Anda di halaman 1dari 9

A.

Pendahuluan

Secara etomologi perkataan komunikasi berasal dari bahasa latin “


communicare” yang mempunyai arti berpartisipasi atau memberitahukan.
Sedangkan untuk pengertian secara definitif, dapat kita artikan bahwa komunikasi
merupakan sebuah proses baik pertukaran informasi, pengalaman diawali dengan
seseorang memberikan tanda atau kode ( sender ) si pemberi kode kepada (
receiver ) penerima kode baik kode verbal maupun nonverbal. Seperti definisi
komunikasi, prinsip-prinsip komunikasi juga diuraikan dengan berbagai cara oleh
pakar komunikasi. Mereka kalanya menggunakan istilah-istilah lain untuk merujik
pada prinsip-prinsip komunikasi ini. Mereka kalanya menggunakan istilah-istilah
lain untuk merujik pada prinsip-prinsip komunikasi ini. Misalnya, William B
Gudykunts dan Young Yun Kim menyebutnya asumsi-asumsi komunikasi, ada
yang menyebutnya karakteristik-karakteristik komunikasi dan juga masih banyak
lagi. Disini saya menyajikan prinsip-prinsip komunikasi berikut dengan contoh
yang saya ambil dari buku komunikasi karya Prof.Deddy Mulyana, M.A.,Ph.D..
selanjutnya komunikasi didefinisikan menjadi 3 yaitu receiver model, bila suatu
teks, yang tidak di sengaja di tangkap oleh individu. Terjadi proses pembentukan
makna pada diri seseorang maka dikatakan sudah terdaji proses komunikasi.
Sender model .misal seseorang menyampaikan pesan, secara sengaja, tapi tidak
ditangkap atau dimaknai orang lain. Sender receiver behavioral model. Seseorang
menyampaikan pesan dengan sengaja, apakah nonverbal maupun verbal;
kemudian ditangkap orang lain; apakah sekilas ataukah secara penuh. Inilah
model komunikasi yang paling sempurna.

B. Pertanyaan

1. Bagaimana prinsip ke 5 dalam komunikasi?


2. Bagaimana prinsip ke 6 dalam komunikasi?
3. Bagaimana prinsip ke 7 dalam komunikasi?
4. Bagaimana prinsip ke 8 dalam komunikasi?
C. Analisis

Prinsip 5 : Komunikasi Terjadi Dalam Konteks Ruang Dan Waktu

Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikasi baik verbal


maupun nonverbal disesuaikan dengan tempat dimana komunikasi itu
berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu
berlangsung

Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang ( termasuk
iklim, suhu, intensitas cahaya dan sebagainya), waktu, sosial dan psikologis.
Topik-topik yang lazim dipercakapan di rumah,tempat kerja, atau tempat hiburan
seperti “lelucon”, “ acara televisi”, “mobil”, “bisnis”, atau “ perdagangan” terasa
kurang sopan bila dikemukakan di masjid. Tertawa terbahak-bahak atau memakai
pakaian dengan warna menyala, seperti merah sebagai perilaku nonverbal yang
wajar dalam suatu pesta dipersepsi kurang beradab bila hal itu ditampakkan dalam
acara pemakaman. Seorang tamu yang diterima penghuni didalam rumah
menunjukan tingkat penerimaan yang berbeda bila di bandingkan dengan
penerimaan diteras, diruang tamu, ruang tengah, dan dikamar pribadi. Seorang
kiai NU pernah mengemukakan : “bila ia kawan saya, saya akan menerimannya di
dalam rumah ; bila ia orang yang belum saya kenal, saya akan menerimanya di
teras, dan bila ia musuh saya, saya akan menerimannya di pekarangan”.1

Waktu juga mempengaruhi makna terhadap suatu pesan. Dering telepon


pada tengah malam atau dini hari akan dipersepsikan lain bila dibandingkan
dengan dering telepon pada siang hari. Dering telepon yang pertama itu mungkin
berita sangat penting(darurat) , misalnya untuk mengabarkan orang yang sakit
keras, kecelakaan atau meninggal dunia atau upaya orang jahat untuk mengetes
apakah di rumah ada orang atau tidak. Kunjungan malam minggu akan dimaknai
lain dibandingkan dengan kedatangannya pada malam biasa.

1
Prof.Deddy Mulyana, M.A.,Ph.D., Ilmu Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010, hlm
114.
Kehadiran orang lain, sebagai konteks sosial juga akan mempengaruhi
orang-orang yang berkomunikasi. Misalnya, dua orang yang diam-diam
berkonflik akan merasa canggung bila tidak ada orang sama sekali di dekat
mereka. Namun hubungan mereka akan sedikit mencair bila ada satu atau
beberapa orang diantara mereka. Bahkan mereka bisa saling menyapa lagi seolah-
olah tidak ada perselisihan diantara mereka. Pengaruh konteks waktu dan konteks
sosial terlihat pada suaru keluarga yang tidak pernah tersenyum atau menyapa
siapapun pada hari-hari biasa, tetapi mendadak menjadi ramah pada hari lebaran.
Penghuni rumah membuka pintu rumah mereka lebar-lebar, dan mempersilakan
tamu untuk mencicipi makanan dan minuman yang mereka sediakan.

Suasana psikologis peserta komunikasi tidak pelah mempengaruhi juga


suasana komunikasi.komentar seorang istri mengenai kenaikan harga kebutuhan
rumah tangga dan kurangnya uang belanja pemberian suaminya yang mungkin
akan ditanggapi dengan kepala dingin oleh suaminya dalam keadaan biasa atau
keadaan santai, boleh jadi akan membuant sang suami geram bila istri
menyampaikan komentar tersebut saat suami baru pulang dari kerja dan baru
dimarahi habis-habisan oleh atasannya hari ini.2

Prinsip 6 : Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi

Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku


komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau
tatakrama. Artinya orang–orang memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana
orang yang menerima pesan akan merespon. Prediksi ini tidak selalu disadari, dan
sering berlangsung cepat. Kita dapat memprediksi perilaku komunikasi orang lain
berdasarkan peran sosialnya. Anda tidak dapat menyapa orang tua anda atau
dosen anda dengan “ kamu” atau “ Elu” , kecuali bila anda bersedia menerima
risikonya, misalnya dicap sebagai orang yang kurang ajar. Anda juga tahu apa

2
Prof.Deddy Mulyana, M.A.,Ph.D., Ilmu Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010, hlm
115.
yang harus anda katakan (“Terima Kasih”) ketika anda menerima hadiah dari
orang lain atau ketika anda menyenggol seseorang tanpa sengaja (“Maaf”). Anda
juga tahu aturan jam berapa anda harus menelepon atau bertamu kepada seseorang
atau sebarapa lama toleransi keterlambatan anda ketika anda bertemu dengan
seseorang.3

Prinsip ini mengasumsi bahwa sesungguhnya derajat tertentu ada


keteraturan pada perilaku komunikasi manusia. Dengan kata lain, perilaku
manusia, minimal secara parsial, dapat diramalkan. Kalau semua perilaku manusia
itu bersifat acak, selalu tanpak diduga, hidup kita akan sulit. Setiap bangun tidur,
kita akan merasa cemas dan takut, karena kita tidak dapat menduga apa yang akan
orang lakukan terhadap kita. Bagaimanapun ketika anda memasuki sebuah toko,
anda dapat menduga bagaimana perulaku verbal, dan nonverbal si pelayan toko
yang tidak anda kenal. Ia tidak mungkin tiba-tiba meremas-meremas pantat anda.
Juga tidak mungkin orang tua, suami atau isteri anda tiba-tiba menemdang anda
begitu anda tiba dirumah sore hari, padahal pagi hari sebelum anda berangkat
kuliah atau kerja anda pamit kepada mereka dengan hangat.4

Pembentukan makna pada individu tidak terlepas dari aspek-aspek (1)


kemampuan manusia dalam berpikir (2) kemampuan berpikir dibentuk oleh
interaksi sosial (3) manusia mempelajari arti dan simbol dalam interaksi sosial
yang memungkinkan mereka menggunakan kemampuan berpikir mereka yang
khusus (4) makna dan simbol mengungkinkan manusia melanjutkan tindakan
khusus dan berinteraksi (5) manusia mampu mengubah arti dan simbol yang
mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan penafsiran mereka
terhadap situasi (6) manusia mampu membuat kebijakan modifikasi dan
perubahan, sebagai karena kemampuan mereka berinteraksi dengan diri mereka
sendiri,yang mengungkinkan mereka menguji serangkaian peluang
tindakan,meniali keuntungan dan kerugian relatif mereka dan kemudian memilioh

3
Prof.Deddy Mulyana, M.A.,Ph.D., Ilmu Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010, hlm
115.
4
Prof.Deddy Mulyana, M.A.,Ph.D., Ilmu Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010, hlm
115.
satu diantara serangkaian peluang tindakan itu (7) pola tindakan adan interaksi
yang saling berkaitan akan membentuk kelompok dan masyarakat.5

Prinsip 7 : Komunikasi Bersifat Sistemik

Setiap individu adalah suatu sistem yang hidup ( a living system). Organ-
organ dalam tubuh kita saling berhubungan. Kerusakan pada mata dapat membuat
kepala kita pusing. Bahkan unsur dari kita yang bersifat jasmani juga
berhubungan dengan unsur kita yang bersifat rohani. Kemarahan membuat
jantung kita berdetak lebih cepat dan berkeringat.6

Setidaknya dua sistem dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi itu:


sistem internal dan sistem eksternal. Sistem internal adalah seluruh sistem nilai
yang dibawa oleh individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi yang ia
serap selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosialnya (keluarga,
masyarakat setempat, kelompok suku, kelompok agama, lembaga pendidikan,
kelompok sebaya, tempat kerja, dan sebagainya). Istilah-istilah lain yang identik
dengan sistem internal ini adalah kerangka rujukan ( frame of reference), bidang
pengalaman ( field of experience), struktur kognitif ( cognitiv stucture), pola pikir
(thinking paterns), keadaan internal ( internal state) atau sikap ( attitude).
Pendekatanya, sistem internal ini mengandung semua unsur yang membentuk
individu yang unik, termasuk ciri-ciri kepribadiannya, intelegensi, pendidikan,
pengetahuan, agama,bahasa, motif, keinginan, cita-cita, dan semua pengalaman
masa lalunya, yang pada dasarnya tersembunyi, kita hanya dapat mendugannya
lewat kata-kata yang ia ucapkan dan atau perilaku yang ia tunjukan. Sering kita
tidak menyadari sistem internal kita tersebut dan menganggapnya sebagai sesuatu
yang harus demikian adanya, sehingga kita tidak pernah mempersoalkanya lagi.

5
Prof.Deddy Mulyana, M.A.,Ph.D., Komunikasi Kontekstual , Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013,
hlm 88.
6
Prof.Deddy Mulyana, M.A.,Ph.D., Ilmu Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010, hlm
116.
Dalam konteks ini, setiap individu adalah suatu sistem internal. Jumlah sistem
internal ini adalah sebagai individu yang ada.

Berbeda dengan sistem internal, sistem eksternal terdiri dari unsur-unsur


dalam lingkungan di luar individu, termasuk kata-kata yang ia pilih untuk
berbicara,isyarat fisik peserta komunikasi, kegaduhan disekitarnya, penataan
ruang, cahaya, dan temperatur ruang. Elemen-elemen ini adalah stimuli publik
yang terbuka bagi setiap peserta komunikasi dalam sertiap transaksi komunikasi.
Akan tetapi, karena masing-masing orang mempunyai sistem internal yang
berbeda, maka setiap orang tidak akan memiliki bidang perseptual yang sama,
meskipun mereka duduk di ruang yang sama, duduk dikursi yang sama dan
menghadapi situasi yang sama. Misalnya bagi orang yang baru patah hati,
nyanyian sentimental yang ia dengarkan di ruangan itu sangat mengharu-birunya
dan membuatnya menitikkan airmata, sementara bagi orang disampingnya lagu itu
bahkan meyebalkan karena bersifat cengeng. Maka dapat dikatakan bahwa
komunikasi adalah produk dari perpaduan antara sistem internal dan sistem
eksternal tersebut. Lingkungan dan objek mempengaruhi komunikasi kita,namun
persepsi kita atas lingkungan kita juga mempengaruhi cara kita berperlaku.

Lingkungan dimana para peserta komunikasi itu berada merupakan bagian


dari suatu sistem lain yang lebih besar. Misalnya, rumah kita, sekolah kita, dan
tempat kerja kita merupakan bagian-bagian dari suatu lingkungan berupa
masyarakat kota, yang kesemuanya saling mempengaruhi. Kekecewaan yang kita
peroleh di sekolah karena gagal ujian, atau di tempat kerja karena tidak
memperoleh bonus besar yang di janjikan perusahaan, tidak bisa kita hilangkan
begitu saja ketika kita berada di rumah kita, anda perhatikan prinsip nomor 7 ini
berkaitan erat dengan prinsip nomor 5 yang kita bahasa sebelumnya.7

7
Prof.Deddy Mulyana, M.A.,Ph.D., Ilmu Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010, hlm
117.
Prinsip 8 : Semakin Mirip Latar Belakang Sosial Budaya Semakin Efektiflan
Komunikasi

Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan


harapan para pesertanya( orang-orang yang sedang berkomunikasi). Misalnya,
penjual yang datang ke rumah untuk mempromosikan barang dianggap telah
melakukan komunikasi efektif bila akhirnya tuan rumah membeli barang yang ia
tawarkan, sesuai dengan yang diharapkan penjual itu, dan tuan rumah pun merasa
puas dengan barang yang dibelinya.

Dalam kenyataanya, tidak pernah ada dua manusia yang persis sama,
meskipun mereka kembar yang dilahirkan dan di asuh dalam keluarga yang sama,
di beri makanan yang sama dan dididik dengan cara yang sama. Namun kesamaan
dalam hal-hal tertentu, misalnya agama, ras, bahasa, tingkat pendidikan, atau
tingkat ekonomi akan mendorong orang-orang untuk saling tertarik dan pada
giliranya karena kesamaan tersebut komunikasi mereka menjadi lebih efektif.
Kesamaan bahasa khususnya akan membuat orang-orang yang berkomunikasi
lebih mudah mencapai pengertian bersama dibandingknan dengan orang-orang
yang tidak memahami bahasa yang sama.

Seorang lulusan universitas bisa saja menikah dengan seorang lulusan SD,
dan seorang kulit putih dengan seorang kulit hitam, namum pasangan-pasangan
tersebut harus berupaya lebih keras untuk menyesuaikan diri satu sama lain agar
komunikasi mereka berlangsung efektif. Tanpa kesediaan untuk saling memahami
dan menerima perbedaan tersebut, pernikahan mereka akan kandas ditengah jalan.

Makna suatu pesan, baik verbal ataupun nonverbal, pada dasarnya terikat
budaya. Makna penuh suatu humor dalam bahasa daerah hanya akan dapat
ditangkap oleh penutur asli bahasa bersangkutan. Penuturan asli akan tertawa
terbahak-bahak mendengar humor tersebut, sementara orang-orang lain mungkin
sakan bengong meskipun mereka secara harfiah memahami kata-kata dalam
humor tersebut8.

D. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa pada prinsip ke 5 yaitu komunikasi dalam


konteks ruang dan waktu menerangkan bahwa makna pesan yang disampaikan
dari sebuah proses komunikasi bergantung pada konteks fisik, waktu, sosial, dan
psikologi. Konteks ruang atau fisik ini dapat meliputi tempat, iklim dan suhu.
Kehadiran seseorang sebagai konteks sosial juga akan mempengaruhi orang-orang
yang berkomunikasi. Suasana psikologi peserta komunikasi juga mempengaruhi
suasana dalam berkomunikasi. Pada prinsip ke 6 yaitu komunikasi melibatkan
prediksi peserta komunikasi bahwa ketikan orang-orang berkomunikasi,
meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Hal ini dapat berarti bahwa
seseorang yang sendang menjalin komunikasi dengan seseorang akan dapat di
prediksi apa yang harus dilakukan dalam merespon pesan yang disampaikan.
Prinsip ke 7 yaitu komunikasi bersifat sistemik karena setiap individu merupakan
suatu sistem yang hidup yang selalu berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang
lain, yang di pengaruhi oleh yang namanya sistem. Adapun sistem internal dan
sistem eksternal. Sistem internal yaitu semua yang melekat pada diri individu baik
itu kognitif atau kecerdasan, pengalaman, agama yang dianut, pola pikir, sikap,
keinginan. Berbeda dengan sistem internal, sistem eksternal terdiri dari unsur-
unsur dalam lingkungan di luar diri individu termasuk kata-kata yang ia pilih,
penataan ruang dan cahaya, isyarat fisik. Lingkungan dimana para peserta
kominukasi itu berada merupakan bagian dari suatu sistem lain yang lebih besar
misalnya rumah, sekolah, dan lingkungan tempat tinggal. Prinsip 8 yaitu semakin
mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi. Komunikasi
yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para
pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi ). Makna suatu pesan, baik
verbal maupun nonverbal pada dasarnya terikat budaya.

8
Prof.Deddy Mulyana, M.A.,Ph.D., Ilmu Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010, hlm
118.
E. Referensi

Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Mulyana, Deddy 2013. Komunikasi Kontekstual. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai