Anda di halaman 1dari 12

Verba terbagi menjadi dua yaitu:

1. Verba Transitif,
2. Verba Intrasitif

Bentuk Kata Kerja

Kata kerja atau verba mempunyai beberapa bentuk diantaranya yaitu:

 Kata kerja dasar yaitu kata kerja yang belum mendapatkan


imbuhan, contohnya: makan, minum, kerja.
 Kata kerja berimbun yaitu kata kerja yang telah mendapatkan
imbuhan, contohnya: memakan, bekerja, meminum
 Kata kerja aktif yaitu kata kerja yang. memberikan suatu
tindakan kepada objek nya, contohnya: menyiram, melempar,
membungkus.
 Kata kerja pasif yaitu kata kerja yang memberi suatu tindakan
pada subjek nya, contohnya: dibungkus, disiram, dilempar.

Pengertian Verba Transitif

Verba atau kata kerja transitif adalah kata kerja yang memerlukan
objek atau pelengkap dalam kalimatnya. Verba transitif berbeda
dengan kata kerja intransitif, karena verba transitif bisa dirubah
menjadi bentuk pasif dimana tidak berlaku untuk kata kerja
intransitif.

Artikel penunjang: FRASA (Lengkap): Pengertian, Ciri, Jenis, Contoh


Contoh Verba Transitif:

 Arul sedang mendengar ayat Al-Qur’an.


 Arum memasak kepiting di dapur.
 Bara menanam bunga di taman.
 Bejo sedang membaca artikel Yuksinau.id

Pada contoh pertama, kata Arul berperan sebagai subjek, mendengar


sebagai predikat, dan ayat Al-Qur’an sebagai objek.
Pengertian Verba Intransitif

Verba Intransitif adalah kata kerja yang tidak memerlukan


objek dalam kalimatnya. Contoh kata yang biasa digunakan sehari-
hari misalnya: tidur, duduk, dan sebagainya.
Beberapa bahasa yang mempunyai modus pasif, verba transitif dapat
dijadikan menjadi verba intransitif. Tetapi untuk kata ganti orang
sebagai subjek tidak bisa menggunakan di- dalam kalimat pasif.

Contoh benar dan salah:

 Arul membaca koran menjadi Koran dibaca Arul (Benar)


 Saya memukul anjing menjadi Anjing dipukul saya (Salah)

Perbedaan Verba Transitif dan Intransitif

Perbedaan Transitif Intransitif

Objek Membutuhkan objek Tidak membutuhkan objek

Bentuk pasif Bisa diubah ke bentuk pasif Tidak bisa diubah ke bentuk pas

Imbuhan yang Me-, memper-, memper-kan, me-i, memper-I, Verba dasar, ber-, ber-kan, ter-,
digunakan me-kan ke-an

Itulah penjelasan mengenai pengertian verba transitif dan


intransitif beserta perbedaannya, semoga contoh yang kami berikan
menambah pemahaman kamu tentang penggunaan kata kerja dalam
kalimat.

. Subjek
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu
hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Subjek pada umumnya diisi oleh
jenis kata atau frasa benda (nomina), klausa, atau frasa verba. Dalam Kamus Linguistik
disebutkan bahwa subjek adalah bagian dari klausa berwujud nomina atau frasa nomina
yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara (Kridalaksana, 1982: 159).

Adapun ciri-ciri subjek adalah :


a. Jawaban atas pertanyaan apa atau siapa
Penentuan subyek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas
pertanyaan apaatau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subyek kalimat yang
berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa.
b. Biasanya disertai kata itu, ini, yang dan tersebut (sebagai pembatas antara subyek dan
predikat)
c. Didahului kata bahwa
Kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya adalah anak kalimat
pengisi fungsi subyek. Di samping itu, kata bahwa juga merupakan penanda subyek yang
berupa anak kalimat pada kalimat yang menggunakan kataadalah atau ialah.
d. Mempunyai keterangan pewatas/atribut yang
Kata yang menjadi subyek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan
menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.
e. Tidak didahului preposisi
Subyek tidak didahului preposisi,
seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang sering memulaikalimat dengan menggunakan
kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak
bersubyek.
f. Berupa kata benda atau frase kata benda
g. Subyek kebanyakan berupa kata benda atau frase kata benda. Di samping kata benda,
subyek dapat berupa kata kerja atau kata sifat, biasanya, disertai kata penunjuk itu.

B. Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan) apa atau
dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku, toko, atau benda di dalam suatu kalimat). Selain
memberi tahu tindakan atau perbuata subjek, predikat juga dapat menyatakan sifat, situasi,
status, ciri, atau jati diri subjek. Termasuk juga sebagai predikat dalam kalimat
adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki subjek. Predikat dapat berupa kata
atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau ajektiva, tetapi dapat pula numeralia, nomina
atau frasa nomina.
Adapun ciri-ciri predikat adalah :
a. Jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas
pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaansebagai
apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa kata benda
penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat
yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frase numeralia.
b. Kata adalah atau ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutamadigunakan jika
subyek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subyek dan pelengkap
tidak jelas.
c. Dapat diingkarkan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yangdiwujudkan oleh
kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa kata kerja
atau kata sifat. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan
penanda predikat yang berupa kata benda atau predikat kata merupakan.
d. Dapat disertai kata-kata aspek atau modalitas
kalimat yang berupa kata kerja atau kata sifat dapat disertai kata-kata aspek
seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan kata kerja atau
kata sifat. Kalimat yang subyeknya berupa kata benda bernyawa dapat juga disertai
modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subyek), seperti ingin, hendak,
dan mau.
e. Unsur pengisi predikat
Predikat suatu kalimat dapat berupa:
1. Kata, misalnya kata kerja, kata sifat, atau kata benda.
2. Frase, misalnya frase kata kerja, frase kata sifat, frase kata benda, frase numeralia
(bilangan).

C. Obyek
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada umumnya diisi oleh nomina,
frasa nominal, atau klausa. Letak objek selalu dibelakang predikat yang berupa verba
transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya objek.
Adapun ciri-ciri obyek adalah :
a. Langsung di belakang predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
b. Dapat menjadi subyek kalimat pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subyek dalam kalimat pasif.
Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif
menjadi subyekdalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk kata kerja
predikatnya.
c. Tidak didahului preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat dan tidak didahului preposisi.
Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
d. Kategori katanya kata benda/ frase kata benda
e. Dapat dinganti dengan –nya
f. Didahului kata bahwa
g. Anak kalimat pengganti kata benda ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat
menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
h. Kebanyakan kata kerja berawalan ber- atau ter- tidak memerlukan objek (intransitif)
i. Kebanyakan kata kerja berawalan me- memerlukan objek (transitif).

Related

 Model-Model Pembelajaran HOTS (Higher Order Thinking Skill)


 Tujuan Pembelajaran HOTS (High Order Thinking Skill)
 Besaran Dana Program Indonesia Pintar (PIP)/KIP SD, SMP, SMA dan SMK Berdasarkan
Permendikbud Nomor 5 2018
D. Pelengkap
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak Pel
umumnya dibelakang P yang berupa verba. Posisi tersebut juga di tempati O dan jenis kata
yang mengikuti Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa.
Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan.
Adapun ciri-ciri pelengkap adalah :
a. Terletak di belakang predikatCiri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di
belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek.
Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
Diah mengirimi saya buku baru.
Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak
mendahului predikat.
b. Tidak didahului preposisi
Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur kalimat yang didahului preposisi
disebut keterangan. Ciri-ciri unsur keterangan dijelaskan setelah bagian ini.
c. Kategori katanya dapat berupa kata benda, kata kerja, atau kata sifat.

E. Keterangan
Keterangan (Ket) adalah bagian dari kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai
bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket ini dapat menerangkan S, P, O dan Pel. Ket ini memiliki
posisi manasuka, atrinya posisi Ket dapat berasa di awal, di tengah atau di
akhir kalimat.Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preposional, adverbia, atau klausa.
Adapun ciri-ciri keterangan adalah ;
1. Bukan unsur utama (bersifat manasuka)
Berbeda dari subyek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsure
tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
2. Dapat dipindah-pindah posisi/letaknya bebas
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat.
Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subyek dan
predikat. Jika tidak dapat di pindah-pindahkan, maka unsure tersebut tidak termasuk
keterangan.
3. Umumnya di dahului oleh kata depan, seperti, di, dari, ke, tentang
Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian
dan pola intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan jenis dan fungsinya yang
akan dijelaskan pada bagian lain. Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap,
kalimat pasif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah
contoh kalimat secara umum : – Joy Tobing adalah pemenang lomba Indonesian Idol yang
pertama. – Pergi! – Bang Napi dihadiahi timah panas oleh polisi yang mabok minuman keras
itu. – The Samsons sedang konser tunggal di pinggir pantai ancol yang sejuk dan indah. Setiap
kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan
membentuk kalimat yang mengandung art

1. Frasa Benda atau Frasa Nomina


Frasa yang distribusinya sama dengan kata benda. Unsur pusat frasa
benda, yaitu kata benda.

Contoh:

 Bara menerima hadiah ulang tahun.


 Bara menerima hadiah.

Alasannya karena frasa hadiah ulang tahu di kalimat distribusi sama


dengan kata benda hadiah.

Baca juga: TEKS DESKRIPSI (Lengkap): Pengertian, Ciri, Struktur,


Contoh

2. Frasa Kerja atau Frasa Verba


Frasa yang distribusinya sama dengan kata kerja atau verba.

Contoh: Arum sejak tadi akan menulis dengan pensil baru.


Disebabkan karena frasa akan menulis adalah kata kerja dan
distribusinya sama dengan kata kerja menulis.
3. Frasa Sifat atau Frasa Adjektiva
Frasa yang distribusinya sama dengan kata sifat. Memiliki inti berupa
kata sifat. Kesamaan distribusi tersebut bisa dilihat dari contoh frasa
berikut.

Contoh:

 Lukisan yang dipamerkan itu memang bagus-bagus.


 Lukisan yang dipamerkan itu-bagus-bagus.

4. Frasa Keterangan atau Frasa Adverbia


Frasa yang distribusinya sama dengan kata keterangan. Umumnya
inti frasa keterangan juga berupa kata keterangan dan dalam kalimat
sering menduduki fungsi sebagai keterangan.

– Frasa keterangan sebagai keterangan


Frasa keterangan umumnya mempunyai keleluasan berpindah karena
berfungsi sebagai keterangan. Sebab itu frasa keterangan bisa terletak
di depan atau belakang subjek.

Contoh:

 Tidak biasanya dia pulang larut malam


 Dia tidak biasanya pulang larut malam
 Dia pulang larut malam tidak biasanya

– Frasa keterangan sebagai keterangan pada kata kerja

Contoh: Saya tidak hanya bertanya, tetapi juga mengusulkan sesuatu

5. Frasa Bilangan atau Frasa Numeralia


Frasa yang distribusinya sama dengan kata bilangan. Biasanya frasa
bilangan atau frasa numeralia dibentuk dengan menambahkan kata
penggolong atau kata bantu bilangan.

Contoh: Tiga orang serdadu menghampirinya ke tempat itu.

6. Frasa Depan atau Frasa Preposisional


Frasa yang terdiri atas kata depan dengan kata lain sebagai unsur
penjelas.

Contoh: Laki-laki di depan itu mengajukan pertanyaan kepada


pembicara.
Frasa Yang Bersifat Ambigu
Ambiguitas kadang ditemukan dalam susunan frasa. Ambiguitas
berarti kegandaan makna.

Contoh: Kambing hitam dan mobil tetangga baru.

Frasa kambing hitam bisa memiliki 2 makna yaitu kambing yang


berbulu.

Frasa kambing hitam bisa memiliki 2 makna yaitu kambing yang


berbulu hitam dan suatu ungkapan yang berarti orang yang
dipersalahkan.

Frasa mobil tetangga baru juga bisa mempunyai 2 makna, yaitu yang
baru adalah mobil dan yang baru adalah tetangganya (bukan
mobilnya.

Frasa ambigu akan menjadi jelas ketika digunakan dalam kalimat.

Frasa Setara dan Frasa Bertingkat


Suatu frasa disebut setara jika unsur penyusun nya mempunyai
kedudukan yang sama atau setara.

Contoh: Saya dan adik makan-makan dan minum-minum di taman


depan.

Frasa “saya dan adik” merupakan frasa sama, karena antara unsur
“saya” dan unsur “adik” memiliki kedudukan yang setara atau tidak
saling menjelaskan.

Demikian juga frasa “makan-makan” dan “minum-minum” termasuk


frasa setara.

Frasa setara ditandai oleh adanya kata ‘dan‘ / ‘atau‘ di antara kedua
unsur nya.

Selain frasa setara, ada pula frasa bertingkat. Frasa bertingkat


merupakan frasa yang terdiri atas inti dan atribut.

Contoh: Kakak akan pergi nanti malam.

Frasa “nanti malam” terdiri atas unsur atribut dan inti.


2. Frasa Idiomatik
Perhatikan 2 kalimat dibawah ini:

(a) Dalam peristiwa kebakaran kemarin, seorang penjaga toko


menjadi kambing hitam.

(b) Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto menyembelih


seekor kambing hitam.

Kalimat (a) dan (b) menggunakan frasa yang sama, yaitu frasa
‘kambing hitam‘.

Pada kalimat (a) kambing hitam bermakna orang yang dipersalahkan


dalam suatu kejadian, sedangkan dalam kalimat (b) bermakna seekor
kambing yang mempunyai warna bulu hitam.

Artikel pendukung: Verba Transitif dan Intransitif Serta Contohnya

Makna kambing hitam di kalimat (a) tidak ada hubungannya dengan


makna kata kambing dan hitam.

Nah frasa yang maknanya tidak bisa dijelaskan berdasarkan makna


kata yang membentuknya dinamakan frasa Idiomatik.

Era Yustika Sari, S.Pd.

Dalam bahasa Indonesia, kata memiliki beragam jenis. Agar kita memahami jenis-
jenis kata, yuk kita simak pembahasan di bawah ini!
Nomina (Kata Benda)
Kata benda atau nomina adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda (konkret
maupun abstrak). Contoh kata benda konkret seperti meja, gawai, mobil. Sedangkan
contoh kata abstrak seperti kekuatan, cinta, kasih anya, dan kemunduran. Kata
benda biasanya berasal dari kata sifat atau kata dasar yang mendapat imbuhan –an,
ke- dan –an, pe- dan –an. Contoh:

1. kata sifat kotor mendapat imbuhan –an menjadi kotoran (kata benda)
2. kata sifat rajin mendapat imbuhan ke- dan –an menjadi kerajinan (kata benda)
3. kata dasar topang mendapat imbuhan pe- dan –an menjadi penopang (kata benda).

Kata benda dapat berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan.
Misalnya:

1. Saya memiliki rumah. (kata rumah sebagai objek kalimat)


2. Saya memiliki rumah di kota Malang. (kota Malang sebagai keterangan tempat
kalimat).
3. Rumah dimiliki saya. (kata rumah sebagai subjek)
4. Saya belajar memanen padi. (kata benda padi menjadi pelengkap kalimat dan
melekat pada kata memanen)

Verba (Kata Kerja)


Kata kerja atau verba adalah kata yang menyatakan melakukan perbuatan atau
tindakan. Kata kerja pada umumnya berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.

Ciri kata kerja:

1. Dapat diberi anya waktu, seperti akan, sedang, dan telah


Contoh: akan bermain, akan minum, sedang mandi, telah pergi
2. Dapat diingkari dengan kata tidak
Contoh: tidak mandi, tidak minum
3. Dapat diikuti oleh gabungan kata dengan + kata benda atau kata sifat
Contoh: pergi dengan ayah, membaca dengan cepat.

Jenis-jenis kata kerja (verba):

1. Verba dasar bebas, seperti: duduk, minum, makan.


2. Verba turunan, terdiri atas:

 Verba berafiks (berimbuhan):


Contoh: memakan, menyapu
 Verba bereduplikasi:
Contoh: jalan-jalam, minum-minum
 Verba berproses gabung:
Contoh: tertawa-tawa, mengingat-ingat.
 Verba majemuk:
Contoh: cuci mata, campur tangan, unjuk gigi.
 Verba transitif (kata kerja yang membutuhkan objek)
Contoh :
– Saya (S) membaca (P) buku (O).
 Verba intransitif (kata kerja yang tak memerlukan objek.
Contoh :
– Mereka (S) makan (P) di restoran (K).
– Ibu (S) sedang memasak (P).

Kata Sifat (Adjektiva)


Kata sifat merupakan kata yang menjelaskan sifat, keadaan, karakter, perilaku
seseorang.
Jenis-jenis kata adjektiva:

1. Ajektiva dasar, seperti rajin, pelit, arogan, buruk


2. Adjektiva turunan terdiri atas:
Adjektiva berafiks (berimbuhan)
contoh:
terburuk, termuda
adjektiva berafiks –I, -wi, -iah
contoh:
insani, surgawi, rohaniah, abadi, duniawi, abadi, duniawi, anya, ilmiah, rohaniah,
surgawi.
3. adjektiva bereduplikasi
contoh: tua-tua

Promina (Kata Ganti)


Pronomina terdiri dari 3 jenis kata, yaitu:

1. Pronomina penunjuk seperti ini, itu, sanam situ, begitu, begini


2. Pronomina persona kata ganti orang, misalkan saya, aku, dia, kamu, engkau,
mereka.
3. Pronomina penanya seperti apa, dimana, mengapa, bagaimana, apa, dan kapan.

Adverbia (Kata Keterangan)


Kata keterangan terdiri dari beberapa jenis kata, seperti:

1. Kata keterangan dasar, seperti paling, amat, sangat, alangkah.


2. Kata keterangan turunan, seperti lebih-lebih, secepat-cepatnya, semau-maunya,
belum pernah.

Numeralia (Kata Bilangan)


Kata bilangan atau numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung
banyaknya orang, binatang, benda, dan sebuah urutan proses atau peristiwa.
Contoh: sejuta, pertama-tama, kedua, dan sepertiga.
Konjungsi (Kata Sambung)
Kata hubung atau konjungsi adalah kata yang berfungsi menghubungkan dua kata
atau dua kalimat.
Macam-macam konjungsi:

1. Konjungsi perluasan, misalnya: yang.


2. Konjungsi pengantar objek, misalnya: bahwa.
3. Konjungsi penegasan, misalnya: malahan dan bahkan.
4. Konjungsi penambahan, misalnya: dan, dan lagi, tambahan lagi, lagi pula.
5. Konjungsi urutan, misalnya: lalu, setelah itu.
6. Konjungsi pilihan, misalnya: atau.
7. Konjungsi menyatakan waktu, misalnya: saat, ketika, sejak.
8. Konjungsi sebab-akibat, misalnya: sebab, karena, karena itu, akibatnya.
9. Konjungsi persyaratan, misalnya: asalkan, jikalau, kalau.
10. Konjungsi pengandaian, misalnya: andaikata, andaikan, seandainya, seumpamanya.
11. Konjungsi harapan/tujuan, misalnya: agar, supaya, hingga.
12. Konjungsi pengantar wacana, misalnya: adapun, maka, jadi.
13. Konjungsi perlawanan, misalnya: tetapi, sedangkan, namun, sebaliknya, padahal.

Partikel (Kata Sandang)


Kata sandang adalah kategori atau anya yang bertugas memulai, mempertahankan,
atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi. Unsur ini digunakan dalam
kalimat anya, perintah dan pernyataan (berita).
Jenis-jenis kata partikel:
1. kah, misalnya: Apakah Ibu Murini sudah pulang?
2. kan, misalnya: Tadi kan sudah diberi tahu!
3. deh, misalnya: Pulang deh, jangan terlalu lama di sini.
4. lah, misalnya: Pergilah, aku merelakanmu.
5. dong, misalnya: Sini dong, duduk dekat dengaku saja.
6. kek, misalnya: mulai kek, lama sekali.
7. pun, misalnya: Berjalan pun ia tak sanggup.
8. toh, misalnya: Ia toh bukan seorang yang bisa diandalkan.

Selain itu kata sandang juga dapat membatasi makna jumlah orang atau benda,
misalnya sang anak (bermakna tunggal), para ahli (bermakna jamak), dan si kecil
(bermakna netral), dan Sri Baginda (bermakna khusus).
Kata Depan (Preposisi)
Jenis kata ini selalu berada di depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja untuk
membentuk gabungan kata depan (frasa preposisional). Contoh katanya adalah di,
ke, dari, atas, terhadap, kepada, oleh.
Kata Interjeksi (Kata Seru)
Kata seru digunakan untuk membatu mengekspresikan emosi (kesalan, marah,
kagum) seseorang seperti kata:

1. ih (jijik)
Contoh: Ih, kamu jorok sekali!
2. wow (kagum)
Contoh: Wow, bagus sekali lukisannya!
3. sialan (kesal)
Contoh: Sialan, bukuku ketinggalan!
4. syukurlah (rasa syukur)
Contoh: Syukurlah kalau kamu tidak apa-apa!
5. semoga (harapan)
Contoh: Semoga kamu selamat sampai di sana!

Nah, sekarang kamu sudah tahu kan jenis-jenis kata. Selamat belajar!

Anda mungkin juga menyukai