Anda di halaman 1dari 13

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu : Nia Ulfa Martha,S.Pd.,M.Pd.

Disusun Oleh :
Mawadah Warohmah S. (J1D015016)

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
PURWOKERTO
2016

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )
Nama sekolah

: SMA NEGERI 1 PURBALINGGA

Mata Pelajaran

: Bahasa Indonesia

Kelas / Semester

: IX (Sebelas)

Alokasi waktu

: 2 x 45 menit

STANDAR KOMPETENSI
Berbicara
Memerankan tokoh dalam pementasan drama
KOMPETENSI DASAR
Mengekspresikan perilaku dan dialog tokoh-tokoh protagonis dan atau antagonis
INDIKATOR

Membaca dan memahami teks drama yang akan diperankan

Menghayati watak tokoh yang akan diperankan

Mengekpresikan perilaku dan dialog tokoh protogonis, antagonis, atau tritagonis

Mendiskusikan pengekspresian perilaku dan dialog yang disampaikan teman

NILAI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA

Religius

Bersahabat/ komunikatif

Kreatif

Percaya Diri

NILAI KEWIRAUSAHAAN/EKONOMI KREATIF

Kepemimpinan

Keorisinilan

TUJUAN PENBELAJARAN

Mampu membaca dan memahami teks drama yang akan diperankan

Mampu menghayati watak tokoh yang akan diperankan

Mampu mengekpresikan perilaku dan dialog tokoh protogonis, antagonis, atau tritagonis

Mampu mendiskusikan pengekspresian perilaku dan dialog yang disampaikan teman

MATERI POKOK
Naskah drama
Orang-orang yang sudah menjual jiwa dan kehormatannya kepada fasis Jepang disingkirkan
dari pimpinan revolusi kita (orang-orang yang pernah bekerja di propaganda polisi rahasia
Jepang, umumnya di dalam usaha kolone 5 Jepang). Orang-orang ini harus dianggap sebagai
pengkhianat perjuangan dan harus diperbedakan dari kaum buruh biasa yang bekerja hanya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. (Perjuangan Kita, oleh Sjahrir, h. 24).
X : Belum juga dia datang. Janjinya pukul sebelas. Sekarang sudah lewat setengah jam.
Y : Ah, dia banyak urusannya barangkali. Sandiwara sangat maju.
X : Itu dia! Manuskripku sekarang ada padanya.

Y : Manuskrip yang mana?


X : Sandiwara 4 babak, Kesuma Negara.
Y : Oh, yang baru lagi?
X : Ya, abis? Kemauan zaman. Kita mesti turut zaman, bukan?
Y : Aku heran melihat engkau. Apa saja acaranya, engkau membuatnya menjadi sajak, cerita
pendek, sandiwara, dan sebagainya.
X : Apa susahnya. Bikin saja, asal u sama u, a sama a, b sama b, sudah beres. Bikin cerita
pendek syaratnya asal jangan lupa: menghancurkan musuh, musuh jahanam, musuh biadab;
kemenangan tinggal tunggu hari lagi. Pihak kita: kesayangan Tuhan, Tuhan telah menjanjikan
kita kemenangan dan sebagainya yang muluk-muluk, yang jelek-jelek pada pihak lawan.
Y : Kuheran. Engkau dapat menulis demikian.
X : Mengapa heran? Engkau juga bisa, kalau engkau mau.
Y : Biarpun aku meu, aku tidak bisa.
X : Bohong! (berbisik). Mengapa engkau begini bodoh? (sambil menunjuk ke sepatu Y). Lihat!
Sepatumu sudah ternganganganga.
Bajumu telah berjerumat. Kalau Kamu mau kantor kami selalu akan menerima kamu.
Y : Kerjaku menjadi apa?
X : Biasa. Seperti aku sekarang. Sekali-sekali ada bestelan sajak, atau cerita pendek, atau
sandiwara, atau lelucon.
Y : Lantas kalau ada bestelen, engkau yang bikin?
X : Mau apa lagi?

Y : Engkau bisa tulis?


X : Bisa.
Y : Wah! Engkau ini orang aneh. Misalkan, pemerintah memerlukan rambutan untuk santapan
serdadunya. Lantas dia menginginkan rambutan yang jitu, temponya tiga hari, engkau bisa
bikin?
X : Gampang, tiga hari terlalu lama. Pukul sebelas dibestel jam dua belas sharp, tanggung siap.
Y : Tapi engkau toh mengerti, bahwa pekerjaan yang demikian tidak ada jiwanya?
X : Jiwa? Perlu apa jiwa sekarang? Jiwa diobral di medan perang.
Hanya engkau yang meributkan perkara jiwa.
Y : Bukan demikian. Padaku sesuatu itu mesti ada aku-ku di dalamnya. Kalau tidak, aku tidak
puas.
X : Kalau sekarang engkau hendak memasukkan akumu ke dalam suatu pekerjaan, nanti
engkau akan mendapat panggilan dari Gambir Barat1.
Y : Oleh karena itulah, engkau tidak bisa menulis seperti kehendakmu itu.
X : Bung! Aku bilang saja terus terang.
Gerak gerikmu sekarang diamat-amati oleh Gambir Barat.
Y : Aku sudah tahu lama. Tapi itu aku tidak ambil perduli.
X : Engkau harus hati-hati. Omonganmu jangan terlalu lancang.
Y : Aku tahu. Aku lemah. Aku tidak punya karaben. Tapi, kalau aku disuruhnya menulismenulis, seperti yang engkau laksanakan, lebih baik aku makan tanah.

X : Apa hinanya? Dia kuanggap majikan, aku buruh. Aku makan gaji. Apa yang dia suruh, toh
aku mesti bikin?
Y : Engkau mesti ingat. Engkau bukan buruh biasa. Engkau seorang seniman.
X : Tidak! Aku tidak pernah bilang aku seorang seniman. Aku orang biasa. Namaku X.
Y : Tapi pekerjaanmu? Pekerjaanmu mempropaganda ini itu kepada rakyat.
X : Rakyat toh mesti diberi penerangan?
Y : Betul! Tapi bukan penerangan yang menjerumuskan itu, kalau engkau bikin propaganda
tentang laut, misalnya.
X : Aku tidak tahu.
Y : Memang. Engkau tidak tahu. Tapi mereka, anak-anak muda yang terpedaya oleh ajak, atau
cerita pendek, atau sandiwaramu tentang laut, apa engkau bisa tanggung?
X : Mereka mesti tahu sendiri.
Sobat! Engkau bangsa apa?
X : Aku bangsa Indonesia.
Y : Tulen?
X : Tulen!
Y : Tidak ada campuran?
X : Tidak! Ibu bapak 100% bangsa Indonesia.
Y : Kalau begitu aku tidak tahu, mengapa engkau mau menggali kubur untuk bangsamu
sendiri.

X : Aku tidak menggali kubur. Aku makan gaji.


Y : Tapi gajimu berlumuran darah bangsamu sendiri.
X : Tidak dengan pekerjaanku, bangsa kita toh sudah berlumuran darah.
Y : Jadi engkau hendak menambahnya lagi?
X : Pekerjaanku ini seperti titik dalam lautan. Tidakkan menambah dan tidak akan
mengurangi.
Y : Oleh sebab itu, engkau kerjakan?
X : Mengapa aku saja yang engkau terkam?
Y : Karena aku anggap engkau wakil dari gerombolanmu.
X : Bukan golonganku saja yang diperbudak. Semua golongan, tidak ada terkecualinya.
Y : Aku juga tahu. Yang menjerit-jerit berteriak-teriak di lapangan besar, seperti orang edan,
juga bangsa kita. Juga tukang tipu rakyat.
X : Nah. Itu dia. Jadi bukan aku saja.
Y : Itu bukan alasan untuk melakukan pekerjaanmu seperti sekarang ini.
X : Lantas maumu aku mesti makan angin?
Y : Bukan. Engkau dapat bekerja di lapangan lain. Pendidikanmu cukup.
X : Maaf. Tapi aku tidak dapat hidup seperti engkau.
Y : Engkau mempunyai cita-cita?
X : Penuh.
Y : Cita-citamu akan dapat menahan segala deritaan.

X : Aku tidak bisa. Tinggal di gubuk rebeh seperti engkau, maaf saja. Aku biasa tinggak di
Laan. Baju mesti saban hari ganti, sepatu mesti necis, jangan sampai ternganga. Jajan tidak bisa
di pinggir jalan, nongkrong seperti engkau. Aku bisa duduk di Oen.
Y : Tapi jangan anggap, buah penamu telah kercap seni. Di luar kantomu ini, masih banyak
pemuda-pemuda yang benar-benar berdarah seni, 100% lebih bersih dari darahmu. Mereka
sekarang gelisah menanti akhirnya penindasan ini. Tapi dalam sementara itu, mereka menangis
melihat kelakuan gerombolanmu yang melontekan diri sebagai alat propaganda.
X : Engkau cemburu melihat kedudukanku sekarang ini. Itu sebabnya engkau caci-caci aku.
Y : Aku tidak ingin kedudukanmu. Aku tidak ingin menjadi beo.
Aku tidak ingin menjadi ekor. Aku tidak ingin menjadi lonte seperti engkau.
X : Kalau tidak ingin, engkau boleh tutup mulutmu.
Y : Aku tidak akan menutup mulutku.Aku akan meneriak-neriakkan pengkhianatanmu terhadap
bangsamu sendiri, yang engkau jadikan mangsa kebengisan tokehmu dan yang engkau coba
meliputinya dengan tulisan-tulisanmu, untuk kepentingan kantongmu sendiri. Seandainya
leherku yang kurus ini engkau suruh penggal pada tokehmu, aku akan terus berteriak:
meneriakkan pengkhianatanmu selama ini!
Sumber: Kesusastraan Indonesia di Masa Jepang, HB. Jassin, Balai Pustaka, hal. 88- 92
Unsur pendukung

gerak (action)

mimik/ pantomimik

blocking

tata panggung

tata busana

tata bunyi

tata lampu

1. METODE PEMBELAJARAN

Role Playing

1. STRATEGI PEMBELAJARAN

Tatap Muka

Memerankan tokoh dalam


pementasan drama

Terstruktur

Mandiri

Menyampaikan dialog

Siswa dapat

disertai gerak-gerik dan

Menyampaikan dialog

mimik, sesuai dengan

disertai gerak-gerik dan

watak tokoh

mimik, sesuai dengan


watak tokoh.

Mengekspresikan perilaku

Siswa Mampu

dan dialog tokoh protaganis mendiskusikan


dan atau antagonis

pengekspresian perilaku
dan dialog yang
disampaikan teman.

1. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan
1. Pendahuluan : Mengucapkan salam
2. Mendata kehadiran siswa
3. Guru memberikan motivasi atau permaianan yang memacu konsentrasi siswa4
4. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai

Eksploarasi
1. Siswa diminta mengingat apa itu berita
2. Guru menjelaskan secara lebih mendalam cara membaca berita dengan lafal, intonasi,
kejelasan ucapan, tatapan mata dan sikap.

Elaborasi
1.
2.
3.
4.
5.

Siswa menyimak tayangan pementasan drama.


Siswa menyimak instruksi guru mengenai metode role playing
Masing-masing siswa mengambil kartu undian
Setiap siswa mengekspresikan tokoh yang di idolakannya
Guru memberikan penilaian

Konfirmasi
1.
2.
3.
4.

Dalam kegiatan konfirmasi, siswa menyimpulkan hasil pembelajaran


Kegiatan akhir
Siswa mereview konsep-konsep penting yang telah dipelajari.
Siswa diajak merefleksikan nilai-nilai serta kecakapan hidup (live skill) yang bisa

dipetik dari pembelajaran.


5. Guru memberikan motivasi

1. ALAT/ SUMBER/ BAHAN

Alat :

Jas

Dasi

Kain batik

Laptop

In focus

Sumber :

Buku Teks kelas XI

Lembar Kerja Siswa

Interner

Bahan :

Video pementasan drama

Naskah drama

1. PENILAIAN
2. Teknik : tes lisan, tanya jawab dan diskusi
3. Bentuk Instumen : uraian bebas
4. Bentuk soal :
5. Baca dan Pahamilah teks drama yang akan diperankan!

6. Hayati watak tokoh yang akan diperankan!


7. Ekspresikan perilaku dan dialog tokoh protogonis, antagonis, atau tritagonis!
8. Diskusikan pengekspresian perilaku dan dialog yang disampaikan teman!
9. Rubrik Penilaian

RUBRIK PENILAIAN
PENGEKSPRESIAN PERILAKU DAN DIALOG TOKOH DALAM DRAMA
Kompetensi Dasar

: Mengekspresikan perilaku dan dialog tokoh protagonis atau

antagonis

KOMPONEN PENILAIAN
1. Kemunculan pertama (mantap dan memberikankesan
yang baik)
2. Ekspresi wajah (sesuai dengan karakter tokoh)
3. Pandangan mata dan gerak anggota tubuh (sesuaikarakter
tokoh)
4. Gerakan (sesuai karakter tokoh)
5. Ucapan (sesuai karakter tokoh)
6. Intonasi (sesuai karakter tokoh)
7. Pengaturan jeda (pengaturan jeda tepat sehinggakalimat
mencerminkan karakter tokoh)
8. Intensitas dan kelancaran berbicara (konsisten)
9. Diksi yang digunakan (sesuai karater tokoh)
10. Cara berdialog untuk menggambarkan karaktertokoh
(sesuai karakter tokoh)
Jumlah
*skor tiap kriteria = 60-100
Mengetahui,
Kepala Sekolah

Purbalingga, 20 Desember 2016


Guru Praktikan

Rahma Fatimah, S.Pd,M.Pd.


NIP. 19610215 198410 2 002

Mawadah Warohmah S, S.Pd


NPM. 2108090082

Anda mungkin juga menyukai