TEMATIK
SEMESTER GANJIL
TAHUN 2020/2021
Disusun oleh :
Al ilmi
Diky Haikal Hidayat
Muhammad Zulkipli
Yunita Dewi Sriwahyuni
Yudi Ashari
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Teknik Komunikasi Manusia Prasejarah" dengan
tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang manusia prasejarah bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nina selaku guru Mata Pelajaran Sejarah. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTR ISI
A. Simpulan …………………………………………………………………………………… 30
B. Daftar Pustaka ………………………………………………………………………….. 31
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umat Islam memiliki dua landasan utama yaitu Al-Quran dan Hadits (Sunnah) sebagai
pedoman hidup di dunia. Al-Qur’an yang notaben kalam Allah, telah dijamin kemurnian dan
keabsahannya. yakni Al-Qur’an shahi likulli zamanin wamakan karena Al-qur’an diturunkan
secara mutawatir. Sedangkan Sunnah atau sabda Rasul tidak semuanya berpredikat mutawatir,
sehingga tidak semua hadis bisa diterima, karena belum tentu setiap hadis itu berasal dari
Rasulullah. Oleh karenanya muncullah ilmu yang berkaitan dengan hadis atau biasa disebut
dengan istilah ‘Ulumul Hadits. Dari berbagai macam cabang ilmu yang berkaitan dengan hadis,
ada satu ilmu yang membahas tentang keadaan perawi dari segi celaan dan pujian, yaitu Ilmu Al-
Jarh wa Al-Ta’dil. Dari ilmu inilah kita bisa mengetahui komentar-komentar para kritikus hadis
tentang keadaan setiap perawi, apakah diterima (maqbul) atau ditolak (mardud) sehingga
nantinya bisa ditentukan status dan derajat hadis yang diteliti oleh perawi tersebut.
B. Rumusan Masalah
A. Apa yang dimaksud dengan Al-Jarh Wa Al-Ta’dil
B. Apa Manfaat dari Ilmu Al-Jarh Wa Al-Ta’dil
C. Bagaimana Metode untuk mengetahui Al-Jarh Wa Al-Ta’dil
D. Apa Syarat-Syarat Bagi Orang Yang men-Tajrih-kan dan Men-Ta’dil-kan
E. Bagaiman Pertentangan antara Al-Jarh Wa Al-Ta’dil
F. Bagaiman Bentuk-Bentuk Lafadz Ilmu Al-Jarh Wa Al-Ta’dil
C. Tujuan
A. Untuk Mengetahui Ilmu Al-Jarh Wa Al-Ta’dil
B. Untuk Mengetahui Manfaat Ilmu Al-Jarh Wa Al-Ta’dil
C. Untuk Mengetahui Metode Ilmu Al-Jarh Wa Al-Ta’dil
D. Untuk Mengetahui Syarat-Syarat Bagi Orang yang Men-Tajrih-kan dan Men-Ta’dil-kan.
E. Untuk Mengetahui Pertentangan antara Al-Jarh Wa Al-Ta’dil
F. Untuk Mengetahui Bentuk Lafadz Ilmu Al-Jarh Wa Al-Ta’dil
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Ilmu Al-Jarh wa Al-Ta’dil merupakan materi pembahasan dari cabang ilmu hadis yang
membahas cacat atau adilnya seorang yang meriwayatkan hadis yang berpengaruh besar
terhadap klarifikasi hadisnya. Dengan mengetahui ilmu al-Jarh wa at-ta’dil, kita juga akan bisa
menyeleksi mana hadist shohih, hasan, maupun hadist yang dho’if, terutama dari segi kualitas
rawi, bukan dari matannya.
Kita tidak boleh menerima begitu saja penilaian seorang ulama terhadap ulama
lainnya, terkadang pernyataan-pernyataan ulama tentang tajrih dan ta’dil terhadap orang yang
sama bisa bertentangan. Oleh sebab itu, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi (kriteria yang
dimiliki) bagi orang yang men-Ta’dil-kan (Mu’addil) dan orang yang men-jarah-kan (Jarih).
Salahsatunya harus berilmu, takwa, wara’, jujur, tidak fanatik terhadap golongan, dan
mengetahui sebab-sebab untuk men-ta’dil-kan dan men-tajrih-kan.
Dalam menentukan sebuah hadis, konsep mendahulukan jarh daripada ta’dil bukan
merupakan konsep yang mutlak, tetapi merupakan konsep dari mayoritas ulama. Kemudian
lafazh-lafazh yang digunakan untuk men-tajrih dan men-ta’dil itu memiliki tingkatan. Para ahli
ilmu mempergunakan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh rawi-rawi yang di-ta’dil-kan menurut
tingkatan pertama sampai tingkatan keempat sebagai hujjah. Sedangkan orang yang di-
tajrih menurut tingkat pertama sampai dengan tingkat keempat, hadisnya tidak dapat
dibuat hujjah sama sekali.
Dengan demikian, Ilmu Al-Jarh wa Al-Ta’dil merupakan bagian penting dari cabang
ilmu ‘ulumul hadis dalam proses penyeleksian sebuah hadits. Sehingga bisa diterima atau
tidaknya sebuah hadits tersebut.
DAFTAR PUSTAKA