Anda di halaman 1dari 19

Abu Darda, Orang

Bijaknya Umat Ini


Abu Darda radiallahu ‘anhu. Seorang sahabat Anshar
dari kabilah Khazraj. Ia termasuk orang Anshar yang
paling terakhir memeluk Islam. Tapi, ia malah terkenal
menjadi seorang yang paling berilmu di tengah
kaumnya. Paling fakih. Dan paling banyak hikmah
dalam ucapannya. Ia wafat tahun 32 H.

Silsilah Nasab dan Keislamannya


Abu Darda adalah seorang pedagang, kesatria, dan
seorang yang bijaksana. Namanya adalah Uwaimir
bin Zaid bin Qais al-Anshari al-Khazraji. Namun
kunyahnya, Abu Darda, lebih dikenal dari nama
aslinya. Meskipun namanya cukup tenar di antara
para sahabat nabi, tapi ternyata ia termasuk orang
Anshar terakhir yang memeluk Islam.

Awalnya, ia seorang pagan (penyembah berhala).


Kisah keislamannya cukup menarik. Diawali dengan
kedatangan Abdullah bin Rawahah dan Muhammad
bin Maslamah radhiallahu ‘anhuma ke rumahnya.
Mereka datang tanpa sepengatahuannya. Mereka
hancurkan berhala yang disembah Abu Darda. Saat
Abu Darda pulang, ia kaget. Ia pungut dan
kumpulkan remukan berhala itu dan berkata, “Bodoh
sekali kalian ini! Mengapa tidak kalian lawan!
Mengapa tidak kalian bela diri kalian sendiri!” Ummu
Darda menimpali, “Kalau mereka mereka bisa
memberi manfaat dan menolak bahaya kepada orang
lain, tentu mereka mampu melakukannya untuk diri
mereka sendiri.”

Abu Darda berkata, “Tolong siapkan air di wadah


mandi untukku. Siapkan juga pakaian dan
perlengkapannya.” Setelah itu ia pergi menuju Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Melihat kedatangan Abu
Darda, Abdullah bin Rawahah berkata, “Rasulullah, itu
Abu Darda. Menurutku ia datang untuk menuntut
balas kepada kami.” Nabi menanggapi,
“Kedatangannya untuk memeluk Islam.
Sesungguhnya Rabku menjanjikan kepadaku bahwa
Abu Darda akan memeluk Islam.”

Kedudukan dan Keutamaannya


Meskipun termasuk orang yang terlambat menerima
Islam, tapi Abu Darda memiliki kedudukan yang
mulia di tengah sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda tentang dirinya,

‫نعم الفارس عويمر‬


“Sebaik-baik penunggang kuda (kesatria) adalah
Uwaimir.”

Beliau juga bersabda,

‫هو حكيم أمتي‬

“Dia adalah orang bijaknya umatku.”

Abu Darda adalah salah seorang dari empat orang


penghafal Alquran di masa hidup Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam.

َ ‫ «م‬:َ‫ك رضي هللا عنه َقال‬ َ


‫ي صلي هللا عليه وسلم‬ ُّ ‫َات الن َِّب‬ ٍ ‫ْن مَا ِل‬
ِ ‫سب‬ ِ َ‫عَ نْ أن‬
،‫ت‬ ٍ ‫ وَ زَ ْي ُد بْنُ ثَ ِاب‬،‫ وَ ُمعَا ُذ بْنُ َجبَ ٍل‬،‫ َأبُو الدَّرْ دَا ِء‬:‫وَ لَ ْم ي َْجمَعْ ا ْلقُرْ آنَ َغيْرُ َأرْ بَ َع ٍة‬
‫وَ َأبُو زَ ْي ٍد‬

Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia berkata,


“Saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat,
Alquran itu tidak dihafal kecuali oleh empat orang;
Abu Darda, Mu’adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit, dan
Abu Zaid.”

Pengaruh Didikan Rasulullah


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
seorang pendidik luar biasa. Kalau kita pelajari, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menguasai metode ajar
yang variatif. Beliau mengajar dengan keteladanan.
Menyampaikan dengan lisan yang fasih. Metode
yang menarik. Kadang santai, kadang serius, kadang
bercanda, dan bisa pula mengajar dengan tegas.
Sehingga apa yang beliau ajarkan begitu
berpengaruh pada pribadi para sahabat.

Pengaruh besar itu juga dirasakan Abu Darda


radhiallahu ‘anhu. Rasulullah banyak menasihatinya
dengan sesuatu yang bermanfaat untuk dunia dan
akhiratnya. Seperti dalam sebuah riwayat dalam
Shahih Muslim dari Abu Darda radhiallahu ‘anhu, ia
berkata,

‫ بصيام‬:‫بثالث لن أدعهن ما عشت‬


ٍ ‫أوصاني حبيبي صلى هللا عليه وسلم‬
‫ وبأن ال أنام حتى أوتر‬،‫ وصالة الضحى‬،‫ثالثة أيام من كل شهر‬

“Kekasihku shallallahu ‘alaihi wa sallam menasihatiku


dengan tiga hal. Ketiga hal ini tidak akan
kutinggalkan selama aku hidup; puasa tiga hari setiap
bulan, shalat duha, dan tidak tidur sebelum
melakukan shalat witir.”

Diriwayatkan bahwasanya Umar bin al-Khattab


radhiallahu ‘anhu datang menemui Abu Darda
radhiallahu ‘anhu. Umar mendorong pintu rumahnya,
ternyata tak terkunci. Ia masuk ke dalam rumahnya
yang gelap. Ia meraba-raba hingga tahu posisi Abu
Darda. Ia sentuh bantalnya. Ternyata bantalnya
adalah pelana kuda. Ia pegang selimutnya. Ternyata
kain yang tipis. Umar kemudian berkomentar,
“Bukankah kondisi kita sekarang lapang? Maukah
kuberi bantuan”? Maksud Umar, umat Islam sekarang
berkecukupan tidak seperti di awal keislaman.

Abu Darda menanggapi, “Ingatkah engkau sebuah


hadits yang disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam”?

Umar bertanya, “Hadits yang mana”?

Abu Darda menjawab,

‫ليكن بالغ أحدكم من الدنيا كزاد الراكب‬

“Hendaknya perbekalan kalian di dunia ini seperti


bekalnya para musafir.”

Kata Umar, “Iya (aku mengingatnya)”

Kata Abu Darda, “Lalu apa yang kita perbuat


sepeninggal beliau, Umar”?

Keduanya pun menangis hingga waktu pagi tiba.


Profil Sang Ahli Hikmah
Zuhud Dalam Kehidupan Dunia
Abu Darda radhiallahu ‘anhu berkata, “Aku tak measa
senang, jika aku berdiri memasuki pintu masjid,
dalam keadaan mendapatkan keuntungan jual beli
setiap hari 300 Dinar, tapi tidak hadir berjamaah
shalat lima waktu. Aku tidak mengatakan
‘Sesungguhnya Allah tidak menghalalkan jual-beli
dan tidak mengharamkan riba’. Tapi aku ingin
termasuk pedagang yang perniagaan itu tidak
membuatnya lalai dari mengingat Allah.”

Ilmunya
Dari Yazid bin Umairah, ia berkata, “Saat Muadz bin
Jabal di akhir hayatnya, ada yang bertanya padanya,
‘Abu Abdurrahman, nasihatilah kami’. Muadz berkata,
‘Carilah ilmu di sisi Uwaimir (Abu Darda). Karena ia
termasuk orang yang diberikan ilmu’.”

Abu Darda radhiallahu ‘anhu adalah seorang hakim di


Damaskus. Dan ia adalah seorang ulama. Orang yang
tenang. Dan seorang cendekia.

Hubungan dengan Rabbnya


Dari Abu Darda radhiallahu ‘anhu, ia pernah shalat di
akhir malam. Ia berkata, ‘Mata-mata telah terlelap.
Bintang-bintang telah terbenam. Sementara Engkau
(Ya Allah), terus-menerus mengurusi makhluk-Mu.”

Abu Darda radhiallahu ‘anhu berakta, “Mengucapkan


Allah Akbar 100x lebih aku sukai daripada bersedekah
100 Dinar.” (Jami’ al-Ulum wa al-Hikam, Hal: 70).

Rasa Takut Kepada Allah


Abu Darda radhiallahu ‘anhu berkata, “Ada tiga hal
yang membuatku tertawa dan ada tiga hal juga
membuatku menangis. Yang membuatku tertawa
adalah para pengharap dunia, padahal kematian
selalu membuntutinya. Seorang yang lalai, padahal
tak ada yang membuatnya lalai. Orang yang tertawa
kencang, padahal dia tak tahu apakah Allah ridha
atau murka padanya. Dan yang membuatku
menangis adalah berpisah dari orang-orang tercinta,
Muhammad dan sahabatnya. Kengerian saat
sakaratul maut. Dan berdiri di hadapan Allah,
sementara aku tak tahu apakah menuju surga atau
neraka.”

Saat hendak wafat, Abu Darda radhiallahu ‘anhu


berkata kepada ontanya, “Hai Damun, jangan nanti
kau debat aku dengan permusuhan di hadapan
Rabbku. Sesungguhnya aku tak pernah membawakan
di atasmu sesuatu yang tak kau mampu
mengangkatnya.”

Semangat Dalam Menjalin Persaudaraan Karena Allah


Abu Darda radhiallahu ‘anhu berkata, “Aku
berlindung kepada Allah menemui suatu hari yang di
dalamnya aku tidak mengingat Abdullah bin
Rawahah. Apabila menemuiku dari depan, ia terbiasa
menepuk dadaku. Kalau menemuiku dari belakang, ia
tepuk punggungku. Ia berkata, ‘Uwaimir, duduklah
sebentar, marilah kita menambah iman’. Kami duduk
lalu mengingat Allah. Lalu ia berkata, ‘Uwaimir, inilah
majelis iman’.”

Saat ada yang berkata kepada Abu Darda, “Tidakkah


kau membenci saudaramu (semuslim) karena telah
berbuat maksiat demikian dan demikian”? Ia berkata,
“Yang aku benci adalah perbuatannya, tapi ia tetap
saudaraku. Namun memang, persaudaraan agama itu
lebih kuat dibanding persaudaraan karena
kekerabatan.”

Ini adalah pelajaran bagi kita. Terkadang ketika ada


teman yang futur. Ada teman yang hijrah kemudian
kembali lagi pada kebiasaan lamanya. Kita merasa
kesal. Lalu menjauhinya. Tidak lagi menyapanya
dengan ramah. Padahal yang kita benci itu adalah
maksiatnya. Bukan dia. Sehingga usaha yang kita
lakukan adalah memisahkan dirinya dari sesuatu yang
kita benci itu. Yaitu perbuatan maksiatnya.

Abu Darda radhiallahu ‘anhu berkata, “Sungguh aku


mendoakan 70 orang saudaraku dalam sujudku.
Kusebut namanya satu persatu.”

Kita boleh introspeksi diri kita sendiri. Tak usah dalam


sujud, pernahkah kita menyebut nama teman kita
dalam doa kita? Inilah persaudaraan. Inilah perasaan
cinta karena Allah. Dan inilah yang akan
mendatangkan rasa manisnya keimanan.

Semangat Dalam Berdakwah


Seorang dari Kabilah an-Nakha’ berkata, “Saat Abu
Darda tengah sakaratul maut, aku mendengarnya
berkata, ‘Aku sampaikan kepada kalian sebuah hadits
yang aku dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,

،‫ واعدد نفسك في الموتى‬،‫ فإن لم تكن تراه فإنه يراك‬،‫اعبد هللا كأنك تراه‬
‫ ومن استطاع منكم أن يشهد‬،‫وإياك ودعوة المظلوم؛‡ فإنها تستجاب‬
‫ فليفعل‬،‫الصالتين العشاء والصبح ولو حبوً ا‬
“Beribadahlah kepada Allah seakan engkau melihat-
Nya. Kalau kau tidak mampu, maka sungguh Allah
melihatmu. Siapkan dirimu pada kondisi sakaratul
maut. Kemudian waspadalah terhadap doa orang
yang dizalimi. Karena doanya tak terhalangi. Dan
siapa yang sanggup untuk hadir di jamaah dua
shalat; shalat isya dan subuh walaupun dalam
keadaan merangkak, lakukanlah!” [Hadits hasan
Riwayat ath-Thabrani].

Bersama Para Sahabat


Bersama Salman al-Farisi
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dengan sanadnya dari
Aun bin Abu Juhaifah dari ayahnya, ia berkata, “Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersaudarakan
Salman dengan Abu Darda. Suatu Ketika, Salman
mengunjungi Abu Darda. Ia lihat Ummu Darda tampil
kusut. Ia berkata, ‘Bagaimana kondisimu’?

Ummu Darda menjawab, ‘Saudaramu Abu Darda itu


tak butuh lagi dengan dunia’.

Lalu Abu Darda datang. Ia membuatkan makanan


untuk Salman. Lalu Salman mengatakan, ‘Makanlah’!

Abu Darda menjawab, ‘Aku sedang berpuasa’.


Salman berkata, ‘Aku tak akan makan sampai kau
juga ikut makan’.

Abu Darda pun makan. Saat malam tiba, Abu Darda


langsung bersiap untuk shalat malam. Kata Salman,
‘Tidurlah dulu’. Ia pun tidur. Beberapa saat kemudian
ia bangun untuk shalat. Salman Kembali mengatakan,
‘Tidurlah’. Saat akhir malam, Salman berkata,
‘Sekarang shalatlah’. Lalu keduanya pun shalat.
Setelah itu Salman berkata, ‘Sesungguhnya Rabmu
memiliki hak atas dirimu. Dirimu juga memiliki hak
atas dirimu sendiri. Demikian juga keluargamu
memiliki hak atas dirimu. Berilah kepada setiap yang
memiliki hak itu, haknya masing-masing’.

Kemudian Abu Darda menemui Nabi shallallahu


‘alaihi wa sallam. Ia menyebutkan apa yang
diucapkan Salman. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengomentari, ‘Salman benar’.”

Bersama Ubay bin Ka’ab


Abu Darda radhiallahu ‘anhu bercerita, “Suatu hari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk di atas
mimbar. Beliau berkhotbah membacakan ayat. Di sisi
beliau ada Ubay bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu. Aku
berkata, ‘Hai Ubay, kapan ayat ini diturunkan’?
Namun Ubay tidak menanggapiku. Lalu kutanyakan
Kembali. Tapi ia juga tidak mau menanggapiku
hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam turun
dari mimbar, barulah Ubay berkata, ‘Tidak ada bagian
untukmu pada Jumatmu. Kecuali kesia-siaan’.

Saat Rasulullah usai shalat, aku dekati dan


kusampaikan ucapan Ubay tadi. Aku bertanya, ‘Wahai
Rasulullah, ‘Anda tadi membaca ayat. Dan di
sampingmu ada Ubay bin Ka’ab. Kutanyakan
padanya, ‘Kapan ayat ini diturunkan’? Namun ia tidak
meladeniku. Saat Anda turun dari mimbar, ia
mengatakan bahwa Jumatku sia-sia. Lalu Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menanggapi, ‘Ubay
benar. Jika kau mendengar imammu berkhotbah,
diamlah. Sampai ia selesai khotbah’.” [HR. Ahmad
20780 dan Ibnu Majah 1111. Dishahihkan oleh al-
Albani dalam Tamamul Minnah, Hal: 338].

Bersama Para Tabi’in


Bersama Penduduk Syam
Dari Adh-Dhahak, Abu Darda radhiallahu ‘anhu
berkata, “Penduduk Damaskus sekalian, kalian adalah
saudara seagama. Dari sisi tempat, kalian adalah
tetangga. Dan pembela dari musuh-musuh. Tidak ada
yang menghalangiku untuk mencintai kalian. Hanya
saja bebanku adalah selain dari kalian. Kulihat ulama-
ulama kalian telah wafat. Sementara yang tidak
berilmu di tengah kalian tidak mau belajar.
Menurutku kalian telah menerima sesuatu yang
ditanggungkan untuk kalian. Namun kalian
meninggalkan apa yang diperintahkan kepada kalian.
Ketauhilah sesungguhnya sekelompok orang
membangun bangunan yang kokoh. Mengumpulkan
harta yang banyak. Panjang angan-angannya.
Kemudian bangunan mereka menjadi kuburan.
Angan-angan mereka hanyalah tipu daya. Harta yang
mereka kumpulkan sia-sia. Tidakkah mereka mau
belajar sehingga mereka pandai? Karena seorang
yang berilmu dan mengaji ilmu mendapatkan pahala
yang sama. Tidak ada kebaikan pada manusia pada
selain itu.”

Sikapnya Saat Penaklukkan Cyprus


Jubair bin Nufair berkata, “Saat Cyprus ditaklukkan,
penduduknya dipisah-pisahkan. Meeka saling
menangisi. Saat itu kulihat Abu Darda sedang duduk
sendiri dan menangis. Aku bertanya, ‘Abu Darda, apa
yang membuat Anda menangis padahal hari ini Allah
memulikan Islam dan pemeluknya’?

Ia menjawab, ‘Celaka engkau, Jubair! Betapa hina


seorang di sisi Allah apabila mereka meninggalkan
apa yang Dia perintahkan’.”
Dakwah dan Pendidikan
Diriwayatkan Abu Darda menulis surat kepada
Salman, “Saudaraku, manfaatkanlah masa sehatmu
dan waktu luangmu sebelum terjadi musibah yang
seseorang tak mampu menghalanginya.
Manfaatkanlah doa seseorang yang mendapat
musibah. Saudaraku, jadikanlah masjid sebagai
rumahmu. Karena aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ٍّ ’‡ ‫المس ِج ُد بيتُ ك ِّ’‡ِل تق‬


‫ٍي‬

“Masjid adalah rumah bagi setiap orang yang


bertakwa.” [Tamamul Minnah 292].

Allah Ta’ala memberikan jaminan mendapat naungan


malaikat, rahmat, dan melewati sirath menuju ridha
Allah Azza wa Jalla bagi orang-orang yang
menjadikan masjid sebagai rumahnya. Saudaraku,
sayangilah anak yatim. Dekati dan beri makan mereka
dengan makanan yang sama denganmu.
Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda saat itu ada seseorang
yang mengadukan kepada beliau tentang kerasnya
hatinya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ وامسح رأسه‬،‫ «أدن اليتيم منك‬:‫ قال‬.‫ نعم‬:‫أتحب أن يلين قلبك؟” فقال‬
‫»وأطعمه من طعامك؛ فإن ذلك يلين قلبك وتقدر على حاجتك‬.

“Apakah kau mau hatimu menjadi lembut”? “Iya”,


jawab orang tersebut. Beliau mengatakan, “Dekatkan
dirimu pada anak yatim. Usap kepala mereka. Beri
mereka makan dengan makanan yang sama
kualitasnya dengan yang kau makan. Sesungguhnya
yang demikian itu akan melembutkan hati dan
mewujudkan harapanmu.”

Saudaraku, jangan engkau terperdaya dengan


persahabatanmu dengan Rasulullah. Apabila kita
hidup panjang sepeninggal beliau, demi Allah kita tak
tahu apa yang akan terjadi pada kita.”

Dari Abu Qilabah bahwasanya Abu Darda radhiallahu


‘anhu pernah bertemu seseorang yang melakukan
dosa. Lalu orang-orang mencelanya. Abu Darda
berkata, ‘Menurut kalian bagaimana sekiranya kalian
melihat ia tengah diterkam singa, apakah kalian akan
menolongnya’? Mereka menjawab, ‘Tentu’. Abu
Darda berakta, ‘Karena itu, jangan kalian caci maki
saudara kalian ini. Pujilah Allah Azza wa Jalla yang
telah menjaga kalian (tidak melakukan dosa
tersebut)’. Mereka berkata, ‘Tidakkah engkau
membencinya (karena berbuat maksiat)’? Abu Darda
berkata, ‘Yang aku benci itu perbuatannya. Kalau dia
sudah berhenti melakukannya, dia tetap saudaraku.”

Meriwayatkan Hadits
Di antara hadits yang diriwayatkan oleh Abu Darda
adalah sebuah riwayat dari Muslim dengan sanadnya.
Dari Abu Darda radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ُ‫ ع‬،‫َات مِنْ َأ َّو ِل سُورَ ِة ا ْل َك ْهف‬


‫ص َم مِنَ ال َّد َّجا ِل‬ ْ َ‫مَنْ َح ِفظ َ ع‬
ٍ ‫شرَ آي‬

“Siapa yang menghafal sepuluh ayat dari awal surat


Al-Kahfi akan mendapat perlindungan dari Dajjal.”
[HR. Muslim 809].

Diriwayatkan oleh at-Turmudzi dengan sanadnya dari


Abu Darda radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,

َ ‫الِر ْف ِق َف َق ْد أُعْ ِط‬


َ‫ وَ مَنْ ُح ِر َم َحظ َّ ُه مِن‬،‫ي َحظ َّ ُه مِنَ ا ْلخَ ي ِْر‬ َ ‫مَنْ أُعْ ِط‬
‡’ِّ َ‫ي َحظ َّ ُه مِن‬
‫ال ِّ’‡ِر ْف ِق َف َق ْد ُح ِر َم َحظ َّ ُه مِنَ ا ْلخَ ي ِْر‬

“Siapa yang diberikan keberuntungan memiliki sifat


lemah lembut, maka sungguh dia telah diberikan
kebaikan. Siapa tidak diberikan keberuntungan
memiliki sifat lemah lembut, dia sungguh telah
dihalangi dari kebaikan.” [Shahih, di dalam kitab Ash-
Shahihah (519,876)].

Wasiat-Wasiat Abu Darda


Abu Darda radhiallahu ‘anhu adalah seorang yang
bijak. Di antara ucapan-ucapan yang lahir dari
kebijaksanaan beliau adalah

‫ ألدركه رزقه كما يدركه‬،‫لو أن رجالً هرب من رزقه كما يهرب من الموت‬
‫الموت‬

“Seandainya seseorang lari dari rezekinya


sebagaimana dia lari dari kematian, pasti rezeki
tersebut tetap mendapatkannya sebagaimana
kematian tetap mendapatkannya.”

Ucapan beliau yang lain,

‫ ومن كثرت خصومته لم‬،‫ ومن كثر حلفه كثر إثمه‬،‫من كثر كالمه كثر كذبه‬
‫يسلم دينه‬

“Siapa yang banyak ucapannya, banyak pula


bohongnya. Siapa yang banyak bersumpah, banyak
pula dosanya. Siapa yang banyak berdebat
(permusuhan), maka tak selamat agamanya.”

Abu Darda berkata,


‫ فقد ق َّل علمه وحضر‬،‫من لم يعرف نعمة هللا عليه إال في مطعمه ومشربه‬
‫ ومن لم يكن غنًيًّ’‡ا عن الدنيا فال دنيا له‬،‫عذابه‬

“Siapa yang hanya mengenal nikmat Allah hanya


pada makanan dan minuman, sungguh sedikit
ilmunya dan adzab hadir untuknya. Siapa yang tidak
cukup dengan dunia, maka tidak ada dunia baginya.”

Wafatnya
Dari Ummu Darda radhiallahu ‘anha, ia bercerita
tatkala Abu Darda tengah mengalami sakaratul maut,
ia berkata, “Siapa yang beramal mempersiapkan
untuk hari ini? Siapa yang beramal untuk saat-saat
seperti ini? Siapa yang beramal untuk kondisi
terbaring seperti ini”? Kemudian ia membaca firman
Allah,

‫وَ نُ َقِل’‡ِّبُ َأ ْف ِئ َدتَ ُه ْم وَ َأبْصَ ارَ ُه ْم َكمَا لَ ْم ي ُْؤ ِمنُوا ِب ِه َأوَّ َل َم َّر ٍة‬

“Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan


penglihatan mereka seperti mereka belum pernah
beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya.”
[Quran Al-An’am: 110]

Abu Darda radhiallahu ‘anhu wafat di Damaskus pada


tahun 32 H. Ada juga yang berpendapat tahun 31 H.
Diterjemahkan secara bebas dari
https://islamstory.com/ar/artical/33982/
‫الصحابي_أبو_الدرداء‬

Oleh Nurfitri Hadi (IG: @nfhadi07)


Artikel www.KisahMuslim.com

Read more https://kisahmuslim.com/6550-abu-
darda-orang-bijaknya-umat-ini.html#more-6550

Anda mungkin juga menyukai