Anda di halaman 1dari 11

Kata: Pengertian, Tujuan, Fungsi, Jenis, Bentuk, dan Contoh Lengkap

“Kata adalah unsur terkecil dalam bahasa yang memiliki makna.”

1. Pengertian Kata
Kata memiliki pengertian sebagai sederetan huruf yang berada di antara dua spasi dan
memiliki sebuah arti. Menurut bahasa sansekerta, pada awalnya unsur ini berasal dari kathā yang
memiliki arti “bahasa”, “konversasi”, “cerita” atau “dongeng”. Bahasa melayu tersebut
dipersempit lagi sehingga menjadi “Kata”. Definisi kata merupakan elemen terkecil dalam
sebuah struktur bahasa yang dapat dituliskan atau diucapkan dan sebuah bentuk kesatuan
pemikiran atau perasaan yang digunakan dalam berbahasa. Secara umum, kata adalah sebuah
unsur bahasa yang susunannya terdiri dari kumpulan huruf atau unit yang memiliki sebuah arti
sehingga dapat berfungsi untuk membentuk kalimat, frasa, dan klausa.
Unsur bahasa ini terdiri dari satu atau lebih morfem. Morfem merupakan satuan
gramatikal terkecil yang mempunyai sebuah makna dan digunakan untuk membedakan makna
jamak, tunggal, waktu lampau, dan sebagainya.
Bentuknya dapat dengan atau tanpa afiks (imbuhan). Bentuk-bentuk dari afiks adalah
prefiks (berada di awal), infiks (berada di tengah), dan sufiks (berada di akhir).
Bahkan ada beberapa kata yang memungkinkan terdapat konfiks yaitu penggabungan imbuhan
antara awal dan akhir. Menurut Noam Chomsky, seorang profesor linguistik dari Amerika, kata
adalah dasar analisis kalimat dan disajikan dengan simbol N (nomina), V (verb), A (ajektiv), dan
sebagainya.
Sementara itu, dalam buku linguistik Eropa, unsur ini mempunyai susunan fonologis
yang stabil, tidak berubah, dan keluar mobilitasnya didalam kalimat. Kedua batasan tersebut
mengartikan dua hal. Pertama, setiap unsur ini terdiri dari susunan fonem yang urutannya tidak
dapat diubah serta tidak dapat diselipi fonem lain. Contohnya kata sapu, urutan fonemnya
yaitu /s/, /a/, /p/, dan /u/ tidak dapat diubah maupun diselipi fonem lain. Kedua, setiap kata
memiliki kebebasan berpindah dalam sebuah kalimat atau tempatnya digantikan atau diisi oleh
kata lain atau mungkin dipisahkan dari unsur lain.

2. Tujuan
Kata memiliki tujuan sebagai satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna dan arti
sehingga dapat disusun menjadi suatu kalimat, klausa, dan frasa.
Unsur bahasa ini menjadi unsur penting dalam kebahasaan karena dapat menerangkan benda,
waktu, sifat, dan lain-lain.

3. Fungsi
Sebagai satuan gramatikal terkecil yang membentuk suatu kalimat, kata memiliki
beberapa fungsi yaitu fungsi subjek, fungsi predikat, fungsi objek, fungsi keterangan, dan fungsi
pelengkap.

3.1 Fungsi sebagai Subjek


Subjek adalah bagian dari kalimat yang menandakan apa yang sedang dibicarakan.
Namun hal ini tidak selalu sama dengan aktor atau pelaku sebagai subjek, termasuk dalam
kalimat pasif.
Fungsinya sebagai subjek dapat ditentukan berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut.
 Jawaban dari siapa yang melakukan kegiatan atau aktivitas. Contohnya pada kalimat, “Ayah
bekerja di kantor hingga sore hari.” Jika dibuat kalimat tanya: siapa yang bekerja di kantor
hingga sore hari? Maka, jawabannya adalah Ayah. Maka dapat dipastikan
bahwa Ayah berfungsi sebagai subjek yang sedang melakukan sebuah aktivitas.
 Bagian dari kalimat yang dijelaskan oleh predikat. Contoh pada kalimat, “Ayah bekerja di
kantor hingga sore hari.” Ayah sebagai subjek diterangkan dengan tindakan bekerja sebagai
predikat.
 Bagian yang diikuti oleh salah satu kata kerja sambung. Contohnya pada kalimat, “Ayah
adalah seorang karyawan.” Adalah merupakan kata kerja sambung sehingga di belakangnya
berfungsi sebagai subjek, yaitu Ayah.
 Diikuti partikel –nya. Contoh pada kalimat, “Mobilnya memiliki roda yang
bagus.” Mobil yang diikuti oleh partikel –nya menandakan bahwa kata tersebut berfungsi
sebagai subjek.
3.2 Fungsi sebagai Predikat
Predikat merupakan bagian dari kalimat yang menandakan apa yang dibicarakan oleh
subjek dan biasanya harus mengandung unsur verba. Setelahnya, dapat diikuti oleh objek atau
adverbia. Fungsi kata sebagai predikat memberi keterangan tentang apa yang dilakukan oleh
subjek.
Contoh pada kalimat, “Ayah bekerja di kantor hingga sore hari.” Bekerja sebagai predikat
menjelaskan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh ayah di kantor hingga sore hari.
3.3 Fungsi sebagai Objek
Objek merupakan bagian dari kalimat yang memiliki peran sebagai penderita atau yang
mengalami suatu hal. Letak objek memiliki fungsi sebagai pemberi keterangan predikat.
Contoh pada kalimat, “Kakak membeli tas di toko dekat rumah.” Tas sebagai objek memberikan
keterangan terhadap barang yang Kakak beli di toko dekat rumah.
3.4 Fungsi sebagai Keterangan
Kata keterangan merupakan bagian dari kalimat yang berfungsi untuk memberikan
keterangan terhadap unsur lainnya. Meskipun hadirnya tidak terlalu penting, namun dapat
memberikan penjelasan lebih lanjut tentang suatu kalimat. Contohnya pada kalimat, “Kakak
membeli tas di toko dekat rumah.” Di toko dekat rumah merupakan keterangan yang
memberikan penjelasan di mana Kakak membeli tasnya. Keterangan tersebut tidak wajib untuk
dimasukkan ke dalam kalimat, namun ketika Anda memasukkannya, pembaca tidak perlu
bertanya lagi tempat Kakak membeli tasnya.

3.5 Fungsi sebagai Pelengkap


Fungsi yang satu ini sedikit sulit untuk menganalisis keberadaannya. Terkadang ia dapat
berfungsi sebagai keterangan dan/atau objek. Contoh pada kalimat, “Ayah bekerja di kantor
hingga sore hari.” Sore hari merupakan kata pelengkap karena melengkapi bekerja sebagai
batasan waktu ia melakukan aktivitasnya di kantor. Contoh pada kalimat, “Kakak makan ayam.”
Ayam dapat berfungsi sebagai pelengkap dan objek secara bersamaan.
4. Jenis Kata
Setelah mengerti pengertian, tujuan, dan fungsinya, bagian ini akan menjelaskan tentang
jenis-jenis kata. Tata kata adalah sebuah aturan atau susunan morfem dalam membuat sebuah
kalimat sehingga ditempatkan sesuai dengan jenisnya.
Berdasarkan jenisnya, kata dibagi menjadi tujuh, yaitu kata benda, kata bilangan, kata ganti, kata
kerja, kata sifat, kata keterangan, dan kata tugas.
4.1 Kata Benda atau Nomina
Nomina merupakan nama-nama dari semua benda dan segala hal yang dibendakan. Ciri
utama dari nomina dilihat dari keterangan yang mengikutinya.
 Tidak dapat didahului oleh keterangan bernegasi tidak. Contohnya anjing,
kursi, dan matahari termasuk kata benda karena tidak dapat didahului oleh keterangan
negasi “tidak”.
 Tidak dapat didahului keterangan derajat agak lebih, sangat, dan paling. Contohnya agak
kursi, lebih bulan, dan paling matahari. Contoh tersebut tidak sesuai dengan tata bahasa
Indonesia.
 Tidak dapat didahului keterangan wajib. Contoh wajib anjing, wajib kursi, dan sebagainya.
Contoh tersebut tidak sesuai dengan tata bahasa Indonesia.
 Dapat didahului oleh keterangan jumlah. Contohnya seekor kucing, lima kursi, sepuluh
meja, sebatang pensil, dan sebagainya.
4.2 Kata Bilangan atau Numeralia
Numeralia merupakan unsur yang memiliki tugas untuk menjelaskan jumlah objek atau
jumlah benda atau urutan benda. Contohnya, satu, dua, pertama, berdua, seribu,
beberapa, dan banyak.
4.3 Kata Ganti atau Pronomina
Pronomina merupakan unsur yang berfungsi untuk menggantikan objek atau nomina atau
yang dibendakan. Contoh dari pronomina adalah ini, itu, mereka, ia, sesuatu, seluruh, masing-
masing, dan lain-lain.
Secara umum, pronomina dibagi menjadi empat.
 Kata ganti diri umumnya menggantikan nomina nama orang atau yang diorangkan.
Pronomina ini dapat dibedakan atas beberapa sudut pandang yaitu orang pertama tunggal
(saya dan aku), orang pertama jamak (kami dan kita), orang kedua tunggal
(kamu dan engkau), orang kedua jamak (kamu sekalian dan kalian), dan orang ketiga
tunggal (dia, -nya, dan ia).
 Kata ganti petunjuk atau pronomina demokratif merupakan ini dan itu yang berfungsi untuk
menggantikan nomina dan dapat berfungsi sebagai penunjuk. Umumnya, pronomina
demokratif digunakan untuk menunjuk sesuatu yang dekat dari pembicara atau yang jauh
dari pembicara. Contohnya “itu adalah motor saya”, “ini adalah meja belajar saya”
 Kata ganti tanya atau pronomina introgatifa umumnya digunakan untuk menanyakan suatu
nomina. Unsur dari pronomina introgatifa adalah 5W+1H.
 Kata ganti tidak tentu adalah kata yang digunakan sebagai pengganti nomina tidak tentu.
Contoh yang termasuk pronomina ini adalah salah seorang, seseorang, siapa saja, sewaktu-
waktu, dan setiap orang.
4.4 Kata Kerja atau Verba
Verba merupakan seluruh hal yang dapat menyatakan aktivitas atau perilaku. Contoh dari
verba adalah makan, membeli, mandi, minum, berlari, dan lain-lain. Verba tersebut dapat
diperjelas lagi dengan memperluasnya menjadi kelompok kata “dengan + adjektiva”. Contohnya,
“membaca dengan teliti”, “berlari dengan gesit”, dan “mandi dengan bersih”.
Ciri-ciri utama verba dapat dilihat dari keterangan yang mengikutinya.
 Didampingi dengan keterangan negasi tidak, tanpa, dan bukan. Contohnya tidak makan,
bukan membeli, dan tanpa mandi.
 Didampingi dengan keterangan derajat. Contohnya agak berlari, cukup makan, dan kurang
mandi.
 Didampingi dengan keterangan frekuensi. Contohnya sering minum, terkadang
berlari, dan jarang mandi.
 Tidak dapat didampingi dengan numeralia beserta urutan dan penggolongannya.
Contohnya sebuah berlari, lima butir membaca, sebuah makan. Namun, dapat diikuti oleh
semua keterangan jumlah, seperti cukup membaca, kurang berlari, dan sebagainya.
 Dapat diikuti oleh keterangan kata. Contohnya sedang berlari, sudah minum, akan
membaca, dan sebagainya.
 Dapat diikuti oleh adverbia yang menyatakan keselesaian. Contohnya selesai minum, telah
berlari, belum pulang, dan sebagainya.
 Dapat didampingi oleh keterangan yang menyatakan kewajiban. Contohnya wajib berlari,
wajib minum, harus makan, dan sebagainya.
 Dapat diikuti dengan semua keterangan yang menyatakan kepastian. Contohnya pasti
makan, tentu mandi, mungkin berlari, dan sebagainya.

4.5 Kata Sifat atau Adjektiva


Adjektiva adalah unsur yang menggambarkan sifat seseorang atau keadaan sebuah benda
atau sesuatu. Contohnya baru, kecil, besar, baik, tinggi, rendah, buruk, dan sebagainya.
Adjektiva dapat dilihat dari ciri utamanya sebagai berikut.
 Tidak dapat diikuti oleh keterangan frekuensi jarang, sering, dan terkadang.
Contohnya sering besar, jarang kecil, kadang-kadang tinggi, dan sebagainya.
 Tidak dapat diikuti oleh keterangan yang menyatakan jumlah. Contoh sedikit buruk, sebuah
besar, beberapa baru, dan sebagainya.
 Diikuti oleh keterangan yang menyatakan derajat. Contohnya agak besar, lebih baru, cukup
baik, dan sebagainya.
 Dapat diikuti oleh keterangan kepastian seperti pasti, tentu, barangkali, dan mungkin.
Contohnya tentu bagus, pasti tinggi, tentu baik, dan sebagainya.
 Tidak dapat ditambah keterangan kala, hendak, dan mau. Bentuk ini tidak dapat digunakan
menurut tata bahasa Indonesia. Contohnya hendak bagus, mau rendah, kala buruk, dan
sebagainya.
4.6 Kata Keterangan atau Adverbia
Adverbia adalah suatu hal yang memberikan keterangan tambahan tentang verba,
numeralia, adjektiva, atau bahkan seluruh kalimat. Fungsi dari adverbia adalah menjelaskan lebih
lanjut tentang jenis-jenis morfem yang berdampingan dengannya. Kelas adverbia memiliki
beberapa komponen makna, sebagai berikut.
 Menunjukkan frekuensi, yaitu jarang, sering, terkadang, biasanya, sesekali,
selalu, dan acap kali. Makna ini biasanya digunakan untuk verba.
 Menunjukkan jumlah atau kuantitas, yaitu banyak, cukup, sedikit, semua, seluruh, beberapa,
dan sebagian. Makna ini pada umumnya mendampingi nomina, tapi tidak jarang kita
temukan juga mendampingi verba.
 Menyatakan negasi, yaitu bukan, tidak, tiada, dan tanpa. Makna tidak dapat menegasikan
kelas adjektiva dan verba. Sementara itu, makna bukan dapat menegasikan kelas verba dan
nomina.
 Menunjukkan kualitas ataupun derajat, yaitu cukup, agak, kurang, lebih, sangat, sedikit,
paling, dan sekali. Secara umum, adverbia ini dapat digunakan untuk mendampingi
adjektiva.
 Menyatakan waktu atau skala, yaitu belum, sudah, sedang, lagi, akan, hendak, tengah, dan
mau. Adverbia ini dapat digunakan untuk mendampingi verba yang menyatakan sebuah
tindakan.
 Menunjukkan keselesaian akan sesuatu, yaitu sudah, belum, sedang, dan baru. Adverbia ini
umumnya mendampingi verba dan adjektiva sebagai penjelasnya.
 Menyatakan batasan, yaitu hanya dan saja. Secara umum,makna ini hanya dapat digunakan
untuk kelas verba, nomina, dan numeralia.
 Menunjukkan keharusan, yaitu boleh, harus, wajib, dan mesti. Makna adverbia ini hanya
dapat berdampingan dengan kelas verba.
 Menyatakan kepastian, yaitu tentu, pasti, mungkin, dan barangkali. Makna ini juga hanya
dapat mendampingi kelas verba.
4.7 Kata Tugas
Jenis ini meliputi berbagai macam unsur yang tidak termasuk jenis-jenis di atas.
Berdasarkan bentuknya sulit untuk dilakukan perubahan bentuk dan bahkan tidak dapat
mengalami perubahan bentuk. Macam-macamnya adalah kata sambung, sandang, depan, dan
seru. Fungsi dari jenis ini adalah untuk memperluas dan mentransformasi sebuah kalimat.
 Kata sambung atau konjungsi merupakan sebuah bagian yang menjadi penghubung unsur
lain, bagian kalimat, atau antar kalimat. Contohnya dan, tetapi, lalu, meskipun, ketika,
sedangkan, sungguhpun, maka, jika, dan sebagainya.
 Kata sandang atau artikula memiliki fungsi sebagai pembeda yang menentukan nomina dan
kata lain. Contohnya sang, si, dan hyang.
 Kata depan atau preposisi merupakan bagian yang berfungsi untuk merangkai atau menjadi
bagian dalam kalimat. Contohnya di, dari, daripada, ke, kepada.
 Kata seru atau injeksi merupakan sebuah unsur yang secara tidak langsung sudah mejadi
sebuah kalimat. Secara umum digunakan untuk mengungkapkan perasaan. Contohnya wah,
weh, aduh, oh, dan
5. Bentuk Kata
Setiap kata memiliki bentuk yang berbeda-beda karena memiliki asal yang berbeda. Kata
asal adalah bentuk satuan gramatikal yang memiliki makna dan belum mengalami perubahan
bentuk apapun. Secara mudahnya, bentuk ini merupakan bentuk paling sederhana yang memiliki
makna. Sementara itu, kata dasar merupakan bentuk tunggal maupun kompleks yang menjadi
sebuah dasar pembentukannya. Sederhananya, bentuk ini memiliki bentuk yang lebih kecil
sehingga menjadi dasar dari bentuk yang kompleks. Kedua bentuk di atas membentuk lagi jenis-
jenis yang menjadi turunannya. Bentuk turunan tersebut antara lain kata berimbuhan, ulang, dan
gabung. Ketiga bentuk ini memiliki bentuk yang lebih kompleks dibanding asalnya maupun
dasarnya.
5.1 Kata Imbuhan
Bentuk ini merupakan modifikasi dari asal maupun dasar yang telah diberi imbuhan
berupa awalan, sisipan, akhiran, dan kombinasinya sehingga menambahkan makna yang ingin
dijelaskan oleh penulis dengan kata tersebut. Jenis ini memiliki empat macam bentuk lainnya
sesuai dengan penempatan imbuhannya.
5.1.1 Imbuhan Awal (Prefiks)
Prefiks merupakan imbuhan yang berada di awal sebuah unsur dasar. Contohnya me-,
ke-, ter-, pe-, per-, di-, se-, dan ber-. Jika digabungkan dengan unsur dasar menjadi berenang,
ditendang, memakan, dan lain-lain.
5.1.2 Imbuhan Akhiran (Sufiks)
Sufiks merupakan imbuhan yang berada di akhir sebuah unsur dasar.Contohnya –kan, -
an, -i, -nya, -man, -isme, -wati, -wan, -asi, -in, dan –wi. Jika digabungkan dengan unsur dasar
menjadi makanan, wisudawan, hinduisme, dan lain-lain.
5.1.3 Imbuhan Awalan dan Akhiran (konfiks)
Konfiks merupakan imbuhan yang mengombinasikan kedua jenis imbuhan di atas.
Contoh me-kan, pe-an, ber-an, se-nya, dan meper-kan. Jika digabungkan dengan unsur dasar
menjadi mencucikan, penghasilan, pertigaan, perserikatan, dan lain-lain.

5.1.4 Imbuhan Sisipan (Infiks)


Infiks merupakan sebuah imbuhan yang letaknya berada di dalam unsur dasar. Imbuhan
ini hanya terdapat pada morfem tertentu saja. Contoh dari infiks adalah -er-, -el- , -em–, dan -in–.
Jika digabungkan dengan unsur dasar menjadi tali temali, kerja kinerja, tunjuk telunjuk, dan lain-
lain. Keempat jenis imbuhan tersebut memiliki fungsinya masing-masing dalam tata bahasa.
Penjelasan mengenai imbuhan akan lebih diterangkan pada bagian berikutnya.
5.2 Kata Ulang
Bentuk ini merupakan pengulangan sebuah unsur dasar dan di antara keduanya
dihubungkan menggunakan tanda hubung (-). Pengulangan ini terjadi dengan berbagai cara,
contohnya pengulangan utuh, pengulangan bunyi, pengulangan sebagian, pengulangan semu, dan
pengulangan sebagian. Kata ulang dapat dikelompokkan berdasarkan bentuk dan makna atau
fungsi.
5.2.1 Berdasarkan Bentuk
Kata ulang dibagi menjadi lima yaitu ulang sebagian, ulang utuh atau penuh, ulang
berubah bunyi, ulang berimbuhan, dan ulang semu.
Ulang Sebagian atau Dwipurwa
Merupakan pengulangan yang terjadi pada sebagian unsur dasar. Secara umum, terjadi
pada bagian awal unsur dasar.
Contohnya leluasa, tetua, dedaunan, rerumputan, pepohonan, tetangga, dan sebagainya.
Ulang Utuh atau Penuh disebut Dwilingga
Merupakan pengulangan yang terjadi pada semua atau keseluruhan kata.
Contohnya anak-anak, bapak-bapak, sama-sama, macam-macam, dan sebagainya.
Ulang Berubah Bunyi
Merupakan cara pengulangan bunyi yang terjadi pada unsur pertama maupun unsur
selanjutnya dalam kalimat. Contohnya sayur-mayur, gerak-gerik, gotong-royong, lauk-pauk, dan
sebagainya.
Ulang Berimbuhan
Merupakan pengulangan yang terjadi akibat adanya imbuhan yang disisipkan pada unsur
pertama atau unsur selanjutnya di kata.
Contohnya tarik-menarik, sapa-menyapa, bermaaf-maafan, dan sebagainya.
Ulang Semu
Merupakan pengulangan yang terjadi pada unsur dasar yang sebenarnya bukan hasil dari
duplikasi. Jika kedua pengulangan ini dipisahkan satu sama lain, maka tidak akan mengandung
makna. Contohnya ubur-ubur, empek-empek, kupu-kupu, kura-kura, laba-laba, ubun-ubun, dan
sebagainya.

5.2.2 Berdasarkan Fungsi dan Maknanya


Kata ulang dibagi menjadi sembilan yaitu:
Ulang Bermakna Mirip
Contohnya kemerah-merahan, keibu-ibuan, kebapak-bapakan, kekanak-kanakan, kuda-
kudaan, dan sebagainya.
Ulang Bermakna Jamak
Contohnya rumah-rumah, bapak-bapak, motor-motor, ibu-ibu, dan sebagainya.
Ulang Bermakna Berbagai Macam
Contohnya sayur-mayur, batu-batuan, tumbuh-tumbuhan, pepohonan, dan sebagainya.
Ulang Bermakna Saling
Contohnya berlari-larian, bersalam-salaman, lihat-melihat, tembak-menembak, tuduh-
menuduh, dan sebagainya.
Ulang bermakna Intensitas
Contohnya kuat-kuat, bolak-balik, berjam-jam, makan-makan, jalan-jalan, dan sebagainya.
Ulang Bermakna Bilangan
Contohnya satu-satu, dua-dua, tiga-tiga, dan seterusnya.
Ulang Bermakna Keadaan
Contohnya mentah-mentah, hidup-hidup, merah-merah, dan sebagainya.
Ulang Bermakna Tindakan Berulang Kali
Contohnya berkali-kali, sering-sering, terus-menerus, dan sebagainya.
Ulang Bermakna Kegiatan
Contoh masak-memasak, tukar-menukar, jahit-menjahit, dan sebagainya.
5.3 Kata Gabung atau Frasa
Umumnya, gabungan ini biasa disebut dengan istilah kata majemuk. Istilah tersebut
merupakan gabungan dua atau lebih morfem dasar yang mengandung satu pengertian.
Kata majemuk tidak menjelaskan satu persatu kata, tapi ia menjelaskan dengan keseluruhan
gabungannya.
6. Imbuhan
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, imbuhan adalah unsur tambahan yang diletakkan
pada unsur dasar. Tambahan ini berupa satuan bunyi terkecil yang mempunyai arti berupa
morfem bertingkat. Imbuhan asli merupakan imbuhan yang berasal dari bahasa melayu dan
diletakan sebagai awalan, sisipan, akhiran, dan gabungannya pada unsur dasar.
6.1 Imbuhan sebagai Awalan atau Prefiks
Contoh awalannya yaitu me-, ke-, ter-, di-, pe-, per-, se-, dan ber-. Setiap awalan
memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing.
 Awalan me- yang digabungkan dengan unsur dasar memiliki fungsi sebagai verba aktif.
Contohnya merusak (me- + rusak), mengulang (me- + ulang), memakan (me- + makan).
 Awalan ke- yang digabungkan dengan unsur dasar memiliki fungsi sebagai verba intransitif
atau tidak membutuhkan objek. Contohnya kedalam (ke- + dalam), keatas (ke- + atas).
 Awalan ter- dan di- yang digabungkan dengan unsur dasar memiliki fungsi sebagai
pembentuk verba dan bermakna pasif. Contohnya terlewat (ter- + lewat), ditendang (di- +
tendang), terinjak (ter- + injak).
 Awalan pe- yang digabungkan dengan unsur dasar memiliki fungsi sebagai pembentuk
nomina. Contohnya penolong (pe- + tolong), peserta (pe- + serta), penulis (pe- + tulis).
 Awalan se- yang digabungkan dengan unsur dasar memiliki fungsi sebagai pembentuk
nomina. Contohnya segelas (se- + gelas), semangkuk (se- + mangkuk), seikat (se- ikat).
 Awalan ber- dan per- yang digabungkan dengan unsur dasar memiliki fungsi sebagai
pembentuk verba aktif. Contohnya berlari (ber- + lari), perkuat (per- + kuat), berenang (be-
+ renang).
6.2 Imbuhan sebagai Aisipan atau Infiks
Biasanya hanya terdapat pada beberapa kata saja dan letaknya berada di dalam kata. Sisipan
terletak pada kata dasar tepatnya pada suku pertama, yang memisahkan huruf konsonan pertama
dengan huruf vokal pertama suku tersebut. Sisipan memiliki makna sebagai berikut.
 Menjelaskan beragam dan bermacam-macam. Contohnya pada tali temali, kelut kemelut,
gigi gerigi, dan sebagainya.
 Menjelaskan intensitas frekuentif yang artinya menjelaskan banyaknya waktu.
Contohnya guruh gemuruh (menjelaskan banyaknya waktu guruh), gertak
gemertak (menjelaskan banyaknya waktu bunyi gertak), dan sebagainya.
 Menjelaskan suatu hal yang mempunyai kesamaan sifat dengan kata dasarnya.
Contohnya kuning kemuning, tunjuk telunjuk, dan sebagainya.
6.3 Imbuhan sebagai Akhiran atau Sufiks
Contoh akhirannya yaitu –kan, -an, -i, -nya, -man, -isme, -wati, -wan, -asi, -in, dan -
wi. Sufiks juga memiliki fungsi yang mengandung makna berbeda setiap imbuhan sama
seperti prefiks.
 Akhiran –wan dan –wati yang berfungsi untuk membedakan jenis kelamin setiap peran,
contohnya karya + -wan/-wati menjadi karyawan untuk laki-laki dan karyawati untuk
perempuan.
 Akhiran –kan dan –i biasa digunakan sebagai penjelas pada kata kerja.
 Akhiran –isme berfungsi untuk menjelaskan paham atau aliran tertentu.
Contohnya hinduisme yang berarti aliran hindu.
 Akhiran –an umumnya digunakan untuk kata benda. Contohnya pikiran yang berasal dari
kata dasar pikir ditambah dengan akhiran –an.
6.4 Imbuhan dari Kombinasi Awalan dan Akhiran (Konfiks)
Contoh imbuhannya adalah me-kan, pe-an, ber-an, se-nya, dan meper-kan. Sama dengan
imbuhan yang sudah dijelaskan di atas, masing-masing dari konfiks yang digabungkan dengan
kata dasar memiliki maknanya tersendiri. Imbuhan me-kan memiliki lima makna, yaitu sebagai
berikut.
 Melakukan pekerjaan yang dimiliki orang lain. Contohnya pada kalimat: Kak
Ros mencucikan baju Ipin.
 Sebab suatu hal terjadi. Contohnya pada kalimat: Gempa tadi sore menghancurkan lima
rumah di Desa Sukamaju.
 Melakukan perbuatan atau tindakan. Contohnya pada kalimat: Bocah itu memainkan gasing
miliknya.
 Menerangkan arahan pada tindakan. Contohnya pada kalimat: Polisi meminggirkan motor
pengendara yang melanggar lalu lintas.
 Contohnya pada kalimat: Polisi memenjarakan tahanan ke penjara.
Imbuhan memper-kan memiliki makna menyebabkan suatu hal terjadi. Contohnya pada
kalimat: Brian memperlihatkan kelihaiannya bermain gitar.
Imbuhan ber-an memiliki empat makna, yaitu sebagai berikut.
 Menunjukkan jumlah banyak. Contohnya adalah berdatangan.
 Meunjukkan tindakan yang dilakukan berulang kali. Contohnya adalah berlarian.
 Menyatakan hubungan antara dua pihak. Contohnya adalah beriringan.
 Hubungan timbal balik. Contohnya adalah berpelukan.
Imbuhan pe-an memiliki lima makna, yaitu sebagai berikut.
 Menyatakan suatu hal. Contohnya adalah penanaman, pendidikan, dan sebagainya.
 Menyatakan suatu proses dari sebuah tindakan. Contohnya adalah pendaftaran.
 Memberitahukan keterangan hasil. Contohnya adalah penghasilan.
 Menjelaskan suatu tempat. Contohnya adalah peristirahatan dan pendaftaran.
 Memberitahukan suatu alat. Contohnya adalah pengelihatan dan pendengaran.
Imbuhan se-nya memiliki makna yang menyatakan tingkat paling tinggi. Umumnya, diikuti
dengan kata ulang. Contohnya sepandai-pandainya, setinggi-tingginya, seindah-
indahnya, dan sebagainya.
7. Contoh
Setelah membaca penjelasan di atas, Anda akan lebih paham jika melihat contoh-contoh
dari masing masing kata di bawah ini.
 Contoh kata benda atau nomina yaitu rumah, mobil, sekolah, bingkisan, tas, buku, pupuk,
medali perak, desa, lahan, dan sebagainya.
 Contoh kata bilangan atau numeralia yaitu satu, dua, pertama, berdua, seribu, beberapa,
banyak, dan sebagainya.
 Contoh kata ganti atau pronomina yaitu saya, dia, kalian, salah seorang, seseorang, siapa
saja, sewaktu-waktu, ini, itu, dan sebagainya.
 Contoh kata kerja atau verba yaitu tanpa mandi, memasak, membersihkan, mengajarkan,
membeli, menetapkan, mengajak, berjalan, berlari, menghadiri, dan sebagainya.
 Contoh kata sifat atau adjektiva yaitu bagus, buruk, cantik, terkenal, terpintar, kreatif,
warna warni, rendah hati, baik hati, dan sebagainya.
 Contoh kata keterangan atau adverbia yaitu dengan lantang (keterangan
cara), menggunakan bambu panjang (keterangan alat), untuk membayar biaya (keterangan
tujuan), karena pemanasan global (keterangan sebab), sehingga dia terjatuh (keterangan
akibat), di Rumah (keterangan tempat), besok (keterangan waktu), dua kali
sehari (keterangan derajat), tetapi (keterangan perlawanan), dari pamannya (keterangan
pelaku), dan sebagainya.
 Contoh kata sambung atau konjungsi yaitu dan, sera, lagipula, tetapi, sedangkan,
sebelumnya, setelahnya, untuk, agar, sebab, karena, akibatnya, jika, apabila, walaupun,
biarpun, seperti, bagai, bahkan, apalagi, bahwa, dan sebagainya.
 Contoh kata sandang atau artikula yaitu sang, sri, hang, hyang, yang, dan sebagainya.
 Contoh kata depan atau preposisi yaitu di depan, ke Indonesia, dari rumah, dan sebagainya.
 Contoh kata seru atau injeksi yaitu asyik dan wah (menyatakan
kekaguman), untung dan syukurlah (menyatakan kesyukuran), semoga dan mudah-
mudahan (menyatakan harapan), bah dan idih (menyatakan kejijikan), dan sebagainya
 Contoh kata dasar yaitu makan, minum, pergi, lari, jalan, buka, ambil, pikir, dan sebagainya.
 Contoh kata berimbuhan yaitu memakan, meminum, berpergian, berjalan, dibuka, diambil,
dipikirkan, dan sebagainya.
 Contoh kata ulang yaitu sayur-mayur, rumah-rumah, pepohonan, teka-teki, kekanak-
kanakan, bersalam-salaman, dan sebagainya. Namun kata seperti kupu-kupu, kura-
kura, dan ubur-ubur bukanlah merupakan kata ulang.
 Contoh kata gabung (frasa) yaitu kacamata, barangkali, halalbihalal, daripada, bumiputra,
matahari, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai