Anda di halaman 1dari 16

Makalah Belajar dan Pembelajaran

TREN PEMBELAJARAN FISIKA

DISUSUN OLEH :

NUR HANIFAH (200407005)


TARIZKY ADINDA SIREGAR (200407011)
ZAMZAMI SAM (200407004)
MUHAMMAD MEUTUAH SYAHNI (200407006)

Dosen Pengampu
Rizky Nafaida M.Pd

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SAMUDRA
LANGSA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan banyak nikmatnya kepada saya, sehingga saya mampu menyelesaikan
Makalah Tren Pembelajaran Fisika ini tepat pada waktu yang telah direncanakan.
Penulisan makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata perkuliahan
Belajar dan Pembelajaran.
Penyusunan makalah ini tidak bermaksud untuk mengubah materi yang telah di
susun. Namun Saya hanya lebih mendekatkan beberapa materi yang sama dari sumber
referensi yang berbeda. Semoga nantinya dapet menambah pengetahuan bagi pembaca.
Saya sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan, begitu pula dalam
makalah Ini yang mempunyai banyak kekurangan.

Saya meminta maaf kepada pembaca Atas segala kekurangan makalah yang kami buat
ini, Dan saya sebagai penulis makalah juga Berharap agar materi yang saya sampaikan
ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Langsa, Januari 2022

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… ii
BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1
1.1.Latar Belakang…………………………………………………………………. 1
1.2.Rumusan Masalah……………………………………………………………… 2
1.3.Tujuan Penulisan……………………………………………………………….. 2
BAB II : PEMBAHASAN………………………………………………………… 3
2.1. Pengertian Hots………………………………………………………………... 3
2.2. Trend Pembelajaran Hots Fisika disekolah…………………………………… 4
BAB III : PENUTUP……………………………………………………………… 12
3.1. Kesimpulan……………………………………………………………………. 12
3.2. Saran…………………………………………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Fisika adalah pondasi penting dalam pengembangan sains dan teknologi. Tanpa
adanya pondasi fisika yang kuat, keruntuhan akan perkembangan sains dan teknologi
adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah ilmu yang memelajari gejala alam berupa
materi dan energi. Fisika mencakup kumpulan fakta, konsep, prinsip, hukum, porsulat,
dan teori. Fisika sebagai salah satu cabang ilmu sains (IPA), memiliki 2 hal yang sangat
penting yang saling terkait satu sama lain, yaitu fisika eksperimen dan fisika teori.
Fisikawan memelajari fenomena-fenomena alam dan kemudian berusaha menemukan
pola dan prinsip yang berlaku pada fenomena-fenomena tersebut yang berlaku pula
pada ruang dan waktu yang berbeda. Fisika merupakan ilmu yang berusaha memahami
aturan-aturan alam yang begitu indah dan dengan rapih dapat dideskripsikan secara
matematis (Mundilarto, 2002:4). Pada hakikatnya (Nature of Physics), fisika terdiri dari
tiga komponen utama, yaitu physics as a product aspect or a body of knowledge,
physics as an attitude aspect or a way of thinking, and physics as a process aspect or a
way of investigating (Supahar: 2014), yang mana ketiga komponen besar ini tidak dapat
kita ambil satu-satu secara parsial, akan tetapi sebagai suatu kebulatan yang utuh.
Tinggi rendahnya kualitas penguasaan fisika tergantung dengan bagaimana proses
pendidikan fisika berjalan. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya,
pendidikan itu sendiri pun tidak dapat dilepaskan dari bagaimana proses pembelajaran
dilakukan. Masih menurut UU No. 20 Tahun 2003, pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Sehingga memiliki rancangan pembelajaran yang berkualitas baik adalah suatu
syarat mutlak untuk memperoleh kualitas pendidikan yang baik.
Kerap ditemukan pada pembelajaran fisika, peserta didik hanya menerima fisika
sebagai kumpulan ilmu pengetahuan tanpa mengerti bagaimana proses terbentuknya
ilmu pengetahuan itu sendiri. Sehingga, fisika cenderung hanya dipahami sebagai
hapalan yang mereka sendiri belum tentu mengerti apa maksud dari semua itu. Fisika
adalah ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga fisika bukan hanya sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi lebih dari itu, fisika juga
merupakan suatu proses penemuan. Memelajari fisika yang memiliki karakter ilmiah
secara tidak langsung juga akan membelajarkan peserta didik untuk memiliki sikap-
sikap ilmiah, seperti jujur, bertanggungjawab, memiliki rasa ingin tahu, objektif, dan
rasional. Sesuai dengan karakternya, fisika yang merupakan salah satu mata pelajaran
yang dibelajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA) berfungsi untuk mengambangkan
kemampuan berpikir kritis, logis, kreatif, kooperatif, serta kemampuan berpikir tingkat
tinggi dan pemecahan masalah. Belajar sains identik dengan membangun keterampilan
berpikir tingkat tinggi yang salah satunya adalah pemecahan masalah. Siswa dengan
pemahaman konsepnya akan dapat menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan
sehari-hari yang terkait dengan ilmu fisika.

1.2.Rumusan Masalah
1.Apa Pengertian Hots yang menjadi Trend Pembelajaran Fisika ?
2. Trend Hots Seperti Apa Yang Diterapkan Di Sekolah dalam Pembelajaran Fisika?

1.3.Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Hots
2. Untuk Mengetahui Trend Pembelajaran Fisika di Sekolah
3. Untuk Tugas Mata Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian HOTS
HOTS merupakan cara berpikir lebih tinggi dibandingkan dengan menghafal
maupun menceritakan kembali apa yang didengar dari orang lain. HOTS sendiri bukan
sebuah soal ujian maupun mata pelajaran. Namun adalah sebuah tujuan yang akan
dicapai dalam pembelajaran melalui pendekatan, proses dan metode tertentu. Harus
diingat bahwa bila salah dalam memahami konsep HOTS maka model pembelajarannya
akan tidak produktif dan tidak berhasil. Konsep yang didasarkan pada taksonomi Bloom
ini membagi kemampuan berpikir menjadi kemampuan berpikir tingkat rendah atau
Lower Order Thinking Skills (LOTS) dan HOTS. Kemampuan LOTS diantaranya
kemampuan mengingat(remember), memahami(understand) dan menerapkan (apply).
Berbeda dengan HOTS merupakan kemampuan di dalam menganalisis (analyze),
mengevaluasi (evaluate) dan menciptakan (create).
Kebiasaan berpikir tingkat rendah atau low order thingking yang diajarkan
kepada siswa menyebabkan tidak memiliki high order thingking skills (HOTS).
Seharusnya HOTS diperlukan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan secara kreatif,
dan inovatif. Guna mengatasi persolan tersebut, siswa tingkat SMA perlu diarahkan
untuk mengembangkan HOTS. Dalam konteks pengembangan fisika, siswa perlu
dibiasakan untuk menggunakan HOTS. Gardner (2013) mengatakan unsur terpenting
dalam pembelajaran fisika adalah mendukung dan memotivasi siswa agar belajar aktif.
Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Arwood (2011) menyatakan bahwa berpikir
bisa menghubungkan dari satu konsep ke konsep lain dengan rangkaian berpikir,
berbicara, membaca, menulis, melihat, mendengarkan, dan menghitung.
Brookhart (2010) mendefinisikan HOTS sebagai proses transfer dari sebuah
masalah kemudian masalah tersebut dicari solusinya menggunakan cara berpikir kritis.
Secara terpisah Anderson dan Krathwohl's Taksonomi (2010) merevisi level kognitif
tersebut menjadi dua, yaitu; cara berpikir tingkat rendah (lower order thiking) terdapat
pada level mengingat (C1), memahami (C2), dan mengaplikasikan (C3), sedangkan cara
berpikir HOTS berada pada tingkatan menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), serta
mencipta (C6). Costa (1991) menyampaikan bahwa dalam HOTS dibagi menjadi empat
golongan, yaitu memecahkan masalah, membuat keputusan, berpikir kritis, dan berpikir
kreatif. Bogan (2005) menemukan HOTS akan terjadi ketika individu menerima
informasi asing dan “memanggil” informasi lama yang tersimpan dalam memori.
Rianawati (2011) menyampaikan bahwa profil HOTS siswa dapat diketahui
dengan menguji siswa dalam hal memecahkan masalah yang disajikan dalam bentuk tes.
Untuk itu, diperlukan soal-soal yang termasuk Higher Level Question (HLQ). Miri,
David, & Uri (2007) mengungkapkan bahwa “if one persistently teaches for enhancing
higherorder thinking skills, there are chances for success”, Artinya adalah apabila kita
mengajarkan terus menerus mengenai perangkat HOTS maka siswa besar kemungkinan
mencapai kesuksesan. Maka dari itu penilaian dapat memberikan rangsangan kepada
siswa dalam mengembangkan kemampuan HOTS.
Selanjutnya Nitko dan Brookhart (2011) mendefinisikan pada sebuah penilaian
merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk mengambil
keputusan tentang siswa, sistem kurikulum, program pada sekolah, dan kebijakan
tertentu.

2.2. TREN PEMBELAJARAN FISIKA DALAM HOTS


2.2.1. HOTS ASSESSMENT PADA PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN
METODE INKUIRI TERBIMBING
Pembelajaran fisika diharapkan peserta didik dapat mengembangkan diri
dalam berpikir. Peserta didik dituntut tidak hanya memiliki keterampilan
berpikir tingkat rendah atau lower order thinking skills, tetapi sampai pada
keterampilan berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking skills ( HOTS).
Sehingga peserta didik harus terbiasa mengahadapi permasalahan yang
memerlukan higher order thinking skills. Karena HOTS adalah kemampuan
berfikir untuk memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek
situasi dan masalah. Termasuk di dalamnya mengumpulkan, mengorganisir,
mengingat, dan menganalisa informasi. Berpikir tingkat tinggi termasuk
kemampuan membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang
dibutuhkan dan tidak dibutuhkan. Kemampuan menarik kesimpulan yang
benar dari data yang diberikan dan mampu menentukan ketidakkonsistenan
dan pertentangan dalam sekelompok data merupakan bagian dari
keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi, merupakan proses berpikir yang
tidak sekedar, menghafal dan menyampaikan kembali informasi yang
diketahui yang diperlukan dalam pembelajaran fisika. Seperti yang dijelaskan
(Emi Rofiah dkk; 2013), bahwa: Kemampuan berpikir tingkat tinggi
merupakan kemampuan menghubungkan, memanipulasi, dan
mentransformasi pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki untuk
berpikir secara kritis dan kreatif dalam upaya menentukan keputusan dan
memecahkan masalah pada situasi baru.
Proses pembelajaran saintifik dapat menggunakan metode Inkuiri
Terbimbing. Karena dengan metode Inkuiri Terbimbing, peserta didik terlibat
dalam kegiatan pembelajaran yang dirancang pada pengembangan
pemahaman tentang bagaimana pengetahuan ilmiah diperoleh dan kebiasaan
berpikir kritis. Seperti yang diungkapkan oleh, (Brickman dkk: 2009) bahwa
”guided inquiry approach, we showed that students in our inquiry labs
demonstrated a significant improvement in science literacy skills and process
skills, consistent with the manner in which an average citizen would use
them”. Dengan inkuiri terbimbing dapat meningkatkan literasi sain dan
ketrampilan proses sain, dengan demikian inkuiri terbimbing dapat
meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa dapat ditingkatkan, hasil
penelitian yang dilakukan Jefta Hendryarto dan Amaria (2013) menunjukkan
bahwa Penerapan model pembelajaran inkuiri dapat melatih kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa. Ini dibuktikan dari tes hasil belajar berpikir
tingkat tinggi siswa.
Inkuiri merupakan cara terbaik untuk mencapai literasi sains karena
mereka memberikan siswa dengan kesempatan untuk mendiskusikan dan
perdebatan gagasan ilmiah, siswa ditantang untuk memecahkan suatu masalah
tertentu dengan observasi adalah kesempatan untuk membuat dan menguji
prediksi mereka melalui eksperimen yang direncanakan seperti yang jelaskan
oleh (Crawford:2007); “Teaching science as inquiry must be both feasible
and viable in the mind of the teacher. Teachers need to see that things can
work, that it is possible to carry out inquiry-based instruction in actual
classrooms; and be able to evaluate their current beliefs for effectiveness
(e.g., to see that children may not develop understandings of scientific inquiry
and of scientific concepts by a simple transmission approach). This study
raises questions about providing ways to assess students in varying settings,
which can inform teachers about the effectiveness and appropriateness of
using inquiry based approaches.”
Tujuan utama pembelajaran berbasis inkuiri adalah mengembangkan
keinginan dan motivasi peserta didik untuk mempelajari prinsip dan konsep
sains, mengembangkan keterampilan ilmiah peserta didik, sehingga mampu
bekerja seperti layaknya seorang ilmuwan dan membiasakan siswa bekerja
keras untuk memperoleh pengetahuan. Pembelajaran metode inquiry
membangkitkan motivasi bagi peserta didik, untuk mendorong higher order
thinking seperti hasil penelitian, Caitriona Rooney (2012); 1) Motivation is
key to encouraging higher order thinking. 2) Inquiry based learning helps to
encourage higher order thinking. 3) The students enjoyed inquiry based
learning more than traditional didactic approaches.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa dapat ditingkatkan, dari hasil
penelitian yang dilakukan Madhuri, dkk. (2012) menjelaskan bahwa
pembelajaran berbasis pendekatan inkuiri lebih baik dibandingkan dengan
pendekatan konvensional untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat
tinggi pada peserta didik.
Selanjutnya Jensen, dkk. (2014), berpendapat bahwa banyak pendidik
yang gagal karena hanya memberikan pertanyaan tentang isi untuk
mengetahui keterampilan berpikir siswa, untuk itu harus dibuat pertanyaan
yang benar-benar mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi. penilaian
tingkat tinggi mungkin faktor kunci dalam mendorong siswa untuk secara
efektif memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai materi,
pemahaman yang mendukung, tidak hanya aplikasi, analisis dan evaluasi,
tetapi juga tentang fakta.Hal ini karena penyajian materi melalui tahap-tahap
inkuiri terbimbing, sehingga siswa secara langsung terlibat dalam
pembelajaran. Siswa berusaha sendiri dengan bimbingan seorang guru untuk
menemukan konsep. Pembelajaran berbasis Inkuiri, dimana siswa terlibat
aktif melakukan percobaan sendiri, mengamati, mencatat, mengolah data,
menyimpulkan hasil eksperimen dan membuat laporan.

2.2.2. PHYSICS HOTS MELALUI MOBILE LEARNING


Integrasi pembelajaran fisika melalui teknologi membuat peserta didik
terlibat langsung pada situasi yang nyata untuk memperoleh pengetahuannya,
sehingga menanamkan kemandirian belajar pada diri peserta didik. Peserta
didik akan diasah untuk mengidentifikasi masalah-masalah kehidupan
ataupun fenomena alam yang terjadi dan menemukan pemecahan masalah
kehidupan terutama terkait permasalahan lingkungan dan alam yang berguna
bagi manusia. StollerSchai, D. (2015:11) menyatakanan bahwa pemanfaatan
tablet dan smartphone dapat memperkaya pengalaman pribadi pemiliknya.
Oleh karena itu pembelajaran fisika bukan hanya ditujukan untuk penguasaan
konsep-konsep, kumpulan fakta, atau prinsip-prinsip saja tetapi harus
menekankan bagaimana proses penemuan itu dilakukan. Tutty, J.I. (2014: 17-
27) dalam penelitiannya yang berjudul Effects of self-regulatory status and
practice type on student performance in the mobile learning environment
menunjukan bahwa aktivitas penggunaan instruksi melalui Mobile Learning
memberikan dampak positif terhadap sikap peserta didik dalam praktek
pembelajarannya. Dengan demikian menekankan pemberian pegalaman
langsung bagi peserta didik untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami secara mandiri akan memperoleh pengetahuan
lebih mendalam tentang ilmu dan pengetahuan yang diperolehnya. Oleh
karena itu pembelajaran fisika sejak dini perlu dilakukan secara sistematik,
dengan memperhatikan perkembangan keterampilan berpikir peserta didik
sehingga tidak hanya membelajarkan fisika sebagai pembelajaran
pengetahuan faktual, konseptual, ataupun prosedural semata.
Clark N. Quinn (2011: 17) menyatakan bahwa “m-Learning is not about
putting elearning courses on a phone but m-Learning is about augmenting our
learning and our performance. This includes a role in formal learning and
occasionally can be the delivery mechanism for a full learning solution”.
Sehingga m-learning bukan sekedar menempatkan program elearning pada
ponsel, tetapi m-learning merupakan penambahan pembelajaran termasuk
pembelajaran formal dan kadang-kadang bisa menjadi solusi untuk belajar
penuh selain itu m-learning dapat digunakan dimana saja dan kapan saja.
Implementasi teknologi informasi dan komunikasi pada lembaga pendidikan
saat ini sudah menjadi keharusan, karena penerapan teknologi informasi dan
komunikasi dapat menjadi salah satu indikator keberhasilan suatu institusi
pendidikan. Tuntutan implementasi kurikulum 2013 menjadikan proses
pembelajaran di dunia pendidikan memerlukan inovasi dan kreatifitas, karena
perkembangan ilmu fisika dan jumlah materi yang akan dipelajari oleh
peserta didik semakin berkembang. Salah satu pemecahan masalah tersebut di
antaranya adalah pemanfaatan media pembelajaran yakni penggunaan
perangkat mobile learning berbasis atau berbantuan android.
Menurut Brookhart (2010: 5) kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS)
adalah (1) berpikir tingkat tinggi berada pada bagian atas taksonomi kognitif
Bloom, (2) tujuan pengajaran di balik taksonomi kognitif yang dapat
membekali peserta didik untuk melakukan transfer pengetahuan, (3) mampu
berpikir artinya peserta didik mampu menerapkan pengetahuan dan
keterampilan yang mereka kembangkan selama belajar pada konteks yang
baru. Dalam hal ini yang dimaksud “baru” adalah aplikasi konsep yang belum
terpikirkan sebelumnya oleh peserta didik, namun konsep tersebut sudah
diajarkan, ini berarti belum tentu sesuatu yang universal baru. Berpikir
tingkat tinggi berarti kemampuan peserta didik un-tuk menghubungkan
pembelajaran dengan hal-hal lain yang belum pernah diajarkan.
Nitko & Brookhart (2011: 223) menjelaskan bahwa ketentuan dasar
penilaian kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah menggunakan tugas-
tugas yang memerlukan penggunaan pengetahuan dan keterampilan dalam
situasi baru. Untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan higher order
thinking harus menggunakan bahan-bahan baru. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan menggunakan set-set item yang bergantung pada
konteks.
2.2.3. PENGGUNAAN SIMULASI VIRTUAL PADA PEMBELAJARAN
FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HIGHER ORDER THINKING
SKILL (HOTS)
Pada proses pembelajaran fisika di sekolah sebaiknya guru memfasilitasi
agar keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa bisa dilatihkan dan dibentuk
secara baik untuk kemajuan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Salah
satu cara yang yang dapat dilakukan guru adalah dengan memilih dan
menerapkan model, metode, strategi dan media pembelajaran yang tepat saat
pembelajarn fisika berlangsung. Pengguanaan media pembelajaran
diharapkan mampu mempermudah guru dalam memberikan materi pelajaran
sehingga peserta didik mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah
simulasi virtual. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia simulasi
diartikan sebagai penggambaran suatu sistem atau proses dengan peragaan
berupa model statistik atau pemeranan. Sedangkan virtual artinya adalah tidak
nyata. Sehingga dapat disimpulkan bahwa simulasi virtual adalah
penggambaran suatu sistem atau proses melalui peragaan atau pemeranan
yang dilakukan secara tidak nyata. Pada proses pembelajaran Simulasi virtual
dapat dilakukan dengan bantuan komputer untuk menjelaskan dan
menyajikan materi-materi yang sulit disajikan didepan kelas seperti
fenomena-fenomena alam, benda-benda dan materi mikroskopis dan
makroskopis, peristiwa-peristiwa lain yang sulit disajikan secara nyata serta
aktifitas-aktifitas lain yang dapat menimbulkan bahaya jika disajikan di kelas.
Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah
simulasi virtual. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia simulasi
diartikan sebagai penggambaran suatu sistem atau proses dengan peragaan
berupa model statistik atau pemeranan. Sedangkan virtual artinya adalah tidak
nyata. Sehingga dapat disimpulkan bahwa simulasi virtual adalah
penggambaran suatu sistem atau proses melalui peragaan atau pemeranan
yang dilakukan secara tidak nyata. Pada proses pembelajaran Simulasi virtual
dapat dilakukan dengan bantuan komputer untuk menjelaskan dan
menyajikan materi-materi yang sulit disajikan didepan kelas seperti
fenomena-fenomena alam, benda-benda dan materi mikroskopis dan
makroskopis, peristiwa-peristiwa lain yang sulit disajikan secara nyata serta
aktifitas-aktifitas lain yang dapat menimbulkan bahaya jika disajikan di kelas.
Dengan adanya simulasi virtual maka hal tersebut dapat disajikan di
depan kelas melalui bantuan multimedia komputer sehingga proses
pembelajaran menjadi lebih nyata, menarik dan menumbuhkan antusias siswa
dalam menggali informasi yang diperlukan demi tercapainya tujuan
pembelajaran. Pada pembelajaran fisika media simulasi virtual sangat
dibutuhkan dalam membantu guru menyajikan materi pembelajaran karena
materi ajar dalam pembelajaran fisika banyak yang bersifat mikroskopis dan
makroskopis, artinya materi tersebut sulit divisualkan secara nyata saat proses
pembelajaran, namun dengan adanya bantuan simulasi virtual kesulitan itu
dapat diatasi dengan membuat sistem visual yang dapat menyerupai
kenyataan. Selain itu “penggunaan multimedia memungkinkan guru dan
siswa untuk mengintegrasikan, menggabungkan dan berinteraksi dengan
media untuk mendukung proses pembelajaran yang akan dilaksanakan”.
Penggunaan media simulasi virtual bertujuan untuk lebih menekankan
demontrasi oleh guru dan siswa. Salah satu cabang IPA yang merupakan
“kumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta, konsep-konsep atau prinsip-
prinsip serta merupakan proses penemuan adalah fisika. Berdasarkan hal
tersebut, hakikat pembelajaran fisika penting untuk ditingkatkan adalah
penguasaan konsep”
Penggunaan simulasi virtual dalam proses pembelajaran juga dapat
digunakan dalam memberikan solusi terhadap kegiatan praktikum di
laboratorium yang memiliki masalah dengan alat dan bahan eksperimen.
Percobaan dapat dilakukan secara virtual menggunakan laboratorium virtual.
Penggunaan simulasi virtual dalam pembelajaran fisika selain dapat
memudahkan guru menyajikan materi pembelajaran juga dapat meningkatkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa karena dengan adanya simulasi
virtual siswa dapat membangun kemampuan analisis, berpikir kompleks,
menghubungkan varibael, menguraikan materi dan membuat kesimpulan.
Selain itu, guru dapat menjelaskan dengan mudah materi yang dianggap sulit
dan kompleks, sehingga pembelajaran fisika tidak lagi dianggap sulit oleh
peserta didik.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Andriyani Hastuti, Hairunnisyah
Sahidu, dan Gunawan mendapatkan hasil bahwa model pembelajaran
Problem Based Learning berbantuan media virtual berpengaruh terhadap
penguasaan konsep fisika peserta didik. Dalam menerapkan model Problem
Based Learning berbantuan media virtual yaitu guru mampu mengaitkan
masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan konsep fisika yang
dipelajari.
Terdapat pada artikel lain yang diteliti oleh Syarifah Lely Fithriani, A.
Halim, dan Ibnu Khaldun terdapat pengaruh dan peningkatan setelah
menggunakan simulasi PhET terhadap keterampilan berfikir kritis.
Kesimpulan yang didapatkan yaitu “Penggunaan media PhET ini dapat
menumbuhkan berbagai macam pertanyaan oleh siswa, sehingga siswa
mampu membuat hipotesis sampai dapat menemukan konsep yang
menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga dalam proses
pembelajaran, siswa selalu dituntut untuk aktif dalam bertanya, mengevaluasi
argument, membuat induksi, mendefinisikan istilah dan membuat keputusan”.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Trend pembelajaran Fisika disekolah yaitu Hots dikarenakan Hots sebagai
proses transfer dari sebuah masalah kemudian masalah tersebut dicari solusinya
menggunakan cara berpikir kritis. Ini membuat agar siswa lebih aktif dan mampu
menguasi pembelajaran yang diajarkan oleh guru. Guru juga sebagai fasilitator harus
mengembangkan tipe pembelajaran Hots tersebut kedalam berbagai macam kreatifitas
yang dapat mengembangkan siswa agar lebih aktif dan berfikir kritis. Trend
pembelajaran Hots pada pembelajaran fisika di sekolah sangat beragam sekali, dimulai
dari Hots Fisika dengan Mobile Learning, Hots Fisika dengan simulasi Virtual,
kemudan ada Hots Fisika dengan Pendekatan Tipe Inkuiri. Yang dimana diharapkan
pencapaian yang didapatkan oleh siswa dapat tercapai sesuai apa yang diharapkan.

3.2. Saran
Trend Pembelajaran Fisika tentunya akan terus berkembang dan meningkat
seiring berkembangnya zaman yang semakin canggih. Tentunya ini merupakan suatu
hal yang sangat bagus untuk dunia pendidikan. Yang dimana akan membangun generasi
muda yang lebih kreatif dan inovatif untuk membangun bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

Anisa, M. K., & Nova, T. L. (2020). PENGGUNAAN SIMULASI VIRTUAL PADA


PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HIGHER
ORDER THINKING SKILL (HOTS) SISWA: META ANALISIS. Jurnal
Kumparan Fisika, 3(2 Agustus), 163-170.
Malik, A., Ertikanto, C., & Suyatna, A. (2015, October). Deskripsi Kebutuhan Hots
Assessment Pada Pembelajaran Fisika Dengan Metode Inkuiri Terbimbing.
In Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) (Vol. 4, pp. SNF2015-III).
Mardiana, N. (2017). Peningkatan physics hots melalui mobile learning (mobile
learning to improve physics hots). PASCAL (Journal of Physics and Science
Learning), 1(2), 1-9.
Rochman, S., & Hartoyo, Z. (2018). Analisis high order thinking skills (HOTS)
taksonomi menganalisis permasalahan fisika. SPEJ (Science and Physic
Education Journal), 1(2), 78-88.
Sunarno, W., & Supriyanto, A. (2020). PENGEMBANGAN MODUL FISIKA
BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERFIKIR TINGKAT TINGGI (HOTS) PADA MATERI
MOMENTUM IMPULS. PROCEEDING UMSURABAYA.

Anda mungkin juga menyukai