Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG UROLITHIASIS


PADA PASIEN KELUARGA PASIEN DAN PENGUNJUNG
RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

Alexander Dadi Rahmadi (201943002)


Antonius SuryantaNugraha (201943011)
HendrikusReyaan (201943021)
Leonardus Andika Bramasta (201943024)
Wilhelmus Jefry Ade Wungo (201943042)

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Judul
Pencegahan urolithiasis dan perawatan di Rumah Pasien urolithiasis

B. Latar Belakang
Insiden batu saluran kemih diperkirakan 10 - 15% pada populasi global
kedua terbanyak di Indonesia setelah infeksi saluran kemih dan penyakit
terbanyak di antara penyakit - penyakit yang memerlukan tindakan di bidang
urologi. Insidensi dan prevalensi batu saluran kemih di Indonesia belum pasti.
Penelitian di rumah sakit Arifin Ahmad Pekanbaru pada tahun 2010 hingga
tahun didapatkan 1.418 pasien dengan batu saluran kemih yang terdiri dari 951
(67,1%) laki-laki dan 467 (32,9%) perempuan dengan rasio 2 : 1. Jumlah pasien
terbanyak pada kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 407 orang (28,7%), dan
yang paling sedikit pada kelompok umur <20 tahun sebanyak (1,9%) atau 27
orang (Saputra, Alvarino, Bachtiar, 2019)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Insiden akan kejadian urolithiasis
mengalami peningkatan dari tahun 2018 sampai dengan Oktober 2019. Angka
kunjungan pasien pada dengan urolithiasis tercatat sudah mencapai 381 kasus
pada 3 bulan terakhir ini. Pasien yang datang bervariasi dengan kisaran usia 15
- 50 tahun baik laki-laki maupun perempuan. Dari hasil wawancara dengan
menggunkan kuesioner banyak pasien dan keluarga pasien yang belum tahu
tentang penyebab, pencegahan dan perawatan setelah post operasi pada pasien
urolithiasis.
Dalam hal ini terkait peran perawat sebagai pemberi layanan asuhan
keperawatan pada pasien urolithiasis yaitu peran pelaksana dan pendidik. Peran
sebagai pelaksana yaitu perawat mampu memberikan layanan asuhan
keperawatan secara professional seperti memberikan dukungan positif kepada
pasien supaya memiliki perasaan yang baik pada diri sendiri. Sedangkan peran
perawat sebagai pendidik yaitu perawat memberikan pendidikan kesehatan
kepada pasien dan keluarga maupun pengujung pelayanan kesehatan dalam
rangka meningkatkan pengetahuan pasien dan meningkatkan kualitas
kehidupan supaya kesehatan pasien menjadi lebih optimal.

C. Tujuan
1. Tujuan Jangka Pendek
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan pasien,
keluarga pasien dan penggunjung Rumah Sakit Panti Rapih dapat
mengerti dan paham tentang Urolithiasis dan perawatan di Rumah.
2. Tujuan jangka panjang
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan pasien,
keluarga pasien dan penggunjung Rumah Sakit Panti Rapih diharapkan
a. Dapat menghindari penyebab atau faktor risiko dari Urolithiasis
b. Dapat melakukan pencegahan agar tidak terjadi Urolithiasis
c. Dapat melakukan perawatan pada anggota keluarga yang
mengalami Urolithiasis

D. Sasaran
Sasaran dalam pendidikan kesehatan ini adalah pasien, keluarga pasien
dan penggunjung Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

E. Waktu
Hari : Selasa
Tanggal : 16 Desember 2019
Waktu : 09.00 - 09.30 WIB
Alokasi waktu : 30 menit
F. Tempat
Tempat pendidikan kesehatan ini dilakukan di Healing Garden Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta

G. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi / Tanya Jawab

H. Media
1. Power point dan LCD
2. Leafet
I. Rencana Kegiatan

No Tujuan Kegiatan / Materi Waktu Rencana evaluasi Narasumber


1 - Pembukaan Alexander Dadi
- Doa 5 menit Rahmadi
- Perkenalan
2 Pasien, keluarga pasien Menjelaskan penyakit 10 menit Jenis Pertanyaan : Lisan Pembicara ke 1 :
dan penggunjung Urolithiasis meliputi : Jumlah Pertanyaan : 3 pertanyaan Antonius S
Rumah Sakit Panti 1. Pengertian 1. Jelaskan pengertian
Rapih dapat mengerti 2. Penyebab Urolithiasis ? Moderator :
dan paham tentang 3. Tanda dan gejala 2. Jelaskan penyebab dan Wilhelmus Jefry
Urolithiasis 4. Komplikasi faktor risiko terjadinya Ade W
5. Pencegahan Urolithiasis ?
3. Jelaskan pencegahan yang
dilakukan pada pasien
Urolithiasis ?
Pasien memahami Menjalaskan perawatan 10 menit Jenis Pertanyaan : Lisan Pembicara ke 2 :
tentang perawatan Urolithiasis dirumah Jumlah Pertanyaan : 3 pertanyaan Leonardu Andika B
hipertiroid 1. Pengobatan 1. Jelaskan penobatan selama Moderator :
selama dirumah di rumah pada pasien Wilhelmus Jefry
2. Hal-hal yang dengan Urolithiasis ? Ade W
diperhatikan agar 2. Sebutkan hal-hal yang
segara di bawah harus diperhatikan agar
kerumah sakit segara di bawah kerumah
sakit ?
3 Penutup - Kesimpulan 5 menit Hendrikus Reyaan
- Memotivasi peserta
- Reinformence
J. Referensi
Ningrum (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Komponen Fisik
Dan Komponen Mental Kualitas Hidup Pasien Urolithiasis.
Universitas Muhamadyah Yogyakarta Diakses melalui
http://repository.umy.ac.id/handle/ 123456789/7842?show=full
Sianturi, Dian Y (2017) Gambaran Pengetahuan Pasien Batu Saluran Kemih
tentang Perilaku Pencegahan Kekambuhan Batu Saluran Kemih di
RSUP Haji Adam Malik Medan Universitas Sumatera Utara. Diakses
melalui http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/4662
/140100082.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Prabowo, E., & Pranata, A. E. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Purwanto. (2016). Keperawatan Medikal Bedah II. Kementrian kesehatan
republik Indonesia. Jakarta : Pusat pendidikan sumber daya manusia
kesehatan. Badan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya
manusia kesehatan
Wijaya (2013). Faktor ekstrinsik Batu saluran kemih. Universitas Sumatera
Utara. Diakes melalui http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
6789/57082/4 /Chapter%20II.pdf
MATERI PENYULUHAN UROLITHIASIS

A. Pengertian
Batu saluran kemih adalah batu yang terdapat dalam saluran kemih.
Batu ginjal terbuat dari garam dan mineral dalam urin yang menempel satu
sama lain untuk membentuk “kerikil” kecil. Batu ini biasanya tidak
menimbulkan rasa sakit ketika tetap berada di ginjal. Namun, ketika potongan
kecilnya meninggalkan ginjal dan bergerak melalui saluran yang sempit, yaitu
saluran kemih, (ureter) menuju kandung kemih, batu ini bisa menyebabkan
nyeri berat (Wijaya, 2013).
Urolithiasis adalah suatu keadaan terbentuknya batu pada ginjal dan
saluran kemih. Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai ke kandung
kemih dan ukurannya bervariasi dari deposit granuler kecil, yang disebut pasir
atau kerikil, sampai batu sebesar kandung kemih yang berwarna orange.
Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, laki-laki memiliki risiko lebih besar
daripada wanita hal ini dikarenakan panjang uretra laki-laki lebih panjang dari
wanita yaitu 17-22,5 cm dan untuk wanita 2,5-3,5 cm (Purwanto, 2016).

B. Penyebab
Menurut Ningrum (2017), faktor risiko antara lain: umur atau penuaan,
jenis kelamin, riwayat keluarga, penyakit-penyakit lainnya, berikut penjelasan
dari faktor penyebab terjadinya urolithiais
1. Jenis Kelamin
Pasien dengan urolithiasis umumnya terjadi pada laki-laki 70-
81% dibandingkan dengan perempuan 47-60%, salah satu penyebabnya
adalah adanya peningkatan kadar hormon testosteron dan penurunan
kadar hormon estrogen pada laki-laki dalam pembentukan batu (Vijaya,
et al., 2013). Selain itu, perempuan memiliki faktor inhibitor seperti
sitrat secara alami dan pengeluaran kalsium dibandingkan lakilaki (NIH
1998-2005 dalam Colella, et al., 2005; Heller, et al., 2002).
2. Umur
Urolithiasis banyak terjadi pada usia dewasa dibanding usia tua,
namun bila dibandingkan dengan usia anak-anak, maka usia tua lebih
sering terjadi (Portis & Sundaram, 2001). Rata-rata pasien urolithiasis
berumur 19-45 tahun (Colella, et al., 2005; Fwu, et al., 2013; Wumaner,
et al., 2014).
3. Riwayat Keluarga
Pasien yang memiliki riwayat keluarga dengan urolithiasis ada
kemungkinan membantu dalam proses pembentukan batu saluran
kemih pada pasien (25%) hal ini mungkin disebabkan karena adanya
peningkatan produksi jumlah mucoprotein pada ginjal atau kandung
kemih yang dapat membentuk kristal dan membentuk menjadi batu atau
calculi (Colella, et al., 2005).
4. Kebiasaan diet
Intake makanan yang tinggi sodium, oksalat yang dapat
ditemukan pada teh, kopi instan, minuman soft drink, kokoa, arbei,
jeruk sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam dapat menjadi
penyebab terjadinya batu (Brunner & Suddart, 2015). Selain itu, lemak,
protein, gula, karbohidrat yang tidak bersih, ascorbic acid (vitamin C)
juga dapat memacu pembentukan batu (Colella, et al., 2005; Purnomo,
2012).
5. Obesitas.
Body mass index (BMI) alias indeks massa tubuh yang tinggi,
ukuran pinggang yang besar, dan kenaikan berat badan telah dikaitkan
dengan peningkatan risiko batu ginjal.
6. Perubahan Metabolik
Perubahan metabolik juga menjadi salah satu faktor
resiko.Diabetes dan hipertensi juga merupakan faktor resiko lain yang
berhubungan dekat dengan terjadinya batu ginjal.
7. Kondisi medis lainnya.
Penyakit dan konsisi yang dapat meningkatkan risiko batu ginjal
termasuk asidosis tubulus ginjal, systinuria, hiperparatiroidisme, obat-
obatan tertentu dan beberapa infeksi saluran kemih
8. Faktor lingkungan
Faktor yang berhubungan dengan lingkungan seperti letak
geografis dan iklim. Beberapa daerah menunjukkan angka kejadian
urolithiasis lebih tinggi daripada daerah lain (Purnomo, 2012).
Urolithiasis juga lebih banyak terjadi pada daerah yang bersuhu tinggi
dan area yang gersang/ kering dibandingkan dengan tempat/ daerah
yang beriklim sedang (Portis & Sundaram, 2001). Iklim tropis, tempat
tinggal yang berdekatan dengan pantai, pegunungan, dapat menjadi
faktor resiko tejadinya urolithiasis (Colella, et al., 2005).
9. Pekerjaan
Pekerjaan yang menuntut untuk bekerja di lingkungan yang
bersuhu tinggi serta intake cairan yang dibatasi atau terbatas dapat
memacu kehilangan banyak cairan dan merupakan resiko terbesar
dalam proses pembentukan batu karena adanya penurunan jumlah
volume urin (Colella, et al., 2005).
Aktivitas fisik dapat mempengaruhi terjadinya urolithiasis, hal
ini ditunjukkan dengan aktivitas fisik yang teratur bisa mengurangi
resiko terjadinya batu asam urat, sedangkan aktivitas fisik kurang dari
150 menit per minggu menunjukkan tingginya kejadian renal calculi
seperti kalsium oksalat dan asam urat (Shamsuddeen, et al., 2013).
10. Cairan
Asupan cairan dikatakan kurang apabila < 1 liter/ hari,
kurangnya intake cairan inilah yang menjadi penyebab utama terjadinya
urolithiasis khususnya nefrolithiasis karena hal ini dapat menyebabkan
berkurangnya aliran urin/ volume urin (Domingos & Serra, 2011).
Asupan cairan yang kurang dan tingginya kadar mineral kalsium pada
air yang dikonsumsi dapat meningkatkan insiden urolithiasis (Purnomo,
2012).

C. Tanda Dan Gejala


Menurut Purwanto (2016) Tanda dan gejala penyakit urolithiasis sangat
ditentukan oleh letaknya, besarnya, dan morfologinya, yaitu :
1. Batu ginjal
Tanda dan gejala yang ditemui adalah :
a. Nyeri di daerah pinggang (sisi atau sudut kostevertebral), dapat
dalam bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang terus-menerus
dan hebat karena adanya pielonefritis.
b. Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada,
sampai mungkin terabanya ginjal yang membesar akibat adanya
hidronefrosis.
c. Nyeri dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus
kosta pada sisi ginjal yang terkena.
d. Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan.
e. Gangguan fungsi ginjal.
f. Pernah mengeluarkan batu kecil saat kencing.
2. Batu ureter
Tanda dan Gejala
a. Kolik, yaitu nyeri yang hilang timbul disertai perasaan mual
dengan atau tanpa muntah.
b. Nyeri alih yang khas ke regio inguinal.
c. Perut kembung (ileus paralitik).
d. Hematuria.
e. Pernah mengeluarkan batu kecil saat kencing.
f. Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan.
3. Batu kandung kemih
a. Karena batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan
leher kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara
tiba-tiba akan terhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri.
b. Pada anak, menyebabkan anak tersebut menarik penisnya waktu
BAK sehingga tidak jarang terlihat penis yang sedikit panjang.
c. Bila terjadi infeksi sekunder, maka selain nyeri sewaktu miksi
juga terdapat nyeri menetap suprapubik.
d. Hematuria.
e. Pernah mengeluarkan batu kecil saat kencing.
f. Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan.
4. Batu uretra
a. Batu uretra umumnya merupakan batu yang berasal dari ureter
atau kandung kemih yang oleh aliran kemih sewaktu miksi
terbawa ke uretra, tetapi menyangkut di tempat yang agak lebar
b. Gejala yang ditimbulkan umumnya sewaktu miksi tiba-tiba
terhenti, menjadi menetes dan nyeri.
c. Penyulitnya dapat berupa terjadinya di vertikel, abses, fistel
proksimal, danuremia karena obstruksi urin.

D. Komplikasi
Menurut prabowo dan pranata (2014) komplikasi yang dapat terjadi adalah :
1. Infeksi ginjal yang akan berlanjut menjadi gagal ginjal akut
2. Infeksi pada saluran kemih
3. Penyempitan saluran kemih dan penyumbatan saluran kemih akibat
pecahan batu
E. Pencegahan
Menurut Sianturi Dan Dian (2017) pencegahan yang dapat dilakukan adalah
1. Konsumsi air putih yang cukup
2. Kurangi oksalat (coklat, lada, bayam)
3. Kurangi konsumsi kafein (kopi, teh soda)
4. Kurangi konsumsi purin (otak-otak, jerowan, sarden)
5. Jangan menahan ketika ingin buang air kecil
6. Perbanyak olahrga
7. Hindari makan instan
8. Kurangi garam

F. Perawatan Dirumah
1. Pengobatan selama dirumah
Beberapa tindakan gaya hidup yang dapat dimodifikasi dalam
upaya pemulihan agar tidak terjadi kekambuhan urolithiasis (Nigrum,
2017) adalah:
a. Cairan
Strategi pengobatan yang umum digunakan pada
urolithiasis yang bukan disebabkan karena infeksi bakteri adalah
dengan meningkatkan konsumsi air. Peningkatan konsumsi air
setiap hari dapat mengencerkan urin dan membuat konsentrasi
pembentuk urolithiasis berkurang. Selain itu, saat
mengkonsumsi makanan yang cenderung kering hendaknya
mengkonsumsi air yang banyak. Konsumsi air sebanyak-
banyaknya dalam satu hari minimal 8 gelas atau setara dengan
2-3 liter per hari (Lotan, et al., 2013)
b. Makanan
1) Konsumsi makanan seperti ikan dan kurangi konsumsi
oksalat (seperti daging) untuk menurunkan oksalat
dalam urin dan resiko pembentukan batu oksalat
(Maalouf, et al., 2010).
2) Mengurangi diet protein hewani dan purin lainnya untuk
menurunkan kadar asam urat dalam urin dan resiko
pembentukan batu asam urat (Maalouf, et al., 2010).
3) Mengurangi makanan yang mengandung tinggi kadar
garam karena dapat meningkatkan rasa haus, selain itu
garam akan mengambil banyak air dari dalam tubuh
sehingga tubuh akan mengalami dehidrasi tanpa
disadari. Disarankan jika terlalu banyak mengkonsumsi
garam hendaknya anda imbangi dengan mengkonsumsi
banyak air yang berfungsi untuk melarutkan garam yang
ada di dalam tubuh (Maalouf, et al., 2010).
4) Meningkatkan diet kalsium untuk mengikat oksalat di
usus dan dengan demikian akan menurunkan kadar
oksalat dalam urin
c. Aktivitas
Aktivitas fisik sangat dianjurkan untuk mencegah
terjadinya
urolithiasis. Tingginya aktivitas yang dilakukan dengan
diimbangi asupan cairan yang seimbang maka ada kemungkinan
akan memperkecil resiko terjadinya pembentukan batu, latihan
fisik seperti treadmill atau aerobic ini dapat dilakukan selama 1
jam / hari selama 5 hari atau anda dapat melakukan olahraga lari
selama 20 meter / menit selama 5 hari (Shamsuddeen, et al.,
2013).
d. Dukungan sosial
Dukungan sosial dapat diberikan dari keluarga dan
lingkungan sekitar dapat meningkatkan keoptimisan pada diri
sendiri untuk sembuh dari penyakit dan memiliki kehidupan
yang lebih baik. Dukungan yang dapat diberikan berupa
memberikan dukungan kepada orang lain untuk beradaptasi
dengan kondisinya saat ini (Guundgard, 2006).

2. Hal-hal yang diperhatikan


Harus menghubungi dokter jika Anda mengalami hal berikut :
a. Nyeri yang sangat parah sehingga, tidak dapat duduk tenang
atau menemukan posisi yang nyaman
b. Nyeri disertai dengan mual dan muntah
c. Nyeri disertai dengan demam dan panas-dingin
d. Darah bercampur darah urine
e. Kesulitan buang air kecil

Anda mungkin juga menyukai