PERALIHAN HINDU-ISLAM
Oleh :
Mawadah Warohmah S
(J1D015016)
1
SASTRA ZAMAN PERALIHAN HINDU-ISLAM
Sastra zaman peralihan adalah sastra yang lahir dari perkataan sastra yang
berunsur Hindu dengan pengaruh islam. Untuk menentukan karya mana yang
tergolong dalam sastra zaman peralihan Hindu-Islam sukar sekali. Pertama, sastra
Melayu lama pada umumnya tidak bertarikh dan tidak ada nama pengarangnya.
Kedua, sastra Mealyu lama tertulis dalam huruf Arab. Ketiga, hasil sastra Melayu
yang dianggap tertua. Keempat, semua hasil sastra zamaan peralihan berjudul
hikayat, dan hikayat itu sendiri adalah kata Arab yang berarti cerita.
Ciri sastra zaman peralihan yang perlu disebut di sini adalah bahwa sastra
zaman peralihan biasanya mempunyai dua judul, satu judul Hindu dan satu judul
Islam. Seringkali judul islam adalah judul yang lebih dikenal daripada judul
Hindunya. Misalnya Hikayat Si Miskin adalah lebih dikenal daripada Hikayat
Marakarma.
Ada empat belas hikayat yang berasal dari zaman peralihan Hindu-Islam,
antara lain :
2
1. Hikayat Puspa Wijaya
Hikayat Puspa Wiraja atau Hikayat
Bispu Raja ialah cerita yang populer
sekali. Plotnya dengan sedikit perbedaan
dapat ditemukan kembali dalam Hikayat
Bakhtiar dan Hikayat Maharaja Ali.
Naskah hikayat ini tidaklah banyak.
Naskah yang terkenal ialah naskah Leiden
yang disalin pada 3 Rejab 1237 H oleh
Muhammad Cing Said. Hikayat ini
berasal dari Thailand, Van der Tuuk demikian juga R.O winstedt tidak percaya
kepada kemungkinan ini. Pertama, dalam hikayat ini tidak terdapat kata-kata
Thai atau gelar yang berasal dari Thai. Kedua, hikayat ini memiliki persamaan
yang sangat dekat dengan versi Parsi-Indianya. Ketiga, plotnya yang
menceritakan musibat selepas kanak-kanak memegang burung kecil.
3
3. Hikayat Langlang Buana
Hikayat ini mungkin sudah tua sisanya.
Perkataan Arab yang terdapat di dalamnya
hanya sedikit. Menurut H.C Klinkert :
“Hikayat ini tertulis dalam bahasa Melayu
yang masih murni, mungkin pada masa
orang Melayu masih belum mengenal
bentuk syait Arab. Dalam hikayat ini
terdapat banyak pantun dan seloka, tetapi
syair tiada sama sekali.
4. Hikayat Si Miskin
Hikayat ini terdapat di Museum Jakarta
ada lima dan di Leiden ada dua dan di
London ada satu. Hikayat ini mengandung
pantun yang menyentung tentang orang
Nasrani dan Belanda, hikayat ini masih
termasuk hikayat zaman peralihan yang
awal-awal. Ada tiga motif Hindu terdapat
dalam hikayat ini, yaitu :
a. Ahlinujum yang curang
b. Dua saudara berpisah, yang perempuan diambil isteri oleh putera raja
c. Nahkoda yang loba; mengambil isteri dan harta orang
4
seorang yang bernama Syaikh Abu Bakar Ibn Omar sebagai
pengarangnya. Diceritakan juga bahwa pengarang ini berumur 128 tahun
dan sudah hidup sejak zaman Nuh. Naskah ini bertarikh 28hb April 1858.
Naskah Leiden memberi nama pengarang sebagai Syaikh Ibn Abu Bakar.
Naskah Jakarta yang berasal dari Bengkulu juga menyebut Syaikh Ibn Abu
Bakar sebagai pengarang. Winstedt berpendapat hikayat ini berasal dari
abad ke 15, pada masa pemerintahan Melaka.
5
7. Hikayat Syah Kobat
Hikayat Syah Kobat atau Syahr al-Kamar pernah disebut Werndly dalam
buku tata bahasanya (1736). Hikayat ini merupakan saduran bebas atau
dari Hikayat Indraputra.
6
kepada sang permaisuri. Dengan kecerdikan permaisuri, akhirnya
permaisuri itu dapat memenuhi apa yang dikehendaki oleh sang
raja.lalu kekallah dia menjadi permaisuri raja gaznawi.
7
Di tempat lain, Indera Bangsawan sampai ke Negeri Antah Berantah yang
dikuasai oleh Buraksa dan bertemu raksasa yang disebut Nenek. Raja Kabir
takluk kepada Buraksa dan akan membuat Putri Kemala Sari sebagai upeti.
Puteri Kemala Sari sakit mata dan hanya bisa disembuhkan oleh air susu
harimau beranak muda. Setelah mengetahui peristiwa itu, Si Hutan
menempatkan susu kambing pada wadah, digantung di dahan pohon. Indera
Bangsawan mendapatkan susu harimau beranak muda dari nenek dan menipu
Sembilan anak raja dengan susu kambing. Indera Bangsawan yang membawa
susu harimau beranak muda, sembuhlah Putri Kemala Sari. Raja Kabir
bertitah “Barang siapa yang mengalahkan Buraksa akan menjadi
menantunya.” Indera Bangsawan diajari oleh neneknya membuat ramuan dan
diberikan kepada Buraksa. Buraksa tertidur dan Indera Bangsawan mengambil
jubah dan Puteri Kemala Sari. Buraksa tak berdaya dan Sembilan anak raja
mengambil selimut dan hendak menipu raja. Akhirnya Indera Bangsawan
menikah dengan Puteri.
8
sukarna menjadi raja di sebuah kerajan dan sukarrni menjadi perdana
menteri. Isi hikayat ini berbeda dengan Hikayat Ahmad Muhammad yang
dicap batu di Singapura pada tahun 1889.
9
kanak yang belajar dalam sekolah-sekolah Melayu”.Menurut Werndly bahasa
hikayat ini sangat indahHikayat ini adalah contoh hikayat zaman peralihan;
pengaruh Hindu dan jawa sudah menipis dan sastra Melayu jatuh ke tangan
penerjemah dan penyadur yang meniru contoh-contoh dari Arab dan Parsi.
10