Skala likert juga menggunakan poin skala 7 dan 9. Secara teknis, ini dikenal
sebagai skala tipe Likert karena konstruksinya sering kurang ketat. Namun,
keuntungan dari skala point 7 dan 9 adalah perkiraan yang lebih baik dari kurva
respons normal dan ekstraksi variabilitas lebih banyak di antara responden. Nilai-
nilai untuk setiap pilihan biasanya tidak dicetak pada instrumen, tetapi nilai-nilai
tersebut ditunjukkan pada gambar berikut untuk mengilustrasikan sistem skoring.
Ada tiga pendapat tentang data yang dihasilkan oleh Skala Likert,
yaitu:
Saat tiba giliran saya menguji mahasiswa tersebut, saya jelaskan bahwa si mahasiswa
tidak salah karena menggunakan pendapat yang kedua, Artinya, si mahasiswa
mempunyai dasar menggunakan pendapat yang kedua, yaitu apa yang disampaikan oleh
salah satunya dalam buku Cooper and Schindler. Sipenguji tadi hanya diam dan merasa
tercerahkan dengan penjelasan yang saya sampaikan bahwa ada tiga pendapat tentang
jenis data yang dihasilkan oleh Skala Likert.
Kemudian, saya meminta si mahasiswa tersebut untuk mencantumkan di Bab III tesisnya
bahwa Skala Likert dalam penelitian ini menghasilkan data interval sebagai mana
yang dikemukakan oleh Cooper and Schindler (2014:278) bahwa “The (Likert) scale
produces interval data (Skala Likert menghasilkan data interval).
Anda sekalian juga harus mengutip apa yang saya tulis ini di Bab III tesis kalian jika skala
likert kalian menghasilkan data interval. Bagian yang harus kalian kuti[ adalah bagian
yang saya tebalkan huruf-nya.
Mungkin anda akan bertanya pada saya, “Apa implikasi, atau bahasa
sederhannya, konsekuensi dari pemilihan terhadap salah satu dari tiga
pendapat tersebut ?”.
Good Qustion, pertanyaan ini pasti akan ditanyakan oleh mahasiswa yang memiliki keinginantahuan yang
bsar dan serius dalam mendalami mata kuliah ini.
Saya mungkin tidak menjelaskan detail tentang masalah ini dikarenakan saya yakin anda sekalian telah
mendapatkan mata kuliah statistic. Saya yakin anda telah paham apa yang menjadi jawaban dari pertanyaan
tersebut.
Pemilihan salah satu dari tiga pendapat tersbut memiliki konsekuensi pada metode statitisk yang
dapat anda gunakan dalam penelitian anda.
• Pendapat Pertama yang menyatakan bahwa skala likert menghasilkan data ordinal memiliki konsekuensi
pada metode statistic yang anda gunakan adalah statitstik non parametric, seperti mean, modus, median
dan sebagainya.
• Pendapat Kedua yang menyatakan bahwa skala likert menghasilkan data interval memiliki konsekuensi
pada metode statistic yang anda gunakan adalah statitstik parametric. Statistik parametribc bisa
mengoperasikan apa yang bisa dioperasikan dalam statistic non parametric. Lebih jauh, statistic parametric
bisa menggunakan metode regresi, path analysis, structural equation modelling, dan sebagainya.
• Pendapat Ketiga yang menyatakan skala likert menghasilkan data ordinal dan dikonversi (diubah) menjadi
data interval dengan menggunakan MSI (Method Successive Interval) mengikuti konsekuensi yang
digunakan pendapat kedua.
Sekali anda mungkin akan bertanya
pada saya, “Pak, kami belum
mengerti dengan penjelasan yang
bapak sampaikan?”.
Ok kalau begitu. Kalo berkaitan dengan menggunaan statistic deskriptif yang merupakan bagian
dari statistic nonparametric, seperti modus, median, mean dan sebagainya, saya rasa sudah
jelas karena anda telah diberikan dengan baik mata kuliah statitistik. Setidaknya demikian,
persepsi saya.
Yang harus diingat adalah kuesioner itu adalah instrument penelitian yang dibuat
untuk mendapatkan gambaran variable-variable penelitian secara lengkap sehingga
tercapai maksud dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.
Pak, kami masih belum paham bagaimana membuat kuesioner ?
Ok saya jelaskan secara praktis ya.
Kuesioner dibuat berdasarkan teori dan konsep (textbook dan Jurnal Ilmiah) yang telah kita kutip pada Bab II.
Sebahagian peneliti menyusun kuesioner sendiri dengan mengacu pada teori dan konsep, sebahagian lagi ada
yang mengambil langsung kuesioner dari penelitian sebelumnya. Sementara itu ada juga yang
mengkombinasikan antara yang pertama dan yang yang kedua. Jika kita simpulkan penyusunan kuesioner
sebagai berikut:
1. Menyusun sendiri kuesioner penelitian berdasarkan teori dan konsep. Dalam hal ini, yang patut diperhatikan
adalah penyusunan kuesioner penelitian harus disesuaikan dengan tempat penelitian. Janganlah jika teori da
konsep yang kita gunakan menggunakan contoh Perusahaan Besar lalu kita gunakan untuk tempat penelitian
kita yang hanya perusahaan kecil. Kita harus mempu menyesuaikan teori dan konsep dengan tempat
penelitian kita. Misalnya, teori dan konsep yang ada menyatakan untuk mengukur kinerja perusahaan
menggunakan 10 pendkatan. Jika kita nilai bahwa perusahaan tempat kita melakukan tidak komplek maka
kita dapat mengeliminir/mengurangi kriterianya dari 10 ke 7. Ini sangat tergantung dari penguasaan si peneliti
tentang perusahaan yang di teliti.
2. Menyusun kuesioner dengan mengambil dari penelitian sebelumnya. Dalam hal ini yang harus diingat bahwa
jika anda mengambil kuesioner dari penelitian sebelumnya, diusahakan tempat penelitian yang di penelitian
sebelumnya harus sama dengan tempat penelitian anda. Misalnya, anda meneliti di BNI Syariah maka
penelitian sebelumnya yang anda ambil juga BNI Syariah atau yang sejenisnya, seperti Mandiri Syariah,
Niaga Syariah. Jika anda meneliti diperusahaan konsultan IT maka anda harus usahakan untuk mencari
penlitian-penelitian seblumnya di perusahaan IT. Jika anda meneliti di SMA Negeri maka anda harus mencari
penelitian di SMA-SMA Negeri. Yang saya sampaikan ini adalah hal yang ideal. Anda boleh saja mencari
yang berbeda tapi anda harus mampu memilah-milah kuesioner yang sesuai dengan kondisi tempat
penelitian anda.
3. ‘Menyusun kuesioner dengan menggabungkan yang pertama dan yang kedua. Artinya ada sebahagian yang
anda ambil dari penelitian sebelumnya dan ada yang anda tambahkan sendiri. Tambahkan sendiri ini bisa
diartikan anda menambah jumlah kuesioner atau anda memperbaiki kuesioner yang ada pada jurnal
penelitian sebelumnya sehingga sesuai dngan tempat penelitian anda.
Bagaimana ? Ada pertanyaan lagi ?
Oh ya, tolong penjelasan tersebut dibaca dan dipahami. Kalo ada yang tidak
jelas bisa ditanyakan di WA saya. Ini perlu saya sampaikan karena yang saya
tulis tersebut berdasarkan pengalaman praktis. Terpenting bagi anda, saya
menulis berdasarkan pengalaman dan ilmu dan saya jarang baca lagi apa
yang saya tulis. Oleh karena itu mahasiswa harus bertanya jika tidak paham.
Tahapan penyusunan kuesioner harus mulai terlihat pada Bab II yaitu pada subbab Kerangka
Pemikiran (Lihat Pertemuan VI slide halaman 7). Pada kerangka penelitian harus tergambar
operasionalisasi variable secara konseptual. Kerangka pemikiran adalah “pisau bedah
konseptual’ untuk menjawab masalah penelitian.
Selanjutnya, apa yang telah anda buat pada kerangka pemikiran, anda susun dalam Tabel
Operasionalisasi Variabel yang biasanya dimasukkan di Bab III.Tabel Operasionalisasi Variabl
sekurangnya berisi Nama Variabel Penelitian, Dimensi-Dimensi Variabel, Indikator-Indikator dari setiap
dimensi dan skala ukur. Kadang-kadang ada peneliti yang menggabung skala ukur dengan nomor urut
kuesioner. Contoh yang saya berikan di depan akan mengilustrasikan maksud yang saya sampaikan.
Ada hal penting yang ingin saya sampaikan yang mesti
dipahami oleh anda sekalian, yaitu:
Contoh yang saya sampaikan saya ambil dari salah satu variable disertasi
yang saya buat pada 2008. Saat itu saya berusaha membuat sendiri indikator
dan kuesioner penelitian meski saat saya baca saat ini masih banyak
ketidaksempurnaan. Harap maklum ya….hehehehhe
DON’T FORGET YA, indikator dan kuesioner penelitian, baik yang anda buat
sendiri, atau anda ambil dari penelitian sebelumnya, atau anda kombinasi dari
jurnal penelitian sebelumnya dengan yang anda buat sendiri, HARUS SESUAI
DENGAN TEMPAT PENELITIAN !!!
a. Contoh Tabel Operasionalisasi Variabel