Anda di halaman 1dari 6

PRINSIP DASAR KOMUNIKASI MENURUT DEDI

MULYANA
PENGANTAR KOMUNIKASI
(Tugas Kelompok)

Dosen pengampu : Widawati,SP,MHS

Disusun oleh:
1. Delvi alfitri handayani
2. Alhikmah fadhilah
3. Kurnia chairun najwa
4. Putri amelia husna
5. Tiara s salsabilla
Komunikasi menurut Deddy Mulyana memiliki 12 prinsip, yaitu:
1. Komunikasi Adalah Proses Simbolik
Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu
lainnya berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan
verbal) perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. Kemampuan
manusia menggunakan lambang verbal memungkinkan perkembangan bahasa.
Kemampuan manusia menggunakan lambang, baik dalam penyandian ataupun
penyandian–balik, manusia dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan.
Misalnya Ketika kita berkendara, dan tiba-tiba lampu traffic ligth berwarna
merah, maka secara otomatis kita akan berhenti.

2. Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi


Tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi, namun komunikasi
terjadi bila seseorang memberi makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri.
Setiap perilaku seseorang punya potensi untuk ditafsirkan.
Ketika seseorang tersenyum, cemberut, berdiam diri, ketika seseorang
mengundurkan diri dari komunikasi kemudian menyendiri sebenarnya seseorang tersebut
mengkomunikasikan banyak pesan. Orang lain akan menafsirkan tersenyum berarti
gembira, cemberut ditafsirkan ngambek, diam ditafsirkan sebagai malu , segan, atau
ragu-ragu atau tidak setuju atau bahkan ditafsirkan marah.
Misal: Saat seseorang tidak sengaja bersin di sebelah orang lain, orang yang bersin
itu bertindak sebagai komunikator secara tak langsung, sebab ia menyampaikan
suatu komunikasi, namun tanpa ia sadari. Walaupun begitu, orang di sebelahnya
sebagai komunikan dapat dengan sadar menerima pesan tersebut sebagai suatu
komunikasi. Setelah tahu si komunikator bersin, si komunikan dapat merespon,
enah dengan berpikir kalau orang di sebelahnya sedang sakit flu, takut tertular,
sampai berdiri dan mencari tempat duduk lain untuk menghindari si komunikator
yang bersin.

3. Komunikasi Memiliki Dimensi Isi Dan Dimensi Hubungan


Dimensi isi disandi secara verbal, sedangkan dimensi hubungan disandi secara
nonverbal. Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan,
sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakan, bagaimana cara
mengatakan ini mengisyaratkan bagaimana hubungan peserta komunikasi dan
menunjukkan bagaimana pesan itu ditafsirkan.
Dalam dimensi isi, komunikasi akan menemukan bentuknya secara lebih baik
apabila menggunakan bahasa sebagai alat penyampai pesan. Penggunaan bahasa secara
efektif, bahasa yang digunakan, siapa yag menjadi sasaran adalah perwujudan dari
komunikasi sebagai proses budaya. Selanjutnya dalam dimensi isi juga dinyatakan bahwa
sistem pengetahuan berperan sangat penting. Pengetahuan merupakan substansi yang
tidak terlepas dari isi komunikasi.
Misalnya : Saat seseorang ingin meminjam uang, ia bisa meminjam uang
dari ayah maupun adiknya, dan dalam hal ini pesan yang ia sampaikan akan
berbeda karena ia jauh lebih hormat kepada ayah daripada kepada adiknya.
Contoh saat meminjam uang dari ayah, ia akan berkata, “Permisi, yah. Boleh
tidak saya meminjam uang untuk membayar tugas kuliah?” dalam hal ini, ia
meminjam dan menjelaskan tentang kegunaan uang yang akan ia pinjam, karena
ia ingin ayahnya tahu kegunaan uang tersebut jadi ayahnya tidak akan marah.
Se4dangkan saat meminjam uang dari si adik, ia akan berkata, “Dik, aku pinjam
uangmu ya. Nanti pasti aku kembalikan.” Dalam hal ini, si kakak meminjam
tanpa menjelaskan untuk apa uang tersebut, namun ia lebih menekankan kalau ia
pasti akan mengembalikan uang itu, karena bagi si adik, uang itu tentu harus
dikembalikan karena ia membutuhkannya, namun jika dengan ayah, uang itu bisa
diberikan secara cuma-cuma karena sang ayah melihat kalau anaknya memang
benar-benar membutuhkan uang tersebut untuk tugasnya.

4. Komunikasi Berlangsung Dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan


Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan dari komunikasi yang
tidak disengaja sama sekali hingga komunikasi yang benar-benar direncanakan dan
disadari. Memang kesengajaan bukan merupakan syarat komunikasi. Kita sama sekali
tidak bermaksud menyampaikan pesan kepada orang lain namun perilaku kita sangat
potensial ditafsikan oleh orang lain.
Kita benar-benar tidak dapat mengendalikan orang lain untuk menafsirkan atau tidak
menafsirkan perilaku kita. Implikasi dari komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat
kesengajaan adalah bahwa komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesadaran.
Berkomunikasi biasanya kesadaran kita lebih tinggi dalam situasi khusus dibandingkan
dengan berkomunikasi dalam situasi rutin.
Misalnya : Dalam hal ini komunikator melakukan komunikasi dengan berbagai
tingkat kesadaran. Saat sedang marah dan ia menampar wajah orang yang sedang
ia marahi, ia bisa melakukan itu dengan tingkat kesengajaan yang sangat rendah
karena ia sudah gelap mata. Namun saat berpidato, sang komunikator tentu akan
menjalankan pidato tersebut dengan tingkat kesengajaan yang tinggi.

5. Komunikasi Terjadi Dalam Konteks Ruang Dan Waktu


Prinsip ini mengasumsikan bahwa komunikasi terjadi pada ruang dan waktu tertentu.
Makna pesan bergantung pada konteks fisik dan ruang, waktu, sosial dan psikologis.
Ruang mempengaruhi makna terhadap suatu pesan, suasana psikologis peserta
komunikasi mempengaruhi pesan yang tersampaikan.
Waktu juga mempengaruhi makna dari suatu pesan. Implikasi dari komunikasi terjadi
dalam ruang dan waktu adalah bahwa komunikai sebagai konteks sosial juga akan
dipengaruhi oleh ruang dan waktu,
Misalnya suasana lebaran akan berbeda dengn hari-hari biasa. Dering telepon pada
malam hari pada saat orang beristirahat juga akan mempengaruhi pesan yang dikirimkan.
6. Komunikasi Melibatkan Prediksi
Peserta Komunikasi Prinsip ini mengasumsikan bahwa hingga derajat tertentu ada
keteraturan pada komunikasi manusia. Dengan kata lain bahwa karena perilaku manusia
memiliki keteraturan maka minimal secara parsial dapat diramalkan.
Ketika orang-orang berkomunikasi mereka meramalkan efek 12 perilaku komunikasi
mereka, ini artinya bahwa efek yang terjadi dalam komunikasi dipengaruhi oleh aturan
atau tatakrama oleh sebab itu dalam berkomunikasi orang mempersiapkan strategi
tertentu yang baik, berdasarkan begaimana orang yang menerima pesan akan merespon.
Misalnya : Di Indonesia, setelah makan, seseorang yang ingin bersendawa akan
berusaha menahannya atau melakukannya tanpa suara karena merasa itu adalah
suatu tindakan yang tidak sopan, sebab ia sebagai komunikator akan
memprediksikan reaksi orang-orang di sekitarnya, dan tentunya ia akan malu jika
dianggap jorok dan tidak sopan. Namun di Arab, seseorang yang melakukan
sendawa setelah makan akan dianggap menghormati masakan tuan rumah, kaena
sendawa di Arab diartikan sebagai suatu kepuasan akan makanan yang
dihidangkan. Jadi orang Arab akan memprediksikan reaksi orang-orang di
sekitarnya sebelum akan bersendawa, dan saat ia merasa itu tidak apa-apa dan ia
akan dianggap menghormati masakan tuan rumah selesai bersendawa, maka ia
akan bersendawa tanpa merasa malu.

7. Komunikasi Bersifat Sistemik Setidaknya ada dua sistem dasar yang beroperasi dalam
transaksi komunikasi yaitu sitem internal dan sistem eksternal
a. Sistem internal adalah seluruh sistem nilai yang dibawa individu ketika ia melakukan
komunikasi.
b. Sistem eksternal adalah seluruh unsur-unsur dalam lingkungan di luar dirinya
termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara, isyarat fisik peserta komunikasi,
kegaduhan disekitarnya, penataan ruang, cahaya dan suhu ruangan. Kemudian ada
lingkungan lain yang lebih besar skupnya termasuk tempat kerja kita, rumah kita,
sekolah kita, masyarakat kota dimana kita tinggal. Elemen – elemen ini menjadi
stimuli bagi kita dalam berkomunikasi.

Misalnya : Komunikasi memiliki sistem internal dan eksternal di dalamnya.


Contohnya Joko kurang menyukai kebiasaan buruk temannya, Anita yang suka
menjelek-jelekkan teman-temannya di belakang. Secara internal, Joko terus
berpikir, bagaimana caranya menasehati Anita tentang kebiasaan buruknya itu
tanpa menyakiti perasaannya atau membuatnya marah. Akhirnya secara eksternal
pesan itu Joko sampaikan lewat perkataan, “Anita, saya sebagai teman yang peduli
kepadamu mau menasehatimu, menurutku sebaiknya kamu berusaha
menghilangkan kebiasaan buruk itu, sebab menjelek-jelekkan orang di belakang
mereka itu bukanlah hal yang baik.”
8. Semakin Mirip Latar Belakang Sosial Budaya Semakin Efektif
Komunikasi akan menemukan bentuknya secara lebih baik apabila menggunakan
komponen – komponen budaya. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang
hasilnya sesuai dengan harapan para pesertanya (orang-orang yang terlibat komunikasi).
Makna suatu pesan baik verbal maupun non verbal pada dasarnya terikat budaya.
Kesamaan dalam hal-hal tertentu misalnya agama, ras (suku), bahasa, tingkat
pendidikan, tingkat ekonomi, hobi akan mendorong orang-orang untuk saling tertarik
sehingga pada gilirannya menjadi dekat dan komunikasi mereka menjadi efektif.
Misalnya : Karena Bunga yang berasal dari Indonesia berteman dengan
Ashraf yang berasal dari Malaysia, maka komunikasi di antara mereka berdua
dapat berjalan dengan efektif, sebab kehidupan sosial-budaya di Indonesia dan
Malaysia tidak jauh berbeda. Namun saat Ashraf yang dari Malaysia berkenalan
dengan Miho yang dari Jepang, komunikasi di antara mereka berdua tidak
berjalan dengan sangat efektif, sebab kehidupan sosial-budaya antara Jepang
dan Malaysia sangatlah berbeda.

9. Komunikasi Bersifat Non Sekuensial (Tidak Berurutan)


Unsur-unsur proses komunikasi tidak terpola secara kaku. Pada dasarnya unsur-
unsur komunikasi tidak berada dalam suatu tatanan yang bersifat linear, sirkuler,
helikal atau tatanan lainnya. Unsur- unsur proses komunikasi boleh jadi beroperasi dalam
satu tatanan, tetapi mungkin pula hanya sebagian, sementara yang lainnya dalam suatu
tatanan yang acak.
Oleh karena itu sifat nonsekuensial lebih tepat digunakan untuk menandai proses
komunikasinya. Implikasi dari komunikasi bersifat non sekuensal adalah unsur-unsur
proses komunikasi sebenarnya tdak terpola secara kaku. Pada dasarnya unsur-unsur
tersebut tidak berada dalam tatanan yang bersifat linear.
Misalnya : Dalam hal ini, komunikator dapat menjadi komunikan, dan
sebaliknya, komunikan dapat berubah menjadi komunikator. Contohnya saat
Reuben sedang belajar bersama Andrew, awalnya Reuben-lah yang mengajari
Andrew. Disini Reuben berperan sebagai komunikator yang menyampaikan pesan
pada Andrew. Namun saat mencapai topik yang dimengerti Andrew dan tidak
terlalu dikuasai Reuben, maka posisi keduanya bisa berbalik, Andrew yang
berperan sebagai komunikator yang mengajari Reuben.

10. Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis Dan Transaksional


Suatu proses adalah sesuatu yang tidak diketahui awalnya namun diketaui
akhirnya, melainkan proses yang sinambung. Oleh sebab itu sebagai proses, maka
komunikai tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai akhir.
Ini artinya dalam komunikasi kita tidak dapat mengukur terjadinya komunikasi
berdasarkan apa yang terjadi diantara dua waktu awal dan akhir kegiatan. Sebab setelah
kegiatan tatap muka misalnya kegiatan pidato, setelah seseorang menyelesaikan
pidatonya para pendengar terus memberikan makna terhadap pidatonya berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun kemudian.
Komunikasi bersifat dinamis ini artinya dalam proses komunikasi para peserta
komunikasi saling mempengaruhi, seberapun kecilnya pengaruh tersebut.
Contohnya : Suatu komunikasi dapat merubah pandangan komunikan.
Contoh pada awalnya Robert sangat tidak menyukai bisnis MLM, ia bahkan
pernah berjanji tidak akan bergelut di dalamnya. Namun setelah Jack yang
mengikuti bisnis Tianshi mengadakan prospek pada Robert selama dua jam,
pandangan Robert terhadap MLM bisa berubah drastis, bahkan Robert bisa
menjadi anggota bisnis MLM Tianshi dan menjadi anggota yang sangat aktif.

11. Komunikasi Bersifat Irreversibel


Suatu perilaku adalah suatu peristiwa, suatu peristiwa adalah sesuatu yang telah
terjadi. Oleh karena merupakan suatu peristiwa, perilaku hanya berlangsung dalam waktu
dan tidak dapat “diambil kembali”. Perilaku baru tidak akan mengubah perilaku
sebelumnya.
Sifat irreversibel ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai proses yang selalu
berubah. Prinsip ini seyogyanya menyadarkan kita bahwa kita harus berhati-hati untuk
menyampaika pesan kepada orang lain, sebab efeknya tidak bisa ditiadakan sama sekali.
Contohnya : Pesan yang telah disampaikan lewat komunikasi tidak akan
dapat ditarik kembali, contohnya saat Once yang berprofesi sebagai penyanyi
meluncurkan sebuah lagu, ia mengatakan kalau judul lagu tersebut masih belum
pasti, namun karena pada bagian refrain lagu itu banyak terdapat kata-kata “Aku
Mau”, akhirnya Once-pun mengijinkan masyarakat menyebut judul lagu itu “Aku
Mau”. Namun setelah beberapa bulan berlalu, akhirnya Once mengatakan bahwa
lagu tersebut berjudul, “Aku Cinta Kau Apa Adanya”, namun masyarakat tetap
merasa bahwa lagu itu berjudul “Aku mau” sebab pesan itu sudah sangat melekat
di pikiran masyarakat. Akhirnya Once tidak mempermasalahkan tentang judul
sebenarnya dari lagu itu, sebab ia sudah pernah memberi ijin masyarakat untuk
menyebut judul lagunya sebagai “Aku Mau”, dan ijin dari Once itu sudah tidak
bisa ditarik kembali.

12. Komunikasi Bukan Panasea Untuk Menyelesaikan Berbagai Masalah


Banyak persoalan dan konflik antar manusia disebabkan oleh masalah
komunikasi. Namun komunikasi bukanlah obat mujarab untuk menyelesaikan persoalan
atau konflik itu, karena mungkin sekali bahwa persoalan itu berkaitan masalah struktural
atau aturan

Anda mungkin juga menyukai