Anda di halaman 1dari 6

Rini Aswari

1189210101

7 C’s of Communication Scott M. Cutlip

1. Completeness: Untuk mencapai komunikasi efektif hendaknya pesan yang disampaikan harus
lengkap, yaitu mencakup semua informasi yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan komunikan.
Sampaikan pesan dengan tuntas, supaya informasinya diterima dengan baik.

2. Conciseness: sampaikan pesan dengan singkat, ringkas, atau padat, tidak bertele-tele.

3. Consideration: Sebagai komunikator yang baik hendaknya mempertimbangkan pendapat,


pengetahuan, pola pikir, latar belakang, dan lain-lain dari komunikan agar komunikasi efektif dapat
tercapai. Agar komunikasi efektif dapat tercapai komnikan harus berhubungan serta melibatkan
komunikan.

4. Concreteness: pesan yang disampaikan adalah sesuatu yang konkret atau nyata, bukan sesuatu
yang abstrak.

5. Courtesy: sampaikan pesan atau informasi dengan cara yang sopan, dengan siapapun Anda
bicara. Pesan harus disampaikan dengan tulus dan sopan, serta mempertimbangkan sudut pandang
dan perasaan penerima pesan, termasuk juga menjaga perasaan dan hormat terhadap penerima
pesan.

6. Clearness/clarity: saat menyampaikan pesan, pastikan informasinya jelas dan dapat dimengerti
oleh si penerima pesan.

7. Correctness: Sebuah pesan yang kita sampaikan harus benar dari segi isi dan tata bahasa, selain
itu penting juga untuk memperhatikan situasi, kondisi, karakteristik komunikan dan waktu.

12 Prinsip Prof. Dedi Mulyana :

1. KOMUNIKASI ADALAH SUATU PROSES SIMBOLIK

Lambang Atau symbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan
kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal dan
objek yang maknanya disepakati bersana. Misalnya memasang bendera di halaman rumah untuk
menyatakan penghormatan atau kecintaan kepada Negara. Kemampuan manusia menggunakan
lambang verbal memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan antar manusia dan
objek (baik nyata ataupun abstrak) tanpa kehadiran manusia dan objek tersebut.

- Lambang bersifat sebarang, manasuka atau sewenang-wenang.

Apa saja bisa dijadikan lambang, bergantung pada kesepakatan bersama. Kata-kata (lisan
atau tulisan), isyarat anggota tubuh, makanan dan cara makan, tempat tinggal, jabatan, olahraga,
hobi, peristiwa, hewan, tumbuhan, gedung, alat (artefak), angka, bunyi, waktu dan sebagainya.
Semua itu bisa menjadi lambang. Makna sebenarnya ada dalam kepala kita, bukan terletak pada
lambang itu sendiri. Kalaupun ada orang yang mengatakan bahwa kata-kata mempunyai makna yang
ia maksudkan sebenarnya bahwa kata-kata itu mendorong orang untuk memberi makna ( yang telah
disetujui bersama) terhadap kata-kata itu.

- Lambang itu bervariasi

Lambang itu bervariasi dari suatu budaya ke budaya lain, dari suatu tempat ke tempat lain,
dan dari suatu konteks waktu ke konteks waktu lain. Begitu juga makna yang diberikan kepada
lambang tersebut. Untuk menyebut benda yang anda baca sekarang ini orang Indonesia
menggunakan kata buku, orang Jepang hon, orang Inggris book, orang Jerman buch. Pendek kata,
kita hanya memerlukan kesepakatan mengenai suatu lambang. Kalau kita sepakat semua, bisa saja
menamai benda berkaki empat yang biasa kita duduki dengan “meja” bukan “kursi”.

2. SETIAP PELAKU MEMPUNYAI POTENSI KOMUNIKASI.

Kita tidak dapat tidak berkomunikasi. Tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Alih-
alih, komunikasi terjadi bila seorang memberi makna pada perilaku orang lain atau perilakunya
sendiri. Contoh peristiwa pada prinsip kedua ini adalah Saat seseorang tidak sengaja batuk di
sebelah orang lain, orang yang batuk itu bertindak sebagai komunikator secara tak langsung, sebab
ia menyampaikan komunikasi, namun tanpa ia sadari. Walaupun begitu, orang di sebelahnya sebagai
komunikan dapat dengan sadar menerima pesan tersebut sebagai suatu komuikasi. Setelah tau si
komunikator batuk, si komunikan dapat merespon, dengan berpikir kalau orang yang di sebelahnya
sedang sakit batuk, sampai berdiri dan mencari tempat duduklain untuk menghindari si komunikator
yang batuk.

3. KOMUNIKASI PUNYA DIMENSI ISI DAN DIMENSI HUBUNGAN KOMUNIKASI ITU.

Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi, secara nonverbal. Dimensi
isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan
menunjukkang bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan
para peserta komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan. Tidak semua orang
menyadari bahwa pesan yang sama bisa ditafsirkan berbeda bila disampaikan dengan cara berbeda.
Pengaruh pesan juga akan berbeda bila disajikan dengan media yng berbeda. Cerita yang penuh
dengan kekerasan dan sensualitas yang disajikan televisi boleh jadi menimbulkan pengaruh yang
jauh lebih hebat, misalnya dalam bentuk peniruan oleh nak-anak atau remaja, bila dibandinkan
dengan peyajian cerita yang sama lewat ajalah atau radio, karena televisi memiliki sifat audio-visual,
sedangkan majalah nya mempunyai sifat visual sajada radio mempunyai sifat audio saja.

Contoh peristiwa pada prinsip ini adalah Saat seseorang ingin meminjam uang, ia bisa meminjam
uang dari ibu maupun temannya, dan dalam hal ini pesan yang ia sampaikan akan berbeda karena ia
jauh lebih hormat kepada ibunya dibandingkan kepada adiknya. Contoh saat meminjam uang dari
ibu, ia akan berkata, “permisi, bu. Boleh tidak aku pinjam uang untuk membayar buku?” dalam hal
ini,, ia meminjam dan menjelaskan tentang kegunaan uang yang akan ia pinjam, karena ia ingin
ibunya tau kegunaan uang tersebut jadi ibunya tidak akan marah. Sedangkan saat meminjam uang
dari si temannya, ia akan berkata, “Dik,aku pinjem uangmu ya. Nanti pasti aku kembalikan”. Dalam
hal ini, si kakak meminjam uang tanpa menjelaskan untuk apa uang tersebut. Namun ia lebih
menekankankalau ia pasti akan mengembalikan uang itu, karena bagi si adik uang itu tentu harus
dikembalikan karena ia membutuhkannya, namun jika dengan ibu, uang itu bisa diberikan secara
Cuma-Cuma karena sang ibu melihat kalau anaknya memang benar-benar membutuhkan uang
tersebut untuk belajar.

4. BERLANGSUNG DALAM BERBAGAI TINGKAT KESENGAJAAN.


Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, dari komunikasi yang tidak disengaja
sama sekali hingga komunikasi yang benar-benar direncakan dan disadari. Ketika kesengajaan
bukanlah syarat untuk terjadinya komunikasi. Meskipun kita sama sekalitidak bermaksud
menyampakan pedan kepada orang lain. Perilaku kita potensial ditafsirkan orang lain. Kta tidak
dapat mengendalikan orang ain untuk menafsirkan atau tidak menafsirkan perilaku kita. Membatasi
komunikasi sebagai proses disengaja adalah menganggap komunikasi sebagi instrument, seperti
dalam persuasi. Kadang-kadang komunikasi yang disenagja dibuat tampak tidak sengaja, banyak
pengacara menganjurkan klien mereka berpakaian dengan cara tertentu di ruang pengadilan.
Misalnya, dalam suatu pengadilan di Amerika Serikat, Patty Hearst mengenakan pakaian tua dan
konservatif ang meliputi blus yang besr dan logger, sesuai dengan perintah pengacaranya F.Lee
Bailey. Pakaian tua yang digunakan untuk melunakkan fakta bahwa ia kaya, dan blus yang kebesaran
digunakan untuk memberikan kesar bahwa berat badannya melorot untuk menumbuhkan simpati
para juri. Contoh peristiwa pada prinsip ini: Dalam hal ini komunikator melakukan komunikasi
dengan berbagai tingkat kesadaran. Saat sedang marah dan ia menampar wajah orang yang sedang
ia marahi, ia bisa melakukan itu dengan tingkat kesengajaan yang sangat rendah karena ia sudah
gelap mata. Namun saat berpidato,sang komunikator tentu akan menjalankan pidato tersebut
dengan tingkat kesengajaan yang tinggi.

5.KOMUNIKASI TERJADI DALAM KONTEKS RUANG DAN WAKTU

Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang (termasuk iklim, suhu, intensitas cahaya,
dan sebagainya) waktu, sosial, dan psikologis.Waktu juga mempengaruhi makna terhadap suatu
pesan. Misalnya:

- Dering telepon pertama itu mungkin berita sangat penting (darurat), misalnya untuk mengabarkan
orang yang sakit keras, kecelakaan, atau meninggal dunia, atau upaya orang jahat untuk mengetes
apakah dirumah ada orang atau tidak .

- Dering telepon pada malam atau dini hari akan dipersepsikan lain bila dibandingkan dengan dering
telepon pada siang hari.

Kunjungan seorang mahasiswa kepada teman kuliahnya yang wanita pada malam minggu akan
dimaknai lain dibandingkan dengan kedatangannya pada malam biasa.

Contoh peristiwa pada prinsip ini adalah Saat sedang di rumahnya sendiri, seseorang bisa bertindak
sesukanya tanpa mempedulikan sopan santun, sebab ia merasa sedang di rumahnya sendiri. Namun
saat ia sedang bertemu dirumahorang lain, perilakunya bisa berubah drastis demi menghormati sang
tuan rumah, ia bisa berubah menjadi jauh lebih sopan dan lebih tidak banyak bicara, hanya karena
ruang dan waktunya berbeda.

6. KOMUNIKASI MELIBATKAN PREDIKSI PESERTA KOMUNIKASI

Prinsip ini mengasumsikan bahwa hingga derajat tertentu ada keteraturan pada perilaku komunikasi
manusia. Dengan kata lain, perilaku manusia, minimal secara parsial, dapat diramalkan. Misalnya ,

- Setiap bangun tidur , kita akan merasa cemas dan takut,karena kita tidak dapat menduga apa yang
akan orang lakukan terhadap kita.

- Ketika anda memasuki sebuah toko, anda dapat menduga bagaimana perilaku verbal dan
nonverbalsi pelayan toko yang tidak anda kenal.
- Tidak mungkin orangtua, suami atau istri Anda tiba-tiba menendang Anda begitu tiba dirumah sore
hari, padahal pagi hari sebelum Anda berangkat kuliah atau kerja Anda pamit kepada mereka
dengan hangat.

Contoh peristiwa pada prinsip ini adalah Di Indonesia, setelah makan, seseorang yang ingin
bersendawa akan berusaha menahannya atau melakukannya tanpa suara karena merasa itu adalah
suatu tindakan yang tidak sopan, sebab ia sebagai komunikator akan memprediksikan reaksi orang-
orang di sekitarnya, dan tentunya ia akan malu jika dianggap jorok dan tidak sopan. Namun di Arab,
seseorang yang melakukan sendawa setelah makan akan dianggap menghormati masakan tuan
rumah, karena sendawa di Arab diartikan sebagai suatu kepuasan akan makanan yang dihidangkan.
Jadi, oang Arab akan memprediksikan reaksi orang-orang di sekitarnya sebelum akan bersendawa,
dan saat ia merasa itu tidak apa-apa dan ia akan dianggap menghormati masakan tuan rumah
sebagai bersendawa, maka ia akan bersendawa tanpa merasa malu.

7. KOMUNIKASI ITU BERSIFAT SISTEMIK

Setiap individu adalah suatu system yang hidup (a living system). Setidaknya dua system dasar
beroperasi dalam transaksi komunikasi itu: Sistem Internal dan Sistem Eksternal. System internal
adalah seluruh system nilai yang dibawa oleh individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi,
yang ia cerap selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosialnya (keluarga, masyarakat
setempat, kelompok suku, kelompok agama, lembaga pendidikan, kelompok sebaya, tempat kerja,
dan sebagainya). Istilah-istilah lain lain yang identik dengan system internal ini adalah kerangka
rujukan (frame of reference), bidang pengalaman (field of experience), struktur kognitif (cognitive
structure), pola piker (thinking patrens), keadaan internal (internal states), atau sikap (attitude).
Pendeknya, system internal ini mengandung semua unsure yang membentuk individu yang unik,
termasuk cirri-ciri kepribadiannya, intelegensi, pendidikan, pengetahuan, agama, bahasa, motif,
keinginan, cita-cita, dan semua pengalaman masa lalunya, yang pada dasarnya tersembunyi. Dalam
konteks inin, setiap individu adalah suatu system internal. Jumlah sistem internal ini adalah
sebanyak individu yang ada.

Contoh peristiwa pada prinsip ini adalah Riko kurang menyukai kebiasaan buruk temannya, Rian
yang suka menjelek-jelekan teman-temannya di belakang. Secara nternal, Riko terus berpikir,
bagaimana caranya menasehati Rian tentang kebiasaan buruknya itu tanpa menyakiti perasaannya
atau membuatnya marah. Akhirnya secara eksternal pesan itu Riko sampaikan lewat perkataan, “
Rian, saya sebagai teman yang peduli kepadamu mau menasehatimu, menurutku sebaiknya kamu
berusaha menghilangkan kebiasaan buruk itu, sebab menjelek-jelekkan orang di belakang itu
bukanlah hal yang baik."

8. SEMAKIN MIRIP LATAR BELAKAN SOSIAL BUDAYA SEMAKIN EFEKTIFLAH KOMUNIKASI

Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pesertanya
(orang-orang yang sedang berkomunikasi). Misalnya , penjual yang datang ke rumah untuk
mempromosikan barang dianggap telah melakukan komunikasi efektif bila akhirnya tuan rumah
membeli barang yang ia tawarkan, sesuai dengan yang diharapkan penjual itu, dan tuan rumahpun
merasa puas dengan barang dibelinya.

Dalam kenyataanya, tidak pernah ada dua manusia yang persis sama, meskipun mereka kembar
yang dilahirkan dan diasuh dalam keluarga yang sama, diberi makanan yang sama dan dididik
dengan cara yang sama. Namun kesamaan dalam hal-hal tertentu, misalnya agama, ras (suku),
bahasa, tingkat pendidikan, atau tingkat ekonomi akan mendorong orang-orang untuk saling tertarik
dan pada gilirannya karena kesamaan tersebut komunikasi mereka menjadi lebih efektif. Kesamaan
bahasa khususnya akan membuat orang-orang yag berkomunikasi lebih mudah mencapai pengertian
bersama dibandingkan dengan orang-orag yang tidak memahami bahasa yang sama.

Contoh peristiwa pada prinsip ini adalah Karena Santi yang berasal dari Indonesia berteman dengan
Ashraf yang berasal dari Malaysia, maka komunikasi di antara mereka berdua dapat berjalan dengan
efektif, sebab kehiduan sosial-budaya di Indonesia dan Malaysia tidak jauh berbeda. Namun saat
Ashraf yang dari Malaysia berkenalan dengan Miho yang dari Korea, komunikasi diantara mereka
berdua tidak berjalan dengan sangat efektif, sebab kehidupan sosial-budaya antara Korea dan
Malaysia sangatlah berbeda.

9. KOMUNIKASI BERSIFAT NONSEKUENSIAL

Komunikasi sirkuler ditandai hal seperti berikut :

- Orang-orang yang berkomunikasi dianggap memiliki status yang setara, misalnya komunikator A
dan komunikator B, mereka menerima dan mengirim pesan pada saat yang sama. Jadi, setiap orang
dapat menjadi pemberi, penerima, sumber, dan sasaran.

- Proses komunikasi berjalan dua arah dan menimbulkan timbal balik dan tidak ditandai dengan satu
garis linier (satu-arah)

- Tidak membedakan pesan dengan umpan balik, karena di setiap umpan balik memiliki pesan
sehingga tidak bisa dibedakan.

- Komunikasi sebenarnya terjadi melalui proses rumit, bukan hanya sekedar isi, namun mulai dari
komunikasi intrapribadi, proses kimiawi dalam otak, hingga gerakan bibir yang mengeluarkan bunyi.

Meskipun bersifat sirkuler, namun sebenarnya proses komunikasi tidak berpola secara kaku, namun
dapat juga berjalan secara linier, sirkuler, helikal, atau tatanan lainnya. Bisa saja beroperasi seperti
yang dijelaskan, baik semua mau pun sebagian, atau acak. Namun dalam sirkuler dianggap lebih
tepat untuk menandai proses komunikasi.

Contoh peristiwa pada prinsip ini adalah Raisa menyampaikan idenya kepada Chelsea, lalu untuk
menyampaikan kepada Raisa bahwa ia mengerti maka ia mengangguk. Begitupun dengan Raisa yang
kembali melanjutkan pembicaraan karena ia merasa bahwa Chelsea sudah cukup mengerti dengan
informasi yang sebelumnya diterangkan.

10. KOMUNIKASI BERSIFAT PROSESUAL, DINAMIS DAN TRANSAKSIONAL

Implikasi dari komunikasi sebagai proses yang dinamis dan transaksional adalah bahwa peserta
komunikasi berubah, mulai dari bertambahnya pengetahuan, hingga berubahnya pandangan. Ada
yang mengalami perubahan secara perlahan-lahan ada juga yang secara langsung dan cepat
berubah, salah satunya dengan cuci otak. Implisit dari komunikasi sebagai suatu proses yang dinamis
dan transaksional adalah proses penyandian (encoding) dan penyandian-balik (decoding) yang
terjadi serempak, bukan bergantian, sehingga dapat disebut sebuah komunikasi sebagai transaksi.

Pandangan dinamis dan transaksional memberi penekanan bahwa Anda mengalami perubahan
sebagai adanya hasil dari terjadinya komunikasi. Perspektif transaksional memberi penekanan
terhadap dua sifat komunikasi, yaitu serentak dan saling mempengaruhi. Para pesertanya menjadi
saling bergantung, dan komunikasi mereka hanya dapat dianalisis berdasarkan konteks peristiwanya.
Contoh peristiwa pada prinsip ini adalah Suatu komunikasi dapat merubah pandangan komunikasi.
Contoh, pada awalnya Rani sangat tidak menyukai bisnis MLM, ia bahkan pernah berjanji tidak akan
bergelut di dalamnya. Namun setelan Andi menghabiskan bisnis Tianshi mengadakan prospek pada
Rani selama dua jam, pandangan Rani terhadap MLM bisa berubah drastis, bahkan Rani bisa menjadi
anggota bisnis MLM Tianshi dan menjadi anggota yang sangat aktif.

11. KOMUNIKASI BERSIFAT IRREVERSIBLE

Sifat irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai proses yang selalu berubah. Proses ini
mengingatkan kita untuk berhat-hati dalam menyampaikan informasi kepada khalayak, karena
efeknya tidak bisa kita tiadakan bahkan hanya sekedar diralat. Terutama saat informasi itu
disampaikan untuk pertama kalinya, seperti saat persentasi karena kesan pertama cenderung abadi.

Contoh peristiwa pada prinsip ini adalah Pesan yang telah disampaikan lewat komunikasi tidak akan
dapat di tarik kembali, contohnya saat Syahrini yang berprofesi sebagai penyanyi meluncurkan
sebuah lagu, ia mengatakan kalau judul lagu tersebut masih belum pasti, namun karena pada bagian
refrain lagu itu banyak terdapat kata-kata “ Sesuatu”, akhirnya Syahrini pun mengizinkan masyarakat
menyebut judul itu “ Sesuatu”. Namun setelah beberapa bulan berlalu, akhirnya Syahrini
mengatakan bahwa lagu tersebut berjudul “ Sesuatu yang Ada di Hatimu”, namun masyarakat tetap
merasa bahwa lagu itu berjudul “Sesuatu” sebab pesan itu sudah sangat melekat di pikiran
masyarakat. Akhirnya Syahrini tidak mempermasalahkan tentang judul sebenarnya dari lagu itu,
sebab ia sudah pernah member izin masyarakat untuk menyebut judul lagunya sebagai “Sesuatu”,
dan izin dari Syahrini itu sudah tidak bisa ditarik kembali.

12. KOMUNIKASI BUKAN PANESA (OBAT) UNTUK MENYELESAIKAN BERBAGAI MASALAH

Banyak masalah atau konflik dapat terjadi, namun komunikasi bukanlah panasea atau “obat
mujarab” yang mampu meredam itu semua karena berkaitan dengan masalah struktural. Agar
komunikasi menjadi efektif, diperlukan penyelesaian dalam masalah struktural ini. Komunikasi
antara berbagai etnik , baik antara warga Tionghoa dengan warga pribumi.

Hubungan antara warga Tioanghoa dan warga pribumi akan semakin efektif bila warga Tionghoa pun
diperbolehkan menjadi pegawai negeri dan anggota TNI , tidak hanya sebagai pedagang atau
pegawai bank swasta seperti yang terjadi selama ini.

Contoh peristiwa pada prinsip ini adalahingin menyelesaikan masalah dan melakukan komunikasi
efektif dengan warga Papua, tidak akan tercapai karena pemerintah sebelumnya atau sedang
memperlakukan masyarakatnya dengan semena-mena.

Anda mungkin juga menyukai