Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PENYAKIT DIARE

OLEH:
LUH SRI BUDIARTINI
20089142114

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATN BULELENG
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN PENYAKIT DIARE

I. KONSEP DASAR TEORI DIARE


A. Definisi Penyakit
Diare merupakan penyebab kurag gizi yang penting terutama pada anakanak.
Diare menyebabkan anoreksia (kurang nafsu makan) sehingga mengurangi
asupan gizi dan diare dapat mengurangi daya serap usus terhadap sari makanan.
Dalam keadaan infeksi, kebutuhan sari makanan pada anak-anak yang
mengalami diare akan meningkat, sehingga setiap serangan diare akan
menyebabkan kekurangan gizi. Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar
lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak. konsistensi feses
encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau
lendir saja, (Ariyanti, 2020)
B. Epidemiologi
Diare merupakan penyebab kurag gizi yang penting terutama pada anakanak.
Jika hal ini berlangung terus menerus akan mengakibatkan gangguan
pertumbuhan anak. Menurut data (WHO 2018) mengatakan hampir 1,7 miliar
kasus diare terjadi pada anak dengan angka kematian sekitar 525.000 pada anak
balita tiap tahunnya . Berdasarkan data di Amerika Serikat lebih dari 3,5 juta bayi
mengalami diare setiap tahun, menyebabkan lebih dari 500.000 kunjungan ke
klinik dokter dan 55.000 hospitalisasi, (Trestaningati,2018). Di Indonesia
berdasarkan diagnosis atau gejala, estimasi jumlah penderita diare sebanyak
9.441.547 jiwa. Berdasarkan data dari kementerian kesehatan perkiraan diare di
fasilitas kesehatan sebanyak 6.897.463, sedangkan diare ditangani sebanyak
2.544.547 jiwa (Ariyanti, 2020).
C. Etiologi

Diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti infeksi malabsorbsi


makanan dan psikologi. Infeksi ada dua macam yaitu enternal dan parental.
Enternal adalah infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan
penyebab utamanya terjadinya diare sedangkan parental adalah infeksi dibagian
tubuh lain diluar alat pencernaan misalnya otitis media akut (OMA)
tansilofaringitis bronkopnemonia dan ensefalitis. Malabsorbsi meliputi
karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa ) dan
monosakrida (intoleransi glukosa,fruktosa dan galaktosa), pada anak dan bayi
yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa lemak dan protein. Makanan
meliputi makanan basi beracun dan alergi.Psikologi meliputi rasa takut dan
cemas.
Penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi
(disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan,
imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya.Penyebab yang sering ditemukan di
lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan
keracunan
Selain itu, penyebab diare diantaranya terjadi karena infeksi bakteri, virus dan
parasit. Contoh bakteri yaitu Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus
cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter
aeromona.Virus yaitu Rotavirus, Adenovirus, Cytomegalovirus.Parasit yaitu
diantaranya seperti Protozoa (Giardia, Entamoeba histolytica,Trichuris trichiura,
Cryptosporidium huminis, Strongyloides stercoralis, Isospora Belii). Cacing (
Strogyloides strercoralis, Schistosomal).
D. Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan, sebagai berikut:
1) Diare akut, merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare
akut didefenisikan sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi defekasi
yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus Gastroenteritis
Infeksiosa (GI). Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran napas atau
(ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK). Diare akut biasanya sembuh
sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi
yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
2) Diare kronis, didefenisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi
defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit
lebih dari 14 hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis
seperti sindrom malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi
kekebalan, alergi makanan, intoleransi latosa atau diare nonspesifik yang
kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut yang tidak
memadai.
3) Diare intraktabel, yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan
sindrom pada bayi dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2
minggu tanpa ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai
penyebabnya dan bersifat resisten atau membandel terhadap terapi.
Penyebabnya yang paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak
ditangani secara memadai.
4) Diare kronis nonspesifik, diare ini juga dikenal dengan istilah kolon
iritabel pada anak atau diare todler, merupakan penyebab diare kronis
yang sering dijumpai pada anak-anak yang berusia 6 hingga 54 minggu.
Feses pada anak lembek dan sering disertai dengan partikel makanan
yang tidak tercerna, dan lamanya diare lebih dari 2 minggu. Anak- anak
yang menderita diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara normal
dan tidak terdapat gejala malnutrisi, tidak ada darah dalam fesesnya serta
tidak tampak infeksi enterik.
E. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala anak yang menderita diare adalah buang air besar lebih
dari 3 kali, badan lemas, tidak nafsu makan, turgor kulit jelek, membran mukosa
bibir kering, didalam feses bisa terdapat darah maupun lendir, pada anak dapat
terlihat mata cekung selain itu, diare dapat bersifat inflamasi atau non inflamasi.
Diare non inflamasi bersifat sekretorik (watery) bisa mencapai lebih dari 1 liter
perhari.Biasanya tidak disertai dengan nyeri abdomen yang hebat dan tidak
disertai dengan darah atau lendir pada feses. Demam bisa dijumpai bisa juga
tidak. Gejala mual dan muntah bisa dijumpai. Pada diare ini penting diperhatikan
kecukupan cairan karena pada kondisi yang tidak terpantau dapat terjadinya
kehilangan cairan yang menyebabkan syok hipovolemik. Diare yang bersifat
inflamasi bisa berupa sekretori atau disentri. Biasanya disebabkan oleh patogen
yang bersifat invasif. Gejala mual, muntah, disertai dengan demam, nyeri perut
hebat, dan tenesmus, serta feses berdarah dan berlendir merupakan gejala dan
tanda yang dapat dijumpai.
F. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah sebagai berikut
: gangguan osmotik merupakan akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga meninggi
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga
timbul diare. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada
dinding usus atau terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga
usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Gangguan motilitas usus hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan
selanjutnya timbul diare pula (Darmainis, 2018).

G. Pathway
H. Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik

Pemeriksaan penunjang terhadap penyakit diare menurut Nelwan (2014)


yaitu sebagai berikut :

1) Pemeriksaan darah yang meliputi darah perifer lengkap, ureum,


kreatinin, elektrolit (Na+, K+, C_).Analisa gas darah (bila dicurigai ada
gangguan keseimbangan asam basa), pemeriksaan toksik (C. Difficile),
antigen (E. Hystolitica).

2) Feses, meliputi analisa feses (rutin: leukosit difeses. Pemeriksaan


parasit :amoeba,hif). Pemeriksaaan kultur.Pada kasus ringan, diare bisa
teratasi dalam waktu <24 jam.

3) Pemeriksaan lanjut diutamakan pada kondisi yang berat yang tidak


teratasi sehingga menyebabkan hipotensi, disentri,disertai demam, diare
pada usia lanjut, atau pasien dengan kondisi imun yang rendah (pasien
dengan penggunaan obat kemoterapi).
I. Penatalaksanaan

Prinsip tatalaksana diare adalah dengan lintas diare atau lima langkah

tuntaskan diare. Pemberian cairan bukan satu-satunya cara untuk mengatasi

diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/

menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga

menjadi cara untuk mengobati diare. Program lima langkah tuntaskan diare

yaitu:

1) Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah

Oralit untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari

rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak
tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air

matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru

dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan

muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk

mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak minum harus segera di

bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan. Pemberian oralit

sesuai dengan derajat dehidrasi.

a) Diare tanpa dehidrasi

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

b) Diare dengan dehidrasi ringan sedang

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb

dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare

tanpa dehidrasi.

c) Diare dengan dehidrasi berat

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke

Puskesmas.Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan

dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit.

Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan.Anak yang lebih

besar dapat minum langsung dari gelas.Bila terjadi muntah hentikan

dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya


1 sendok setiap 2-3 menit.Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai

dengan diare berhenti.

d) Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam

tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide

Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan

mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam

epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan

fungsi selama kejadian diare. Pemberian Zinc selama diare terbukti

mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi

frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta

menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan

berikutnya.Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc

segera saat anak mengalami diare. Dosis pemberian Zinc pada balita:

 Umur <6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari

 Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah

berhenti. Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1

sendok makan air matang atau air susu ibu, sesudah larut berikan

pada anak diare.


2) Teruskan pemberian air susu ibu dan makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi

pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta

mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum air susu

ibu harus lebih sering di beri air susu ibu. Anak yang minum susu formula

juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih

termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan

makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih

sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan

selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.

3) Antibiotik Selektif

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya


kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri.Antibiotika hanya
bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena
shigellosis), dan suspek kolera.
4) Nasihat kepada orang tua/pengasuh

Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi
nasehat tentang:
 Cara memberikan cairan dan obat di rumah
 Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
 Diare lebih sering
 Muntah berulang
 Sangat haus
 Makan/minum sedikit
 Timbul demam
 Tinja berdarah
 Tidak membaik dalam 3 hari.
J. Komplikasi
1) Dehidrasi (ringan sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
 Ringan sedang, pada umumnya anak-anak dengan dehidrasi
sedang/ringan harus diberi larutan oralit, dalam waktu 3 jam pertama di
klinik saat anak berada dalam pemantauan dan ibunya diajari cara
menyiapkan dan member larutan oralit.
 Berat , anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi
intravena secara cepat dengan rehidrasi oral segera setelah anak
membaik. Pada daerah yang sedang mengalami KLB kolera, berikan
pengobatan antibiotic yang efektif terhadap kolera
 Hipotonik , kehilangan pelarut dari ECF melebihi kehilangan cairan,
sehingga dipembuluh darah menjadi lebih pekat. Tekanan osmotic ECF
menurun mengakibatkan cairan bergerak dari ECF ke ICF. Volume
vaskuler juga menurun serta terjadi pembengkakan
 Hipertonik , kehilangan cairan ECF melebihi pelarut pada dehidrasi ini
non osmotic ECF menurun, mengakibatkan cairan bergerak dari ICF ke
ECF
2) Renjatan hipovolemik
3) Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan elektrokardiogram)
4) Hipoglikemia
5) Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
lactase
6) Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik
7) Malnutrisi energy protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik),
(Paramita, 2017).

II. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE


A. Pengkajian Keperawatan
1) Data umum
 Identitas pasien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
tempat tanggal lahir, suku, diagnose medis, golongan darah
 Identitas penanggung jawab yang meliputi nama, hubungan dengan pasien,
umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan telp/no.HP
2) Riwayat kesehatan saat ini :
 Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien)
 Alasan berobat (hal/kejadian apa yang menyebabkan pasien berobat ke
puskesmas)
 Riwayat penyakit (Tanya pada pasien atau keluarga pasien apakah
memiliki riwayat penyakit sebelumnya)
3) Riwayat kesehatan dahulu
 Penyakit yang pernah dialami
 Riwayat perawatan (apakah pernah melakukan perawatan atau mendapat
perawatan di puskesmas atau tidak pernah)
 Riwayat operasi (apakah pernah mengalami operasi)
 Riwayat pengobatan (apakah pernah melakukan pengobatan)
 Kecelakaan yang pernah dialami (apakah pernah mengalami kecelakaan)
 Riwayat alergi (tanyakan pada pasien apakah memiliki alergi terhadap
makanan atau obat)
4) Riwayat psikologi dan spiritual
5) Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a) Pertumbuhan
 Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg
(rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
 Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm
ditahun kedua dan seterusnya.
 Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan
gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
 Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b) Perkembangan
 Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, mulai
menunjukan kekakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal
dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan,
perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata
sederhana, hubungna interpersonal, bermain).

 Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson. Autonomy vs


Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak
toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario
kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan
orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua
terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka
anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan
tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.

 Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
1. berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2
hitungan (GK)
2. Meniru membuat garis lurus (GH)
3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4. Melepasa pakaian sendiri (BM)

6) Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum dan tanda- tanda vital
Keadaan : berupa composmentis, apatis, somnolen, sopor, koma

Penampila : cenderung sederhana

Ekspresi wajah : lihat ekspresi wajah pasien


Kebersihan secara umum : lihat kebersihan diri pasien
Tandaa- tanda vital : Tekanan darah : meningkat/ menurun/ normal
Suhu : kadang meningkat
Nadi : biasanya cepat
Respirasi : meningkat
 Head to toe
1. Kepala dan rambut
Inspeksi : bentuk, ukuran, distribusi, dan warna rambut
Palpasi : tebal dan banyaknya rambut, hematoma
2. Mata
Inspeksi : simetris, konjungtiva, pupil, sclera
Palpasi : tekanan bola mata, ada atau tidaknya nyeri tekan pada
bola mata
3. Telinga
Inspeksi : ukuran, bentuk, serumen
Palpasi : kartilago telinga, ada tidaknya nyeri tekan pada bola
mata
4. Hidung dan sinus
Inspeksi : bentuk tulang, kesimetrisan lubang hidung, ada atau
tidaknya pernapasan cuping hidung
Palpasi : sinus maksilaris, ada tidaknya nyeri tekan
5. Mulut dan faring
Inspeksi : amati ada tidaknya kelainan pada bibir
Palpasi : palatum, langit- langit dan lidah
6. Leher
Inspeksi : bandingkan antara leher kanan dan kiri
Palpasi : ada atau tidaknya pembengkakan
7. Dada
- Paru- paru
Inspeksi : kesimetrisan paru kanan dan kiri, bentuk, dan postur
Palpasi : ada tidaknya pembesaran dan nyeri tekan, massa
Perkusi: batas jantung
Auskultasi : suara paru (wheezing, ronchi)

- Jantung
Inspeksi dan palpasi : batas jantung dan ada tidaknya
ketidakseimbangan denyut jantung
Perkusi : ukuran dan bentuk jantung
Auskultasi : suara jantung
8. Abdomen
Inspeksi : bentuk dan gerakan abdomen
Auskultasi : bising usus
Palpasi : bentuk, ukuran, dan konsistensi organ
Perkusi : ada tidaknya cairan dan massa nyeri tekan pada abdomen
9. Genetalia
Inspeksi : distribusi rambut pubis, kulit, dan ukuran
Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan, benjolan, serta cairan
10. Ekstrimitas
- Ekstrimitas atas
Inspeksi : warna kulit, ada tidaknya pembengkakan, ada atau
tidaknya fraktur tertutup atau terbuka, serta ada
tidaknya luka
Palpasi : temperature, sendi- sendi, otot erta adanya nyeri
tekan atau benjolan
- Ekstrimitas bawah
Inspeksi : perhatikan adanya dislokasi atau pembengkakan
Palpasi : struktur, konsistensi dan ukuran tulang
7) Pengkajian Fungsional Gordon
a) Pemeliharaan dan presepsi terhadap kesehatan
Jelaskan: keluarga pasien selalu mengikuti instruksi dari perawat dan
dokter serta tetap memberikan obat kepada pasien

b) Pola nutrisi/metabolic
Jelaskan: sebelum sakit, keluarga px mengatakan makan 3x sehari dengan
porsi sedang. Saat sakit, keluarga px mengatakan px tidak ingin makan,
nafsu makannya menurun, mual dan muntah.

c) Pola eliminasi
Jelaskan: sebelum sakit, keluarga px mengatakan pola eliminasinya
normal.
Saat sakit keluarga px mengatakan px sering kencing lebih dari 3x, dan
buang air besar lebih dari 4x warna kuning, cair , dan berlendir.

d) Pola aktivitas dan latihan


Jelaskan: sebelum sakit keluarga px mengatakan px belum dapat
melakukan aktivitasnya sendiri. Saat sakit px tidak bias juga melakukan
aktivitas sendiri dan dibantu oleh keluarga.
- Oksigenasi: px tampak tidak menggunakan oksigenasi.
e) Pola tidur dan istirahat
Jelaskan : sebelum sakit keluarga px mengatakan pola istirahat px cukup.
Saat sakit keluarga px mengatakan pola istirahatnya terganggu.

f) Pola kognitif – perseptual


Jelaskan: sebelum sakit, px merasa dirinya baik-baik saja.
Saat sakit: keluarga px mengatakan px badannya lemas untuk
digerakkan

g) Pola persepsi diri/ konsep diri


Jelaskan: sebelum sakit keluarga px mengtakan px sudah mengenal
orang- orang di sekelilingnya .
h) Pola seksual dan reproduksi
Jelaskan: sebelum sakit dan saat sakit keluarga px mengatakan tidak ada
gangguan pada pola seksual dan reproduksinya.

i) Pola peran – hubungan


Jelaskan: sebelum sakit dan saat sakit keluarga px mengatakan hubungan
dan peran dalam keluarga berjalan harmonis.

j) Pola manajemen koping stress


Jelaskan: sebelum dan saat sakit keluarga px mengatakan Jika pasien
tidak enak badan, maka akan mengeluh kesakitan dengan menangis.
k) Pola keyakinan dan nilai
Jelaskan: px belum dapat beribadah karena masih kecil.

B. Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan
elektrolit pada tubuh
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
3) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi
C. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan kriteria


Intervensi Rasional
o Keperawatan hasil
1. Kekurangan volume Fluid balance fluid management
cairan berhubungan Setelah dilakukan 1. Monitor cairan atau 1. Mengetahui
dengan kehilangan tindakan keperawatan makanan keadaan output
cairan dan elektrolit selama ….x24jam 2. Monitor status dan input pasien
pada tubuh diharapkan kebutuhan hidrasi(kelemahan 2. Untuk mencegah
cairan dan elektrolit membrane mukosa) dehidrasi
terpenuhi, dengan 3. Anjurkan pasien untuk 3. Untuk
kriteria hasil: minum menyeimbangkan
1. Input dan Output 4. Kolaborasikan dengan volume cairan
seimbang tim medis dalam 4. Untuk
2. Tidak ada tanda- menangani kekurangan memberikan
tanda dehidrasi cairan atau pemberian penanganan yang
cairan IV tepat
2 Ketidakseimbangan Nutritional status Nutrition management
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan 1. Kaji adanya alergi 1. Untuk mengetahui
kebutuhan tubuh tindakan keperawatan makanan apakah pasien
berhubungan dengan selama ….x24jam 2. Berikan makan memiliki alergi
intake yang tidak diharapkan nutrisi sedikit tapi sering atau tidak
adekuat pasien terpenuhi, 3. Ajarkan pasien untuk 2. Untuk
dengan kriteria hasil: melakukan oral menghidarai
1) Adanya hygiene sebelum pasien mual
peningkatan BB makan 3. Agar makanan
sesuai dengan 4. Kolaborasi dengan tetap bersih
tujuan ahli gizi untuk Agar pasien
2) Nafsu makan menentukan nutrisi mendapat makanan
pasien meningkat yang dibutuhkan yang tepat
3) Tidak ada tanda pasien
malnutrisi
3 Hipertermi thermoregulation Fever treatment
berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Monitor suhu sesering 1. Untuk
proses penyakit tindakan keperawatan mungkin mengetahui
selama ….x24jam 2. Berikan kompres air keadaan umum
diharapkan hipertermi hangat pasien
tidak terjadi lagi, 3. Anjurkan pasien untuk 2. Mempercepat
dengan kriteria hasil: banyak minum dalam penurunan
1. Suhu tubuh dalam 4. Kolaborasi/delegatif produksi panas
rentang normal dalam pemberian obat 3. Mencegah
2. Nadi dan RR dalam sesuai indikasi, terjadinya
rentang normal contohnya: dehidrasi
3. Tidak ada paracetamol sewaktu panas
perubahan warna 4. Membantu dalam
kulit dan tidak ada penurunan panas
pusing
4 Kerusakan integritas Tissue integrity 1. Monitor kulit akan 1. Agar tidak
kulit berhubungan Setelah dilakukan adanya kemerahan terjadinya iritasi
dengan sering tindakan keperawatan 2. Berikan lotion atau 2. Untuk
defekasi selama ….x24jam minyak atau baby oil mengurangi dan
diharapkan integritas 3. Ajarkan pasien mencegah
kulit kembali normal, tentang kebersihan kerusakan yang
dengan kriteria hasil: kulit dan pemilihan lebih parah
1. Integritas kulit baik pakaian 3. Agar pasien bisa
(elastisitas) 4. Kolaborasi dengan tim menjaga
2. Tidak ada luka (lesi medis tentang kebersihan kulit
pada kulit, pemberian obat 4. Untuk membantu
kemerahan, kering) dan mempercepat
penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, A. A. (2020). Karya Tulis Ilmiah: Asuhan Keperawatan Pada Nn S Dengan


Diagnosa Medis Diare Di Ruang Ashoka Rsud Bangil Pasuruan. 1/136.
Retrieved from http://eprints.kertacendekia.ac.id/id/eprint/194/1/KTI
ANDAN.pdf

Darmainis, N. (2018). Asuhan Keperawatan pada An.F dengan Diare di Wilayah


Kerja Puskesmas Koto Berapak Kabupaten Pesisir Selatan. In Asuhan
Keperawatan pada An.F dengan Diare di Wilayah Kerja Puskesmas
Kot0oBerapak Kabupaten Pesisir Selatan.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan NANDA Nic-Noc (Revisi; Yudha, Budi, & Oskar, eds.). Yogyakarta :
Medication.

Paramita, L. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diare Di Ruang 2 Ibu
Dan Anak Rs Reksodiwiryo Padang. Jurnal Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai