Anda di halaman 1dari 16

1. 2. 3. 4.

Mohammad Reza P. 11503070611101 Bagus Pradana E. 11503070611102 M. Fathul Hasan 11503070711101 Haning Tri Novianti 11503070111002

BAB 3 Prinsip-Prinsip Komunikasi


Seperti fungsi dan definisi komunikasi, prinsip-prinsip komunikasi juga diuraikan dengan berbagai cara oleh para pakar komunikasi. Mereka ada kalanya menggunakan istilah-istilah lain untuk merujuk pada prinsip-prinsip komunikasi ini. Misalnya, William B. Gudykunst dan Young Yun Kim menyebutnya asumsi-asumsi komunikasi, sedangkan Cassandra L. Book, Bert E. Bradley, Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, Sarah Trenholm dan Arthur Jensen menyebutnya karakteristik-karakteristik komunikasi. Diilhami oleh pembahasan prinsip-prinsip komunikasi dalam suber-sumber di atas, juga dalam karya-karya penulis lainseperti John R. Wenburg dan William W. Wilmot, Kenneth K. Sereno, dan Edward M. Bodaken, Gordon I. Zimmerman et al., Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson, Dan B. Curtis et al., dan Joseph A. DeVito, saya mencoba membuat ramuan baru mengenai prinsip-prinsip komunikasi berikut dengan menggunakan contoh-contoh yang bersumber dari pengalaman dan pengamatan pribadi serta rujukan lain yang relevan. Prinsip-prinsip komunikasi tersebut pada dasarnya merupakan penjabaran lebih jauh dari definisi atau hakikat komunikasi.

Komunikasi Adalah Proses Simbolik Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti dikatakan Sussane K. Langer, adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Manusia memang satu-satunya hewan yang menggunakan lambang, dan itulah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Ernnest Cassirer mengatakan bahwa keunggulan manusia atas makhluk lainnya adalah keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum.

PRINSIP 1

Apa itu Lambang.?


Lambang atau symbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non-verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama, misalnya memasang bendera di halaman rumah untuk menyatakan penghormatan atau kecintaan kepada Negara.

PRINSIP 2
Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi Kita tidak dapat idak berkomunikasi (we cannot not communicate). Tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Alih-alih komunikasi terjadi bila seseorang member makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri. Cobalah anda meminta seseorang untuk tidak berkomunikasi. Amat sulit baginya untuk berbuat demikian, karena setiap perilakunya punya potensi untuk ditafsirkan. Kalau ia tersenyum, ia ditafsirkan ngambek. Bahkan ketika kita berdiam diri sekalipun, ketika kita mengundurkan diri dari komunikasi dan lalu menyendiri, sebenarnya kita mengkomunikasikan banyak pesan. Orang lain mungkin akan menafsirkan diam kita sebagai malu, segan, ragu-ragu, tidak setuju, tidak peduli, marah, atau bahkan sebagai malas atau bodoh.

PRINSIP 3
Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Dimensi Hubungan. Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara non verbal. Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan. Sebagai contoh, kalimat aku benci kamu yang diucapkan dengan nada menggoda mungkin sekali justru berarti sebaliknya. Seorang gadis yang mengatakan ih, jahat, kamu, kepada seorang teman prianya seraya mencubit sang pemuda, sebenarnya tidak memaksudkan kata jahat itu dalam arti sebenarnya, melainkan mungkin sebaliknya, sebagai anda gemas campur senang kepada sang pemuda. Apa yang anda pikirkan ketika seorang pemuda menyapa seorang pemudi dengan pertanyaan, Pergi ke Jakarta dik? ketika keduanya duduk berdekatan dalam kereta api parahyangan dari bandung menuju Jakarta. Tentu saja pria itu bukannya tidak tahu bahwa kereta api itu menuju ke Jakarta., melainkan bahwa ia ingin berenalan dengan gadis yang disapanya atau ingin menunjukkan bahwa ia seorang pemuda yang ramah.

PRINSIP 4
Komunikasi Berlangsung dalam Berbagai Tingkatan Kesengajaan Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesenjangan, dari komunikasi yang tidak disengaja sama sekali, hingga komunikasi yang benar-benar direncanakan dan disadari. Kesenjangan bukanlah syarat untuk terjadinya komunikasi. Meskipun kita sama sekali tidak bermaksut menyampaikan pesan kepada orang lain, perilaku kita potensial ditafsirkan orang lain. Kita tidak dapat mengendalikan orang lain untuk menafsirkan atau tidak menafsirkan perilaku kita. Membatasi komunikasisebagai proses yang disengaja adalah menganggap komunikasi sebagai instrument, seperti dalam persuasi. Dalam berkomunikasi, biasanya kesadaran kita lebih tinggi dalam situasi khusus daripada dalam situasi rutin, misalnya ketika anda sedang diuji secara lisan oleh dosen anda atau ketika anda berdialog dengan orang asing yang berbahasa inggrisdibandingkan dengan ketika anda bersenda guraudengan keluarga atau kawankawan anda.

PRINSIP 5
Komunikasi Terjadi dalam Konteks Ruang dan Waktu Makna pesan juga tergantung pada konteks fisik dan ruang, waktu, social dan psikologis. Dalam konteks ruang, misal, memakai pakaian dengan warna menyala sebagai perilaku nonverbal yang wajar dalam suatu pesta dipersepsi kurran beradab bila hal itu ditampakkan dalam acara pemakaman. Seorang tamu yang diterima penghuni di halaman rumah menunjukkan tingkat penerimaan yang berbedadibandingkan tamu yang diterima di teras, ruang tamu, dan di kamar.

PRINSIP 6
Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi
Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau tata karma. Artinya, orang-orang memilih stategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan merespons. Prediksi ini tidak selalu disadari, dan sering berlangsung cepat. Kita dapat memprediksiperilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya. Anda tidak dapat menyapa orang tau anda atau dosen dengan kamu atau elu kecuali bila anda bersedia menerima resikonya, misalnya dicap sebagai orang yang kurang ajar. Anda juga tahu apa yang akan anda katakana ketika anda menerima hadiah dari orang lain atau ketika anda menyenggol seseorang tanpa sengaja.

PRINSIP 7
Komunikasi Bersifat Sistematis Setiap individu adalah sesuatu sistem yang hidup (a living system). Setidaknya dua sistem dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi itu: Sistem Internal dan Sistem Eksternal. Sistem internal adalah seluruh sistem yg dibawa oleh individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia serap selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosialnya (keluarga, masyarakat setempat, kelompok suku, kelompok agama, lembaga pendidikan, kelompok sebaya, tempat kera, dan sebagainya).

PRINSIP 8
Semakin Mirip Latar Belakang Sosial-budaya Semakin Efektiflah Komunikasi Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pesertanya. Dalam kenyataannya, tidak pernah ada dua manusia yang persis sama, meskipun mereka kembar yang dilahirkan dan diasuh dalam keluarga yang sama, diberi makanan yang sama dan didikan dengan cara yang sama. Namun kesamaan dalam hal-hal tertentu, misalnya agama, ras (suku), bahasa, tingkat pendidikan, atau tingkat ekonomi akan mendorong orang-orang untuk saling tertarik dan pada gilirannya karena kesamaan tersebut komunikasi mereka menjadi lebih efektif.

PRINSIP 9
Komunikasi Bersifat Nonsekuensial Komunikasi manusia pada dasarnya bersifat dua arah. Ketika seseorang berbicara kepada seseorang lainnya, atau sekelompok orang seperti dalam rapat atau kuliah, sebetulnya komunikasi itu berjalan dua arah, karena orang-orang yang kita anggap sebagai pendengar atau penerima pesan sebenarnya juga menjadi pembicara atau pemberi pesan pada saat yang sama, yaitu lewat perilaku nonverbal mereka. Misalnya dalam bentuk anggukan kepala sebagai tanda mengerti atau setuju, ekspresi wajah yang serius sebagai tanda kesungguhan mendengarkan pembicara, kening berkerut sebagai tanda ketidakmengertian, tatapan mata atau senyuman (seorang wanita) sebagai tanda ketertarikan atau menggoda, menguap sebagai tanda bosan atau mengantuk, atau menggigit jari sebagai tanda gelisah.

PRINSIP 10
Seperti juga waktu dan eksistensin,komunikasi tidak mempunyai akhir melainkan merupakan proses yang sinambung .komunikasi sebagai proses dapat di analogikan dengan pernyataan heracotus enam abad sebelum masehi dalam kehidupan manusia tidak pernah saat yang sama datang dua kali pandangan serupa juga dapat diterapkan pada sebuah fenomena ketika kita menonton sebuah film sama dan duduk di kursi yang sama karena film yang kita tonton untuk kedua kedua kalinya itu adalah film yang pernah kita tonton sebelumnya sedangkan film yang pernah ada tonton pertama kalinya adalah fiLm yang baru sama sekali sekali sehingga pengaruh tontonan pertama.dan komunikasi terjadi sekali waktu dan kemudian menjadi bagian dari sejarah kita dalam proses komunikasi itu para oerseta komunikasi saling mempengaruhi .seberapa kecilpun pengaruh itu baik lewat komunikasi verbal ataupun lewat komunikasi non verbal membuat orientasi juga berubahterhadapnya dan begitu seterusnya menanggapi salah satu elemen komunikasi,misalnya pesan verbal saja dengan mengabaikan semua elemen lainnya menyalahi gambaran komunikasi yang sebenarnya sebagai proses yang sinambung dan dinamis yang kita sebut transaksi.

PRINSIP 11
Komunikasi bersifat irreverbalberita secara lengkap Suatu perilaku adalah suatu peristiwa oleh karena merupakan peristiwa perilaku berlangsung dalam waktu dan tidak dapat di ambil kembalidalam komunikasi.sekali anda mengirimkan pesan anda tidak dapat mengendalikan pengaruh pesan tersebut.bagi khalayak apalagi menghilang kan efek pesan

PRINSIP 12
Komunikasi bukan penasehat untuk menyelesaikan berbagai masalah Banyak persoalan dengan konflik antar manusia oleh komunikasi namun komunikasi bukanlah penasehat (obat mujarab) untuk menyelsaikan persoalan atau konflik itu karena masalah strultual agar komunikasi efektif kendala struktual ini harus juga diatasi.contonnya komunikasi antara berbagai etnik baik antara warga tioghoa dengan warga pribumi antara suku(kalimatan) atau antara warga pendatang (bugis dan makassar)dan warga efektif bila terdapat kesenjagan ekonomi yang lebar di antara pihak pihak tersebut juga bila pihak-pihak tertentu tidak memperoleh aksen deskriminasi dalam lapangan pekerjaan ,maka hubungan antara warga yang berbeda etnik akan semakin efektif.

Alhamdulillah Ya Udah Selesai.??

Anda mungkin juga menyukai