Disusun Oleh :
NIM 291418045
Kelas C
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah dengan topik Tumpang Tindih Kebijakan antar
Lembaga di Pemerintah RI dalam Penanganan Wabah Covid-19 yang Meresahkan Publik tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Opini
Publik dan Propaganda. Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saya berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Ibu Dosen mata kuliah
terkait yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat saya harapkan dari para
pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas yang lain
dan pada waktu mendatang.
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana gambaran Pemerintah Republik Indonesia dilihat dari kacamata
permasalahan tumpang tindih kebijakan dalam penanganan virus covid-19 ?
2) Apa bukti di media massa terkait masalah tumpang tindih kebijakana antar
lembaga pada Pemerintah Republik Indonesia ?
3) Bagaimana keterkaitan antara masalah tumpang tindih kebijakan pemerintah
dalam penaganan covid-19 dengan kajian faktor ekonomi yang mempengaruhi
opini
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Konsep
Persoalan tumpang tindih kebijakan antar lembaga pemerintah di Indonesia ini
sangat meresahkan publik. Publik dibuat bingung, sebenranya harus mengikuti keputusan
yang mana. Terlebih di masa pandemi covid-19 ini, keputusan-keputusan ini harus lebih
memprioritaskan factor keselamatan dan kesehatan disbanding factor-faktor lainnya
seperti ekonomi. Namun pada hakikatnya, pemerintah tetap dituntut untuk
mensinkronkan berbagai keputusan dari berbagai dimensi lembaga. Karena sejatinya
pergerakan publik ini ditentukan oleh arah kebijakan yang dibuat. Jika berbagai elemen
kebijakan memiliki output yang sinkron, maka peluang Indonesia untuk menang
melawan pandemi covid-19 juga akan lebih besar dan terlihat jelas.
Kajian konsep yang dapat menggambarkan situasi persoalan ini adalah konsep
hubungan antara faktor ekonomi dan opini. Dalam perspektif yang lebih luas lagi,
faktor ekonomi ini juga berpengaruh pada pengambilan kebijakan yang dilakukan
pemerintah. Kaum Marxis setelah tahun 1930, Charles A. Beard dan Harold Laski
menyatakan adanya ketergantungan politik pada ekonomi. Hal ini juga dideklarasikan
oleh para teoritis kontrak-sosial, Hobbes, Locke, dan Rousseau bahwa ada indikasi
ketergantungan kebijakan public pada faktor ekonomi. Kebijakan ini secara otomatis
akan diimplementasikan kepada publik sebagai sasaran. Setiap tindakan pemerintah atas
kebijakan ini pun akan menuai opini dari publik.
B. Teori/Analisis Pendukung
1. Teori Agenda Setting
Gagasan teori agenda setting diperkenalkan oleh McCombs dan Shaw. Dua guru
besar jurnalisme dari Universitas North Carolina ini berhasil membuktikan kinerja
agenda setting secara empiris. Teori ini menyatakan bahwa media mempunyai
pengaruh dalam menentukan apa yang dianggap penting oleh publik. Secara
sederhana, melalui penonjolan (salience) suatu isu, media dapat memengaruhi apa
yang dipandang penting oleh publik.
Dewasa ini, kehadiran new media mengubah banyak asumsi-asumsi teori agenda
setting. Weimann dan Brosius (2016,2017) membuat sebuah tinjauan yang menarik
dan komprehensif terkait asumsi teori agenda setting yang mengalami perubahaan
akibat melesatnya laju digital. Salah satu asumsi tersebut adalah media memilih isu
tertentu untuk dihadirkan kepada public. Di era digital ini, asumsi tersebut mengalami
perubahan secara teoritis. Lingkungan media yang baru lebih terdiversifikasi,
menghadirkan agenda yang lebih beragam dan banyak jumlahnya dibandingkan era
sebelumnya. Kompetisi antar media dalam menghadirkan agenda serta sikap mereka
dalam mendukung agenda tertentu dengan mengutip atau menyebarkan isu tersebut.
Persoalan tumpang tindih kebijakan yang dibuat antar lembaga di pemerintahan
serta tidak sinkronnya keputusan pelarangan mudik dengan fakta yang ada di
lapangan, juga tak luput dari agenda media. Selama masa pandemi covid-19 ini ada
banyak sekali agenda yag berusaha ditonjolkan oleh media. Terutama isu terkait soal
kebijakan publik. Wabah virus corona yang tak luput menyerang Indonesia menuntut
pemerintah untuk memilih kebijakan-kebijakan secara cepat dan tegas berdasarkan
prioritas faktor kesehatan. Sehingga berbagai media dengan frekuensi yang tinggi
menempatkan persoalan ini sebagai agenda utama karena dinilai penting dalam
sinergi dengan aktivitas publik.
2. Teori Framing
William A. Gamson melihat framing sebagai konstruksi makna dari suatu
peristiwa yang berkaitan dengan objek (isu yang dipersoalkan). Selain dimaknai
sebagai gugusan ide-ide atas suatu peristiwa, framing juga berkaitan dengan cara
public melihat atau memaknai suatu isu, dan penonjolan adalah konsekuensi dari
pemahaman atau cara melihat tersebut.
Dalam persoalan tumpang tindih kebijakan antar lembaga di pemerintah yang
terlihat dalam contoh kasus KRL dan kebijakan ojek online, serta tidak sinkronnya
keputusan presiden terkain persoalan mudik dengan realita yang terjadi di lapangan,
dalam teori framing ini pemerintah sebagai objek dipahami publik sebagai lembaga
yang plinplan dan tidak tegas. Karena atribut pemerintah yang berusaha ditonjolkan
media pada masa pandemi ini, adalah pemerintah yang tidak serius dan tanggap
dalam menangani pencegahan virus covid-19.
3. Teori Priming
Teori priming secara sederhana menggambarkan kekuatan media yang mampu
mengarahkan pikiran publik dengan cara menghubungkan dengan peristiwa-peristiwa
yang tersimpan dalam memori manusia. Priming bisa didefinisikan sebagai efek yang
terjadi akibat dari adanya stimulus atau peristiwa sebelumnya yang akan
memengaruhi bagaimana kita bereaksi, tindakan yang kita ambil serta penilaian kita
terhadap hal tersebut (Roskos-Ewoldsen, 2009:74). Dari perspektif media, priming
merujuk kepada isi media yang memengaruhi perilaku atau penilaian seseorang akan
peristiwa terkait isi media tersebut (Roskos-Ewoldsen, 2002:97).
Terkait dengan contoh kasus yang menggambarkan isu tumpang tindih kebijakan
antar lembaga pemerintah (KRL dan kebijakan ojek online) serta tidak sinkronnya
keputusan presiden dengan realita di lapangan, dalam perspektif priming hal ini
memicu penilaian publik terhadap pemerintah selama pandemi ini. Isu ini
menstimulus keputusan publik untuk memiliki rasa percaya yang rendah dan
keraguan yang besar terhadap pemerintah.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam membuat kebijakan ditengah pandemic virus covid-19 ini, pemerintah
tentu saja mempertimbangkan banyak hal. Namun tumpang tindih, simpang siur, dan
ketidaksinkronan kebijakan antar lembaga di pemerintahan saat ini menuai opini public.
Dalam keadaan krisis saat ini, berdasarkan opini public yang menyebar di masyarakat,
sinkronisasi narasi keputusan dari berbagai elemen dituntut masyarakat.
B. Saran
Sebagai mahasiswa, pandangan saya dalam krisis tumpang tindih kebijakan antar
lembaga pemerintah adalah polemic yang serius. Di tengah keadaan krisis saat ini yang
menuntut pemerintah jeli dan tanggap dalam mengambil keputusan sudah saatnya
Presiden lebih mempertegas sinkronisasi berbagai elemen pemerintah dalam menetapkan
kebijakan. Sehingga tidak memperparah opini yang merebak di public, yaitu rendahnya
kepercayaan terhadap pemerintah yang seharusnya solid dengan public ditengah keadaan
yang tidak ideal saat ini.