DISUSUN OLEH :
Dosen Pengampu
Rizky Nafaida M.Pd
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SAMUDRA
LANGSA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan banyak nikmatnya kepada saya, sehingga saya mampu menyelesaikan
Makalah Tren Pembelajaran Fisika ini tepat pada waktu yang telah direncanakan.
Penulisan makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata perkuliahan
Belajar dan Pembelajaran.
Penyusunan makalah ini tidak bermaksud untuk mengubah materi yang telah di
susun. Namun Saya hanya lebih mendekatkan beberapa materi yang sama dari sumber
referensi yang berbeda. Semoga nantinya dapet menambah pengetahuan bagi pembaca.
Saya sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan, begitu pula dalam
makalah Ini yang mempunyai banyak kekurangan.
Saya meminta maaf kepada pembaca Atas segala kekurangan makalah yang kami buat
ini, Dan saya sebagai penulis makalah juga Berharap agar materi yang saya sampaikan
ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… ii
BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1
1.1.Latar Belakang…………………………………………………………………. 1
1.2.Rumusan Masalah……………………………………………………………… 2
1.3.Tujuan Penulisan……………………………………………………………….. 2
BAB II : PEMBAHASAN………………………………………………………… 3
2.1. Pengertian Hots………………………………………………………………... 3
2.2. Trend Pembelajaran Hots Fisika disekolah…………………………………… 4
BAB III : PENUTUP……………………………………………………………… 12
3.1. Kesimpulan……………………………………………………………………. 12
3.2. Saran…………………………………………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Fisika adalah pondasi penting dalam pengembangan sains dan teknologi. Tanpa
adanya pondasi fisika yang kuat, keruntuhan akan perkembangan sains dan teknologi
adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah ilmu yang memelajari gejala alam berupa
materi dan energi. Fisika mencakup kumpulan fakta, konsep, prinsip, hukum, porsulat,
dan teori. Fisika sebagai salah satu cabang ilmu sains (IPA), memiliki 2 hal yang sangat
penting yang saling terkait satu sama lain, yaitu fisika eksperimen dan fisika teori.
Fisikawan memelajari fenomena-fenomena alam dan kemudian berusaha menemukan
pola dan prinsip yang berlaku pada fenomena-fenomena tersebut yang berlaku pula
pada ruang dan waktu yang berbeda. Fisika merupakan ilmu yang berusaha memahami
aturan-aturan alam yang begitu indah dan dengan rapih dapat dideskripsikan secara
matematis (Mundilarto, 2002:4). Pada hakikatnya (Nature of Physics), fisika terdiri dari
tiga komponen utama, yaitu physics as a product aspect or a body of knowledge,
physics as an attitude aspect or a way of thinking, and physics as a process aspect or a
way of investigating (Supahar: 2014), yang mana ketiga komponen besar ini tidak dapat
kita ambil satu-satu secara parsial, akan tetapi sebagai suatu kebulatan yang utuh.
Tinggi rendahnya kualitas penguasaan fisika tergantung dengan bagaimana proses
pendidikan fisika berjalan. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya,
pendidikan itu sendiri pun tidak dapat dilepaskan dari bagaimana proses pembelajaran
dilakukan. Masih menurut UU No. 20 Tahun 2003, pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Sehingga memiliki rancangan pembelajaran yang berkualitas baik adalah suatu
syarat mutlak untuk memperoleh kualitas pendidikan yang baik.
Kerap ditemukan pada pembelajaran fisika, peserta didik hanya menerima fisika
sebagai kumpulan ilmu pengetahuan tanpa mengerti bagaimana proses terbentuknya
ilmu pengetahuan itu sendiri. Sehingga, fisika cenderung hanya dipahami sebagai
hapalan yang mereka sendiri belum tentu mengerti apa maksud dari semua itu. Fisika
adalah ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga fisika bukan hanya sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi lebih dari itu, fisika juga
merupakan suatu proses penemuan. Memelajari fisika yang memiliki karakter ilmiah
secara tidak langsung juga akan membelajarkan peserta didik untuk memiliki sikap-
sikap ilmiah, seperti jujur, bertanggungjawab, memiliki rasa ingin tahu, objektif, dan
rasional. Sesuai dengan karakternya, fisika yang merupakan salah satu mata pelajaran
yang dibelajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA) berfungsi untuk mengambangkan
kemampuan berpikir kritis, logis, kreatif, kooperatif, serta kemampuan berpikir tingkat
tinggi dan pemecahan masalah. Belajar sains identik dengan membangun keterampilan
berpikir tingkat tinggi yang salah satunya adalah pemecahan masalah. Siswa dengan
pemahaman konsepnya akan dapat menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan
sehari-hari yang terkait dengan ilmu fisika.
1.2.Rumusan Masalah
1.Apa Pengertian Hots yang menjadi Trend Pembelajaran Fisika ?
2. Trend Hots Seperti Apa Yang Diterapkan Di Sekolah dalam Pembelajaran Fisika?
1.3.Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Hots
2. Untuk Mengetahui Trend Pembelajaran Fisika di Sekolah
3. Untuk Tugas Mata Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian HOTS
HOTS merupakan cara berpikir lebih tinggi dibandingkan dengan menghafal
maupun menceritakan kembali apa yang didengar dari orang lain. HOTS sendiri bukan
sebuah soal ujian maupun mata pelajaran. Namun adalah sebuah tujuan yang akan
dicapai dalam pembelajaran melalui pendekatan, proses dan metode tertentu. Harus
diingat bahwa bila salah dalam memahami konsep HOTS maka model pembelajarannya
akan tidak produktif dan tidak berhasil. Konsep yang didasarkan pada taksonomi Bloom
ini membagi kemampuan berpikir menjadi kemampuan berpikir tingkat rendah atau
Lower Order Thinking Skills (LOTS) dan HOTS. Kemampuan LOTS diantaranya
kemampuan mengingat(remember), memahami(understand) dan menerapkan (apply).
Berbeda dengan HOTS merupakan kemampuan di dalam menganalisis (analyze),
mengevaluasi (evaluate) dan menciptakan (create).
Kebiasaan berpikir tingkat rendah atau low order thingking yang diajarkan
kepada siswa menyebabkan tidak memiliki high order thingking skills (HOTS).
Seharusnya HOTS diperlukan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan secara kreatif,
dan inovatif. Guna mengatasi persolan tersebut, siswa tingkat SMA perlu diarahkan
untuk mengembangkan HOTS. Dalam konteks pengembangan fisika, siswa perlu
dibiasakan untuk menggunakan HOTS. Gardner (2013) mengatakan unsur terpenting
dalam pembelajaran fisika adalah mendukung dan memotivasi siswa agar belajar aktif.
Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Arwood (2011) menyatakan bahwa berpikir
bisa menghubungkan dari satu konsep ke konsep lain dengan rangkaian berpikir,
berbicara, membaca, menulis, melihat, mendengarkan, dan menghitung.
Brookhart (2010) mendefinisikan HOTS sebagai proses transfer dari sebuah
masalah kemudian masalah tersebut dicari solusinya menggunakan cara berpikir kritis.
Secara terpisah Anderson dan Krathwohl's Taksonomi (2010) merevisi level kognitif
tersebut menjadi dua, yaitu; cara berpikir tingkat rendah (lower order thiking) terdapat
pada level mengingat (C1), memahami (C2), dan mengaplikasikan (C3), sedangkan cara
berpikir HOTS berada pada tingkatan menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), serta
mencipta (C6). Costa (1991) menyampaikan bahwa dalam HOTS dibagi menjadi empat
golongan, yaitu memecahkan masalah, membuat keputusan, berpikir kritis, dan berpikir
kreatif. Bogan (2005) menemukan HOTS akan terjadi ketika individu menerima
informasi asing dan “memanggil” informasi lama yang tersimpan dalam memori.
Rianawati (2011) menyampaikan bahwa profil HOTS siswa dapat diketahui
dengan menguji siswa dalam hal memecahkan masalah yang disajikan dalam bentuk tes.
Untuk itu, diperlukan soal-soal yang termasuk Higher Level Question (HLQ). Miri,
David, & Uri (2007) mengungkapkan bahwa “if one persistently teaches for enhancing
higherorder thinking skills, there are chances for success”, Artinya adalah apabila kita
mengajarkan terus menerus mengenai perangkat HOTS maka siswa besar kemungkinan
mencapai kesuksesan. Maka dari itu penilaian dapat memberikan rangsangan kepada
siswa dalam mengembangkan kemampuan HOTS.
Selanjutnya Nitko dan Brookhart (2011) mendefinisikan pada sebuah penilaian
merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk mengambil
keputusan tentang siswa, sistem kurikulum, program pada sekolah, dan kebijakan
tertentu.
3.2. Saran
Trend Pembelajaran Fisika tentunya akan terus berkembang dan meningkat
seiring berkembangnya zaman yang semakin canggih. Tentunya ini merupakan suatu
hal yang sangat bagus untuk dunia pendidikan. Yang dimana akan membangun generasi
muda yang lebih kreatif dan inovatif untuk membangun bangsa.
DAFTAR PUSTAKA