Anda di halaman 1dari 49

PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN DARING

PADA MASA PANDEMI COVID-19

OLEH :
SRI RAHAYUNINGSIH, S.Pd.
NIP. 19880905 201403 2 004

DINAS PENDIDIKAN, KEPEMUDAAN, DAN OLAHRAGA


SD NEGERI PUPUS 3, KECAMATAN LEMBEYAN
KABUPATEN MAGETAN
TAHUN 2021

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : SRI WAHYUNINGSIH, S.Pd.

NIP : 19880905 201403 2 004

Jabatan : Guru

Lembaga : SD Negeri Pupus 3

Judul : PELAKSANAAN MODEL


PEMBELAJARAN DARING PADA
MASA PANDEMI COVID-19

Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa Makalah yang saya buat ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan karya atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dibuktikan Makalah ini plagiat, maka
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Magetan, 12 Desember 2020


Yang membuat pernyataan,

SRI RAHAYUNINGSIH, S.Pd.


NIP. 19880905 201403 2 004

ii
HALAMAN PENGESAHAN

MAKALAH

PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN DARING


PADA MASA PANDEMI COVID-19

Telah diserahkan dan didokumentasikan


di Perpustakkan SDN Pupus 3 Kecamatan Lembeyan
Kabupaten Magetan

Petugas Perpustakaan Yang membuat


SD Negeri Pupus 3

TRI YULIASTUTI, S.Pd. SRI RAHAYUNINGSIH, S.Pd.


NIP. 19650701 198606 2 003 NIP. 19880905 201403 2 004

iii
HALAMAN PENGESAHAN

MAKALAH

PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN DARING


PADA MASA PANDEMI COVID-19

Mengetahui
Kepala SDN Pupus 3

PONIRAN, S.Pd.
NIP. 19670406 199403 1 013

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang


Maha Esa atas limpahan rahmad dan hidayah-Nya, sehingga Penulis
dapat menyelesaikan Penulisan Makalah dengan judul
”PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN DARING PADA
MASA PANDEMI COVID-19.
Penulisan Penulisan Tindakan Kelas ini merupakan salah satu
pengembangan profesionai keguruan. Penulis menyadari dalam penyusunan
Penulisan ini banyak mendapatkan sumbangan dari beberapa pihak baik berupa
dorongan, moril maupun sumbangan pikiran dari awal sampai akhir penyusunan
Penulisan ini. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucápkan kata
terima kasih kepada :
l. Bapak Kepala Sekolah SD Negeri Pupus 3 Lembeyan
2. Bapak / Ibu guru SD Negeri Pupus 3 yang telah memberikan bantuan dalam
kelancaran pelaksanaan Penulisan ini.
3. Pihak-pihak yang telah membantu proses penulisan Makalah ini,
Semoga amal baik Bapak / Ibu serta saudara mendapat imbalan dari Tuhan
Yang Maha Esa dan semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal
dengan amal baik mereka.
Akhirnya Penulis menyadari bahwa Penulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu Penulis berharap adanya saran dan kritik yang bersifat
membangun guna kesempurntan hasil Penulisan ini. Semoga Penulisan ini
bermanfaat baik bagi Penulis khii.su.snya dan pembaca pada umumnya.

Magetan, Desember 2020


Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN ................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

KATA PENGANTAR...................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Rumusan Masalah .................................................................. 5

C. Tujuan Penulisan ................................................................... 5

D. Manfaat .................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 4

A. Landasan Teori ......................................................... 10

B. Prinsip – Prinsip Pembelajaran ................................. 11

BAB III PENUTUP .................................................................................... 33

A. Kesimpulan ............................................................................ 33

B. Saran ...................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 35

vi
ABSTRAK

Sri Wahyuningsih. 2020. Pelaksanaan Model Pembelajaran Daring Pada


Masa Pandemi Covid-19

Kata Kunci: Model Pembelajaran, Pembelajaran Daring


Tujuan penulisan ini, yaitu 1) Untuk mengetahui bagaimana
mengimplementasikan model pembelajaran daring. 2) Untuk mengetahui faktor
apa saja yang menjadi penghambat dalam implementasi pembelajaran daring, dan
3) Untuk mengetahui faktor pendukung dalam proses pembelajaran daring pada
masa pandemi covid-19 di kelas V.
Hasil penulisan menunjukkan bahwa, 1) Implementasi model
pembelajaran daring pada kelas V yaitu dengan memanfaatkan beberapa macam
aplikasi, penggunaan RPP satu lembar dan evaluasi lembar kerja tertulis yang
dapat diambil dan dikumpulkan langsung ke sekolah. 2) Faktor penghambat dalam
implementasi pembelajaran daring yaitu, kurangnya efektifitas dan efisiensi
waktu, minimnya antusias siswa dan minimnya siswa akan pemahaman materi.
3) Faktor pendukung pembelajaran daring yaitu, sekolah memfasilitasi wifi untuk
guru di sekolah, dan siswa diberikan kuota internet gratis.

vii
BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Penerapan model pembelajaran menjadi salah satu faktor utama

dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan ketika menerapkan

model pembelajaran yang sesuai maka proses pembelajaran dan hasil

belajarnya pun akan sesuai dengan yang diharapkan.

Model pembelajaran adalah seperangkat rencana atau pola yang

dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta

membimbing aktivitas pelajaran di kelas atau di tempat-tempat lain yang

melaksanakan aktivitas-aktivitas pembelajaran (Martono, 2015:71).

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan mengajar dan belajar,

dimana mengajar seringkali disebut dengan guru yang memberikan suatu

materi berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan, sedangkan belajar

adalah siswa yang menerima materi tersebut. Belajar merupakan sebuah

aktivitas manusia yang secara terus-menerus akan dilakukan selama

manusia tersebut masih hidup. Hal ini berarti menunjukkan bahwa belajar

tidak pernah dibatasi oleh waktu, tempat maupun usia, seperti yang

disebutkan pada hadist berikut:

ٍِ ‫ضةٌ عَل َى ُك ِّل ُمس‬


‫ْلم َو ُمسْل َِم ٍة‬ َِ ‫لب ْال ِع ْل ِم‬
َ ‫فر ْي‬ َ : ‫ قا َ َل َرسُوْ ُل ال ِّّل‬: ‫ك قا َل‬
َُ ‫ط‬ ٍِ َ‫َس ْب ِن مال‬
َِ ‫ع َْن ان‬

(‫)رواه ابن ماخه‬


9

“Dari Anas Bin Malik berkata: Rosulullah SAW bersabda: Menuntut ilmu

itu wajib atas setiap laki-laki dan perempuan..” (H.R Ibnu Majah).

Menurut Tutik Rachmawati, dkk (2015:38-39) Pembelajaran adalah

proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada

suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan

pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,

penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah

proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Proses Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi

antara peserta didik dan guru dalam rangka mencapai tujuannya, atau

pembelajaran adalah suatu proses membelajarkan peserta didik.

Proses pembelajaran dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun,

tidak hanya di dalam kelas saja namun diluar kelas bahkan dirumah pun

kegiatan pembelajaran bisa terus berlangsung. Pemanfaatan teknologi

informasi juga dapat membantu dalam proses pembelajaran, guru dapat

memanfaatkan teknologi informasi tersebut untuk melakukan suatu proses

pembelajaran secara daring atau pembelajaran yang dilakukan tanpa

melakukan tatap muka. Selama ini guru hanya berkutat pada metode

pembelajaran konvensional saja, yaitu metode pembelajaran yang

berlangsung secara tatap muka di kelas.


10

Pada saat ini dunia dikejutkan dengan mewabahnya suatu virus

yang bernama Corona atau yang sering disebut dengan Covid-19 (Corona

Virus Deseases-19). Virus ini mulai mewabah di Kota Wuhan, Tiongkok

dan menyebar dengan sangat cepat ke seluruh dunia, termasuk Indonesia

hanya dalam kurun waktu beberapa bulan saja. Wabah Covid-19 ini

mempengaruhi banyak sekali sektor, mulai dari bidang ekonomi, sosial,

hingga bidang pendidikan.

Karena imbas dari munculnya virus ini di bidang pendidikan

membuat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

(Mendikbud) mengeluarkan surat edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang

Pelaksanaan

Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus

Deseases-19. Agar dapat memutus rantai penyebaran virus ini pemerintah

menganjurkan untuk menutup kegiatan pembelajaran di sekolah dan

menerapkan pembelajaran daring (online).

Isu yang beredar bahwasanya hingga hari ini obat untuk virus

covid-19 masih belum ditemukan, ditambah penyebaran virus tersebut

terbilang sangat tinggi. Pemerintah dalam hal ini mengambil kebijakan

dengan melakukan pembelajaran daring untuk menghambat penyebaran

virus covid-19. Pembelajaran daring ini dianggap sangat efektif untuk

menghambat penyebaran virus covid-19.

Dalam proses pembelajaran secara daring (online) ini memberikan

banyak sekali dampak, mulai dari dampak positif hingga dampak negatif.
11

Pembelajaran secara daring (online) ini guru dituntut untuk

mempersiapkan pembelajaran sebaik dan sekreatif mungkin dalam

memberikan suatu materi. Terutama dikalangan Sekolah Dasar (SD) atau

di Madrasah Ibtidaiyah (MI) karena proses pembelajaran daring ini

tidaklah mudah. Dalam proses pembelajaran daring ini tidak hanya

melibatkan guru dan siswa saja, melainkan orang tua juga dituntut untuk

terlibat dalam proses pembelajaran daring ini. Orang tua dengan latar

pendidikan yang tinggi mungkin akan sangat mudah beradaptasi dalam

proses pembelajaran secara daring. Namun, orang tua dengan latar

belakang pendidikan yang minim mungkin jauh lebih sulit untuk

beradaptasi dengan proses pembelajaran secara daring ini dikarenakan

minimnya pengetahuan akan teknologi. Jaringan internet yang lemah juga

menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat proses pembelajaran

daring. Dikarenakan proses pembelajaran daring ini akan berjalan secara

lancar jika kualitas jaringan internet tersebut lancar dan stabil. Proses

pembelajaran secara daring (online) ini juga membuat guru kesulitan

dalam menyampaikan materi pembelajaran, dikarenakan tidak semua

siswa berantusias dalam mengikuti proses pembelajaran secara daring

(online).

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik ingin meneliti

tentang Implementasi Model Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi

Covid-19 . Penulisan tersebut dilaksanakan untuk mengetahui model

pembelajaran daring di Sekolah Dasar (SD), dikarenakan di Indonesia


12

sendiri tidak banyak sekolah yang menerapkan pembelajaran daring ini.

Pembelajaran daring ini baru dilaksanakan setelah adanya kebijakan

pemerintah tentang pelarangan melakukan pembelajaran secara tatap

muka. Hal tersebut dilakukan guna menghambat penyebaran virus

covid-19.

B.Fokus Penulisan

Dari penjelasan latar belakang di atas penulis memfokuskan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengimplementasikan model pembelajaran daring pada

masa pandemi covid-19?

2. Apakah faktor yang menjadi penghambat implementasi pembelajaran

daring pada masa pandemi covid-19?

3. Apakah faktor pendukung pembelajaran daring pada masa pandemi

covid-19?

C.Tujuan Penulisan

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Bagaimana mengimplementasikan model pembelajaran daring.

2. Faktor apa saja yang menjadi penghambat implementasi pembelajaran

daring.

3. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dalam proses pembelajaran

daring pada masa pandemi covid-19.


13

D.Manfaat Penulisan

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

1) Untuk meningkatkan mutu pendidikan serta memanfaatkan

teknologi informasi secara maksimal.

2) Untuk meningkatkan wawasan keilmuan tentang implementasi

model pembelajaran daring.

3) Dapat digunakan sebagai sumber bacaan bagi penulisan terkait

dengan implementasi model pembelajaran daring.

2. Manfaat Praktis

1) Penulisan ini diharapkan untuk menumbuhkan minat belajar

siswa dan mendorong siswa agar lebih mandiri dalam belajar

dirumah.

2) Penulisan ini diharapkan untuk meningkatkan kreativitas guru

dalam mengajar serta memanfaatkan teknologi informasi sebaik

mungkin.

3) Penulisan ini diharapkan bermanfaat untuk kedepan nya dalam

memanfaatkan teknologi informasi sebagai alat pembelajaran

untuk meningkatkan mutu pendidikan.

E.Penegasan Istilah

Penegasan istilah ini dimaksudkan untuk memperjelas kata-kata

atau istilah kunci yang diberikan dengan judul Pelaksanaan Model

Pembelajaran Daring pada Masa Pandemi Covid-19.


14

Pemaparan penegasan istilah sebagai berikut:

1. Implementasi

Menurut Usman (2002:70) Implementasi adalah bermuara pada

aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem,

implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang

terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.

Adapun pengertian implementasi menurut Setiawan (2004:39)

Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan

proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta

memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

implementasi adalah suatu kegiatan yang terencana untuk mencapai

suatu tujuan kegiatan.

2. Model Pembelajaran

Ketepatan dalam memilih model pembelajaran akan berdampak

pada keberhasilan belajar siswa serta tercapainya tujuan pembelajaran.

Menurut Adi dalam Suprihatiningrum (2013:142) menjelaskan

bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang

menggambarkan prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3. Daring/e-learning
15

Pembelajaran daring atau yang lebih sering disebut dengan

elearning merupakan pembelajaran berbasis teknologi infomasi yang

dilakukan secara online atau tidak dengan tatap muka di kelas.

Menurut Michael (2013:27) E-learning adalah pembelajaran yang

disusun ialah dengan tujuan menggunakan suatu sistem elektronik

atau juga komputer sehingga mampu untuk mendukung suatu proses

pembelajaran.
16

BAB II

PEMBAHASAN
A.Landasan Teori

1.Implementasi

Beberapa pakar mendefinisikan beberapa istilah implementasi

sebagai berikut.

Menurut kamus Bahasa Indonesia, Implementasi artinya

pelaksanaan, penerapan (Santoso, 2009:226). Dalam Oxford Advance

Learner’s Dictionary dalam bukunya Wahyudin (2014:93), dikemukakan

bahwa implementasi adalah outsome thing into effect atau penerapan

sesuatu yang memberikan efek.

Menurut Fulan (Abdul Majid, 2014:6) mengemukakan bahwa

implementasi adalah suatu proses peletakan dalam praktik tentang suatu

ide, program, atau seperangkat aktifitas baru bagi orang lain dalam

mencapai atau mengharapkan suatu perubahan. Adapun menurut Mulyadi

(2015:12) implementasi mengacu pada tindakan untuk mencapai

tujuantujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan. Tindakan ini

berusaha untuk mengubah keputusan-keputusan tersebut menjadi pola-pola

operasional serta berusaha mencapai perubahan-perubahan besar atau kecil

sebagaimana yang telah diputuskan sebelumnya.

Sejalan dengan Lister (Taufik dan Isril, 2013:136) yang

mengemukakan bahwa sebagai sebuah hasil, maka implementasi


17

menyangkut tindakan seberapa jauh arah yang telah diprogramkan itu

benar-benar memuaskan. Sedangkan Naditya dkk (2013:1088)

menyatakan, dasar dari implementasi adalah mengacu pada tindakan untuk

mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan.

Haerul (2016) menyatakan bahwa, implementasi adalah suatu aktivitas

dalam melaksanakan program-program yang telah di rumuskan untuk

mencapai tujuan organisasi.

Adapun pengertian implementasi menurut Hanifah yang telah

dikutip oleh Harsono (2002:67) mengemukakan bahwaimplementasi

adalah suatu proses untuk melaksanakan kegiatan menjadi tindakan

kebijakan dari pilitik kedalam administrasi. Syaifuddin (2006:100)

mengemukakan bahwa, implementasi disamping dipandang sebagai

sebuah proses, implementasi juga dipandang sebagai penerapan sebuah

inovasi dan senantiasa melahirkan adanya perubahan kearah inovasi atau

perbaikan, implementasi dapat berlangsung terus menerus sepanjang

waktu. Proses implementasi setidaknya ada tiga tahapan atau langkah yang

harus dilaksanakan yaitu: tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Menurut Joko Susila dalam Fathurrohman dan Sulistyorini (2012:189-191)

Implementasi merupakan suatu penerapan ide-konsep, kebijakan, atau

inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga mendapatkan dampak, baik

berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.

Menurut Mulyasa (2010:173) implementasi merupakan suatu

proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan
18

praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan,

keterampilan maupun nilai dan sikap. Pengertian implementasi menurut

Mclaughlin dan Schubert yang dikutip oleh Nurdin & Basyiruddin

(2003:70) secara sederhana implementasi diartikan sebagai pelaksanaan

atau penerapan. Implementasi merupakan aktivitas yang saling

menyesuaikan. Implementasi merupakan sistem rekayasa. Pengertian-

pengertian tersebut memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara

pada aktivitas, adanya aksi, tindakan atau mekanisme suatu sistem.

Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi

bukan sekedar aktivitas tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan

secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk

mencapai tujuan kegiatan.

Menurut Hamalik (2007:237) implementasi merupakan suatu

proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam bentuk

tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan

pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap.

Berdasarkan pemaparan diatas diperoleh bahwa implementasi

adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mencapai sebuah perubahan

yang diinginkan.

2.Model Pembelajaran

Menurut Trianto (2010:51) Model Pembelajaran adalah suatu

perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

melaksanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial.


19

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur sistematis dalam mengorganisasikan sistem belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan

melaksanakan aktivitas pembelajaran (Saefuddin & Berdiati, 2014:48).

Menurut Sagala (2005:175) model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sitematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai

tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang

pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas

belajar.

Model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau

petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu

pembelajaran (Daryanto & Raharjo, 2012:241). Dahlan dalam Isjoni

(2013:49) mengemukakan model pembelajaran dapat diartikan sebagai

suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum,

mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di

kelas. Sedangkan pembelajaran menurut Muhammad Surya dalam Isjoni

(2013:49) merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.
20

Model pembelajaran merupakan suatu rancangan (desain) yang

menggambarkan proses rinci penciptaan situasi lingkungan yang

memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran agar terjadi perubahan

atau perkembangan diri peserta didik (Sukmadinata, 2012:151). Menurut

Joyce & Weil dalam Rusman (2014:144) berpendapat bahwa, model

pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang bahkan dapat digunakan

untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),

merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran

dikelas atau lingkungan belajar lain.

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk

pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara

khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan

bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik

pembelajaran (Komalasari, 2010:57). Model pembelajaran ialah pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas

maupun tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang

akan digunakan, termasuk didalam tujuan-tujuan pembelajaran, tahaptahap

dalam kegiatan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran

dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar (Suprijono, 2010:54-55).

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar


21

peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai

pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan

melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Indrawati dan Wanwan

Setiawan, 2009:27). Adapun Soekamto dalam Ahmadi dan Sofan (2008:8)

mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran

dan pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Menurut Ibrahim (2000:2) model pembelajaran adalah pola

interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut pendekatan,

strategi, metode, teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar di kelas. Model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dan

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

tertentu dan berfungsi sebagai pedoman para perancang pembelajaran dan

para pengajar dalam merencanakan dan melakukan aktivitas pembelajaran.

Suryanto dan Jihad (2013:134) mengartikan model pembelajaran sebagai

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan

para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas

belajarmengajar.
22

Berkenaan dengan model pembelajaran, Brunce Joyce dan Marsha

Weil dalam Asnawir dan Basyirudin (2002:16) mengetengahkan empat

kelompok model pembelajaran, yaitu (1) model interaksi sosial, (2) model

pengolahan informasi, (3) model personal humanistik, dan (4) model

modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, sering kali penggunaan istilah

model pembelajaran tersebut diidentikan dengan strategi pembelajaran.

Menurut Rusman (2014:136) model pembelajaran memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.

Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara

demokratis.

2) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model

berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir

induktif.

3) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar

di kelas, misalnya model synectic dirancang untuk memperbaiki

kreativitas dalam pelajaran mengarang.

4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan

langkahlangkah pembelajaran, (2) adanya prinsip-prinsip reaksi, (3)

sistem sosial, dan (4) sistem pendukung. Keempat bagian tersebut

merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model

pembelajaran.
23

5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.

Dampak tersebut meliputi: (1) dampak pembelajaran, yaitu hasil

belajar yang dapat diukur, dan (2) dampak pengiring, yaitu hasil

belajar jangka panjang.

6) Membuat persiapan mengajar (desain intruksional) dengan pedoman

model pembelajaran yang dipilihnya.

Rofa’ah (2016:71) menjelaskan ada beberapa ciri-ciri model

pembelajaran secara khusus diantaranya adalah:

1) Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembangnya.

2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa mengajar.

3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil.

4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

Hasan mengemukakan dalam Isjoni (2013:50) bahwa untuk

memilih model yang tepat, maka perlu diperhatikan relevansinya dengan

pencapaian tujuan pengajaran. Dalam prakteknya semua model

pembelajaran bisa dikatakan baik jika memenuhi prinsip-prinsip sebagai

berikut:

1) Semakin kecil upaya yang dilakukan guru dan semakin besar aktivitas

belajar siswa, maka hal itu semakin baik.


24

2) Semakin sedikit waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifkan

siswa belajar juga semakin baik.

3) Sesuai dengan cara belajar siswa yang dilakukan.

4) Dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru.

5) Tidak ada satupun metode yang paling sesuai untuk segala tujuan,

jenis materi, dan proses belajar yang ada.

Model pembelajaran yang ideal adalah model yang mengeksplorasi

pengalaman belajar efektif, yaitu pengalaman belajar yang memungkinkan

siswa mengalami atau berbuat secara langsung dan aktif dalam sebuah

lingkungan belajarnya (Sukardi, 2013:30). Darsono dalam Hamdani

(2011:23) mengemukakan bahwa, pembelajaran menurut aliran

behavioristik adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan

dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Aliran kognitif

mendefinisikan pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk berpikir dan memahami sesuatu yang sedang

dipelajari. Model rancangan pembelajaran secara umum dapat diartikan

sebagai tampilan grafis, suatu kerangka konseptual yang melukiskan

aturan yang sistematis dalam mengorganisasikan belajar untuk mencapai

tujuan pembelajaran tertentu. Dengan demikian, aktivitas belajar mengajar

benar-benar merupakan kegiatan yang tertata secara sistematis dan

terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan (Prawiradilaga,

2007:33).
25

Menurut penjelasan beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang digunakan untuk

mencapai tujuan belajar tertentu.

3.Daring/e-learning

E-learning merupakan singkatan dari “e” yang berarti “elektronik”

dan “learning” yang berarti “pembelajaran”. E-learningmerupakan

pembelajaran yang berbasis media elektronik. Adapun menurut

Sukmadinata (2012:206-207) e pada e-learning tidak hanya singkatan dari

elektronik saja, akan tetapi merupakan singkatan dari experience

(pengalaman, extended (perpanjangan), dan expended (perluasan).

Effendi dan Hartono (2005:6) menjelaskan bahwa e-learning

merupakan semua kegiatan yang menggunakan media komputer dan atau

internet. Chandrawati (2010) menyatakan bahwa, e-learning (electronik

learning) merupakan proses pembelajaran jarak jauh dengan

menggabungkan prinsip-prinsip dalam proses pembelajaran dengan

teknologi. Brown dan Feasey (Darmawan, 2012:26) juga menjelaskan

bahwa e-learning merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan

jaringan (internet, LAN, WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi,

dan fasilitas serta didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar. Sejalan

dengan Rusman, Kurniawan & Riyana (2012:263) yang menyatakan

bahwa pembelajaran berbasis web merupakan suatu kegiatan pembelajaran

yang memanfaatkan media situs (website) yang bisa di akses melalui


26

jaringan internet. Pembelajaran berbasis web atau yang dikenal juga “web

based learning” merupakan salah satu jenis penerapan dari pembelajaran

elektronik (e-learning).

Menurut Romli (2012:34) Pengertian media daring secara umum

adalah segala jenis atau format media yang hanya bisa diakses melalui

internet berisikan teks, foto, video dan suara, sebagai sarana komunikasi

secara daring, sedangkan pengertian khusus media daring dimaknai

sebagai sebuah media dalam konteks komunikasi massa.

Menurut Munir (2009:171-172) manfaat e-learning dapat dilihat

dari dua sudut, yaitu dari sudut peserta didik dan guru:

1) Sudut peserta didik

a) Belajar di sekolah-sekolah kecil di daerah-daerah miskin untuk

mengikuti mata pelajaran tertentu yang tidak dapat diberikan oleh

sekolahnya.

b) Mengikuti program pendidikan keluarga di rumah (home

schoolers) untuk mempelajari materi yang tidak dapat diajarkan

oleh orang tuanya, seperti bahasa asing dan keterampilan di

bidang komputer.

c) Merasa phobia dengan sekolah atau peserta didik yang di rawat di

rumah sakit maupun di rumah, yang putus sekolah tapi berniat

melanjutkan pendidikannya, maupun peserta didik yang berada di

berbagai daerah atau bahkan yang berada di luar negeri, dan


27

d) Tidak tertampung di sekolah konvensional untuk mendapatkan

pendidikan.

2) Guru

a) Lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan yang

menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan tuntutan

perkembangan keilmuan yang terjadi.

b) Mengembangkan diri atau melakukan penulisan


guna

peningkatan wawasannya karena waktu luang yang dimiliki

relatif lebih banyak.

c) Mengontrol kegiatan belajar peserta didik. Bahkan guru juga

dapat mengetahui kapan peserta didiknya belajar, topik apa yang

dipelajari, berapa lama suatu topik dipelajari, serta berapa kali

topik tertentu dipelajari ulang.

d) Mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal

latihan setelah mempelajari topik tertentu, dan

e) Memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya

kepada peserta didik.

Selain itu, manfaat e-learning dengan penggunaan internet,

khususnya dalam pembelajaran jarak jauh antara lain:

1) Guru dan siswa dapat berkomunikasi dengan mudah dan cepat

melalui fasilitas internet tanpa dibatasi oleh tempat, jarak dan

waktu. Secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi

bisa dilaksanakan.
28

2) Guru dan siswa dapat menggunakan materi pembelajaran yang

ruang lingkup (scope) dan urutan (sekuensnya) sudah sistematis

terjadwal melalui internet.

3) Dengan e-learning dapat menjelaskan materi pembelajaran yang

sulit dan rumit menjadi mudah dan sederhana. Selain itu, materi

pembelajaran dapat disimpan dikomputer, sehingga siswa dapat

mempelajari kembali atau mengulang materi pembelajaran yang

telah dipelajarinya setiap saat dan dimana saja sesuai dengan

keperluannya.

4) Mempermudah dan mempercepat mengakses atau memperoleh

banyak informasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran

yang dipelajarinya dari berbagai sumber informasi dengan

melakukan akses di internet.

5) Internet dapat dijadikan media untuk melakukan diskusi antara

guru dengan siswa, baik untuk seorang pembelajar, atau dalam

jumlah pembelajar terbatas, bahkan massal.

6) Peran siswa menjadi lebih aktif mempelajari materi pembelajaran,

memperoleh ilmu pengetahuan atau informasi secara mandiri,

tidak mengandalkan pemberian dari guru, disesuaikan pula

dengan keinginan dan minatnya terhadap materi pembelajaran.

7) Relatif lebih efisien dari segi waktu, tempat dan biaya.


8) Bagi pembelajar yang sudah bekerja dan sibuk dengan

kegiatannya sehingga tidak mempunyai waktu untuk datang ke


29

suatu lembaga pendidikan maka dapat mengakses internet

kapanpun sesuai dengan waktu luangnya.

9) Dari segi biaya, penyediaan layanan internet lebih kecil biayanya

dibanding harus membangun ruangan atau kelas pada lembaga

pendidikan sekaligus memeliharanya, serta menggaji para

pegawainya.

10) Memberikan pengalaman yang menarik dan bermakna bagi siswa

karena dapat berinteraksi langsung, sehingga pemahaman

terhadap materi akan lebih bermakna pula (meaning full), mudah

dipahami, diingat dan mudah pula untuk diungkapkan.

11) Kerja sama dalam komunitas online yang memudahkan dalam

transfer informasi dan melakukan suatu komunikasi sehingga

tidak akan kekurangan sumber atau materi pembelajaran.

12) Administrasi dan pengurusan terpusat sehingga memudahkan

dalam melakukan akses atau dalam operasionalnya.

13) Membuat pusat perhatian dalam pembelajaran.

Menurut Siahaan (2002) setidaknya ada 3

(tiga) fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di

dalam kelas (classroom instruction), yaitu:

1. Suplemen (tambahan)

Dikatakan berfungsi sebagai suplemen, apabila peserta didik

mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi


30

pelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada

kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi

pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya operasional, peserta didik

yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan

atau wawasan.

2. Komplemen (pelengkap)

Dikatakan berfungsi sebagai komplemen, apabila materi

elearning diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang

diterima siswa di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi

elearning di programkan untuk menjadi materi encrichment

(pengayaan) atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran konvensional.

Sebagai encrichment, apabila peserta didik dapat dengan cepat

menguasai/memahami materi pelajaran yang disampaikan guru secara

tatap muka diberikan kesempatan untuk mengakses materi e-

learningyang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka.

Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta

didik terhadap materi pelajaran yang disajikan guru di kelas. Sebagai

remedial, apabila peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami

materi pelajaran yang disampaikan guru secara tatap muka di kelas.

Tujuannya agar peserta didik semakin lebih mudah memahami materi

pelajaran yang disajikan guru di kelas.


31

3. Subtitusi (pengganti)

Tujuan dari e-learning sebagai pengganti kelas konvensional

adalah agar peserta didik dapat secara fleksibel mengelola kegiatan

perkuliahan sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari. Ada 3

(tiga) alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat diikuti

peserta didik:

1) Sepenuhnya secara tatap muka (konvensional).

2) Sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet,

atau bahkan,

3) Sepenuhnya melalui internet.

Menurut Munir (2009:173-174) faktor yang perlu dipertimbangkan

dalam memanfaatkan e-learning untuk pembelajaran jarak jauh adalah

memillih internet untuk kegiatan pembelajaran. memilih internet ini ada

beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu:

1.Analisis kebutuhan (need analysis)

Pemanfaatan e-learning sangat tergantung pada pengguna dalam

memandang atau menilai e-learning tersebut. Digunakannya teknologi

tersebut jika e-learning itu sudah merupakan kebutuhan. Untuk

menentukan apakah seseorang atau lembaga pendidikan

membutuhkan atau tidak e-learning itu, maka diperlukan analisis

kebutuhan. Analisis kebutuhan ini untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang muncul, yaitu apakah fasilitas pendukungnya sudah

memadai, apakah didukung oleh dana yang memadai, dan apakah ada
32

dukungan dari pembuat kebijakan. Jika berdasarkan analisis

kebutuhan itu diputuskan bahwa e-learning diperlukan, maka perlu

membuat studi kelayakan (fasibilitystudy). Ada beberapa komponen

penilaian dalam studi kelayakan yang perlu dipertimbangkan, antara

lain:

a. Secara teknis, apakah jaringan internet bisa dipasang beserta

infrasruktur pendukungnya, sepeti jaringan komputer, instalasi

listrik, saluran telepon, dan sebagainya.

b. Sumber daya manusianya yang memiliki pengetahuan dan

kemampuan atau ketetampilan (skill dan knowledg) yang secara

teknis bisa mengoperasikannya.

c. Secara ekonomis apakah kegiatan vang dilakukan dengan elearning

ini menguntungkan atau tidak, apakah akan membutuhkan biaya

yang besar atau kecil.

d. Secara sosial, apakah sikap (attitude) masyarakat dapat

menerimanya atau menolak terhadap penggunaan e-learning

sebagai bagian dari teknologi dan omunikasi. Untuk itu perlu

diciptakan sikap (attitude) yang positif terhadap e-learning,

khususnya. Dan teknologi informasi dan komunikasi pada

umumnya, agar bias mengerti potensi dan dampaknya bagi

pembelajar dan masyarakat.


33

2.Rancangan pembelajaran

Dalam menentukan rancangan pembelajaran perlu

dipertimbangkan beberapa hal, antara lain:

a. Course content and learning unit analysis (Analisis isi

pembelajaran), seperti ruang lingkup (scope) dan urutan

(sequence) materi pembelajaran, atau topik yang relevan.

b. Learner analysis (analisis pembelajar), seperti: latar belakang

pendidikan, usia, status pekerjaan, dan sebagainya.

c. Learning context analysis(analisis berkaitan dengan

pembelajaran), seperti: kompetensi pembelajaran yang akan dan

ingin dibahas secara mendalam pada rancangan ini.

d. Intructional analysis (analisis pembelajaran), seperti: materi

pembelajaran yang akan dikelompokkan menurut kepentingannya,

menyusun tugas-tugas dari yang mudah hingga yang sulit, dan

seterusnya.

e. State instructional objectives (tujuan pembelajaran) yang disusun

berdasarkan hasil dari analisis pembelajaran.

f. Contruct criterion test items (penyusun tes) yang didasarkan dari

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

g. Select instructional strategt (strategi pemilihan pembelajaran)

yang dapat ditetapkan berdasarkan fasilitas yang ada.


34

3. Tahap pengembangan

Pengembangan e-learningdilakukan mengikuti perkembangan

fasilitas teknologi informasi dan komunikasi yang tersedia. Selain itu,

pengembangan prototype materi pembelajaran dan rancangan

pembelajaran yang akan digunakan pun perlu di pertimbangkan dan di

evaluasi secara terus menerus.

4. Pelaksanaan

Prototype yang sudah lengkap dapat dipindahkan ke jaringan

komputer (LAN). Untuk itu pengujian terhadap prototype hendaknya

terus menerus dilakukan. Dengan pengujian ini akan diketahui

berbagai hambatan yang dihadapi, seperti berkaitan dengan

management course tool, apakah materi pembelajarannya memenuhi

standar materi pembelajaran mandiri (self learning materials).

5. Evaluasi

Sebelum dilakukan evaluasi, program terlebih dahulu diuji coba

dengan mengambil beberapa sample orang. Dari uji coba ini baru

dilakukan evaluasi. Prototype perlu dievaluasi dalam jangka waktu

relative lama dan secara terus menerus untuk diketahui kelebihan dan

kekurangannya. Proses dari kelima tahapan tadi di perlukan waktu

yang relative lama dan dilakukan berulang kali, karena prosesnya

terjadi secara terus menerus. Masukan dari pembelajar atau pihak lain

sangat di perlukan untuk perbaikan program tersebut.


35

Menurut beberapa penjelasan para ahli diatas tentang

daring/elearning dapat disimpulkan bahwa daring/e-learning merupakan

pembelajaran yang berbasis media elektronik seperti smartphone,

komputer/laptop yang memanfaatkan jaringan internet sebagai metode

penyampaian, interaksi, dan fasilitas yang berisikan teks, foto, video dan

suara sebagai bentuk sarana pelayanan pembelajaran jarak jauh.

B.Temuan Penulisan

Hasil penulisan mengenai implementasi model pembelajaran

daring adalah sebagai berikut:

1.Implementasi Model Pembelajaran Daring

Pembelajaran yang digunakan di SDN Pupus 3 pada masa

pandemi covid-19 yaitu pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau daring

yang sudah dilaksanakan dari pertengan bulan Maret 2020 hingga

saat ini. Pembelajaran jarak jauh ini dilaksanakan sesuai dengan

anjuran yang telah ditentukan oleh pemerintah guna memutus

mata rantai penyebaran virus covid-19.

Adapun model pembelajaran yang di terapkan oleh guru kelas V

SDN Pupus 3 yaitu menggunakan video pembelajaran,

penugasan tertulis dan praktek.

“Model pembelajaran daring pada Kelas V SDN Pupus 3di

mulai dari pertengahan bulan Maret 2020 hingga saat ini dan

akan terus dilakukan sampai akhir semester ganjil pada bulan

Desember 2020. Model pembelajaran daring yang digunakan


36

yaitu menggunakan video pembelajaran, penugasan tertulis, dan

praktek. Dalam praktek, siswa ditugaskan untuk membuat sebuah

karya yang divideokan dan diperlihatkan hasilnya lalu dikirimkan

ke guru kelas”.

Adapun aplikasi yang digunakan oleh guru Kelas V SDN

Pupus 3dalam melaksanakan pembelajaran daring tersebut

seperti, Whatsapp, Google Form, Google Meet, dan Kine Master.

Aplikasi yang digunakan oleh guru tersebut tentu memiliki

fungsinya masing-masing guna menunjang pembelajaran daring

di Kelas V SDN Pupus 3.

Model rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

digunakan dalam pembelajaran daring selama masa pandemi

covid-19 di SDN Pupus 3 yaitu rencanaan pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan anjuran pemerintah.

Proses penilaian atau evaluasi yang dilakukan oleh guru

Kelas V SDN Pupus 3 yaitu dengan memberikan tugas tertulis

dan tugas praktek kepada siswa.

Tugas tertulis yang diberikan oleh guru kelas tidak hanya

melalui aplikasi saja. Namun untuk pemberian dan pengumpulan

tugas tertulis juga dilakukan secara langsung ke sekolah oleh

siswa. Pengambilan serta pengumpulan tugas didampingi oleh

orang tua siswa, dengan mematuhi protokol kesehatan.


37

2.Faktor Penghambat Implementasi Pembelajaran Daring di

Kelas V

Faktor penghambat dalam mengimplementasikan

pembelajaran daring diKelas V yaitu, kurangnya efektifitas dan

efisiensi waktu dikarenakan orang tua siswa yang sibuk bekerja.

Adapun faktor penghambat lainnya yaitu, terkendala dalam sinyal

dan kuota internet. Sinyal yang tidak stabil serta terbatasnya

kuota internet membuat guru dan siswa dalam proses

pembelajaran daring tersebut tidak berjalan dengan maksimal.

Faktor penghambat lainnya dalam mengimplementasikan

pembelajaran daring diKelas V, yaitu dari antusias siswa yang

kurang. Kurangnya antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran

daring lebih dari setengah jumlah siswa dikelas.

Antusias siswa yang minim juga mempengaruhi siswa

dalam memahami materi pembelajaran yang diberikan oleh guru

dalam pembelajaran daring.

3.Faktor Pendukung Pembelajaran Daring


Faktor pendukung dari proses pembelajaran daring ini

yaitu, sekolah memfasilitasi wifi untuk guru-guru guna

menunjang proses pembelajaran daring selama guru berada

disekolah. Fasilitas wifi yang diberikan oleh sekolah digunakan

untuk membuat video pembelajaran dan memberikan video

pembelajaran tersebut kepada siswa.


38

Adapun faktor pendukung lainnya, yaitu sekolah

memberikan kuota internet gratis setiap bulannya kepada siswa.

C.Analisis Hasil Penulisan

Setelah data diketahui sebagaimana penulis sajikan pada fakta

temuan diatas, maka tindak lanjut dari penulisan ini yaitu analisis data

yang terkumpul menggunakan metode penulisan kualitatif deskriptif

secara terperinci.

1.Implementasi Model Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ)

merupakan pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara

guru dengan siswa. Pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh

(PJJ) ini dirasa sangat efektif untuk saat ini, guna memutus mata rantai

penyebaran virus covid-19. Model pembelajaran yang tepat, yang

diberikan oleh guru kepada siswa khususnya siswa sekolah dasar atau

madrasah ibtidaiyah yaitu model pembelajaran yang menyenangkan,

fleksibel, singkat dan mudah dipahami oleh siswa.

Pelaksanaan pembelajaran adalah suatu proses yang diatur

sedemikian rupa menurut langkah-langkah yang disusun dalam

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) agar pelaksanaan mencapai

hasil yang diharapkan. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

yang buat oleh guru selama masa pandemi ini sama dengan

pembuatan RPP pada umumnya, namun dalam pembelajaran daring

ini guru membuat RPP yang lebih ringkas yaitu penggunaan RPP
39

daring satu lembar sesuai dengan anjuran yang diberikan oleh

pemerintah. Dalam proses pembelajaran daring ini guru memberikan

video pembelajaran kepada siswa setiap hari melalui aplikasi

whatsapp dan melakukan review materi melalui aplikasi google meet

setiap minggunya.

Video pembelajaran yang diberikan oleh guru dibuat semenarik

mungkin agar siswa tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran

secara daring ini. Guru juga dapat menggunakan bahasa yang

sederhana dan mudah dimengerti agar siswa tidak kesulitan dalam

memahami materi yang diberikan oleh guru tersebut.

Pelatihan pembuatan video pembelajaran untuk guru juga sangat

diperlukan, sekolah dapat memfasilitasi guru-guru dengan melakukan

pelatihan pembuatan video pembelajaran yang menarik dengan

menggunakan berbagai macam aplikasi, diantaranya guru dapat

membuat video pembelajaran menggunakan aplikasi powtoon dan

aplikasi sejenis lainnya, kemudian video pembelajaran tersebut dapat

di upload ke youtube sebagai bahan ajar. Siswa dapat mengakses

video pembelajaran tersebut melalui youtube dan dapat

mendownloadnya untuk dipelajari secara ulang. Kurangnya

pemahaman guru terhadap teknologi juga dapat menghambat

keberhasilan pelaksanaan pembelajaran daring itu sendiri, penggunaan

berbagai macam aplikasi untuk membuat video pembelajaran dirasa


40

sangat penting, terlebih untuk siswa Kelas V yang masih tergolong

dalam kelas rendah.

Menurut Riyana (2007:8-11) untuk menghasilkan video

pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi dan efektifitas

penggunanya maka pengembangan video pembelajaran harus

memperhatikan karakteristik dan kriterianya sebagai berikut:

a. Clarity of Massage (kejelasan pesan)

Dengan media video siswa dapat memahami pesan

pembelajaran secara lebih bermakna dan informasi dapat diterima

secara utuh sehingga dengan sendirinya informasi akan tersimpan

dalam memori jangka panjang dan bersifat retensi.

b. Stand Alone (berdiri sendiri)

Video yang dikembangkan tidak bergantung pada bahan ajar

lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar

lain.
c. User Friendly (bersahabat/akrab dengan pemakainya)

Media video menggunakan bahasa yang sederhana, mudah

dimengerti, dan menggunakan bahasa yang umum. Paparan

informasi yang ditampilkan bersifat membantu dan bersahabat

dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam

merespon, mengakses sesuai dengan keinginan.

d. Representasi isi
41

Materi harus benar-benar representatif, misalnya materi simulasi

atau demonstrasi. Pada dasarnya materi pelajaran baik sosial

maupun sains dapat dibuat menjadi media video.

e. Visualisasi dengan media

Materi dikemas secara multimedia terdapat didalamnya teks,

animasi, sound, dan video sesuai tuntutan materi. Materi-materi

yang digunakan bersifat aplikatif, berproses, sulit terjangkau

berbahaya apabila langsung dipraktikan, memiliki tingkat

keakurasian tinggi.

f. Menggunakan kualitas resolusi yang tinggi

Tampilan berupa grafis media video dibuat dengan teknologi

rekayasa digital dengan resolusi tinggi tetapi support untuk setiap

spech sistem komputer.

g. Dapat digunakan secara klasikal atau individual

Video pembelajaran dapat digunakan oleh para siswa secara

individual, tidak hanya dalam setting sekolah, tetapi juga dirumah.

Dapat pula digunakan secara klasikal dengan jumlah siswa

maksimal 50 orang bisa dapat dipandu oleh guru atau cukup

mendengarkan uraian narasi dari narator yang telah tersedia dalam

program.

Sejalan dengan A. Kurniawati, dkk (2013) menjelaskan bahwa,

media video mampu menarik perhatian siswa, meningkatkan daya

imajinasi siswa, meningkatkan daya berpikir kritis dan memicu


42

siswa untuk lebih berpartisipasi serta antusias, sehingga nantinya

siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu,

media video memiliki fungsi untuk menghadirkan sesuatu yang

konkrit, meskipun tidak berbentuk fisik. Belajar dengan

menggunakan indera ganda penglihatan dan pendengaran dapat

memberikan keuntungan bagi siswa untuk lebih memahami materi

yang dijelaskan oleh guru.

Penilaian adalah bagian yang sangat penting di dalam dunia

pendidikan, karena penilaian merupakan bahan evaluasi selama

proses pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan dalam proses

pembelajaran daring yaitu dengan pemberian tugas kepada siswa

dalam bentuk tertulis maupun dalam bentuk video.

Evaluasi yang diberikan juga dapat berupa pengambilan tugas

dan pengumpulan tugas secara langsung ke sekolah yang

didampingi oleh orang tua siswa. Evaluasi yang dilakukan oleh

guru Kelas V ini dirasa cukup efektif karena evaluasi tidak hanya

dilakukan secara tatap muka melalui aplikasi google meet, atau

penugasan melalui aplikasi google form dan aplikasi whatsapp saja.

Namun evaluasi juga dapat berbentuk lembar kerja tertulis yang

dapat diambil dan dikumpulkan langsung kesekolah.

Dalam penilaian tersebut guru dapat melakukan penilaian

melalui kreatifitas siswa, keaktifan siswa saat pembelajaran daring,

dan lain sebagainya. Penilaian dapat dilakukan dalam berbagai


43

bentuk, tidak melulu hanya melakukan penilaian secara

pengetahuan tetapi juga melakukan penilaian keterampilan,

keaktifan dan kreatifitas siswa sesuai dengan materi yang guru

berikan.

Arifin (2013:5) mengemukakan bahwa, evaluasi adalah suatu

proses bukan suatu hasil. Hasil yang diperoleh dari kegiatan

evaluasi adalah gambaran kualitas daripada sesuatu, baik yang

menyangkut tentang nilai atau arti. Sedangkan kegiatan untuk

sampai kepada pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi.

Gronlund dikutip oleh Purwanto (2010:3) merumuskan pengertian

evaluasi sebagai berikut:

“Evaluation ...a systematic process of determining the extent to

which instructional obcectives are achieved by pupils”. (Evaluasi

adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau

membantu keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran

telah dicapai oleh siswa.

2.Faktor Penghambat Implementasi Pembelajaran Daring

Kunci penting dalam keberhasilan pembelajaran daring ini

adalah komunikasi antar wali kelas dengan orang tua siswa, karena

dalam proses pembelajaran ini siswa tidak dapat bertatap muka

langsung dengan guru, maka orang tua yang menjadi guru utama

dirumah. Berbagai macam latar belakang pekerjaan orang tua siswa

membuat pembelajaran daring itu sendiri menjadi kurang maksimal,


44

dikarenakan orang tua siswa tidak dapat mendampingi anaknya dalam

mengikuti pembelajaran daring sehingga berdampak pada kurangnya

efektifitas dan efisiensi waktu dalam proses pembelajaran daring.

Guru diharuskan untuk selalu siap mendampingi siswa dari pagi

hingga malam hari. Hal ini berkaitan dengan kinerja guru, dimana

yang seharusnya guru mempersiapkan materi untuk hari berikutnya

namun guru masih merasa terbebani oleh materi yang belum tuntas

dihari tersebut.
Perencanaan merupakan hal yang sangat penting untuk

dilaksanakan di lembaga pendidikan. Tanpa adanya perencanaan,

sekolah bisa jadi mengalami kesulitan dalam mewujudkan tujuan yang

ingin dicapai. Dengan adanya perencanaan, pekerjaan dapat lebih

terarah dan jelas. Perencanaan pembelajaran daring secara terstruktur

dapat mempengaruhi keberhasilan dalam melakukan proses

pembelajaran daring tersebut. Keberhasilan proses pembelajaran

daring tersebut dapat dilihat dari persentase antusias siswa dalam

mengikuti pembelajaran. Minimnya persentase antusias siswa sangat

mempengaruhi pemahaman siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Pembelajaran terstruktur merupakan seperangkat tindakan yang

dirancang untuk proses belajar peserta didik dengan

mempertimbangkan kejadian-kejadian internal yang berlangsung

didalam peserta didik. Proses pembelajaran yang berhasil guna

memerlukan teknik, metode, dan pendekatan tertentu sesuai dengan


45

karakteristik tujuan, peserta didik, materi dan sumber ajar, sehingga

diperlukan strategi yang tepat (Nurmin Lasapa dkk, 2017).

Pembelajaran terstruktur adalah bentuk pembelajaran sistematis,

dalam pelaksanaan pembelajaran terstruktur, guru menyampaikan

tujuan yang ingin dicapai dalam proses itu. Dapat juga pembelajaran

terstruktur ini disebutkan sebagai pembelajaran yang berorientasi pada

tujuan yang ingin dicapai (Ummu Nadifah, 2018).

3.Faktor Pendukung Pembelajaran Daring

Dalam mengimplementasikan pembelajaran daring tentu

berbeda dengan pengimplementasian pembelajaran secara langsung

tatap muka di dalam kelas. Dalam mengimplementasikan

pembelajaran daring, guru tentu harus melibatkan orang tua, dimana

peran orang tua adalah kunci sukses dari proses pembelajaran daring

itu sendiri. Dalam pembelajaran daring pun, diperlukan kualitas sinyal

yang stabil maupun kuota internet yang memadai guna menunjang

keberhasilan pembelajaran daring.

Adapun faktor pendukung dalam pembelajaran daring yaitu,

sekolah memfasilitasi wifi untuk guru sebagai sarana untuk

memberikan materi pembelajaran daring selama guru masih berada

dilingkungan sekolah. Namun jaringan wifi tersebut hanya bisa

digunakan ketika guru masih di dalam lingkungan sekolahan. Hal ini

membuat guru harus mengeluarkan biaya sendiri untuk membeli kuota

internet di luar jam pembelajaran.


46

Adapun faktor pendukung lainnya dalam pembelajaran daring,

yaitu, sekolah memfasilitasi kuota internet setiap bulannya kepada

siswa. Akan tetapi pihak sekolahan tidak dapat mengontrol

penggunaan kuota internet tersebut.


BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penulisan dan pembahasan pada bab

sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Implementasi model pembelajaran daring pada Kelas V yaitu dengan

memanfaatkan beberapa macam jenis aplikasi seperti whatsapp,

google form, google meet dan kine master untuk membuat video

pembelajaran. Guru membuat video pembelajaran dan

mengirimkannya melalui aplikasi whatsapp agar siswa dapat

membuka kembali materi pembelajaran yang diberikan oleh guru

tersebut dan mempelajarinya ulang. Rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang digunakan yaitu rencana pelaksanaan

pembelajaran daring satu lembar sesuai dengan anjuran pemerintah,

dan evaluasi yang dilakukan oleh guru tidak hanya melalui aplikasi

google meet dan google form saja. Evaluasi yang diberikan juga dapat

berbentuk lembar kerja tertulis yang dapat diambil dan dikumpulkan

langsung ke sekolah.

2. Faktor penghambat dalam mengimplementasikan pembelajaran daring

yaitu, kurangnya efektifitas dan efisiensi waktu dikarenakan orang tua

siswa yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak dapat

mendampingi anaknya dalam proses pembelajaran daring, minimnya


antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran daring yang berdampak

pada minimnya pemahaman siswa akan materi yang diberikan oleh

guru kepada siswa.

3. Adapun faktor pendukung dalam pembelajaran daring tersebut yaitu,

sekolah memfasilitasi wifi untuk guru disekolah sebagai sarana untuk

memberikan materi pembelajaran daring kepada siswa, dan sekolah

juga memfasilitasi siswa dengan memberikan kuota gratis setiap

bulannya.

B.Saran

Saran yang terkait tentang upaya guru dalam implementasi

pembelajaran daring adalah sebagai berikut:

1. Kepada peserta didik, agar tetap selalu bersemangat dalam mengikuti

proses pembelajaran secara daring.

2. Kepada guru, agar tetap selalu membimbing dan mendampingi dengan

sabar serta membuat video pembelajaran semenarik mungkin agar

siswa lebih tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran secara

daring.

3. Kepada para orang tua, agar tetap selalu mendampingi dan selalu

memberikan perhatian kepada anaknya serta memberikan dorongan

kepada anaknya untuk selalu bersemangat dalam mengikuti proses

pembelajaran secara daring.


DAFTAR PUSTAKA

A.Kurniawati, dkk. 2013. Implementasi Metode Penugasan Analisis Video pada


Materi Perkembangan Kognitif, Sosial dan Moral. Jurnal Pendidikan
IPA Indonesia, Volume 2, Nomor 2.
Abdul Majid. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Interes Media.
Ahmadi, Lif Khoiru dan Sofan Amri. 2011. Paikem Gembrot. Jakarta: Prestasi
Pustakarya.

Allen, Michael. 2013. Michael Allen’s Guide to E-learning. Canada: Jonh Willey
& Sons.
Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Asnawir dan Basyiruddin Usman. 2002. Model Pembelajaran. jakarta: Ciputat
Pers.
Chandrawati, Sri Rahayu. 2010. Pemanfaatan E-Learning Dalam Pembelajaran.
Jurnal Cakrawala Kependidikan, Volume 8, Nomor 2.
Darmawan, D. 2012. Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Daryanto dan Raharjo Muljo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:
Gava Media.
Dewi, Wahyu Aji Fatma. 2020. Dampak Covid-19 Terhadap Implementasi
Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan,
Volume 2, Nomor 1.
Effendi, Empy dan Hartono Zhuang. 2005. e-Learning Konsep dan Aplikasi.
Yogyakarta: Andi.
Fathurrohman, Muhammad dan Sulistyorini. 2012. Implementasi Manajemen
Peningkatan Lembaga Pendidikan Islam Secara Holistik.
Yogyakarta: Teras.
Haerul, Haedar Akib dan Hamdan. 2016. Implementasi Kebijakan Program
Makassar Tidak Rantasa (MTR) di Kota Makassar. Jurnal
Administrasi Publik, Volume 6, Nomor 2.
Hamalik, Oemar. 2007. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai