Anda di halaman 1dari 9

PROGRAM KERJA MP-ASI

A. DEFINISI MP-ASI
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman
yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna
memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari
ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan
secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan bayi.
Pemberian MP-ASI yang cukup kualitas dan kuantitasnya penting untuk pertumbuhan
fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang sangat pesat pada periode ini, tetapi
sangat diperlukan hygienitas dalam pemberian MP-ASI tersebut. Sanitasi dan
hygienitas MP-ASI yang rendah memungkinkan terjadinya kontaminasi mikroba yang
dapat meningkatkan risiko atau infeksi lain pada bayi. Selama kurun waktu 4-6 bulan
pertama ASI masih mampu memberikan kebutuhan gizi bayi, setelah 6 bulan produksi
ASI menurun sehingga kebutuhan gizi tidak lagi dipenuhi dari ASI saja. Peranan
makanan tambahan menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi
tersebut (Winarno, FG. 1987).
Makanan pendamping ASI dapat disiapkan secara khusus untuk bayi atau
makanannya sama dengan makanan keluarga, namun tekturnya disesuaikan dengan
usia bayi dan kemampuan bayi dalam menerima makanan (Brown, 1998).

B. TUJUAN PEMBERIAN MP-ASI


Pada umur 0-6 bulan pertama dilahirkan, ASI merupakan makanan yang
terbaik bagi bayi, namun setelah usia tersebut bayi mulai membutuhkan makanan
tambahan selain ASI yang disebut makanan pendamping ASI. Pemberian makanan
pendamping ASI mempunyai tujuan memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan
bayi atau balita guna pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikomotorik yang
optimal, selain itu untuk mendidik bayi supaya memiliki kebiasaan makan yang baik.
Tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik jika dalam pemberian MP-ASI sesuai
pertambahan umur, kualitas dan kuantitas makanan baik serta jenis makanan yang
beraneka ragam (Muthmainnah, Fithriatul. 2010).
MP-ASI diberikan sebagai pelengkap ASI sangat membantu bayi dalam
proses belajar makan dan kesempatan untuk menanamkan kebiasaan makan yang
baik. Tujuan pemberian MP-ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang
diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus
menerus, dengan demikian makanan tambahan diberikan untuk mengisi kesenjangan
antara kebutuhan nutrisi total pada anak dengan jumlah yang didapatkan dari ASI
(WHO. 2003).
Pemberian MP-ASI pemulihan sangat dianjurkan untuk penderita KEP,
terlebih bayi berusia enam bulan ke atas dengan harapan MP-ASI ini mampu
memenuhi kebutuhan gizi dan mampu memperkecil kehilangan zat gizi (Ziegler,
2000).

C. PERSYARATAN MP-ASI
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) diberikan sejak bayi berusia 6 bulan.
Makanan ini diberikan karena kebutuhan bayi akan nutrien-nutrien untuk
pertumbuhan dan perkembangannya tidak dapat dipenuhi lagi hanya dengan
pemberian ASI. MP-ASI hendaknya bersifat padat gizi, kandungan serat kasar dan
bahan lain yang sukar dicerna seminimal mungkin, sebab serat yang terlalu banyak
jumlahnya akan mengganggu proses pencernaan dan penyerapan zat-zat gizi. Selain
itu juga tidak boleh bersifat kamba, sebab akan cepat memberi rasa kenyang pada
bayi. MP-ASI jarang dibuat dari satu jenis bahan pangan, tetapi merupakan suatu
campuran dari beberapa bahan pangan dengan perbandingan tertentu agar diperoleh
suatu produk dengan nilai gizi yang tinggi. Pencampuran bahan pangan hendaknya
didasarkan atas konsep komplementasi protein, sehingga masing-masing bahan akan
saling menutupi kekurangan asam-asam amino esensial, serta diperlukan suplementasi
vitamin, mineral serta energi dari minyak atau gula untuk menambah kebutuhan gizi
energy (Muchtadi, D. 1996).

D. RISIKO PEMBERIAN MP-ASI TERLALU DINI


Pemberian MP-ASI harus memperhatikan Angka Kecukupan Gizi (AKG)
yang dianjurkan berdasarkan kelompok umur dan tekstur makanan yang sesuai
perkembangan usia balita. Terkadang ada ibu-ibu yang sudah memberikannya pada
usia dua atau tiga bulan, padahal di usia tersebut kemampuan pencernaan bayi belum
siap menerima makanan tambahan. Akibatnya banyak bayi yang mengalami diare.
Masalah gangguan pertumbuhan pada usia dini yang terjadi di Indonesia diduga kuat
berhubungan dengan banyaknya bayi yang sudah diberi MP-ASI sejak usia satu
bulan, bahkan sebelumnya (Jahari, 2000).
Pemberian MP-ASI terlalu dini juga akan mengurangi konsumsi ASI, dan bila
terlambat akan menyebabkan bayi kurang gizi. Sebenarnya pencernaan bayi sudah
mulai kuat sejak usia empat bulan. Bayi yang mengonsumsi ASI, makanan tambahan
dapat diberikan setelah usia enam bulan. Selain cukup jumlah dan mutunya,
pemberian MP-ASI juga perlu memperhatikan kebersihan makanan agar anak
terhindar dari infeksi bakteri yang menyebabkan gangguan pecernaan (Jahari, 2000).
Umur yang paling tepat untuk memperkenalkan MP-ASI adalah enam bulan,
pada umumnya kebutuhan nutrisi bayi yang kurang dari enam bulan masih dapat
dipenuhi oleh ASI. Tetapi, stelah berumur enam bulan bayi umumnya membutuhkan
energi dan zat gizi yang lebih untuk tetap bertumbuh lebih cepat sampai dua kali atau
lebih dari itu, disamping itu pada umur enam bulan saluran cerna bayi sudah dapat
mencerna sebagian makanan keluarga seperti tepung (Albar, Hussein. 2004).
Pemberian makanan tambahan terlalu dini kepada bayi sering ditemukan
dalam masyarakat seperti pemberian pisang, madu, air tajin, air gula, susu formula
dan makanan lain sebelum bayi berusia 6 bulan. Adapun resiko pemberian makanan
tambahan terlalu dini, yaitu:

1. Resiko jangka pendek


Resiko jangka pendek yang terjadi seperti mengurangi keinginan bayi untuk
menyusui sehingga frekuensi dan kekuatan bayi menyusui berkurang dengan akibat
produksi ASI berkurang. Selain itu pengenalan serelia dan sayur-sayuran tertentu
dapat mempengaruhi penyerpan zat besi dan ASI, walaupun konsentrasi zat besi
dalam ASI rendah, tetapi lebih mudah diserap oleh tubuh bayi. Pemberian makanan
dini seperti pisang, nasi didaerah pedesaan di Indonesia sering menyebabkan
penyumbatan saluran cerna/diare serta meningkatnya resiko terkena infeksi (Azwar,
Azrul. 2002).
2. Resiko jangka panjang
Resiko jangka panjang dihubungkan dengan obesitas, kelebihan dalam
memberikan makanan adalah resiko utama dari pemberian makanan yang terlalu dini
pada bayi. Konsekuensi pada usia-usia selanjutnya adalah kelebihan berat badan
ataupun kebiasaan makan yang tidak sehat (Azwar, Azrul. 2002).
Kandungan natrium dalam ASI yang cukup rendah (± 15 mg/100 ml), namun jika
masukan dari diet bayi dapat meningkat drastis jika makanan telah dikenalkan.
Konsekuensi di kemudian hari akan menyebabkan kebiasaan makan yang
memudahkan terjadinya gangguan hipertensi. Selain itu, belum matangnya sistem
kekebalan dari usus pada umur yang dini dapat menyebabkan alergi terhadap
makanan (Azwar, Azrul. 2002).

E. HUBUNGAN PEMBERIAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BAYI

Pemberian MP-ASI secara signifikan berhubungan dengan pertumbuhan bayi,


selanjutnya kurang baik MP-ASI pada bayi bayi berpeluang lebih besar mengalami
gangguan pertumbuhan sebesar 6,5 kali dibandingkan bayi yang mendapatkan MPASI
secara cukup.

Penelitian ini didukung oleh penelitian Septiana et al.21, yang menunjukan


pola pemberian makan pendamping ASI yang dilihat dari tingkat konsumsi energi
mempunyai hubungan bermakna dengan status gizi balita usia 6 sampai 24 bulan,
berarti tingkat konsumsi zat gizi yang mengandung sumber energi dapat
meningkatkan status gizi anak balita. Walaupun demikian, pola pemberian MPASI
tidak dapat menjadi faktor penyebab utama terhadap status gizi balita dalam
memantau pertumbuhan dan perkembangan.

Menurut Shrimpton et al.23, pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI)


dalam jumlah cukup dan kualitas yang baik akan berpengaruh terhadap status gizi
bayi. Studistudi di beberapa negara berkembang menunjukkan bahwa status gizi pada
anak berumur 3-15 bulan mengalami retardasi pertumbuhan karena rendahnya
pemberian ASI dan buruknya pemberian MP-ASI. Pada penelitian ini anak tidak
dapat tumbuh normal dimungkinkan karena ketidakseimbangan antara asupan zat gizi
makro seperti energi dan protein serta zat gizi mikro yang berasal dari makanan baik
makanan pendamping ASI (MP-ASI) pabrikan atau buatan sendiri, namun demikian
hal tersebut tidak dimasukan dalam kajian penelitian ini. Peranan mikronutrien dalam
mempengaruhi.

Menurut Shrimpton et al.23, pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI)


dalam jumlah cukup dan kualitas yang baik akan berpengaruh terhadap status gizi
bayi. Studistudi di beberapa negara berkembang menunjukkan bahwa status gizi pada
anak berumur 3-15 bulan mengalami retardasi pertumbuhan karena rendahnya
pemberian ASI dan buruknya pemberian MP-ASI. Pada penelitian ini anak tidak
dapat tumbuh normal dimungkinkan karena ketidakseimbangan antara asupan zat gizi
makro seperti energi dan protein serta zat gizi mikro yang berasal dari makanan baik
makanan pendamping ASI (MP-ASI) pabrikan atau buatan sendiri, namun demikian
hal tersebut tidak dimasukan dalam kajian penelitian ini. Peranan mikronutrien dalam
mempengaruhi pertumbuhan adalah melalui keterlibatannya dalam proses sebagai
koenzim, ketersediaan mikronutrien yang memadahi dapat menjamin berlangsungnya
metabolisme karbohidrat, glikogen, lemak dan asam amino sehingga menghasilkan
energi dan terbentuknya jaringan lemak sebagai cadangan. Beberapa penelitian
menunjukan pemberian suplementasi mikronutrien berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan berat badan dan panjang badan pada anak usia dibawah 24 bulan.

F. TAHAP TEKSTUR MPASI SESUAI USIA

 Tekstur MPASI Usia 0-6 Bulan

Pada usia 0-6 bulan, kebutuhan nutrisi bayi sudah cukup terpenuhi dari ASI saja tanpa
tambahan makanan padat. Saat si kecil sudah memasuki usia 180 hari atau 6 bulan, kenalkan
dengan makanan padat pertamanya. Jangan terlalu berburu-buru mengenalkan MPASI pada
bayi. Bisa mencobanya dengan mendekatkan makanan menggunakan sendok ke mulutnya,
jika ia menolak, tunda beberapa hari lagi sebelum mencoba lagi.

Tekstur

Pada pengenalan  MPASI, anda harus memperhatikan tekstur yang sesuai dengan usianya.
Pada usia ini, tekstur MPASI berupa makanan lumat, misalnya bubur saring, pure atau
makanan yang ditumbuk/dihaluskan. Pastikan bahwa tidak terlalu cair. Untuk mengetahui
tingkat kepadatannya, MPASI yang diletakkan dalam sendok tidak akan mudah tumpah.
Anda juga bisa menambahkan ASIP agar bayi tidak kaget dengan rasa berbeda selain ASI.

Frekuensi

Pada tahap pengenalan, frekuensi pemberian MPASI dapat diberikan dua kali sehari. Jumlah
yang dapat diberikan sekitar 2-3 sendok makan dewasa.

Variasi Makanan

Pada awal MPASI berikan satu jenis makanan terlebih dahulu, kemudian tambahkan bahan
baru setiap 2-4 hari nya untuk pengenalan. Pada makanan pertama, prioitaskan yang menjadi
sumber karbohidrat seperti bubur beras, bubur jagung, kentang, pisang kerok atau alpukat.
Segera berikan bahan pangan sumber zat besi hewani. Anda bisa menambahkan minyak
zaitun atau minyak sayur kedalam bubur untuk meningkatkan kandungan energi.

 Tekstur MPASI Usia 6-9 bulan

Usia bayi 6-9 bulan biasanya sudah mampu duduk di kursi. Pastikan bahwa bayi dapat duduk
dengan aman. Anda bisa mulai memberinya makan dengan posisi ia duduk sendiri. Ini akan
menjadi kebiasaan bayi setiap kali makan.

Setelah bayi sudah bisa lulus makan bubur lumat, anda bisa menaikkan teksturnya secara
perlahan. Lakukan secara perlahan ketika memberikan jenis makanan baru. Anda bisa
memberinya selama beberapa hari berturut-turut agar anak mengenal rasa makanan sekaligus
mengetahui apakah bayi memiliki reaksi alergi.

Tekstur

Pada usia ini, Anda dapat memberikan buah dan sayur yang dihaluskan. Misalnya, alpukat,
ubi atau wortel yang sudah dimasak terlebih dahulu. Pilihan lain yaitu bubur dari kacang-
kacangan seperti edamame, kacang merah serta bubur dari tahu. Saat ini bayi juga bisa
diberikan yoghurt tanpa pemanis dalam porsi kecil. Sebagai asupan protein, bayi mulai bisa
diberikan ikan tanpa tulang, ayam atau jenis daging yang lain. Potong halus sebelum
dikonsumsi bayi.

Frekuensi

Pada umur 6-9 bulan, frekuensi MPASI diberikan 3 kali. Berikan snack biskuit atau buah
matang 1-2 kali sehari. Jumlah makanan dapat anda tingkatkan ¼ hingga ½ cangkir yang
diberikan bertahap dalam 2-3 kali makan.

Menginjak usia 9 bulan, bayi mulai menunjukkan kemampuan dan koordinasi ibu jari dan
telunjuk untuk memegang makanan dan memasukkan ke mulut. Saat ini Anda tidak perlu lagi
membuat makanan menjadi bubur, namun cukup dihaluskan. Usia 8 bulan sudah dapat
dikenalkan dengan finger food seperti kentang rebus, ketela atau buah-buahan. Jika ingin
memberikan telur, pilih bagian kuning telur. Tak perlu dihaluskan, cukup dipotong hingga
cukup kecil dan tidak membuat bayi tersedak. Demikian pula ketika Anda akan memberikan
biskuit khusus bayi, potonglah dalam ukuran kecil.

 tekstur MPASI Usia 9-12 bulan

Menjelang ulang tahun pertama, bayi sudah mampu mengonsumsi makanan yang sama
dengan orang dewasa. Hanya saja, perlu diberikan dalam potongan kecil atau dihaluskan agar
aman saat dikunyah dan ditelan. Umur 10 bulan merupakan usia yang krisis bagi bayi karena
usia ini diharapkan bayi mampu makan makanan semi padat. Umur 12 bulan sendi rahang
bayi telah stabil dan mampu melakuka gerakan rotasi sehingga sudah bisa lebih canggih
dalam mengunyah makanan kasar. Pada usia ini bayi siap makan makanan keluarga.

Produk kacang-kacangan, telur utuh atau ikan sebaiknya dikonsumsi setelah bayi berusia satu
tahun, terutama jika keluarga Anda memiliki riwayat alergi yang kuat. Selain itu, susu sapi
dan madu juga disarankan untuk diberikan setelah bayi berusia satu tahun. Untuk porsi, anak
usia 10-12 bulan tidak terlalu berbeda dengan usia 8-10 bulan.

Usia di Atas 12 Bulan

Di atas usia 12 bulan, bayi sudah mampu makan seperti apa yang kita makan sehari-hari,
sehingga menunya bisa sama dengan menu keluarga. Bisa di siapkan makanan untuk bayi
sama dengan menyiapkan makanan untuk keluarga.

Usia balita di desa 0-2tahun


Sop pembuatan pudding ubi jalar
Alat
1. Panci
2. Blender
3. Pisau
4. Kompor
5. Pengukus
6. Cetakan/cup pudding

Bahan - bahan
 500 gr ubi jalar Ungu
 150 gr Gula pasir
 Susu kental manis 3 sahset
 2 bungkus Agar agar

Langkah
1. Kupas ubi dan cuci
2. Cuci tangan
3. Kukus ubi dan blender sampai halus bersama 500ml air susu.
4. Tuangkan ke dalam panci, masukan gula, susu kental manis sisa dari blender ubi di
tambah air 500ml.
5. Masukan agar agar dan aduk sampai rata.
6. Didihkan panci sampai adonan meletup letup, lalu tuang ke dalam cetakan atau cup
puding..

7. Dinginkan lalu sajikan.


TAHAP TEKSTUR MPASI SESUAI USIA

DEMO DIBUAT SOP

1. PERSIAPAN ALAT (YANG MUDAH DICARI)


2. PERSIAPAN BAHAN
3. PEMBUATAN OLAHAN MAKANAN YAG HIGIENIS

USIA BALITA DI DESA

Anda mungkin juga menyukai