau dari sisi
permintaan (Gross Regional Domestic Product by type of Expenditure). Menurut
Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri
dari:
1. Pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga
2. Pengeluaran konsumsi akhir lembaga non profit yang melayani rumah tangga
3. Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah,
4. Pembentukan modal tetap domestik bruto,
5. Perubahan inventori, dan
6. Ekspor neto (ekspor dikurang impor).
Pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (PKRT) adalah pengeluaran atas
barang dan jasa oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Rumah tangga didefinisikan
sebagai individu atau kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan
tempat tinggal. Mereka mengumpulkan pendapatan, memiliki harta, hak, kewajiban,
dan mengkonsumsi barang serta jasa secara bersama-sama, utamanya kebutuhan primer
dan sekunder.
Pengeluaran konsumsi akhir Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT)
adalah pengeluaran dari LNPRT dalam menyediakan barang dan jasa bagi anggotanya
maupun bagi rumah tangga secara gratis atau pada tingkat harga yang tidak berarti
secara ekonomi. Harga yang tidak berarti secara ekonomi artinya harga tersebut berada
di bawah harga pasar (tidak mengikuti harga pasar yang berlaku).
Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah adalah pengeluaran dari pemerintah
yang mencakup pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin, pembayaran gaji PNS,
transfer sosial dalam bentuk barang, perkiraan penyusutan nilai barang modal dan
output dari Bank Sentral, dikurangi dengan nilai penjualan barang dan jasa yang
dihasilkan dari unit produksi yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pemerintahan.
Besarnya nilai pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) sama dengan nilai

2
produksi barang dan jasa yang dihasilkan dari pemerintah untuk dikonsumsi oleh
pemerintah itu sendiri.
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) didefinisikan sebagai penambahan
dan pengurangan aset tetap pada suatu unit produksi, dalam kurun waktu tertentu.
Penambahan barang modal mencakup pengadaan, pembuatan, pembelian, sewa beli
(financial leasing) barang modal baru dan bekas dari dalam maupun luar negeri
(termasuk perbaikan besar, transfer/barter barang modal), serta pertumbuhan aset
sumber daya hayati yang dibudidayakan. Sedangkan pengurangan barang modal
mencakup penjualan, transfer/barter, dan sewa/beli barang modal bekas pada pihak lain.
Pengecualian kehilangan yang disebabkan oleh bencana alam tidak dicatat sebagai
pengurangan.
Pengertian dari Inventori (persediaan) adalah barang yang dikuasai oleh produsen
untuk tujuan diolah lebih lanjut (intermediate consumption) menjadi barang dalam
bentuk lain, yang punya nilai ekonomi maupun manfaat yang lebih tinggi. Dalam
pengertian ini adalah barang yang masih dalam proses pengerjaan, serta barang jadi
yang belum dipasarkan dan masih dikuasai oleh pihak produsen. Perubahan inventori
adalah selisih antara nilai inventori pada akhir periode akuntansi dengan nilai inventori
pada awal periode akuntansi. Perubahan inventori menjelaskan tentang perubahan posisi
barang inventori, yang dapat bermakna pertambahan (positif) atau pengurangan
(negatif).
Ekspor-impor di suatu wilayah didefinisikan sebagai alih kepemilikan ekonomi
(penjualan/pembelian, barter, dan hibah) atas barang dan jasa antara residen wilayah
tersebut dengan non-residen yang berada di luar wilayah tersebut. Daerah yang tidak
dapat memenuhi kebutuhannya sendiri berusaha mendatangkan barang dan jasa dari
daerah atau negara lain. Sedangkan daerah yang memproduksi barang dan jasa melebihi
dari kebutuhan domestik, terdorong untuk memperluas pasar ke luar daerah hingga ke
luar negeri.
Isi laporan ini menggambarkan, menjelaskan, dan menginterpretasikan data
nilai Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Atas Harga Berlaku pada
tahun 2019-2020 di Provinsi Kalimantan Barat, yang terdiri dari berbagai komponen
pengeluaran, seperti Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Konsumsi LNPRT
(Lembaga Non-Profit yang melayani Rumah Tangga), Konsumsi Pemerintah,
Perubahan Inventori, Pembentukan Modal Tetap Bruto, Ekspor Luar Negeri, Impor
Luar Negeri, dan Net Ekspor Antar Daerah. Adapun data nilai distribusi persentase per
komponen hingga per sub komponen, beserta laju pertumbuhannya yang semakin
menggambarkan, menerangkan, dan memperjelas data yang ada pada laporan ini.
Sumber Data: PDRB Provinsi Kalimantan Barat Menurut Pengeluaran 2017-2021.
x + 78 Halaman. 2022. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat.

3
4
PEMBAHASAN
Selama tahun 2019, komponen pengeluaran PDRB terbesar adalah pengeluaran
konsumsi rumah tangga diikuti pembentukan modal tetap bruto, konsumsi pemerintah,
ekspor luar negeri, impor luar negeri, konsumsi LNPRT (Lembaga Non-Profit yang
melayani Rumah Tangga), perubahan inventori, dan komponen pengeluaran terkecilnya
adalah net ekspor antar daerah. Sedangkan untuk tahun 2020, komponen pengeluaran
PDRB terkecilnya adalah perubahan inventori diikuti net ekspor antar daerah, konsumsi
LNPRT, impor luar negeri, ekspor luar negeri, konsumsi pemerintah, pembentukan
modal tetap bruto, dan konsumsi rumah tangga. Dari masing-masing komponen
pengeluaran PDRB 2019-2020 tersebut memiliki sub komponen masing-masing,
misalnya pada komponen konsumsi rumah tangga memiliki 7 sub komponen yaitu,
makanan-minuman dan rokok, pakaian dan alas kaki, perumahan, kesehatan dan
pendidikan, transportasi, hotel dan restoran, serta sub komponen lainnya (di luar dari
cakupan sub komponen makanan hingga restoran), hanya komponen konsumsi LNPRT,
dan perubahan inventori yang tidak memiliki sub komponen apapun. Sub komponen
PDRB terbesar di tahun 2019 maupun 2020 adalah makanan, minuman, dan rokok,
sedangkan untuk sub komponen PDRB terkecil di tahun 2019 maupun 2020 adalah
ekspor luar negeri jasa.
Pada tahun 2019, pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga mencapai
Rp110.756.437,74 sedangkan pada tahun 2020 meningkat menjadi Rp111.553.713,95.
Tahun 2019 konsumsi pemerintah mencapai Rp24.867.885,32, sedangkan pada tahun
2020 meningkat menjadi Rp26.104.494,27 yang terbagi menjadi 2 sub komponen yaitu
konsumsi kolektif, dan individu. Kemudian konsumsi LNPRT tahun 2019 mencapai
Rp2.738.828,68 sedangkan pada tahun 2020 meningkat menjadi 2.749.702,67 dan
perubahan inventori pada tahun 2019 mencapai Rp900.671,02 sedangkan pada tahun
2020 berkurang menjadi Rp-3.323.798,35. Untuk komponen pembentukan modal tetap
bruto tahun 2019 mencapai Rp68.459.564,44 sedangkan di tahun 2020 berkurang
menjadi Rp66.124.476,59 yang terbagi menjadi 2 sub komponen, yaitu bangunan dan
non-bangunan, komponen ekspor luar negeri di tahun 2019 mencapai Rp21.833.455,08
yang terbagi menjadi 2 sub komponen, yaitu barang, dan jasa, komponen impor luar
negeri di tahun 2019 mencapai Rp14.710.194,73 yang juga terbagi menjadi 2 sub
komponen, yaitu barang dan jasa, komponen net ekspor antar daerah di tahun 2019
mencapai Rp-2.856.314,84 yang didapatkan dari nilai ekspor dikurangi nilai impor.
Jika dilihat dari distribusi persentase terbesarnya, komponen konsumsi rumah
tangga menyumbang 52.25% dari total nilai PDRB di tahun 2019, sedangkan di tahun
2020 menyumbang 52,13% dari total nilai PDRB di tahun 2020, jika dirata-ratakan
antara dua nilai distribusi persentase tersebut akan menjadi 52,19%. Yang artinya lebih
dari setengah nilai PDRB ini berasal dari pengeluaran konsumsi rumah tangga.
Sedangkan untuk nilai laju pertumbuhan terbesarnya di tahun 2019 adalah 27.29% dari
sub komponen barang; komponen impor luar negeri. Untuk di tahun 2020 adalah

5
28.24% dari sub komponen ekspor; komponen net ekspor antar daerah. Yang artinya
peningkatan sub komponen tersebut melebihi seperempat sub komponen tahun lalu.
Untuk mengolah data yang didapatkan akan menggunakan 4 jenis analisis data
yang ada pada software SPSS, yaitu:
1. Frekuensi
Alasan penulis menggunakan analisis frekuensi karena ada variabel data yang berupa
kategori/kualitatif, dan analisis frekuensi dikalkulasi berdasarkan kategori yang ada,
sehingga analisis frekuensi dibutuhkan untuk mengetahui jumlah, dan jenis kategori
data yang ada maupun yang tidak ada.

Kasus pertama, variabel yang digunakan adalah Status PDRB, penentuan dari status
PDRB tersebut dilakukan dengan cara, PDRB di tahun 2020 dikurang PDRB tahun
2019, jika hasilnya positif maka dianggap "Meningkat", sedangkan jika hasilnya negatif
dianggap "Menurun". Dilihat dari tabel bahwa terdapat 14 data yang meningkat (56%),
dan 11 data yang menurun (44%). Sehingga status PDRB meningkat lebih banyak
daripada yang menurun.

Kasus kedua, variabel yang digunakan adalah Porsi Komponen Terhadap Distribusi,
penentuan dari porsi komponen tersebut dilakukan dengan cara merata-ratakan
distribusi persentase tahun 2019, dan 2020 pada setiap komponen atau sub
komponennya. Jika datanya berada di posisi 20% terbesar, dianggap porsi nilai besar,
jika datanya berada di posisi 40% terkecil, dianggap porsi nilai kecil, dan jika datanya
berada di antara kedua posisi tersebut, dianggap porsi nilai sedang. Pada tabel tersebut
ada sebanyak 5 data bernilai besar, 10 data bernilai kecil, dan 10 data bernilai sedang.
Dengan total jumlah data sebanyak 25, disimpulkan bahwa data yang bernilai besar
adalah data yang paling sedikit jumlahnya (20%), kemudian data bernilai sedang sama
banyaknya dengan data bernilai kecil (40%;40%). Penulis memperoleh batasan-batasan
posisi tersebut dengan cara menyederhanakan, dan mencocokkan batasan yang
ditentukan oleh Bank Dunia tentang Pengukuran Ketimpangan Pendapatan.
Sumber Referensi: Ketimpangan Pendapatan (Ukuran Bank Dunia)

6
Kasus ketiga, variabel yang digunakan adalah Status Pertumbuhan, penentuan dari
status pertumbuhan tersebut dilakukan dengan cara melihat perubahannya dari tahun
2019 ke 2020. Jika laju pertumbuhannya meningkat, maka statusnya positif yang berarti
laju pertumbuhan naik, dan jika laju pertumbuhannya menurun, maka statusnya negatif
yang berarti laju pertumbuhannya menurun. Pada tabel di atas, diketahui bahwa data
yang berstatus negatif sebanyak 22 (88%), dan yang berstatus positif sebanyak 3 (12%).
Disimpulkan bahwa data yang berstatus negatif lebih banyak daripada data yang
berstatus positif.
2. Deskriptif
Alasan penulis menggunakan analisis deskriptif adalah untuk mengetahui/mencari
informasi penting dari variabel data kuantitatif yang ada, seperti nilai rata-rata (mean),
nilai terbesar (maximum), nilai terkecil (minimum), standar deviasi, dan ukuran
pemusatan atau penyebaran data lainnya.

Pada tabel di atas menggunakan 6 variabel seperti yang tertulis di sana, diketahui bahwa
PDRB harga berlaku menurut pengeluaran tahun 2020 memiliki nilai maksimum dan
standar deviasi yang lebih besar daripada tahun 2019, serta nilai minimum, dan mean
tahun 2019 lebih besar daripada tahun 2020. Kemudian pada distribusi persentase
PDRB tahun 2019 memiliki nilai distribusi persentase minimum, maksimum, mean, dan
standar deviasi yang lebih besar daripada tahun 2020. Pada laju pertumbuhan PDRB
tahun 2019 memiliki nilai pertumbuhan minimum dan mean yang lebih besar daripada
tahun 2020, lalu nilai pertumbuhan maksimum, dan standar deviasi di tahun 2020 lebih
besar daripada tahun 2019. Standar deviasi ini digunakan untuk menentukan persebaran
data pada suatu sampel, dan melihat seberapa dekat data tersebut dengan nilai mean.

7
3. Explore
Alasan penulis menggunakan analisis explore adalah untuk membandingkan suatu
variabel data kualitatif dengan variabel data kuantitatif, sehingga bisa dilihat, dan
disimpulkan juga korelasi antara kedua variabel data tersebut, serta pada analisis
explore juga terdapat ringkasan informasi statistik deskriptif dengan berbagai tampilan
visual atau grafik yang lebih banyak, dan lengkap, sehingga informasi-informasi
penting yang bisa diambil juga akan lebih banyak.

Kasus pertama, variabel yang digunakan oleh penulis adalah Selisih PDRB (kuantitatif),
dan Status PDRB (kualitatif). Setelah dianalisis kedua variabel tersebut, bisa dilihat
bahwa terdapat 14 buah data selisih PDRB dengan status PDRB meningkat, sedangkan
jumlah data selisih PDRB dengan status PDRB menurun sebanyak 11 buah data, dapat
disimpulkan bahwa jumlah data selisih PDRB dengan status meningkat lebih banyak
daripada status PDRB yang menurun.

Kasus kedua, variabel yang digunakan oleh penulis adalah Rata-rata Distribusi
(kuantitatif), dan Porsi Komponen Terhadap Distribusi Persentase (kualitatif). Setelah
dianalisis kedua variabel tersebut, bisa dilihat bahwa terdapat 5 buah data rata-rata
distribusi dengan porsi komponen besar, untuk porsi komponen kecil sebanyak 10 buah
data, dan porsi komponen sedang juga sebanyak 10 buah data. Dapat disimpulkan
bahwa jumlah data rata-rata distribusi dengan porsi komponen yang besar lebih sedikit
daripada porsi komponen yang kecil dan sedang.

Kasus ketiga, variabel yang digunakan oleh penulis adalah Selisih Laju Pertumbuhan,
dan Status Pertumbuhan. Setelah dianalisis kedua variabel tersebut, bisa dilihat bahwa

8
terdapat 22 buah data selisih laju pertumbuhan dengan status pertumbuhan negatif,
untuk status pertumbuhan yang positif sebanyak 3 buah data. Dapat disimpulkan bahwa
jumlah data selisih laju pertumbuhan dengan status pertumbuhan negatif (laju
pertumbuhan menurun) lebih banyak daripada status pertumbuhan yang positif (laju
pertumbuhan meningkat).

4. Crosstab
Alasan penulis menggunakan analisis crosstab adalah untuk membandingkan suatu
variabel data kualitatif dengan variabel data kualitatif yang lain, sehingga bisa dilihat,
dan disimpulkan juga korelasi antara kedua variabel data kualitatif tersebut, serta pada
analisis crosstab juga terdapat berbagai tampilan visual atau grafik yang akan
membantu pembaca untuk memahami, dan memvisualisasikan korelasi antara kedua
variabel tersebut.

Kasus pertama, variabel yang digunakan oleh penulis adalah Status PDRB, dan Porsi
Komponen Terhadap Distribusi. Setelah dianalisis kedua variabel tersebut, didapatkan
informasi dalam bentuk tabel dan bar chart seperti di atas. Diketahui bahwa jumlah data
status PDRB meningkat dengan porsi komponen besar lebih sedikit daripada status
PDRB menurun, kemudian pada status PDRB meningkat dengan porsi komponen kecil
dan sedang, jumlah datanya lebih banyak daripada status PDRB yang menurun.

Kasus kedua, variabel yang digunakan oleh penulis adalah Status PDRB, dan Status
Pertumbuhan. Setelah dianalisis kedua variabel tersebut, diketahui bahwa jumlah data
status PDRB meningkat yang memiliki status pertumbuhan negatif lebih banyak
daripada status pertumbuhan positif, dan jumlah data status PDRB menurun yang
memiliki status pertumbuhan negatif lebih banyak daripada status pertumbuhan positif,
yang di mana tidak ada satupun data status PDRB menurun dengan status pertumbuhan
positif.

9
Kasus ketiga, variabel yang digunakan oleh penulis adalah Porsi Komponen Terhadap
Distribusi, dan Status Pertumbuhan. Setelah dianalisis kedua variabel tersebut, diketahui
bahwa jumlah data porsi komponen besar yang memiliki status pertumbuhan negatif
lebih banyak daripada status pertumbuhan positif. Jumlah data pada porsi komponen
kecil, dan sedang juga memiliki status pertumbuhan negatif yang lebih banyak daripada
status pertumbuhan positif.

KESIMPULAN
Dari analisis frekuensi, bisa diketahui jumlah dan jenis kategori yang ada pada variabel
data kualitatif.
Dari analisis deskriptif, bisa diketahui informasi-informasi penting dari variabel data
kuantitatif, seperti nilai min, max, mean, dan standar deviasi.
Dari analisis explore, bisa diketahui korelasi antara suatu variabel data kualitatif dengan
variabel data kuantitatif, beserta pemaparan informasi statistik deskriptif yang lengkap
tentang kedua variabel tersebut.
Dari analisis crosstab, bisa diketahui korelasi antara suatu variabel data kualitatif
dengan variabel data kualitatif lainnya, analisis crosstab juga membantu peringkasan
informasi dari sekumpulan data ke dalam bentuk baris dan kolom (tabel).
Penyajian data dalam bentuk grafik batang, dan lingkaran membantu menyederhanakan,
dan memvisualisasikan informasi yang ada dalam tabel-tabel data.
Data yang didapatkan hanya memberikan gambaran saja, dan belum tentu sama
(mendekati) dengan fakta yang ada di lapangan.
Terdapat 3 kelompok data utama dalam laporan ini, yaitu nilai PDRB 2019-2020
(rupiah), distribusi persentase PDRB 2019-2020 (persen), dan laju pertumbuhan PDRB
2019-2020 (persen).

SEKIAN DAN TERIMA KASIH

10

Anda mungkin juga menyukai