1. Source-‐Receiver
KAP
melibatkan
sedikitnya
dua
orang.
Tiap
individu
berperan
sebagai
source
yang
membuat
dan
mengirimkan
pesan
dan
pada
saat
yang
sama
berfungsi
sebagai
receiver
yang
menerima
dan
memaknai
pesan.
Dalam
Komunikasi
Interpersonal,
tiap
individu
bertindak
sebagai
source
(sumber
yang
memformulasi
dan
mengirim)
dan
juga
sebagai
receiver
(penerima
dan
pengolah
pesan).
Siapa
kita,
apa
yang
kita
tahu,
apa
yang
kita
percaya,
nilai
yang
kita
anut,
apa
yang
kita
inginkan,
apa
yang
diajarkan
pada
kita
dan
sikap
kita
mempengaruhi
apa
yang
kita
katakan,
bagaimana
kita
mengatakannya,
pesan
apa
yang
kita
terima
dan
bagaimana
menerimanya.
Kemampuan
kita
untuk
berkomunikasi
secara
efektif
disebut
sebagai
interpersonal
competence.
Kompetensi
ini
contohnya
mengetahui
bahwa
satu
topik
cocok
untuk
dibahas
dengan
satu
orang
tertentu
dalam
konteks
tertentu.
Contoh
lainnya
adalah
mengetahui
aturan
komunikasi
nonverbal
seperti
kapan
sewajarnya
menggunakan
sentuhan,
volume
suara
dan
kedekatan
fisik.
Singkatnya,
kompetensi
interpersonal
adalah
mengetahui
bagaimana
menyesuaikan
komunikasi
sesuai
dengan
konteks
interaksi,
orang
yang
berinteraksi
dengan
kita
dan
faktor-‐faktor
lainnya.
Kompetensi
antarpribadi
ini
memungkinkan
kita
untuk
membangun
dan
memelihara
hubungan
yang
berarti
dalam
pertemanan,
percintaan,
keluarga
dan
kerja.
Keahlian
interpersonal
kita
dipengaruhi
juga
oleh
kesadaran
kita
terhadap
komunikasi
yang
kita
lakukan
yang
disebut
mindfulness.
Dalam
keadaan
mindful,
kita
menyadari
alasan
kita
berpikir
atau
berkomunikasi
dengan
cara
tertentu.
Lawan
dari
ini
adalah
mindlessness,
yang
berarti
ketidaksadaran
kita
dalam
berpikir
dan
berkomunikasi.
2. Encoding-‐decoding
Encoding
adalah
tindakan
memproduksi
pesan,
sebagai
contoh
berbicara
atau
menulis.
Dengan
mengirimkan
ide
melalui
gelombang
suara
ketika
bicara,
atau
gelombang
cahaya
ketika
menulis,
kita
mengubah
ide
menjadi
kode,
karenanya
disebut
encoding.
Decoding
adalah
tindakan
untuk
memahami
pesan,
seperti
mendengarkan
dan
membaca.
Dengan
menerjemahkan
apa
yang
dikirimkan
melalui
gelombang
cahaya
menjadi
ide
dari
kode,
kita
menyebutnya
decoding.
Komunikasi
interpersonal
hanya
bisa
terjadi
kalau
pesan
di
encode
dan
di
decode.
Contohnya
bila
orang
tua
bicara
pada
anak
yang
matanya
tertutup
dan
telinganya
juga
tertutup
headphones,
komunikasi
interpersonal
tidak
terjadi
karena
pesannya
tidak
di
decode.
3. Messages
Pesan
adalah
sinyal
yang
berperan
sebagai
stimuli
atau
rangsangan
bagi
receiver
dan
diterima
oleh
salah
satu
atau
lebih
dari
indera
kita,
yakni
indera
pendengaran,
penglihatan,
peraba,
penciuman
dan
pengecap
atau
kombinasi
tersebut.
Kita
berkomunikasi
dengan
kata-‐kata
dan
kalimat
dan
juga
dengan
sentuhan
dan
gerak-‐gerik.
Bagaimana
kita
berjalan,
bagaimana
kita
berpakaian,
menyisir
rambut,
duduk,
tersenyum
mengkomunikasikan
diri
kita
pada
orang
lain
dan
pada
diri
kita
sendiri.
Foto
dan
background
yang
kita
pilih
untuk
Twitter,
mengungkapkan
siapa
diri
kita
lebih
dari
tweet-‐tweet
yang
kita
tulis.
Pesan
bisa
disampaikan
secara
intentional
(disengaja)
atau
unintentional
(tidak
disengaja).
Pesan
mengenai
pesan
disebut
sebagai
metamessages.
Seperti
“Apakah
kamu
mengerti?”
“Apakah
saya
sudah
benar
mengatakannya?”
Pesan
feedback
Sepanjang
proses
KAP,
kita
saling
mengirimkan
feedback.
Feedback
adalah
pesan
yang
dikirimkan
kembali
ke
speaker
dalam
bentuk
reaksi
terhadap
apa
yang
disampaikan.
Feedback
membuat
speaker
tahu
efek
yang
telah
ditimbulkannya
pada
pendengar.
Dari
hasil
feedback,
speaker
kemudian
menyesuaikan,
mengganti,
menguatkan,
menekankan
atau
mengubah
bentuk
pesan.
Feedback
bisa
berbentuk
kata-‐kata,
bisa
juga
senyuman,
pukulan,
tepukan
di
punggung.
Pesan
Feedforward
Feedforward
adalah
informasi
yang
diberikan
sebelum
menyampaikan
pesan
utamanya,
yang
mengungkapkan
pesan
apa
yang
akan
disampaikan.
Misalnya
kata
pengantar
sebuah
buku,
paragraph
pembuka
bab,
halaman
depan
majalah,
subyek
di
email
dll.
4. Channel
Channel
komunikasi
adalah
medium
yang
melaluinya
pesan
disampaikan,
seperti
menghubungkan
source
dan
receiver.
Biasanya
beberapa
channel
sekaligus
digunakan
dalam
komunikasi.
Sebagai
contohnya,
dalam
interaksi
tatap
muka
kita
bicara
sekaligus
mendengar
(channel
vocal
dan
pendengaran).
Channel
juga
bisa
dilihat
sebagai
cara
komunikasinya,
misalkan
tatap
muka,
telepon,
email,
Twitter
dll.
Tiap
channel
memiliki
kelebihan
dan
kekurangan.
Sebagai
contoh,
bila
bentuknya
email,
maka
kelebihannya
adalah
kita
bisa
merencanakan
komunikasi
dengan
lebih
baik:
berapa
panjang
pesannya,
mengedit
pesan
tsb,
dan
memiliki
waktu
lebih
untuk
mempertimbangkan
isinya.
Sementara,
tatap
muka
waktu
lebih
terbatas
untuk
memikirkan
apa
yang
kita
katakan
dan
pesan
yang
sudah
tersampaikan
tidak
bisa
lagi
di
edit.
5. Noise
Noise
adalah
semua
hal
yang
mengganggu
komunikasi,
yang
mencegah
receiver
menerima
pesan
dengan
baik.
Ada
empat
jenis
noise:
a. Physical
noise
Gangguan
yang
berada
di
luar
pembicara
dan
pendengar,
misalnya
suara
mobil
yang
keras,
kacamata
hitam,
tulisan
tak
jelas,
tata
bahasa
yang
buruk.
b. Physiological
noise
Hambatan
yang
berada
pada
source
atau
receiver,
seperti
gangguan
penglihatan
dan
gangguan
pendengaran
c. Psychological
noise
Hambatan
mental
yang
mengganggu
proses
KAP
seperti
prasangka,
ketertutupan
pikiran,
emosi
yang
berlebihan
d. Semantic
noise
Hambatan
yang
tercipta
karena
perbedaan
system
pemaknaan
antara
pembicara
dan
pendengar,
misalkan
perbedaan
bahasa,
istilah
yang
terlalu
rumit.
Konsep
yang
berguna
untuk
melihat
peran
noise
dalam
komunikasi
adalah
signal
to
noise
ratio.
Signal
adalah
segala
informasi
yang
berguna,
sementara
noise
adalah
informasi
yang
tidak
berguna
bagi
pelaku
komunikasnya.
Semua
komunikasi
memiliki
noise,
noise
tidak
bisa
benar-‐benar
dihilangkan.
6. Context
Komunikasi
terjadi
dalam
suatu
konteks,
atau
lingkungan
yang
mempengaruhi
bentuk
dan
isi
dari
pesan.
Ada
empat
dimensi
dari
konteks
a. Physical
dimension
Dimensi
fisik
adalah
lingkungan
nyata
di
mana
komunikasi
terjadi,
seperti
ruangan,
ukuran
dan
temperature
dalam
ruangan,
jumlah
orang
di
dalam
ruangan.
Pada
media,
misalnya
penempatan
berita
pada
satu
halaman,
atau
pada
sosial
media
misalnya
pembatasan
14o-‐karakter
pada
Twitter.
b. Temporal
dimension
Dimensi
waktu
bukan
sekedar
merujuk
pada
jam
atau
menit
dalam
satu
hari,
tapi
juga
keadaan
ketika
suatu
pesan
disampaikan.
Bercanda
mengenai
nilai
ujian
mungkin
tidak
tepat
dilakukan
dengan
seseorang
yang
baru
gagal
ujian.
c. Social-‐psychological
dimension
Dimensi
sosial
psikologis
termasuk
di
dalamnya
status
hubungan,
peran
seseorang,
norma
masyarakat
atau
kelompok
dan
tingkat
keseriusan
komunikasi.
Sebagai
contoh,
Facebook
dan
Path
lebih
informal
dibandingkan
LinkedIn.
d. Cultural
dimension
Termasuk
dalam
konteks
budaya
adalah
kepercayaan
dan
kebiasaan
dalam
satu
budaya.
Ketika
kita
berinteraksi
dengan
orang
yang
berbeda
budaya,
aturan
komunikasinya
berbeda.
Bila
tidak
dipahami
perbedaan
budaya
ini,
komunikasi
bisa
berakhir
dengan
kebingungan,
celaan,
dan
bentuk
miskomunikasi
lainnya.
7. Ethics
Meski
etik
tidak
ada
dalam
diagram
elemen
komunikasi,
tapi
ini
menjadi
salah
satu
elemen
yang
dipertimbangkan.
Karena
komunikasi
memiliki
konsekuensi,
KAP
mengandung
etika,
setiap
tindakan
komunikasi
memiliki
dimensi
moral,
benar
atau
salah.
Ada
prinsip-‐prinsip
etika
yang
universal
seperti
berkata
yang
sebenarnya
dan
menghargai
orang
lain
dalam
komunikasi.
PERBEDAAN
KOMUNIKASI
TATAP
MUKA
DENGAN
KOMUNIKASI
MELALUI
KOMPUTER
Elemen
komunikasi
Komunikasi
tatap
muka
Komunikasi
melalui
komputer
Sender
• Presentasi
diri
• Karakteristik
personal
• Karakteristik
personal
dan
kesan
kasat
mata,
sulit
untuk
bisa
disembunyikan
berpura-‐pura
• Giliran
bicara
• Saling
bergantian,
• Selalu
giliran
kita,
kita
bahkan
bisa
interupsi
tidak
bisa
diinterupsi
Receiver
• Jumlah
• Satu
atau
sedikit
yang
• Tidak
terbatas,
virtual
terlihat
• Kesempatan
• Terbatas
pada
orang
yg
• Tidak
terbatas
interaksi
memiliki
kesempatan
utk
bertemu
• Pihak
ketiga
• Pesan
bisa
didengar
• Pesan
bisa
di
copy
orang
orang
ketiga,
tapi
tdk
lain
dengan
sama
persis
sgt
akurat
• Bentuk
impresi
• Kesan
ditimbulkan
dari
• Kesan
timbul
dari
teks,
verbal
dan
nonverbal
foto
atau
video
yang
di
posting
Context
• Physical
• Lingkungan
fisik
source
• Bisa
dekat,
bisa
juga
dan
receiver
sama
sangat
jauh
• Temporal
• Sinkron,
pesan
• Komunikasi
bisa
sinkron
dipertukarkan
di
saat
(chat)
atau
tidak
sinkron
yang
sama
(email,
komentar
di
Facebook)
Channel
Seluruh
indera
Indera
penglihatan
(foto,
teks,
video),
indera
pendengaran
Messages
• Verbal
dan
• Kata-‐kata,
gesture,
• Kata2,
foto,
video,
audio
nonverbal
pandangan
mata,
baju
• Permanence
• Sementara,
kecuali
• Pesan
relatif
permanen
direkam
PRINSIP-‐PRINSIP
KAP
Aksioma
atau
prinsip-‐prinsip
KAP
adalah:
1. Interpersonal
communication
is
a
transactional
process
Dalam
perspektif
transaksional,
KAP
dilihat
sebagai
suatu
proses
dimana
elemen-‐
elemennya
saling
tergantung.
KAP
sebagai
proses
berarti
komunikasi
terjadi
secara
terus
menerus
atau
melingkar.
Pesan
yang
disampaikan
bagi
seseorang
bertindak
sebagai
stimulus
bagi
pesan
yang
disampaikan
orang
lain,
di
mana
pesan
yang
disampaikan
orang
lain
tersebut
menjadi
stimulus
bagi
pesan
yang
disampaikan
orang
pertama.
Dalam
proses
ini
seseorang
terus
bertindak
sebagai
pembicara
dan
pendengar
dalam
komunikasi.
Dalam
KAP,
tidak
saja
individu
yang
terlibat
saling
bergantung
satu
sama
lain,
tapi
elemen-‐elemen
komunikasi
juga
saling
bergantung
satu
sama
lain.
Misalkan
tidak
mungkin
ada
receiver
tanpa
ada
source,
tidak
mungkin
ada
pesan
tanpa
ada
source,
tidak
mungkin
ada
feedback
tanpa
ada
receiver.
2. Interpersonal
communication
is
purposeful
Tiap
tindakan
KAP
yang
dilakukan
memiliki
tujuan,
tujuannya
bisa
salah
satu
atau
kombinasi
di
bawah
ini:
a. To
learn
KAP
memungkinkan
kita
untuk
belajar
dan
memahami
dengan
lebih
baik
dunia
di
sekeliling
kita,
seperti
obyek,
kejadian
dan
orang
lain.
Ketika
kita
membaca
tweet
seseorang
follower,
kita
belajar
mengenai
mereka
dan
juga
mengenai
dunia
di
mana
mereka
tinggal.
KAP
juga
membantu
kita
belajar
tentang
diri
kita
sendiri.
Ketika
kita
bercerita
pada
orang
lain
tentang
diri
kita,
kita
mendapatkan
feedback
terhadap
apa
yang
kita
rasakan
atau
pikirkan.
b. To
relate
KAP
membantu
kita
untuk
berhubungan
dengan
orang
lain.
Kita
mengkomunikasikan
pertemanan
atau
cinta
melalui
KAP,
pada
saat
yang
sama
juga
bereaksi
terhadap
pertemanan
atau
persaan
cinta
dari
yang
lainnya.
Ini
adalah
salah
satu
kebutuhan
besar
manusia,
ingin
membangun
dan
memelihara
hubungan
dekat,
ingin
merasa
dikasihi
dan
disukai.
c. To
influence
Tujuan
KAP
lainnya
adalah
untuk
mempengaruhi
partner
KAP
kita
dengan
cara
tertentu,
bisa
langsung
atau
tidak
langsung.
Secara
langsung
misalkan
mengimbau
teman
menonton
film
tertentu,
secara
tidak
langsung
misalkan
menuliskan
pandangan
kita
tentang
film
di
timeline
Facebook
sehingga
bisa
menarik
minat
teman
kita
untuk
menonton.
d. To
play
Contoh
dari
fungsi
KAP
ini
misalnya
berbicara
mengenai
aktivitas
akhir
pekan,
bercanda,
posting
tweet,
main
online
game
dan
hal-‐hal
yang
kita
lakukan
untuk
mengisi
waktu
lainnya.
e. To
help
KAP
kita
lakukan
untuk
menolong
orang
lain,
seperti
menghibur
teman
yang
berduka
atau
teman
yang
baru
putus.
3. Interpersonal
communication
is
ambiguous
Pesan
yang
ambigu
adalah
sebuah
pesan
yang
bisa
diartikan
dengan
cara
yang
berbeda-‐beda,
kadang-‐kadang
terjadi
karena
seseorang
menggunakan
kata
yang
bisa
diinterpretasikan
dengan
cara
yang
berbeda-‐beda.
Komunikasi
selalu
ambigu
pada
derajat
yang
berbeda.
Tidak
pernah
pesan
yang
disampaikan
bisa
100%
sama
dimaknai
oleh
receiver
sebagaimana
yang
dimaksudkan
oleh
source.
Karenanya
sifat
ambigu
ini,
jangan
cepat-‐cepat
mengambil
kesimpulan
berdasarkan
sikap
atau
perilaku
orang
lain.
Misalkan,
jangan
dengan
mudah
menuduh
seseorang
sombong,
hanya
karena
pesan
whatsapp
yang
sudah
terbaca
tidak
dibalas.
Mungkin
orang
tersebut
tidak
mengerti
pesan
yang
kita
sampaikan.
4. Interpersonal
relationship
may
be
symmetrical
or
complementary
Hubungan
interpersonal
bisa
bersifat
simetris,
artinya
seseorang
merespon
tindakan
yang
lainnya
dengan
cara
yang
sama,
bila
yang
seorang
ramah,
misalnya,
yang
lain
juga
ramah.
Bila
yang
satu
cemburuan,
yang
lain
juga
cemburuan.
Kesimetrisan
hubungan
interpersonal
ini
bisa
menjadi
masalah
bila
ini
terjadi
dalam
bentuk
yang
negatif,
misalkan
sama-‐sama
cemburuan
atau
sama-‐sama
agresif.
Sementara
itu,
hubungan
interpersonal
berbentuk
complementary,
bila
yang
satu
merespon
dengan
cara
yang
berbeda,
seperti
yang
satu
pasif,
yang
lain
aktif,
yang
satu
superior
yang
lain
inferior,
yang
satu
lemah
yang
lain
kuat.
5. Interpersonal
communication
refers
to
content
and
relationship
Komunikasi
antar
pribadi
memiliki
dua
dimensi
1)
pesan
itu
sendiri
2)
hubungan
dari
yang
berkomunikasi.
Sebagai
contoh:
seorang
atasan
berkata
pada
bawahan
“Buatkan
materi
presentasi
sekarang!”
bandingkan
dengan
seorang
pekerja
mengatakan
pada
rekan
kerjanya:
“Tolong
buatkan
materi
presentasi
ya!”
Inti
pesannya
sama,
tapi
itu
menunjukan
status
hubungan
yang
berbeda.
Pada
kalimat
pertama
hubungannya
superior-‐inferior,
pada
kalimat
kedua
hubungannya
setara.
Seringkali
komunikasi
bermasalah,
karena
orang
kerap
tidak
bisa
membedakan
antara
dimensi
pesan
dan
hubungan
dalam
komunikasi.
Contoh:
Anak:
“saya
mau
pergi
main
futsal
besok”
(berfokus
pada
pesan).
Ayah:
“Kenapa
sih
kamu
tidak
pernah
menghabiskan
akhir
pekan
bersama
keluarga”
(berfokus
pada
hubungan)
Anak:
“Kita
bisa
melakukan
sesuatu
bersama-‐sama
lain
hari,
besok
adalah
hari
main
futsal.
(tetap
berfokus
pada
pesan)”
Bandingkan
dengan
ini:
Anak:
“Besok
teman-‐teman
lama
berkumpul
untuk
main
futsal.
Apakah
saya
boleh
tidak
ikut
acara
keluarga
besok?”
(fokus
pada
pesan
dan
hubungan).
Ayah:
“Main
futsal
sepertinya
menyenangkan.
Tapi
Ayah
berharap
akhir
pekan
bisa
dilalui
bersama-‐sama.”
(fokus
pada
hubungan,
tapi
juga
memperhatikan
pesan).
Anak:
“Bagaimana
kalau
acara
keluargak
anya
dimundurkan
sebentar
setelah
aku
main
futsal?”
(dia
merespon
pada
aspek
pesan,
tapi
tidak
mengabaikan
keinginannya
untuk
main
futsal).
6. Communication
is
a
series
of
punctuated
events
Peristiwa
komunikasi
adalah
transaksi
yang
terus
menerus,
tidak
ada
titik
yang
jelas
kapan
dimulai
dan
kapan
berakhir.
Namun
orang
yang
berkomunikasi
bisa
membagi
rangkaian
komunikasi
itu
dalam
segmen:
yang
pertama
penyebab
atau
stimuli
yang
kedua
efek
atau
respons.
Contoh:
A
dan
B
lama
bersahabat.
Belakangan
A
lebih
sering
menghabiskan
waktu
bersama
kakaknya,
dan
B
lebih
banyak
menghabiskan
waktu
bersama
teman
barunya,
C.
A:
“Kenapa
sih
kita
jarang
ketemu
lagi?”
B:
“Karena
kamu
lebih
sering
bepergian
dengan
kakakmu.”
A:
“Aku
sering
pergi-‐pergi
bersama
kakakku,
karena
kamu
susah
diajak.
Sejak
berteman
dengan
C,
kamu
lebih
sering
pergi
sama
dia.”
B:
“Tidak
juga,
justru
aku
dekat
dengan
C
dan
pergi-‐pergi
sama
dia,
karena
kamu
susah
untuk
diajak
keluar,
selalu
sibuk
dengan
kakakmu.”
Kecenderungan
untuk
memilah
transaksi
komunikasi
dalam
beberapa
segmen
stimuli
dan
respon
disebut
sebagai
punctuation.
Orang
biasanya
mengkategorikan
yang
mana
yang
stimuli
dan
yang
mana
yang
respon
berdasarkan
kepentingan
pribadinya.
Menurut
A,
apa
yang
dilakukan
B
yang
susah
diajak
sejak
bertemu
dengan
B
adalah
stimuli.
Responnya,
A
lebih
sering
bepergian
dengan
kakaknya.
Sementara
bagi
B,
kepergian
A
dengan
kakaknya
yang
membuat
A
sulit
ditemui
adalah
stimuli,
sebagai
responnya,
dia
lebih
sering
bepergian
dengan
C.
7. Interpersonal
communication
is
invevitable,
irreversible
and
unrepeatable
KAP
tidak
bisa
tidak
dilakukan,
tidak
bisa
dibalik
dan
tidak
bisa
diulang.
Komunikasi
inevitable
artinya
komunikasi
tidak
terhindarkan.
Kediaman
seseorang
yang
mungkin
sering
disalahartikan
sebagai
tidak
berkomunikasi
sebenarnya
adalah
komunikasi.
Orang
yang
melihat
orang
tersebut
dengan
wajah
datar
bisa
mengartikan
dari
bahasa
tubuhnya
bahwa
orang
tersebut
mungkin
sedang
bosan.
Komunikasi
irreversible
artinya
tidak
bisa
dihapuskan.
Sekali
kita
mengucapkan
sesuatu,
dia
tetap
tinggal
di
memori
orang
yang
mendengar,
kalaupun
belakangan
kita
mengkoreksi
pernyataan
kita.
Ini
sama
bila
kita
menghapus
status
Facebook
dari
timeline,
kita
tetap
tidak
bisa
menghapuskan
dari
memori
orang
yang
membacanya.
Bahkan
lebih
tidak
mungkin
dihapus
lagi
bila
sudah
ada
pembaca
yang
menyimpannya
dengan
screen
capture.
Komunikasi
unrepeatable
artinya
komunikasi
tidak
bisa
diulang,
karena
tiap
orang
dan
segala
sesuatu
terus
berubah.
Kita
tidak
akan
pernah
ada
di
situasi
yang
sama,
pikiran
yang
sama
persisi
dan
dinamika
hubungan
yang
sama.
Meski
kita
mengucapkan
pesan
yang
sama,
tapi
jam
dan
lingkungan
yang
berbeda
menghasilkan
efek
yang
berbeda.
Disarikan
dari
Bab
1,
The
Interpersonal
Communication
Book,
13th
Ed,
Joseph
A.
Devito