Anda di halaman 1dari 38

MakalahFarmakologi

“Obat-Obat Yang Diberikan Pada Kasus Ibu Bersalin Dan Implikasi Keperawatannya ”

Oleh :

Kelompok 6

Mulyani (163110174)

Nada Sari Dewi (163110175)

Nursaidati (163110176)

Puput Nikmat Lestari (163110177)

Dosen pembimbing :

Ns.Elvia Metti,s.Kep,M.Kep,Sp.Mat

PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES PADANG

2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil`alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan makalah ini disusun guna membahas materi mengenai ”Obat Yang
Diberikan Pada Kasus Ibu Bersalin Dan Implikasi Keperawatannya”. Dalam menyusun
makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, diharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar mencapai
kesempurnaan pada makalah selanjutnya.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
dalam memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini pada
waktunya. Serta semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat digunakan dan bermanfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri
penulis sendiri.

Padang, 17 Maret 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR……………………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..ii

BAB I  PENDAHULUAN………………………………………………………………… 1

1.1      Latar Belakang Masalah……………………………………………………………..1

1.2      Rumusan Masalah…………………………………………………………………...2

1.3      Tujuan……………………………………………………………………………….2

BAB II  PEMBAHASAN…………………………………………………………………. 3

2.1       Pengertian ……………………………………………………………………… ….3

2.2       Bentuk-Bentuk Persalinan…………………………………………………………..3

2.3     Klasifikasi Obat yang diberikan Pada Ibu bersalin………………………………... 4

2.4 Obat-obatan Untuk persalinan……………………………………………………..11

2.5       Implikasi Keperawatan………………………………..………………………….. 29       

BAB III  PENUTUP………………………………………………………………………33

3.1      Kesimpulan………………………………………………………………………...33

3.2 Saran ..............................................................................................................…….33

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….34

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini ilmu kesehatan sangat berkembang pesat, seiring dengan itu kualitas
pelayanan kepada ibu hamil, persalinan dan nifas juga sangat membanggakan. Kehidupan janin
didalam rahim pun menjadi kajian yang berkembang pesat dimana janin sudah dijadikan sebagai
pasien/ klien tersendiri yang sangat menentukan apakah janin tetap dipertahankan dalam
kehidupan dalam rahim ataukah harus hidup diluar rahim yang berarti harus dilahirkan. Apabila
janin diputuskan harus dilahirkan maka kita akan dihadapkan pada masalah induksi persalinan
dimana saat ini pemakaian oksitosin sebagai induksi persalinan sangat banyak digunakan.

Perdarahan pasca persalinan masih menjadi momok sebagai salah satu penyebab
kematian ibu terutama dinegara berkembang seperti negara kita Indonesia. Berbagai kebijakan
telah dicanangkan antara lain Gerakan Sayang Ibu maupun Making Pregnancy Saver yang salah
satu pesan kuncinya adalah penanganan masalah kegawat . Untuk pencegahan perdarahan pasca
persalinan saat ini setiap petugas kesehatan dituntut harus melaksanankan asuhan persalinan
normal dengan salah satu terobosan adalah penatalaksanaan aktif kala tiga dimana penggunaan
uterotonika secara tepat guna harus diterapkan Baik dalam hal induksi persalinan, maupun
masalah pencegahan dan penanganan perdaran pasca persalinan sangat berkaitan dengan
penggunaan oksitosin. Setiap petugas kesehatan yang menangani masalah ini dituntut
mempunyai pengetahuan memadai tentang uterotonika, baik tentang cara kerjanya, cara
pemberianya maupun tentang efek yang tidak diinginkan. Seperti yang telah kita ketahui
bersama, obat merupan salah satu penunjang sarana kesehatan. Segala macam penyakit tidak
dapat lepas begitu saja tanpa keberadaan obat.

Dengan penggunaan obat kita harus mengikuti aturan – aturan tertentu karena obat dalam
penggunaan yang digunakan dalam jumlah yang berlebihan dapat meracuni sedangkan racun
yang digunakan dalam jumlah sedikit justru dapat menjadi obat bagi tubuh kita.. Salah satu dari
obat yang sudah sering dipergunakan adalah uterotonik dan anti perdarahan. Obat – obat
uterotonika dan anti perdarahan tidak pernah lepas dari segala masalah kesehatan yan
berhubungan dengan kehamilan dan persalinan

1
Masalah kehamilan dan persalinan merupakan masalah yang riskan karena sangat erat
dengan keselamatan jiwa seseoramg sehingga ironis sekali apabila terjadi kesalahan walau hanya
sedikit saja. Hal – hal yang perlu diketahui adalah mengenai nama obat, tujuan penggunaan,
mekanisme kerja, indikasi, kontra indikasi, efek samping, cara pemakaian serta dosis yang
digunakan. Uterotonika Adalah Zat Yanag Digunakan Untuk meningkatkan kontraksi
uterus.Uterotonik banyak digunakan untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta
penanganan perdarahan post partum, penegndapan perdarahan akibat abortus inkompletikus dan
penanganan aktif pada Kala III persalinan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Saja Obat-Obat Yang Diberikan Pada Kasus Ibu Bersalin?

2. Apa Implikasi Keperawatannya ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Obat-Obat Yang Diberikan Pada Kasus Ibu Bersalin.

2. Untuk mengetahui Implikasi Keperawatannya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1       Pengertian

Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm (bukan premature
atau postmatur), mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi), selesai setelah 4 jam
dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya, mempunyai janin tunggal dengan presentase puncak
kepala, terlaksana tanpa bantuan artificial, tidak mencakup komplikasi, plasenta lahir normal.
Menurut Mochtar (1998), Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi(janin + uri),
yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalanlain. Persalinan
normal disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada letak  belakang kepala
dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.Persalinan dimulai (inpartu) pada Saat
uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka
dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta

2.2     Bentuk-Bentuk Persalinan

a)      Persalinan spontan

Proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan
bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.

b)      Persalinan Bantuan

Proses persalinan yang di bantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forsep atau
dilakukan operasi seksio caesaria.

c)      Persalinan Anjuran

Pada umumnya persalinan terjadi bila sudah besar untuk hidup di luar, tetapi sedemikian
besarnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan, kadang-kadang persalinan tidak di

3
mulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin
atau prostaglandin.

2.3.Klasifikasi Obat-Obatan Yang Lazim Pada Ibu Bersalin

 Pereda Nyeri pada persalinan


a. Analgetika Inhalasi
Preparat gas ini akan menghasilkan analgetika intermiten pada saat timbulnya kontraksi
uterus (HIS). Reinolda menganjurkan pemberian hanya pada masa transisi, kala dua persalinan,
penjagitan perineum dan sementara menunggu analgesia epidural untuk memberikan hasil yang
efektif
Efek samping :

 Depresi sistem syaraf pusat (sedasi)


 Halusinasi
 Mual
 Hipoksia

b. Apoid
Meperidin, Meplazinol, Diamorfin, Nalokson
Apoid digunakan dalam persalinan, praedah, intrabedah, pasca bedah dan dalam masa
intensif untuk menghasilkan analgetika, sedasi serta pengurangan rasa cemas.

Efek samping :

 Sistem saraf pusat (ssp)-fungsi yang lebih tinggi


 Depresi
 Penumpukkan sistem saraf pusat

c. Obat Anestesi lokal


Lignokain, Bupirakin

4
Obat-obat anestesi lokal memiliki peranan yang tertinggal dalam meredakan rasa nyeri
untuk jangka waktu yang singkat. Dalam kebidanan, obat-obatan tersebut diberikan secara
topikal, subkutan, infiltrasi di sekeliling serabut saraf yang tunggal

Efek samping :

Efek samping anestesi lokal berhubungan dengan kerja khususnya kemampuannya untuk
menghambat hanataran impuls dalam jaringan yang dapat tereksitasi. Obat anestesi lokal akan
menyekat saluran cepat ion natrium pada semua jaringan penghambat impuls, yaotu : SSP,
jantung dan sistem kardivaskular, sistem syaraf perifer, sistem syaraf simpatis, otot polos, uterus,
kandung kemih, usus, otot skelet, telinga berdengung, perasaan yang aneh dalam mulut,
kebingungan, penglihatan kabur, menggigil, keadan gelisah, entoria, gemetaran, mual, tremor,
konuksi, depresi pernapasan, koma dan kematian

 Anti Emetik
1. Antagonis
Antagonis D2 meliputi metoklopramid, haloperidol, domperindon, dan tenotiazin seperti
klorpromazin serta proklorperazin.

Obat-obat ini memiliki potensi untuk :

Mengurangi emesis dan meningkatkan selera makan, mengubah motilitas gastrointestinal,


mendepresi SSP, mengganggu postur dan gerakan tubuh

Efek samping :

 Traktus gastrointestinal
 Depresi SSP
 Kelainan postur dan gerakan
 Reaksi distonia akut

Efek samping peerkinsonian :

 Akathisia
 Sindrom neurokleptik maligna

5
Efek samping kardiovaskular:

 SIADH (syndrom in appropriate ADH)

Efek samping antimuskular

2. Anti Histamin
Istilah ini dipakai untuk preparat antagonis reseptor H1Obat-obat golongan ini dibagi menjadi :
Ø  Antihistamin yang menimbulkan sedasi : bromtenarimin, sinar zin, meklozin, trimeprazin,
siklizin, prometazin, klorteniramin.

Ø  Antihisamin yang tidak menimbulkan sedasi : setrizinter, tenadin, akrivastin dan loratadin

Efek samping :

Obat-obat antihistamin yang menimbulkan sedasi akan menimbulkan efek samping


berhubungan dengan efek samping yang sama dimiliki pula oleh obat-obat antemetik golongan
fenoti azin, seperti prolaktor perazin antihistamin juga mempengaruhi : SSP, sistem
kardiovaskular, gangguan usus dan hati.

3. Anti Emelik lainnya


Ø  Obat-obat antimuskarinik
Obat-obat anti muskarinik, seperti antropin dan hiosin umumnya merupakan obat
antiemetik pilihan kedua sesudah obat-obat antihistamin

Ø  Preparat antagonis serotonis

Antagonis serotonin (SHT3), seperti endansetron (zetran) dan granisetron


(kytril),merupakan preparat antimetik yang efektif

Ø  Piridoksin

Piridoksin telah digunakan sebagai obat antimetik selama 40 tahun dan mungkin
merupakan preparat yang aman serta efektif untuk pemakaian pada kehamilan dini

Ø  Kanabinoid

6
Kanabis digunakan oleh pada penderita sklrerosi diseminata untuk meredakan rasa nyeri
dan  muntah

 Obat yang meningkatkan kontraktilitas uterus / oksitosin


1) Obat Oksitosin
Obat-obat oksitosin yang digunakan di Inggris adalah prostaglandin E serta F, oksitosin
dan ergometrin. Obat-obat oksitosik banyak digunakan untuk induksi serta penguatan persalinan,
pencegahan serta penanganan perdarahan postpartum, pengendalian perdarahan akibat abosrtyus
inkoplentus dan penanganan aktif pada kala 3 persalinan
a.       Prostaglandin

Prostaglandin merupakan substansi yang penting sebagai ”hormon lokal”. Di Inggris


prostaglandin yang sering digunakan dalam bidang kebidanan adalah :

 Dinoproston
 Carboprost
 Gemeprost
 Misoprostol

Efek smaping :

 Kontraksi otot polos-usus, pembuluh darah bronkiolus


 Vasodilatasi dan hipotensi
 Pireksia
 Inflamasi
 Sensirisasi terhadap rasa nyeri
 Diuresis + kehilangan elektrolit
 Efek dari sistem syaraf pusat
 Pelepasan hormon hipofise, renin dan steroid adrenal
 Inhibisi respons sistem syaraf otonom
 Peningkatan tekanan intraokuler

7
b.      Oksitosin

Oksitosin menaikan peranan yang sangat penting dalam persalinan dan ejeksi ASI.
Oksitosin bekerja pada seseptor oksitosik untuk menyebabkan

 Kontraksi uterus pada kehamilan aterm


 Kontraksi pembuluh darah umbilikus
 Kontraksi sel-sel mioepitel

Efek smaping oksitosik:

Bila oksitosin sintetik diberikan, kerja fisiologis hormon ini akan bertambah sehingga
dapat timbul efek samping yang potensial berbahaya.

Efek samping tersebut dapat dikelompokkan menjadi :

 Stimulasi berlebih pada uterus


 Kontraksi pembuluh darah tali pusat
 Kerja pada pembuluh darah
 Mual
 Reaksi hipersensitifitas

pemberian oksitosin akan mengganggu masuknya kepala janin ke dalam


serviks. Kontraksi uterus yang keras, lama serta kuat dapat menimbulkan konsekuensi yang
serius :

 Trauma pada neonatus dan ibu


 Puptura uteri
 Perdarahan postpartum
 Hematoma pelvik
 Solusio plasenta
 Emboli cairan amnion
 Hipoksia fetal

8
c.       Ergometrin

Merupakan jamur yang tumbuh pada tanaman rye (gandum hitam; gandum dan pepadian
lainnya.

Efek samping :

Seperti halnya dengan preparat ergot yang lain, ergometrin berinteraksi dengan reseptor
serotoniergik, noradrenergik, (alfa). Dan dopaminergik dengan cara yang kompleks. Kerjanya
pada reseptor serotonin serta alfa1  diperkirakan melandasi kontraktilitas uterus dan usus yang
ditimbulkan oleh ergometrim. Efek sampingnya diantaranya adalah :

 Kontraksi uterus
 Diare dan muntah
 Vasokomstriksi
 Inhibisi produksi prolaktin
 Efek ergometrin pada neonatus
 Hipersensitifitas

v  Obat yang menurunkan kontraktilitas uterus / tokolitik

1. Preparat agonis adrenoreseptor beta2


Kelompok preparat golongan simpatomemetik ini meliputi ritodrin, terbutalin, salbutamil
dan adrenalin
Efek samping  :

Efek samping obat-obat tokolitik / relaksan uterus terjadi karena stimulsi pada
adrenoreseptor beta2, yang mengenai :

 Sistem kardiovaskuler
 Sistem renin angiotensin
 Sistem syaraf pusat
 Otot polos pada banyak organ
 Kelenjar yang mensekresikan mukus
 Proses metabolisme

9
2. Penyakit saluran kalsium (terutama nifedipin)
Obat-obat penyekat saluran kalsium (obat-obat antagonis kalsium) dapat diresepkan oleh
dokter untuk keperluan tokolisis dan penanganan hipotensi
Efek samping :

 Hipotensi à iskemia
 Edema paru
 Vasodilatasi
 Masalah gastrointestinal
 Reaksi hipersensitivitas
 Pemberian ASI

3. Atosidan
Preparat ini diindikasikan untuk tokolisis dengan pembtasan yang sama seperti yang
diberlakukan pada obat-obat tokolitik lainnya.
Efek samping :

 Muntah
 Hipertensi
 Sakit kepala
 Hiperglikemia

 Kortikosteroid dan Tokolisis

Obat-obat golongan kortikosteroid banyak digunakan dalam penatalaksanan persalinan yang


prematur

Efek samping

Efek samping ini cenderung timbul dengan cepat

 Masalah kardiovaskuler
 Gangguan metabolik-hiperglikemia
 Masalah sistem saraf pusat 

10
 Efek samping ini cenderung timbul dalam jangka waktu yang lebih lama

 Kerja anti inflamasi-infeksi


 Gangguan metabolit
 Supresi adrenal 

2.4 Obat-Obatan dalam persalinan

1. Uterotonik
a. Bledstop

1) Komposisi
Tablet : Metilergometrin Maleat 125 mcg
Injeksi : Injeksi Metilergometrin Maleat 200 mcg/ml
2) Indikasi
Melancarkan kala tiga partus setelah kepala dan bahu bayi keluar,
pendarahan uterus setelah persalinan, setelah aborsi (termasuk pendarahan
uterus pada operasi caesar) dan pada saat pelepasan plasenta, untuk atoni
uterus, subinvolusi pada puerperal uterus dan lokiometra.
3) Kontraindikasi
Hipersensitivitas, toksemia, tidak boleh diberikan pada ibu
menyusui, ibu hamil, kala satudan kala dua pada persalinan sebelum
korona kepala terlihat.
4) Efek Samping
Hipertensi, mual, muntah, sakit kepala, hipotensi, halusinasi, diare,
nyeri dada, tinnitus, diaphoresis, palpitasi, sakit dada sementara, dispnea,

11
tromboflebitis, hematuria, kaki kram, hidung tersumbat, gangguan
pengecapan, gejala alergi, aritmia berat, serangan dan gangguan
serebrovaskuler seperti vertigo, takikardia atau bradikardia.
5) Dosis
Membantu involusi uterus : 1 tablet 3x sehari, umumnya untuk 3-4
kali. Dalam keadaan darurat untuk memgontrol pendarahan uterus yang
berlebih : 0,2 mg (1 ml) diberikan secara i.v. Subinvolusi, pendarahan
puerperium dan lokiometra : 1-2 table 3x sehari atau 0,5-1 ml secara i.m.
Setelah bayi lahir pada operasi Caesar : 1 ml secara i.m. atau 0,5-1ml (0,1-
0,2 mg) secara i.v.
6) Kemasan
Injeksi : dus 10 amp @ 1 ml Rp. 71.390
Tablet : dus 10x10 tablet RP. 46.750

b. Decatocin
1) Komposisi
Oksitosina sintetik 10 UI/ml
2) Indikasi
Induksi persalinan lewat waktu (post matur), ketuban pecah dini atau pre
eklamsia; perdarahan pasca melahirkan atau atonia uteri; inersia uteri primer atau
sekunder; 5eksio caesarea.
3) Kontra Indikasi
Disproporsisefalopelvik, presentasi abnormal; distensi uterus yang
berlebihan, multipara lanjut usia, paritas >4, pernah menjalani 5eksio caesaria
sebelumnya atau pembedahan uterus lainnya; toksemia berat, predisposisi untuk
tjd emboli cairan amnion & plasenta previa.
4) Efek samping
Sakit kepala & mual;dosis berlebihan dapat
menyebabkan komplikasi tekanan pada janin, hipertonia uteri, kontraksi tetanik,
atau robekan uterus.
5) Dosis

12
Induksi atau perangsangan persalinan 1 IU/100 mL 1 IU/100 mL dalam lar
dekstrosa 5%. Kecepatan infus awal: 5-8 tetes/mnt. Maks: 40 tetes/mnt.
6) Kemasan
Dus 100 amp 1 ml
c. Induxin

1) Komposisi
Tiap ml injeksi Induxin mengandung 10 IU oxytocin.

2) Indikasi
1. Antepartum Oxytocin dapat meningkatkan kontraksi
uterus, agar proses persalinan dapat berjalan lebih cepat
untuk kepentingan ibu dan/atau fetus.Dapat digunakan
untuk:
-         induksi persalinan.
-         stimulasi atau memperkuat kontraksi persalinan,
seperti pada inersia uteri.
-          terapi tambahan pada abortus inkomplit ataupun
abortus yang terjadi pada trimester II.
2. Postpartum Oxytocin dapat membantu menghasilkan
kontraksi uterus pada kala III persalinan, sehingga dapat
mengontrol perdarahan pos.

3) Kontra Indikasi
 Disproporsi sefalopelvik
13
 Kelainan letak yang diperkirakan tidak dapat lahir spontan pervaginam, misalnya
letak lintang
 Pada kasus-kasus gawat, dimana lebih baik melalukan tindakan operasi sectio
caesaria
 Gawat janin
 Pemakaian terus menerus pada inersia uteri atau toksemia yang berat
 Kontraksi hipertonus
 Hipersensitif 
 Induksi persalinan dimana persalinan secara spontan pervaginam merupakan
kontraindikasi,   seperti ruptur tali pusat, plasenta previa totalis, vasa previa

4) Efek samping
Pada ibu: Reaksi anafilaktik, hemoragik postpartum, aritmia,
afibrinogenemia, mual, muntah, kontraksi ventrikular prematur, hematoma
pelvik, intoksikasi air, kontraksi tetanik, ruptur uteri.
Pada janin: Bradikardi, kontraksi ventrikel prematur dan bentuk aritmia
lainnya, kerusakan permanen susunan saraf pusat, kematian fetus,
perdarahan retina, rendahnya nilai Apgar pada menit ke-5, ikterik
neonatorum.

5) Dosis
Pada dasarnya dosis tergantung dari respon uterus.
1.Antepartum:
a.Untuk induksi atau stimulasi persalinan
Diberikan infus intravena per drip dengan dosis 1 mL (10 unit) dalam 1000
mL cairan steril. Ini merupakan metode yang paling sesuai untuk induksi
maupun stimulasi persalinan. Larutan harus tercampur dengan baik.
Dosis awal harus diatur berkisar 1-4 mU/menit, dosis dapat dinaikkan
bertahap 1-2 mU/menit,      dalam interval minimal 20 menit, sampai pola
kontraksi yang diinginkan (mirip dengan kontraksi pada persalinan normal)
tercapai.

14
Hal yang harus diperhatikan adalah stabilitas tetesan infus
(misalnya dengan menggunakan infusion pump) dan monitoring kuat,
frekuensi, dan durasi kontraksi serta detak jantung janin. Jika
kontraksi menjadi terlalu kuat (hiperaktivitas), atau adanya gawat janin,
infus dapat dihentikan secara mendadak dan stimulasinya pada otot uterus
akan segera berkurang. 
b. Terapi pada abortus inkomplit atau kehamilan yang sudah tidak
dapat dipertahankan
Infus intravena per drip 10 unit oxytocin dalam 500 mL saline atau D 5%,
diberikan20-40 tetes per menit.
2.Postpartum
Untuk mengontrol perdarahan postpartum. Diberikan 10-40
unit oxytocin dalam 1000 mL larutan steril infus intravena per drip dan
diberikan seperlunya sesuai dengan yang digunakan untuk mengontrol
atonia uteri.
Dapat pula diberikan secara intramuskular 1 mL (10 unit) segera setelah
plasenta lahir.

6) Kemasan
10 amp @ 10 IU/ml

d. Methrgin

1) Komposisi
Metilergometrin hidrogen maleat.

15
2) Indikasi
Penanganan aktif stadium ke-3 proses kelahiran, atonia (tidak
adanya tegangan atau kekuatan otot)/perdarahan rahim, perdarahan dalam
masa nifas, subinvolusi (mengecilnya kembali rahim sesudah persalinan
hampir seperti bentuk asal), lokiometra (pembendungan getah nifas di
dalam rongga rahim).
3) Kontra Indikasi
Wanita hamil, belum terjadi penurunan kepala tetapi persalinan
telah memasuki stadium pertama dan kedua, hipertensi berat, toksemia
hipertensif, penyakit sumbatan pembuluh darah, sepsis (reaksi umum
disertai demam karena kegiatan bakteri, zat-zat yang dihasilkan bakteri,
atau kedua-duanya), hipersensitifitas.Gangguan fungsi hati atau ginjal.

4) efek samping
Nyeri perut, gangguan saluran pencernaan, berkeringat, pusing,
sakit kepala, erupsi kulit.
Jarang : hipertensi, bradikardia atau takhikardia, nyeri dada, reaksi
vasospastik perifer. 
Sangat jarang : reaksi anafilaktik. 

5) Dosis
Perdarahan dalam masa nifas, subinvolusi, lokiometra : 0,125-0,25
mg.

6) Kemasan
Dus 10 x 10 tab; 10x 10 amp; 10 amp

16
e. Metherinal

1) Komposisi
Metilergometrin maleat.
2) Indikasi
Perdarahan setelah persalinan.
Stadium ke-3 proses kelahiran.
Perdarahan rahim setelah pelepasan plasenta atau aborsi, operasi
caesar.
Subinvolusi rahim wanita dalam masa nifas, lokiometra
(pembendungan getah nifas di dalam rongga rahim), menoragia (haid
dengan perdarahan yang berlebihan), & metroragia (perdarahan dari rahim
yang banyak di luar masa haid).

3) Kontra Indikasi
Hipertensi berat, sepsis (reaksi umum disertai demam karena
kegiatan bakteri, zat-zat yang dihasilkan bakteri, atau kedua-duanya) yang
menetap atau parah, penyakit pembuluh darah.
Gangguan fungsi ginjal atau hati.
Kehamilan, induksi persalinan atau selama stadium pertama proses
kelahiran.
Eklampsia (keadaan yang ditandai dengan kejang-kejang dan
penurunan kesadaran pada wanita hamil atau pada masa nifas karena
keracunan kehamilan).

4) Efek samping
Sakit kepala, pusing, telinga berdenging tanpa rangsang dari luar,
nyeri perut.
17
Gangguan saluran pencernaan.
Hipertensi, nyeri pada dada, berdebar, sesak nafas, bradikardia. 

5) Dosis
Tablet salut gula 0,125 mg x 10 x 10 biji.
6) Kemasan
Tablet salut gula 0,125 mg x 10 x 10 biji
f. Metilat

1) Komposisi
Metilergometrin maleat
2) Indikasi
Penanganan stadium ke-3 proses kelahiran.
Perdarahan rahim akibat aborsi, operasi caesar, lepasnya plasenta.
Subinvolusi rahim wanita yang sedang dalam masa nifas.
Lokiometra (pembendungan getah nifas di dalam rongga rahim).
Menoragia (haid dengan perdarahan yang berlebihan) atau
metroragia (perdarahan dari rahim yang banyak di luar masa haid).

3) Kontraindikasi
Hipertensi berat, sepsis (reaksi umum disertai demam karena
kegiatan bakteri, zat-zat yang dihasilkan bakteri, atau kedua-duanya) yang
menetap atau berat, penyakit pembuluh darah.
Gangguan fungsi ginjal atau hati.

18
Kehamilan, induksi kelahiran atau selama stadium pertama proses
kelahiran.
Eklampsia (keadaan yang ditandai dengan kejang-kejang dan
penurunan kesadaran pada wanita hamil atau pada masa nifas karena
keracunan kehamilan).

4) Efek Samping
Sakit kepala, pusing, telinga berdenging tanpa rangsang dari luar,
nyeri perut.
Gangguan saluran pencernaan.
Hipertensi, nyeri pada dada, berdebar, sesak nafas, bradikardia. 

5) Dosis
3 kali sehari 1-2 tablet.
6) Kemasan
Tablet 0,125 mg x 10 x 10 biji.

g. Metvell

1) Komposisi
Metilergometrin hidrogen maleat.
2)Indikasi
Penanganan aktif stadium ke-3 proses kelahiran, atonia (tidak
adanya tegangan atau kekuatan otot)/perdarahan rahim, perdarahan dalam
masa nifas, subinvolusi (mengecilnya kembali rahim sesudah persalinan
hampir seperti bentuk asal), lokiometra (pembendungan getah nifas di
dalam rongga rahim).

19
3) Kontraindikasi
Wanita hamil, belum terjadi penurunan kepala tetapi persalinan
telah memasuki stadium pertama dan kedua, hipertensi berat, toksemia
hipertensif, penyakit sumbatan pembuluh darah, sepsis (reaksi umum
disertai demam karena kegiatan bakteri, zat-zat yang dihasilkan bakteri,
atau kedua-duanya), hipersensitifitas.
Gangguan fungsi hati atau ginjal.

4) Efek Samping
Nyeri perut, gangguan saluran pencernaan, berkeringat, pusing,
sakit kepala, erupsi kulit.
Jarang : hipertensi, bradikardia atau takhikardia, nyeri dada, reaksi
vasospastik perifer. 
Sangat jarang : reaksi anafilaktik.

5) Dosis
Penanganan aktif stadium ke-3 proses kelahiran : 0,1-0,2 mg
secara intravena lambat.
Atonia/perdarahan rahim : 0,2 mg secara intramuskular atau 0,1-
0,2 mg secara intravena.
Dapat diulangi dengan jarak waktu 2 jam atau lebih.
Perdarahan dalam masa nifas, subinvolusi, lokiometra : 0,1-0,2 mg
secara subkutan atau intramuskular, sampai dengan 3 kali sehari, pada
wanita menyusui : selama 3 hari atau kurang.

6) Kemasan
Tablet salut film 0.125 mg x 3 x 10 bij
h. Myotonic
1) Komposisi
MYOTONIC mengandung methylergometrine maleate suatu
senyawa turunan alkaloid ergometrine. Methylergometrine maleate pada

20
dosis rendah mempunyai efek tetanik uterotonik yang menimbulkan
kontraksi uterus dengan meningkatkan frekuensi dan kekuatan
(ampullitudo) kontraksi. Pada dosis tinggi dapat meningkatkan tonus
uterus basal. Methylergometrine bekerja langsung pada otot polos uterus,
dengan cepat dan poten melalui reseptor α-adrenergik sehingga dengan
segera memperpendek persalinan kalatiga dan menghentikan pendarahan
uterus.

2) Indikasi
MYOTONIC diindikasikan untuk:

o Mencegah dan mengobati pendarahan pasca persalinan dan pasca abortus,


termasuk pendarahan uterus karena sectio caesaria.
o Melancarkan persalinan kala 3 (tiga).
o Pendarahan uterus setelah plasenta lepas, atoni uterus, subinvolusi uterus
pada puerperium, lokhiometra.

3) Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap Methylergometrine dan komponen obat
lainnya.

o Kehamilan kala satu dan kala dua pada partus sebelum corona kepala terlihat.
o Hipertensi, termasuk hipertensi karena kehamilan (pre-eklampulsia, eklampulsia).
o Inersia uterus primer dan sekunder.
o Tidak boleh digunakan untuk induksi atau mempercepat kelahiran.

4) Efek Samping

Efek Samping yang telah dilaporkan adalah mual, muntah dan


sakit perut dapat terjadi setelah pemberian dosis yang besar.

21
Hipertensi dapat terjadi terutama setelah penyuntikan intravena
yang cepat.

Pernah dilaporkan adanya kelainan-kelainan pada kulit, nyeri


kepala atau reaksi-reaksi kardiovaskular seperti vertigo, takikardia atau
bradikardia.

5) Dosis

o Pendarahan karena sectio caesaria: setelah bayi dikeluarkan secara ekstraksi i.m. 1
ml atau i.v. 0,5 sampai 1 ml.
o Melancarkan persalinan kala tiga: i.m. 0,5 sampai 1 ml (0,1 – 0,2 mg) setelah
kepala atau bahu anterior keluar atau selambat-lambatnya segera setelah bayi
dilahirkan.
o Penanganan kala tiga pada partus dengan anastesi umum: i.v. 1 ml (0,2 mg).
o Pada atoni uterus: i.m. 1 ml atau i.v. 0,5 ml sampai 1 ml.
o Penanganan involusi uterus: 1 tablet 3 kali sehari umumnya 3 – 4 hari.
o Pada pendarahan puerperal, subinvolusi, lokhiometra: 1 atau 2 tablet 3 kali sehari,
atau i.m. 0,5 sampai 1 ml sehari.

6) Kemasan

MYOTONIC tablet salut selaput

Dus isi 10 strip @ 10 tablet

MYOTONIC injeksi
Dus isi 10 Ampul @1ml

22
i. Oxyla

1) Komposisi
Oxytocin.
2) Indikasi
Induksi persalinan pada kehamilan lewat bulan; ketuban pecah
dini atau pre eklampulsia; 5eksio caesar; perdarahan pasca partum &
perdarahan uterus pasca partum.

3) Kontraindikasi
Disproporsi
sevalopelvik, presentasi janin abnormal; distensi uterus yang berlebihan,
paritas >4, usia lanjut dengan multipara, persalinan 5eksio caesar atau op
uterus lain sebelumnya; toksemia
berat, predisposisi emboli cairan amnion, kontraksi hipertonik, plasenta
previa. Hamil, persalinan kala 1, inersia uterus primer atau sekunder,
persalinan kala 2 sebelum lahirnya kepala. Gangguan fungsi jantung, hati,
atau ginjal; penyakit oklusi vaskuler; sepsis. Hipertensi berat,
preeklampulsia & eklampulsia.

4) Efek Samping
Kadang-kadang: Intoksikasi air dengan gejala sakit kepala & mual;
aritmia jantung.

5) Dosis

23
Induksi atau stimulasi persalinan 1 iu/100 mL dextrose 5%,
diberikan dengan kec inufs: 2-8 tetes /mnt. Maks: 40
tetes/mnt. Persalinan kala 3 & pasca partum (perdarahan, subinvolusi
uterus) 5-10 iu secara IV lambat. 5eksio caesar 5 iu secara intramural
sesudah bayi dilahirkan.

6) Kemasan
Oxyla injeksi 10 IU/mL

j. Piton-s

1) Komposisi
Oxytocin / Oksitosin sintetik

2) Indikasi
Induksi kelahiran, perangsangan kontraksi rahim, setelah
melahirkan/masa nifas, untuk pencegahan atau
pengobatan perdarahan sekunder dan perlekatan plasenta, untuk
merangsang keluarnya ASI, aborsi yang tidak lengkap.

3) Dosis
Induksi kelahiran, perangsangan kontraksi rahim :
– intravena (IV) : 1-5 iu (pada 500 mL cairan infus) dimulai pada 1 mL
(0,001 ui)/menit.
Dosis dapat digandakan tiap 30-45 menit sampai pembukaan rahim terjadi.
– intramuskular (IM) : kurang dari atau sampai 0,5-1 ui/suntikan.
Setelah melahirkan/masa nifas, untuk pencegahan atau pengobatan

24
perdarahan sekunder dan perlekatan plasenta : 2-5 ui secara intramuskular
atau infus intravena dalam suatu dosis yang mencukupi.
Untuk merangsang keluarnya ASI : 2 ui secara intramuskular.
Aborsi yang tidak lengkap : 2-5 ui secara intramuskular tiap 30-60 menit
atau secara infus intravena dalam suatu dosis yang mencukupi.

4) Kemasan
Ampul 10 iu/mL x 100’s

k. Pospargin

1) Komposisi
Methylergometrine maleate

2) Indikasi
Pencegahan dan pengobatan perdarahan pasca persalinan dan
pasca abortus yang disebabkan oleh atonia uteri; pengobatan subinvolusi
uterus; memperpendek kala III (diberikan setelah bahu depan janin lahir);
sectio Caesarea, atau persalinan dengan tindakan.

3) Kontra Indikasi
o Induksi persalinan. Uterus hamil sangat sensitif terhadap ergometrin ataupun
methylergometrine maleate, yang dengan dosis kecil dapat menyebabkan
kontraksi tetanik sehingga akan berpengaruh terhadap sirkulasi darah pada uterus
dan plasenta serta fungsi respirasi janin.

25
o Hipertensi, termasuk hipertensi karena kehamilan (preeklampsia dan eklampsia).
Methylergometrine dapat menyebabkan hipertensi secara mendadak.
o Abortus imminens
o Inersia uteri primer ataupun sekunder
o Kehamilan
o Hipersenstif

4)Efek Samping
o Pemberian dosis besar adalah gangguan gastrointestinal seperti mual, muntah,
diare. Hipertensi dapat timbul setelah pemberian secara intra vena dengan cepat.
Dilaporkan pula timbulnya gangguan lain seperti nyeri kepala dan reaksi-reaksi
kardiovaskuler seperti vertigo, takikardia atau bradikardia.
o Gejala yang timbul pada kelebihan dosis biasanya bersifat akut, mulai dari mual,
muntah, diare, sampai kejang dan gangguan kesadaran.

5) Dosis
o Pencegahan dan pengobatan perdarahan pasca persalinan dan pasca abortus yang
disebabkan oleh atonia uteri. Dosis awal diberikan 0,2 mg methylergometrine
maleate secara IM, biasanya efek kontraksi uterus terjadi 3-5 menit setelah
pemberian. Pemberian secara IM dapat diulang setelah 2-4 jam, lalu terapi
dilanjutkan per oral dengan dosis 0,125 mg methylergometrine maleate 3-4 kali
per hari selama 2-7 hari. Penurunan dosis dapat dilakukan untuk mengatasi uterus
yang kram (kejang). Pada keadaan darurat, misalnya syok, methylergometrine
maleate dapat diberikan IV secara lambat dengan memonitor tekanan darah dan
nadi.
o Untuk pengobatan subinvolusi uterus, dosis awal dapat diberikan secara IM
maupun per oral tergantung keadaan pasien, dan dilanjutkan dengan pemberian
per oral selama 2 sampai 7 hari.
o Memperpendek kala III (diberikan setelah bahu depan janin lahir). Diberikan jika
sudah dipastikan bahwa kehamilan dengan janin tunggal, dan diberikan secara IM
dengan dosis 0,2 mg methylergometrine maleate setelah bahu depan janin lahir.
26
o Sectio Caesarea, atau persalinan dengan tindakan. Setelah bayi dikeluarkan secara
ekstraksi diberikan methylergometrine maleate 1 mL secara IM atau 0,5 ml-1 ml
secara IV.

6) kemasan
Dus 10 x 10 tab;0,125 mg ; 10 amp 1 ml
l. Santocyn

1) komposisi
Oxytocin.

2) indikasi
Induksi persalinan pada kasus kehamilan lewat bulan, ketuban
pecah dini, atau preeklampulsia; 5eksio caesar; atonia uteri
& perdarahan pasca partum.
Penanganan abortus inkomplit, missed abortionatau abortus insipiens.

3) kontra indikasi
. Partus spontan, persalinan normal; disproporsi sefalopelvik;
malpresentasi fetus; plasenta previa & vasa previa; abrupsio plasenta;
prolapsus funikuli, uterus teregang secara berlebihan atau gangguan
resistensi uterus; kanker serviks invasif. Hiperaktivitas uterus. Toksemia
berat atau gangguan KV.

4) efek samping

27
Tetania uteri atau ruptura uteri & laserasi jar lunak; bradikardi,
aritmia, & asfiksia pada fetus; kematian fetus atau maternal. Intoksikasi air
yang disertai
dengan hiponatremia; edema paru, kejang, koma. Hipotensi akut,rasa
panas & kemerahan pada wajah, takikardi refluks. Mual, muntah, aritmia
kordis.

5) Dosis
Induksi persalinan Awal 1-4 MU/mnt (2-8 tetes/mnt), dapat
ditingkatkan secara bertahap dengan interval tidak <20 mnt. 5eksio caesar
5 iu secara IV lambat sesudah persalinan. Pencegahan perdarahan uterus
pasca partum 5 iu secara IV lambat atau 5-10 iu secara IM sesudah
pengeluaran plasenta. Induksi persalinan: Infus hrs diberikan secara terus
menerus dengan kecepatan yang ditingkatkan selama partus kala 3 & bbrp
jam ssdhnya. Terapi perdarahan uterus pasca partum 5 iu secara IV
perlahan atau 5-10 iu secara IM, pada kasus yang parah dilanjutkan
dengan pemberian 5-20 iu Santocyn secara infus IV dalam larutan infus
500 mL non hidrasi, pada kecepatan ygn seusai kebutuhan untuk
mengendalikan atonia uteri. Pd abortus komplit, missed abortion, atau
abortus insipiens 5 iu secara IV lambat atau 5-10 iu secara IM, bila perlu
dilanjutkan dengan infus IV pada kecepatan ≥20-40 mU/mnt.

6) Kemasan
Ampul 1 mL x 10 × 1’s

28
m. Syntosinon

1) komposisi
Synthetic oxytocin

2) indikasi
Induksi persalinan, kala 3 persalinan, Operasi Caesar.

3) kontra indikasi
Kontraksi uterus hipertonik, toksemia gravidarum, disproporsi
sefalo-pelvik, letak janin abnormal, plasenta previa, abrupsio plasenta,
prolaps tali pusat, kehamilan kembar. Riwayat operasi termasuk SC.
Gangguan jantung berat.

4) Efek Samping
Gangguan gastrointestinal (saluran cerna), aritmia jantung,
intoksikasi air karena pemberian infus yang terlalu cepat.

5) Dosis
Untuk induksi persalinan infus IV: 1 iu/100 mL. Kecepatan infus:
5-40 tetes/menit. Untuk kala-3 persalinan 5-10 iu IM atau 5 iu INTRA
VENA secara perlahan. Untuk operasi Caesar 5 iu intra-mural segera
setelah melahirkan.

6) Kemasan
Ampul 10 IU/mL x 10

29
2. Relaksan Uterus
a) Proterine

1) Komposisi
Isoxsuprine HCl

2) Indikasi
Relaksasi uterus, gangguan vaskular perifer, arteriosklerosis
obliterans, tromboangitis obliterans, penyakit Raynauld

3) Kontra Indikasi
Pendarahan arterial dan pasca partum

4) Efek Samping
Kemerahan kulit, hipotensi, takikardia, ruam kulit, gangguan
gastrointestinal (saluran cerna), pusing (hipotensi orostatik).

5) Dosis
Untuk persalinan preterm dosis awal 0,2-0,3 mg/menit IV
maksimal 0,5 mg/menit. Dilanjutkan hingga kontraksi berhenti. Diikuti
intra muskular 10 mg 3 jam berikutnya. Pada gangguan sirkulasi 20 mg
tablet 3-4 x/hari. Parenteral 10 mg 3 x/hari (efek sefera dengan 19 mg IV
atau IA)

6) Kemasan
Tablet 20 mg x 3 x 10

30
b) Tonotan

1) Komposisi
Isoxsuprine HCl.

2) Indikasi
Persalinan prematur; penyakit vaskuler perifer misalnya
arteriosklerosis & tromboangitis obliterans.

3) Kontra Indikasi
Perdarahan arteri yang belum lama terjadi, penyakit
jantung, anemia berat, terlepasnya plasenta secara prematur. Anak
& neonatus.

4) Efek Samping
Ruam kulit, mual, muntah, hipotensi, takikardi, rasa panas dan
kemerahan pada wajah.

5) Dosis

20 mg 3-4 x/hari.

6) Kemasan

Tablet 20 mg

2.4 Implikasi keperawatan


a.       Pengkajian
1)      Kaji derajat relaksasi dan pola persalinan klien dalam keadaan normal yang diharapkan.
2)      Kaji tingkah laku verbal dan non verbal

31
3)      Dapatkan data dasar tanda vital, kontraksi uterus, pelunakan dan dilatasi
serviks,pemeriksaan denyut jantung (DJJ),sebelum pemberian analgetik à untuk
membandingkan.

b.      Perencanaan:
Nyeri persalinan dpt dikendalikan tanpa efek samping yang berarti.
Intervensi keperawatan:
1)      Tawarkan analgetik yg sesuai dengan tingkat dan fase persalinan.
2)      Catat pemberian obat bagian pemantauan janin
3)      Siapkan tindakan penyelamatan yang memadai setelah pemberian obat yang dapat
mengubah persepsi sensori
c.       Penyuluhan
Sebelum memberikan obat ke klien pastikan bahwa dia mengetahui obat apa yang
diberikan tersebut, bagaimana cara pemberiannya, efek yang diharapkan terjadi pada
persalinan dan kemungkinan pengaruhnya terhadap janin dan bayi baru lahir. Katakan
pada klien bahwa kebanyakan obat yang dipakai untuk meredakan nyeri pada kehamilan
tidak diberikan per oral karena fungsi gastrointestinal yang menurun selama persalinan
dan absorbsi berkurang.
d.      Evaluasi
Repon ibu dan janin terhadap obat yang diberikan dan catat menurut protokol obat
tersebut.

32
BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan

Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm (bukan premature
atau postmatur),mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi), selesai setelah 4 jam
dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya, mempunyai janin tunggal dengan presentase puncak
kepala, terlaksana tanpa bantuan artificial, tidak mencakup komplikasi, plasenta
lahir normal.Persalinan normal disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada
letak  belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu
dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.Bentuk-Bentuk Persalinan:Persalinan
spontan, Persalinan Bantuan, Persalinan Anjuran.

Dalam kasus ibu bersalin dibutuhkan juga obat-obatan untuk membantu proses persalinan
contohnya seperti golongan obat Uterotonik dan golongan obat Relaksan Uterus.

3.2 Saran

Dalam pembuatan makalah yang berjudul “Obat-Obat Yang Diberikan Pada Kasus
Ibu Bersalin Dan Implikasi Keperawatannya “ masih banyak memiliki kekurangan oleh karna
itu keritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi melengkapi makalah ini.

33
Daftar Pustaka

Ikatan Apoteker Indonesia,2016.informasi Spesialite obat Indonesia(volume 50).Jakarta


Barat:PT.ISFI

Jordan Sue,2004.Farmakologi kebidanan.Jakarta:EGC

Tambayong, Jan.2002,Farmakologi Untuk Keperawatan.Jakarta:Widya Medika

http://www.farmasi-id.com.

34

Anda mungkin juga menyukai