Anda di halaman 1dari 10

KLIPING KUMPULAN KARYA SASTRA ZAMAN

PERALIHAN HINDU-ISLAM

Oleh :

Mawadah Warohmah S

(J1D015016)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur

Mata Kuliah Sastra Lama

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN


TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PURWOKERTO
2018

1
SASTRA ZAMAN PERALIHAN HINDU-ISLAM

Sastra zaman peralihan adalah sastra yang lahir dari perkataan sastra yang
berunsur Hindu dengan pengaruh islam. Untuk menentukan karya mana yang
tergolong dalam sastra zaman peralihan Hindu-Islam sukar sekali. Pertama, sastra
Melayu lama pada umumnya tidak bertarikh dan tidak ada nama pengarangnya.
Kedua, sastra Mealyu lama tertulis dalam huruf Arab. Ketiga, hasil sastra Melayu
yang dianggap tertua. Keempat, semua hasil sastra zamaan peralihan berjudul
hikayat, dan hikayat itu sendiri adalah kata Arab yang berarti cerita.

Ciri sastra zaman peralihan yang perlu disebut di sini adalah bahwa sastra
zaman peralihan biasanya mempunyai dua judul, satu judul Hindu dan satu judul
Islam. Seringkali judul islam adalah judul yang lebih dikenal daripada judul
Hindunya. Misalnya Hikayat Si Miskin adalah lebih dikenal daripada Hikayat
Marakarma.

Ada empat belas hikayat yang berasal dari zaman peralihan Hindu-Islam,
antara lain :

1. Hikayat Puspa Wiraja


2. Hikayat Parang Punting
3. Hikayat Langlang Buana
4. Hikayat Si Miskin
5. Hikayat Berma Syahdan
6. Hikayat Indera Putera
7. Hikayat Syah Kobat
8. Hikayat Koraisy Mengindera
9. Hikayat Indera Bangsawan
10. Hikayat Jaya Langkara
11. Hikayat Nakhoda Muda
12. Hikayat Ahmad Muhammad
13. Hikayat Syah Mardan
14. Hikayat Isma Yatim

2
1. Hikayat Puspa Wijaya
Hikayat Puspa Wiraja atau Hikayat
Bispu Raja ialah cerita yang populer
sekali. Plotnya dengan sedikit perbedaan
dapat ditemukan kembali dalam Hikayat
Bakhtiar dan Hikayat Maharaja Ali.
Naskah hikayat ini tidaklah banyak.
Naskah yang terkenal ialah naskah Leiden
yang disalin pada 3 Rejab 1237 H oleh
Muhammad Cing Said. Hikayat ini
berasal dari Thailand, Van der Tuuk demikian juga R.O winstedt tidak percaya
kepada kemungkinan ini. Pertama, dalam hikayat ini tidak terdapat kata-kata
Thai atau gelar yang berasal dari Thai. Kedua, hikayat ini memiliki persamaan
yang sangat dekat dengan versi Parsi-Indianya. Ketiga, plotnya yang
menceritakan musibat selepas kanak-kanak memegang burung kecil.

2. Hikayat Parang Punting

Hikayat Parang Punting adalah sebuah hikayat


yang masih kuat pengaruh Hindunya. Dewa
yang maha kuasa ialah Batara Kala daan dunia
diperintah oleh raja-raja yang turun dari
kayangan. Sayembara juga diadakan untuk
memilih suami untuk tuan puteri. Biarpun
begitu, naskah yang sampai kepada kita adalah
naskah yang muda. Mungkin sekali naskah ini
adalah salinan dari naskah yang pernah
dibicarakan oleh R.O. Windstedt.

3
3. Hikayat Langlang Buana
Hikayat ini mungkin sudah tua sisanya.
Perkataan Arab yang terdapat di dalamnya
hanya sedikit. Menurut H.C Klinkert :
“Hikayat ini tertulis dalam bahasa Melayu
yang masih murni, mungkin pada masa
orang Melayu masih belum mengenal
bentuk syait Arab. Dalam hikayat ini
terdapat banyak pantun dan seloka, tetapi
syair tiada sama sekali.

4. Hikayat Si Miskin
Hikayat ini terdapat di Museum Jakarta
ada lima dan di Leiden ada dua dan di
London ada satu. Hikayat ini mengandung
pantun yang menyentung tentang orang
Nasrani dan Belanda, hikayat ini masih
termasuk hikayat zaman peralihan yang
awal-awal. Ada tiga motif Hindu terdapat
dalam hikayat ini, yaitu :
a. Ahlinujum yang curang
b. Dua saudara berpisah, yang perempuan diambil isteri oleh putera raja
c. Nahkoda yang loba; mengambil isteri dan harta orang

5. Hikayat Berma Syahdan


Hikayat Berma Syahdan adalah
hikayat yang istimewa. Istimewa
karena ia ada menyembut nama
pengarangnya (Sastra lama biasanya
tidak bernama). Salah satu naskah
Jakarta (Koleksi C.St. 11) menyebut

4
seorang yang bernama Syaikh Abu Bakar Ibn Omar sebagai
pengarangnya. Diceritakan juga bahwa pengarang ini berumur 128 tahun
dan sudah hidup sejak zaman Nuh. Naskah ini bertarikh 28hb April 1858.
Naskah Leiden memberi nama pengarang sebagai Syaikh Ibn Abu Bakar.
Naskah Jakarta yang berasal dari Bengkulu juga menyebut Syaikh Ibn Abu
Bakar sebagai pengarang. Winstedt berpendapat hikayat ini berasal dari
abad ke 15, pada masa pemerintahan Melaka.

6. Hikayat Indera Putera


Hikayat Indraputra adalh sebuah hikayat
yang sudah tua usianya. Valentijn (1726)
pernah menyebutnya, Werndly mengutip
beberapa bagian dalam Maleische
Spraakkust (1736). Dan hikayat ini juga
terdapat dalam bahasa Makasar, Bugis,
Aceh , dan di dalam bahasa Cham di Indo-
Cina. Hal ini menunjukkan bahwa cerita ini
pasti sudah tersebar ke Indo-China sebelum agama Islam masuk ke
Nusantara.
Menurut S.W.R Mulyadi hikayat pernah disebut di dalam tiga
karya lain. Muruddin ar-Raniri pernah menulis dalam kitabnya Strat al-
Mustakim bahwa kita “harus istinja dengan kitab yang tiada berguna pada
syarak seperti Hikayat Sri Rama dan Indraputra dan barang sebagainya,
jika tiada dalamnya nama Allah”. Di dalam karya lain yaitu Bustanu
Salatin (1637) diingatkan bahwa barangsiapa yang beranak laki-laki atau
perempuan jangan diberi membaca hikayat yang tiada berfaedah seperti
Hikayat Indraputra, karena hikayat itu nyata dustanya. Taj as Salatin juga
memberi peringatan yang hampir sama bunyinya. Anehnya di Filipin,
hikayat ini dianggap sebuah epos Islam yang dinyanyikan di mesjid-
mesjid di Marani sebagai alat penyebran Islam.

5
7. Hikayat Syah Kobat
Hikayat Syah Kobat atau Syahr al-Kamar pernah disebut Werndly dalam
buku tata bahasanya (1736). Hikayat ini merupakan saduran bebas atau
dari Hikayat Indraputra.

8. Hikayat Koraisy Mengindera


Menurut R.O. Winstedt hanya satu naskah saja yang dikenal.
Naskah tersebut telah dicetak di Singapura. R.O. Winstedt rupa-rupanya
tidak mengenal Hikayat Koraisy yang tersimpan di museum Jakarta.
Hikayat Koraisy adalah judul lain bagi Hikayat Koraisy Mengindra. Di
museum Jakarta ada dua naskah Hikayat Koraisy. 

9. Hikayat Nakhkoda Muda


Dikenal juga dengan sebutan
jikayat siti sara atau hikayat hikayat
raja ajnawi. Hikayat ini sangat
menarik bagi orang Eropa karena
pernah digunakan dalam drama
Shakespeare yang berjudul
“all’s  well that ends well”.
Ada dua naskah hikayat ini :
pertama, naskah Leiden (cod. Or.
1763 (i)  tertulis di Batavia pada
tahun 1825, kedua naskah Jakarta (Bat. Gen. 77) merupakan salinan yang
dibuat oleh W>M> Donseler  pada 29 November 1860berdasarkan sebuah
naskah yang disalin di Makassar tahun 1814. Naskah Jakarta ini telah
diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1934 dan nama watak-wataknya
telah disesuaikan dengan naskah Leiden.
Sinopsis hikayat nakhkoda muda:
Bercerita tentang seorang raja yang mengimpikan seorang
permaisuri.setelah mendapatkan permaisuri, raja itu member ujian

6
kepada sang permaisuri. Dengan kecerdikan permaisuri, akhirnya
permaisuri itu dapat memenuhi apa yang dikehendaki oleh sang
raja.lalu kekallah dia menjadi permaisuri raja gaznawi.

10. Hikayat Jaya Langkara


Hikayat ini termasuk salah satu naskah
Melayu yang disebut oleh Werndly dalam
nahunnya pada tahun 1763. yang terkenal
adalah naskah yang tersimpan di
Perpustakaan Kebangsaan Singapura.
Naskah singapura ini disalin 15hb. Rabiul
Awal H. 1237 (1863). Pemiliknya adalah
seorang yang bernama Muhaidin dari
Kampung Melaka. Winstedt pernah membuat ringgkasan cerita hikayat
ini. Salinan Ruminya juga terdapat di Perpustakaan RAS,London.

11. Hikayat Indera Bangawan


Hikayat ini menceritakan tentang dua putra
raja, kembar, yang bernama Indera Bangsawan
dan Syah Peri. Baginda Raja menguji siapa
yang paling layak menjadi penggantinya. Ia
kemudian menyuruh kedua putera kembarnya
untuk mencari buluh perindu.  Mereka
bemohon pergi untuk mencari buluh perindu.
Dalam perjalanan keduanya terpisah karena
badai yang sangat besar. Mereka berserah diri kepada Tuhan dan berjalan
masing-masing.
Syah Peri berhasil menolong Puteri Ratna Sari dan dayang-dayangnya
yang di tawan Garuda. Akhirnya Syah Peri menikah dengan Puteri Ratna Sari.

7
Di tempat lain, Indera Bangsawan sampai ke Negeri Antah Berantah yang
dikuasai oleh Buraksa dan bertemu raksasa yang disebut Nenek. Raja Kabir
takluk kepada Buraksa dan akan membuat Putri Kemala Sari sebagai upeti.
Puteri Kemala Sari sakit mata dan hanya bisa disembuhkan oleh air susu
harimau beranak muda. Setelah mengetahui peristiwa itu, Si Hutan
menempatkan susu kambing pada wadah, digantung di dahan pohon. Indera
Bangsawan mendapatkan susu harimau beranak muda dari nenek dan menipu
Sembilan anak raja dengan susu kambing. Indera Bangsawan yang membawa
susu harimau beranak muda, sembuhlah Putri Kemala Sari. Raja Kabir
bertitah “Barang siapa yang mengalahkan Buraksa akan menjadi
menantunya.” Indera Bangsawan diajari oleh neneknya membuat ramuan dan
diberikan kepada Buraksa. Buraksa tertidur dan Indera Bangsawan mengambil
jubah dan Puteri Kemala Sari. Buraksa tak berdaya dan Sembilan anak raja
mengambil selimut dan hendak menipu raja. Akhirnya Indera Bangsawan
menikah dengan Puteri.

12. Hikayat Ahmad Muhammad


Hikayat ini juga berjudul HIKAYAT
SERANGGA BAYU atau Hikayat
Sukarna dan Sukarni. Hikayat
sukarna-sukarni diterbitkan oleh
A.F.Von Dewall. Hikayat sukarna-
sukarni bercerita tentang seorang
menteri dari negeri Indera Pura
bernama Maha Jaya membeli
seorang anak bernama Ratna kasihan
lalu diangkat sebagai anak dan diberi
seorang istri. Ratna kasihan adalah
orang yang sangat baik pandai berniaga dan pandai memelihara harta. Lalu
ia mempunyai anak kembar dan diberi nama sukarna dan sukarni. Suatu
waktu kedua bersaudara itu terpisah. Pada akhirnya bertemu kembali

8
sukarna menjadi raja di sebuah kerajan dan sukarrni menjadi perdana
menteri. Isi hikayat ini berbeda dengan Hikayat Ahmad Muhammad yang
dicap batu di Singapura pada tahun 1889. 

13. Hikayat Syah Mardan


Dikenal juga dengan nama Hikayat
Indera Jaya dan Hikayat
Bagermadantaraja hikayat  yang populer
pernah diterjemahkan dalam beberapa
bahasa nusantara seperti bahasa Jawa,
Makassar, Bugis, dan Sasak. Pada tahun
1736 Wrndly telah menulis bahwa
“hikayat ini adalah satu cerita khayalan
yang disusun untuk hiburan anak-anak supaya mereka gemar membaca”.
G. W.  J. Drewes telah menyelidiki hikayat ini dan versinya yang terdapat
dalam bahasa Jawa yaitu cerita Angling Darma. Ia berpendapat bahwa
cerita ini bukan sebuah cerita islam. Cerita yang bersifat pengajaran yang
terdapat dalam hikayat ini adalah sisipan kemudian yang bertujuan
member pelajaran agama.

14. Hikayat Isma Yatim

Hikayat ini berusia dua abad. Valentijn telah


menyebutnya pada tahun 1726,Werndly menyebut
pula pada rahun 1736,  pada tahun 1825 Roorda
van Eysinga telah menerbitkannya di Jakarta. Lalu
hikayat ini dicetak di Singapura  “bagi kanak-

9
kanak yang belajar dalam sekolah-sekolah Melayu”.Menurut Werndly bahasa
hikayat ini sangat indahHikayat ini adalah contoh hikayat zaman peralihan;
pengaruh Hindu dan jawa sudah menipis dan sastra Melayu jatuh ke tangan
penerjemah dan penyadur yang meniru contoh-contoh dari Arab dan Parsi.

10

Anda mungkin juga menyukai