Anda di halaman 1dari 3

PERMASALAHAN-PERMASALAHAN PROSES MORFOLOGIS BAHASA

INDONESIA

Memaknai arti kata demi kata menjadi sebuah kalimat dan dapat digunakan sebagai
fasilitator untuk berkomunikasi dengan orang lain. Nah, sebelum kita mengartikan sebuah kata,
sebaiknya kita harus mengetahui defenisi dari bahasa itu sendiri. Bahasa merupakan suatu simbol
bunyi dimana bunyi ini tercipta dari indra manusia yang memiliki sifat arbitrer serta
konvensional yang mana mempunyai sebuah arti. Nah, tentu terlintas dipikan kita, mengenai apa
itu arbiter dan konvensional? Arbiter dapat kita makanai suatu bahasa yang memiliki sifat mana
suka, namun konvensional memiliki sifat bahasa dengan konsep kesepakatan bersama. Diluar
kedua hal tersebut, sudah selayaknya jika bahasa mesti memiliki sebuah makna. Karena apabila
tidak memiliki makna, kita tidak dapat menyebutnya dengan bahasa.
Dalam mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka seseorang harus
mengetahui tentang “Morfologi”. Morfologi adalah cabang linguistic dimana memiliki kaitan
dengan morfem serta kata. Morfem dan kata adalah dua hal yang sama karena termasuk unit
bahasa paling kecil namun memiliki makna. Jika kita sebutkan dengan “ unit terkecil” maka kita
tidak bisa lagi membagi unit tersebut menjadi bagian yang lebih kecil dan memiliki makna.
Dalam prosesnya, morfologi bisa dilaksanakan dengan beragam cara, salah satu cara
tersebut yaitu dengan “ Afiksasi”. Nah, apa pula defenisi afiksasi?, Afiksasi merupakan proses
atau cara morfologis dengan tekhnik pengimbuhan kata. Jika suatu imbuhan ditempelkan kepada
sebuah kata dasar maka dapat merubah bentuk kata, kegunaan kata, serta arti dari kata tersebut.
Sehingga, penggunaan imbuhan mestilah berdasarkan pada aturan yang sudah ditetapkan.
Dalam menggunakan afiks, kita tidak jarang menemukannya di bermacam-macam
wacanaa contohnya, pada teks deskripsi. Jika kita sudah masuk pada teks deskripsi, maka
seseorang harus paham seperti apa teks deskripsi itu. Teks deskripsi adalah sebuah teks dimana
teks tersebut menggambarkan suatu kondisi yang sebenarnya, dimana pembaca mampu mencitrai
(merasakan, melihat, mendengar, dan mencium ) dari apa yang dimaksud oleh penulis teks
tersebut. Jika kita tidak paham mengenai hal tersebut.
Kita dapat belajar contoh berikut, misalnya apabila kalimat kita bagi kedalam segmen-
segemen “perusahaan kita mengalami kebangkrutan”, kemudian kita bagilah kalimat tersebut
menjadi beberapa segmen, yaitu /perusahaan/, /kita/, /mengalami/, dan /kebangkrutan/. Maka,
jika kita lihat pada unsur “Kita”, maka bagian ini tidak bisa diperkecil lagi, sementara pada unsur
“ Perusahaan, mengalami, dan kebangkrutan”, masih bisa diperkecil lagi. Pada unsur “
Perusahaan”, dapat kita perkecil menjadi “usaha” dengan konfiks per- an, kemudian unsur
“mengalami” dapat kita perkecil menjadi “ alami”,dengan prefix men-, sementara yang terakhir
pada unsur “kebangkrutan” jika kita perkecil lagi menjadi “ bangkrut” dengan konfiks ke-an.
Setelah penjelasan tersebut, kita tinjau terlebih dahulu pendapat para ahli mengenai
pengertian morfologi. Menurut Arifin, dkk (2008), menyatakan bahwa morfologi merupakan
bagian dari ilmu bahasa mengenai struktur kata. Dari contoh kalimat diatas “ perusahaan kita
mengalami kebangkrutan” apabila dibagi menjadi beberapa segmen maka akan merubah makna
kata dari kata dasarnya. Contohnya, pada kata dasar “bangkrut” memiliki makna ‘mengalami
kerugian yang besar yang menyebabkan keterpurukan’. Namun, jika diberikan imbuhan ke-an
menjadi “ kebangkrutan” memiliki makna ‘ sedang mengalami ( kondisi) bangkrut). Nah, dalam
telaah morfologi , yang menjadi pembahasan tidak saja mengenai bentuk atau struktur kata, akan
tetapi perubahan struktur kata yang bisa mengubah makna.
Jika kita tinjau dari pendapat lain yang sejalan dengan hal diatas, misalnya kita ambil dari
pendapat Ramlan (2009) menyatakan bahwa morfologi merupakan golongan dari ilmu bahasa
yang membahas serta mempelajari seluk beluk kata dan pengaruhnya terhadap beberapa
perubahan struktur kata atas golongan dan makna kata. Nah, dipertegas lagi oleh pendapat dari
Suherlan (2004), yang menyatakan apabila objek kajian morfologi mencakup bentuk, bentuk
kata, perubahan kata, makna yang didapat setelah perubahan terjadi, pengaruh atas perubahan
struktur dan arti kata atas perubahan kelas kata.
Pada penjelasan sebelumnya, sudah dijelaskan bahwa dalam bahasa Indonesia, morfem
merupakan untit terkecil namun memiliki makna (Chaer, 2008). Misalnya, kata kebangkrutan
terdiri dari dua morfem, yakni morfem bangkrut dan morfem ke-an. Morfem ke-an dan bangkrut
merupakan unit terkecil dan tidak bisa dipecahkan lagi. Jika kata bangkrut dipecah lagi menjadi
bang dan krut maka tidak termasuk morfem, namun termasuk dalam silabel ( suku kata) dan
tidak mempunyai makna.
Maka, disini kita harus bisa memahami bahwa proses morfologi merupakan tahapan
pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi),
pengulangan kata, penggabungan kata. Afikasasi merupakan pembentukan kata melalui tekhnik
menambahkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar. Contohnya, proses pembentukan kata dengan
menambahkan morfem afiks pada sebuah kata dasar ‘kerja’ dan ditambahkan morfem afiks ber-
an, per-an, akan menjadi kata bekerja, kerjaan, dan pekerjaan. Karena telah menambahkan afiks
( imbuhan) pada kata ‘kerja’, menyebabkan perubahan bentuk kata, berubahnya kategori tertentu,
dan berubahnya makna.
Contoh lain, pada kata dasar ’makan’, apabila ditambahkan afiks ( imbuhan) –an, maka
akan merubah struktur kata menjadi makanan, kategori verba berubah menjadi nomina, sehingga
artinya pun berbeda, dimana arti awalnya ‘memasukkan sesuatu kedalam mult’ menjadi ‘
kumpulan makanan’.
Dari penjelasan diatas, kita bisa menyimpulkan bahwa afiks merupakan tahapan atau
proses pembentukan kata dengan tekhnik menambahkan imbuhan pada kata dasar yang
menyebabkan berubahnya struktut kata, kegunaan kata, dan arti dari kata tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Husnina, K. (2019). Afiksasi Nomina Pelaku dalam Buku Kumpulan Esai Kompas. In Prosiding
Seminar Nasional Linguistik dan Sastra (SEMANTIKS) (Vol. 1, pp. 378-385).

DAYANTI, D., Arifin, S. S., & Utami, S. (2008). ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA


NONBAKU DALAM RUBRIK SHOWBIZ PADA SURAT KABAR BERITA PAGI EDISI
NOVEMBER—DESEMBER 2007 DAN JANUARI 2008 (Doctoral dissertation, Sriwijaya
University).

Fauzan, M. R. (2017). Analisis Penggunaan Afiks Bahasa Indonesia Dalam Status Blackberry
Messenger Mahasiswa Kelas C Angkatan 2012 Program Studi Pendidikan Bahasa
Indonesia. Jurnal Bahasa dan Sastra, 2(2), 61-76.

Pangastryan, W. P. (2017). Proses morfologis kata maju beserta turunannya (Doctoral


dissertation, Universitas Diponegoro).

Anda mungkin juga menyukai