1 Januari 2015
Abstrak
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan penanggulangan penyakit
DBD di Indonesia. Penulisan makalah ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan (library
research). Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa kegagalan antisipasi KLB DBD karena under-
estimate risk estimation harus dicegah dengan pengawasan pelaksanaan tugas pejabat kesehatan yang
berwenang mengawasi upaya pemberantasan wabah penyakit menular di daerahnya. Dalam
kebijakan penetapan status wabah dan kejadian luar biasa, perlu diwaspadai kesalahan
memperkirakan risiko terlalu kecil (under-estimate risk perception) apalagi mengingat keterbatasan
kemampuan dan sikap mental pejabat kesehatan di daerah dengan kewenangan otonomi daerah.
Sikap mental di sini mengacu pada antisipasi kecenderungan Oleh karena itu direkomendasikan agar
sistem peringatan dini wabah dan kejadian luar biasa seharusnya dilaksanakan dengan pengawasan
pelaksanaan tugas dan wewenang pejabat kesehatan di tingkat pemerintah pusat dan daerah untuk
memantau sedini mungkin dan setransparan mungkin kemungkinan berjangkitnya wabah demam
berdarah. Agar kewaspadaan dini wabah penyakit menular para pejabat kesehatan terkait dapat
diandalkan, bagi mereka perlu ada program pengembangan kapasitas (capacity building) di bidang
persepsi dan penilaian risiko (risk perception & risk assessment) wabah penyakit.
1.3. Metode Penulisan entry point yang baik bagi kita untuk mengkaji
Penulisan makalah ini menggunakan kebijakan pemberantasan wabah penyakit
metode tinjauan kepustakaan (library research). menular karena wabah penyakit ini setiap
tahun masih mewabah. Masalah penanganan
2. Uraian Teoritis wabah demam berdarah dapat menjadi salah
2.1. Pemberantasan Wabah Penyakit Menular satu potret gambaran penanganan wabah
di Indonesia penyakit menular.
Upaya pemberantasan wabah penyakit
menular di Indonesia saat ini perlu mendapat 2.2. Wabah Demam Berdarah Dengue di
perhatian apalagi mengingat beberapa jenis Indonesia dan Asia Tenggara
penyakit kembali mewabah. Kenyataannya Indonesia dalam peta wabah demam
adalah hingga saat ini Indonesia masih berdarah dengue ada di posisi yang
terancam wabah penyakit menular klasik, memprihatinkan. Dalam jumlah angka
seperti diare, TBC, malaria, tetanus, dan polio kesakitan (morbidity rate) dan kematian
(Lubis 2005). (mortality rate) demam berdarah dengue di
Pola umum pemberantasan penyakit kawasan Asia Tenggara, selama kurun waktu
menular. Secara umum, pemberantasan 1985-2004, Indonesia berada di urutan kedua
penyakit menular di Indonesia dilakukan terbesar setelah Thailand (WHO 2004). Selama
melalui upaya-upaya: kewaspadaan dini, tahun 1985-2004, di Indonesia tercatat angka
penemuan penderita, penanganan penderita, penderita demam berdarah dengue terendah
pemberantasan sumber penyakit, upaya 10.362 pada tahun 1989 dan tertinggi 72.133
kekebalan (imunisasi), dan penyuluhan orang pada tahun 1998, dengan angka
masyarakat. Upaya-upaya secara sistematis kematian terendah 422 orang pada tahun 1999
yang dilakukan antara lain dengan dan tertinggi 1.527 pada tahun 1988. Di negara-
pencanangan gerakan nasional pemberantasan negara di wilayah tropis, demam berdarah
penyakit dan kesepakatankesepakatan regional dengue umumnya meningkat pada musim
maupun internasional. Gerakan nasional penghujan di mana banyak terdapat genangan
pemberantasan penyakit menular di Indonesia air bersih yang menjadi tempat berkembang
antara lain: Gerakan Berantas Kembali Malaria biak nyamuk Aedes aegypty (Suroso 1983),
(Gebrak Malaria), Gerakan Nasional Terpadu (Suroso & Umar 1999). Di daerah perkotaan,
Pemberantasan Tuberkulosis (Gerdunas), umumnya wabah demam berdarah kembali
Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang salah meningkat menjelang awal musim kemarau
satunya untuk imunisasio polio, dan Gerakan (Suroso & Umar 1999), (Kompas 11 Mei 2005).
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) untuk Pada tahun 2005, jumlah kasus demam
demam berdarah dengue. berdarah dengue di seluruh Indonesia sampai
Merebaknya kembali wabah penyakit dengan Februari 2005 sebanyak 5.064 kasus
polio lumpuh layuh (Acute Flaccid Paralysis) dengan 113 kematian. Di 6 provinsi yaitu DKI
pada awal Mei 2005, menjadi peringatan keras Jakarta, Jawa Barat, Sulawesi Selatan,
bagi lemahnya pengawasan pemberantasan Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan
wabah penyakit menular di Indonesia. Hal itu Nusa Tenggara Timur dilaporkan terjadi
mengingat Indonesia pada tahun 2003 hampir peningkatan kasus yang diwaspadai sebagai
mendapat sertifikat bebas polio dari WHO Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah
(Kompas 14 Mei 2005). Oleh karena itu, Dengue. Artinya, jumlah kasusnya sudah dua
menjadi penting bagi kita untuk melihat kali lipat atau lebih dari bulan yang sama pada
kebijakan pemberantasan wabah penyakit tahun lalu dan atau angka kematiannya lebih
menular di Indonesia. dari 1% (Depkes 2005b).
Pelajaran pemberantasan penyakit Pada tanggal 6 Juni 2005, tercatat
menular dapat kita pelajari dari kasus-kasus jumlah penderita demam berdarah dengue di
merebaknya kembali wabah penyakit menular. seluruh Indonesia selama bulan Januari-Mei
Demam berdarah dengue, adalah salah satu 2005 sejumlah 28.330 orang dengan jumlah
Jurnal Ilmiah “RESEARCH SAINIS” Vol. 1 No. 1 Januari 2015
kematian 330 orang (Subdirektorat Arbovirosis yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Ditjen P2M&PL 2005). Dalam upaya aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis
pengendalian wabah demam berdarah dengue, nyamuk ini ada hampir di seluruh daerah di
dibandingkan negara lainnya di Asia Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian
Tenggara, Indonesia termasuk salah satu lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut
negara yang masih mengalami masalah. (Wahono et al. 2004a). Penyakit ini telah
Indonesia memang sangat jauh tertinggal bila berkembang sejak lama di dunia, pertama kali
dibandingkan Singapura, yang sejak awal dikenali pada tahun 1779 di Kairo, dan pada
dekade 1980an dapat dikatakan telah berhasil tahun yang sama juga didapati terjadi di Asia
memberantas wabah penyakit demam yaitu di Jakarta yang dahulu masih bernama
berdarah dengue (Bang & Tonn 1993), (Ooi Batavia (David Bylon dalam Thongcharoen &
2001). Jatanasen 1993).
Penanganan secara cepat wabah Wabah demam berdarah dengue di
penyakit demam berdarah dengue di Indonesia yang menyebabkan banyak
Indonesia setiap tahunnya selalu menjadi kematian terjadi untuk pertama kalinya pada
masalah karena pemerintah dinilai oleh tahun 1968 di kota Jakarta dan Surabaya. Pada
masyarakat lamban menanganinya (Wahono tahun-tahun selanjutnya penyakit ini
et. al 2004a), (Tempointeraktif 2004). menyebar ke berbagai daerah di Indonesia
Pemberantasannya dari tahun ke tahun belum (Suroso 1983).
berhasil secara keseluruhan (Ditjen PPM&PL Penyebaran penyakit demam berdarah
2004), (Nadesul 2004) (Soedarmo 1990), (Febia dengue secara pesat sejak tahun 1968 di
2005). Indonesia dikarenakan virus semakin mudah
Seperti dikemukakan dalam Laporan penyebarannya menulari lebih banyak
Kesehatan WHO Tahun 2002, di setiap negara, manusia karena didukung oleh: (1)
pemerintahnya dapat memegang peranan meningkatnya mobilitas penduduk karena
signifikan dalam mengurangi risiko kesehatan semakin baiknya sarana transportasi di dalam
dan mempromosikan hidup sehat. Pemerintah kota maupun antar daerah, (2) kebiasaan
dapat mendorong upaya kesehatan masyarakat menampung air bersih untuk
masyarakat melalui kebijakan dan perundang- keperluan sehari-hari, apalagi penyediaan air
undangan (WHO 2002). bersih belum mencukupi kebutuhan atau
Kajian ini ingin melihat bagaimana sumber yang terbatas atau letaknya jauh dari
kebijakan pemerintah Indonesia dalam pemukiman mendorong masyarakat
pemberantasan penyakit menular, khususnya menampung air di rumah masing-masing
pada pemberantasan wabah penyakit demam (karena nyamuk Aedes aegypti hidup di air
berdarah dengue, dalam mencegah dan bersih), (3) sikap dan pengetahuan masyarakat
menanggulangi Kejadian Luar Biasa (KLB) tentang pencegahan penyakit yang masih
Demam Berdarah Dengue. kurang (Sudarmo 1990), (Suroso 1983).
Kajian spesifik tentang kebijakan Daerah yang terjangkit demam
pencegahan dan penanggulangan demam berdarah dengue pada umumnya adalah
berdarah dengue ini diharapkan dapat kota/wilayah yang padat penduduk. Rumah-
memberi sumbangan kepada kajian kebijakan rumah yang saling berdekatan memudahkan
pemberantasan wabah penyakit secara umum penularan penyakit ini, mengingat nyamuk
yang telah diberlakukan di Indonesia. Aedes aegypti jarak terbangnya maksimal 100
meter. Hubungan transportasi yang baik antar
2.3. Penyebaran Kejadian Luar Biasa dan daerah memudahkan penyebaran penyakit ini
Wabah Demam Berdarah Dengue di ke daerah lain (Suroso 1983). Mengingat
Indonesia bahwa di Indonesia daerah yang padat
Penyakit demam berdarah dengue penduduknya makin bertambah dan
atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah transportasi semakin baik serta perilaku
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue masyarakat dalam penampungan air sangat
Jurnal Ilmiah “RESEARCH SAINIS” Vol. 1 No. 1 Januari 2015
rawan berkembangnya jentik nyamuk Aedes lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk
aegypti dan virus dengue, maka masalah penular penyakit demam berdarah dengue di
penyakit demam berdarah dengue akan rumah penderita/tersangka dan rumah-rumah
semakin besar bila tidak dilakukan upaya sekitarnya dalam radius sekurang-kurangnya
pemberantasan secara intensif. Pencegahan 100 meter, serta tempat umum yang
berkembangnya nyamuk Aedes aegypti sebagai diperkirakan menjadi sumber penyebaran
penular demam berdarah dengue menjadi penyakit lebih lanjut.” Sedangkan
mutlak dilakukan (Bang & Tonn 1993), penanggulangan seperlunya adalah
(Nadesul 2004), (Soedarmo 1990), (Suroso ”penyemprotan insektisida dan/atau
1983). pemberantasan sarang nyamuk yang
Obat dan vaksin demam berdarah dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan
dengue sampai saat ini belum tersedia. epidemiologi”.
Pengobatan yang dilakukan hanya untuk Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
mengurangi gejala sakit dan mengurangi risiko 581/Menkes/SK/VII/ 1992 juga menetapkan
kematian (Nadesul 2004), (Suroso & Umar bahwa pelaksanaan kegiatan pemberantasan
1999). Penanggulangan demam berdarah penyakit demam berdarah dengue dilakukan
dengue secara umum ditujukan pada oleh Pemerintah dan masyarakat di bawah
pemberantasan rantai penularan dengan koordinasi Kepala Wilayah/Daerah. Dengan
memusnahkan pembawa virusnya perkembangan kebijakan desentralisasi
(vektornya) yaitu nyamuk Aedes aegypti kesehatan, pelaksanaan pemberantasan
dengan memberantas sarang penyakit demam berdarah dengue saat ini di
perkembangbiakannya yang umumnya ada di Daerah Tingkat II menjadi tugas dan
air bersih yang tergenang di permukaan tanah wewenang Pemerintah Daerah, sebagaimana
maupun di tempat-tempat penampungan air diatur dalam Undang-undang No. 22 Tahun
(Bang & Tonn 1993), (Ditjen PPM & PLP 1987), 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun
(Nadesul 2004), (Suroso & Umar 1999), (WHO 2000 Pasal 2 ayat 10.
2004). Pemberantasan vektor merupakan
upaya yang mutlak untuk memutuskan rantai
3. Pembahasan penularan (WHO 2004), (Suroso 1983), (Suroso
Upaya penanggulangan KLB DBD & Umar 1999), (Nadesul 2004), (Bang & Tonn
meliputi: (1) pengobatan dan perawatan 1993). Strategi yang dilakukan di Indonesia
penderita, (2) penyelidikan epidemiologi dan adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN),
sarang nyamuk penular DBD, (3) pengasapan (fogging), dan larvasiding, yaitu
pemberantasan vektor (yaitu nyamuk memusnahkan jentik nyamuk dengan
penularnya), (4) penyuluhan kepada menaburkan bubuk abate ke air yang
masyarakat, (5) evaluasi penanggulangan KLB tergenang di dalam tampungan-tampungan
(Ditjen PPM & PLP 1987). Keputusan Menteri air.
Kesehatan Nomor 581/Menkes/SK/VII/1992 Program yang dilakukan adalah
tentang Pemberantasan Penyakit Demam gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
Berdarah Dengue menyebutkan bahwa ”upaya secara massal dan nasional. PSN dilakukan
pemberantasan penyakit demam berdarah dengan menerapkan 3M (Menutup wadah-
dengue dilakukan melalui kegiatan wadah tampungan air, Mengubur atau
pencegahan, penemuan, pelaporan, penderita, membakar barang-barang bekas yang dapat
pengamatan penyakit dan penyelidikan menjadi sarang nyamuk, dan Menguras atau
epidiomologi, penanggulangan seperlunya, mengganti air di tempat tampungan air).
penanggulangan lain dan penyuluhan kepada Kegiatan 3M dihimbau untuk dilakukan oleh
masyarakat.” masyarakat satu minggu sekali. Gerakan ini
Dalam Bab Pengertian dijelaskan dicanangkan oleh Pemerintah setiap tahunnya
bahwa, ”Penyelidikan epidemiologi adalah pada saat musim penghujan di mana wabah
kegiatan pelacakan penderita/tersangka demam berdarah dengue biasa terjadi. Pada
Jurnal Ilmiah “RESEARCH SAINIS” Vol. 1 No. 1 Januari 2015