DISUSUN OLEH
Nim : 2002071
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini sudah diteliti dan disetujui oleh
pembimbing akademik untuk disampaikan ke Program Studi Sarjana Keperawatan
Sebagai laporan.
Pembimbing
PENDAHULUAN
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara medadak da
sangat singat atau sementara yang dapat disebabkan oleh aktifitas yang abnormal
serta adanya pelepasan listrik serebal yang sangat berlebihan. Kejang demam
adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
diatas 38 ˚C ) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (barara & jaumar
2013 ).
Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38ºC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada
anak terutama pada golongan anak berumur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3%
dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam
(Ngastiyah, 2014).
System saraf otonom ini tergantung dari system sistema saraf pusat
dan system saraf otonom dihubungkan dengan urat-urat saraf aferent
dan efferent. Menurut fungsinya system saraf otonom ada 2 di mana
keduanya mempunyai serat pre dan post ganglionik. Yang termasuk
dalam system saraf simpatis adalah :
1) Pusat saraf di medulla servikalis, torakalis, lumbal dan
seterusnya.
2) Ganglion simpatis dan serabut-serabutnya yang disebut trunkus
symphatis.
3) Pleksus pre vertebral : Post ganglionik yg dicabangkan dari
ganglion kolateral.
4. Klasifikasi
Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan
tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang, klonik, kejang
tonik dan kejang mioklonik.
a. Kejang tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan
rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi
dengan komplikasi prenatal berat.Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa
pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan
ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi
tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi. Bentuk
kejang tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan dengan
sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena
infeksi selaput otak atau kernikterus.
b. Kejang klonik
Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan
pemulaan fokal dan multifokal yang berpindah-pindah.Bentuk klinis
kejang klonik fokal berlangsung 1 – 3 detik, terlokalisasi dengan baik,
tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase
tonik.Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat
trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati
metabolik.
c. Kejang mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi
lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat.
Gerakan tersebut menyerupai reflek moro. Kejang ini merupakan
pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat.Gambaran
EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.
5. Manifestasi klinis
Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan berupa
klonik atau tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang
berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa
detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan syaraf.
Kejang demam dapat berlangsung lama dan atau parsial. Pada kejang yang
unilateral kadang-kadang diikuti oleh hemiplegi sementara (Todd’s hemiplegia)
yang berlansung beberapa jam atau beberapa hari. Kejang unilateral yang lama
dapat diikuti oleh hemiplegi yang menetap.
Kejang demam terkait dengan kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan biasanya
berkembang bila suhu tubuh mencapai 390 C atau lebih ditandai dengan adanya
kejang khas menyeluruh tionik kloni lama beberapa detik sampai 10 menit.
Kejang demam yang menetap ≥ 15 menit menunjukkan penyebab organic seperti
proses infeksi atau toksik, selain itu juga dapat terjadi mata terbalik keatas dengan
disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan sentakan berulang.
Tanda dan gejala :
a. Peningkatan suhu tubuh yang tinggi (suhu rektal diatas 38 °C).
b. Kejang yang bersifat kejang kolonik atau tonik - kolonik bilateral.
c. Mata terbalik keatas disertai kekakuan atau kelemahan.
d. Gerakan sentakan berulang tanpa di dahului kekakuan atau hanya
sentakan atau kekuatan fokal.
e. Pada sebagian kejang disertai hemiparesis sementara yang berlangsung
beberapa jam sampai beberapa hari atau juga bersifat menetap
6. Pathway
7. Pemeriksaan diagnostik
a. Elektroensefalogram (EEG)
dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
b. Pemindaian CT
menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk
mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c. Magneti resonance imaging ( MRI )
menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapanganmagnetik dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak
yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.
d. Pemindaian positron emission tomography ( PET )
untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan
lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak.
e. Uji laboratorium
f. Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler.
g. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit.
h. Panel elektrolit
i. Skrining toksik dari serum dan urin.
j. GDA
8. Penatalaksanaan
Ngastiyah (2012), Dalam penanggulangan kejang demam ada beberapa faktor
yang perlu dikerjakan yaitu:
a. Penatalaksanaan medis
1) Memberantas kejang secepat mungkin
Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus (kejang), obat
pilihan utama yang diberikan adalah diazepam yang diberikan secara
intravena. Dosis yang diberikan pada pasien kejang disesuaikan
dengan berat badan, kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/kgBB dengan
minimal dalam spuit 7,5 mg dan untuk BB diatas 20 kg 0,5 mg/KgBB.
Biasanya dosis rata-rata yang dipakai 0,3 mg /kgBB/kali dengan
maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg
pada anak yang lebih besar.
Setelah disuntikan pertama secara intravena ditunggu 15 menit, bila
masih kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga
melalui intravena. Setelah 15 menit pemberian suntikan kedua masih
kejang, diberikan suntikan ketiga denagn dosis yang sama juga akan
tetapi pemberiannya secara intramuskular, diharapkan kejang akan
berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau
paraldehid 4 % secara intravena. Efek samping dari pemberian
diazepan adalah mengantuk, hipotensi, penekanan pusat pernapasan.
9. Komplikasi
a. Kerusakan otak
Terjadi melalui mekanisme eksitoksik neuron saraf yang aktif sewaktu
kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor MMDA (M Metyl D
Asparate) yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang
merusak sel neuron secara irrevesible.
b. Retardasi mental
Dapat terjadi karena deficit neurologis pada demam neonatus.
10. Pencegahan
a. Pencegahan berulang
1) Mengobati infeksi yang mendasari kejang.
2) Penkes tentang : Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas
resep dokter,Tersedianya alat pengukur suhu dan catatan
penggunaan termometer, cara pengukuran suhu tubuh anak, serta
keterangan batas-batas suhu normal pada anak (36-370 C)
b. Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi:
1) Baringkan pasien pada tempat yang rata.
2) Kepala dimiringkan untuk menghindari aspirasi cairan tubuh.
3) Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan nafas.
4) Lepaskan pakaian yang ketat.
5) Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera.
11. Patofisiologis
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi
CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam
yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel
neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium (K+ ) dan sangat sulit dilalui oleh
ion Natriun (Na+ ) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI- ). Akibatnya
konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang
diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial
membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K
ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran
ini dapat diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi
atau aliran listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
12. Prognosis
a. Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis
b. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien
yang sebelumnya normal
c. Kemungkinan berulang kejang demam
d. Kemungkinan terjadinya epeliepsi
Faktor resiko epilepsi meliputi :
Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang
demam pertama
Kejang demam yang pertama adalah kejang demam kompleks
Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
6) Aktivitas istirahat
keletihan, kelemahan umum, perubahan tonus / kekuatan otot.
Gerakan involunter.
7) Integritas ego
stressor eksternal / internal yang berhubungan dengan keadaan dan
atau penanganan, peka rangsangan.
8) Riwayat jatuh/trauma
9) Data laboratorium
Leukosit meningkat
Pada pemeriksaan tumbal punksi ditemukan cairan jernih
glukosa normal dan protein normal.
10) Data psikososial
Hubungan ibu dan anak sangat dekat sehingga perpisahan dengan ibu
menimbulkan rasa kehilangan orang yang terdekat bagi anakanak
lingkungan tidak dikenal akan menimbulkan perasaan tidak aman,
berduka cita dan cemas.
Akibat sakit yang dirawat bagi anak menimbulkan perasaan
kehilangan kebebasan, pergerakan terbatas menyebabkan anak
merasa frustasi sehingga akan mengekspresikan reaksi kecemasan
secara bertahap yaitu proses, putus asa dan menolak.
11) Data sosial ekonomi
Demam kejang dapat mengenal semua tingkat ekonomi dan
sosial.Penyakit ini disebabkan oleh sanitasi lingkungan yang buruk
dan disebabkan oleh kurangnya perhatian orang tua.
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul (Roger M.D.M.P.H diagnosis
pedriatri : 231) :
a. Resiko tinggi trauma / cidera b/d kelemahan, perubahan kesadaran,
kehilangan koordinasi otot.
b. Gangguan rasa nyaman b.d peningkatan suhu tubuh.
c. Resiko kejang berulang b.d peningkatan suhu.
d. Resiko Defisit volume cairan bd kondisi demam.
e. Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis,
penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan bd kurangnya informasi.
c. Intervensi keperawatan
d. Implementasi keperawatan
Tindakan keperawatan ( implementasi ) adalah katagori dari prilaku
keperawatan di mana yang di perlukan untukmencapai tujuan dan hasil yang
di perkirakan dari asuhan keperawatn yang di lakukan dan di selesaikan .
implementasi mencakup melakukan, membantu, mengarahkan kinerja
aktivitas kehidupan sehari-hari, memberkan asuhan keperawtan untuk tujuan
yang berpusat kepada klien (Darto suharso 2013)
e. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah respon pasien terhadap tindakan dan kemajuan mengarahkan
pencapaian hasil yang di harapkan. Aktivitas ini berfungsi sebagai umpan
balik dan bagian control proses keperawatan, melalui status pernyataan
diagnostic pasien secara individual di nilai untuk diselesaikan, di lanjutkan,
atau memerlukan perbaikan (Darto suharso 2013).
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tgl pengkajian : 08 februari 2022 jam : .07.30 WIB oleh : Stefanus Adi Wahyu A
I. IDENTITAS
A. Pasien
Nama : An. G
Tempat/tgl lahir : 10 maret 2021 Yogyakarta
Umur : 11 bulan 5 bulan 7 hari
Agama : Islam
Status perkawinan : belum menikah
Pendidikan : belum sekolah
Pekerjaan : belum memiliki pekerjaan
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Tgl Masuk RS : 06 Februari 2022
No. RM : 0209xxxx
Ruang : Galilea III 10 C
Diagnosa Medis : KDK (kejang demam kompleks), diare akut
Diagnosa Dedeferensial :
Diagnosa Defenifit : KDK (kejang demam kompleks)
Alamat : Bantul DIY
B. Keluarga / penanggungjawab
Nama : Ny. M
Hubungan : Ibu sambung
Umur : 30 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Bantul
2. Selama sakit
- Jenis diet : susu formula 400 gram
- Frekuensi makan : 4 kali
- Porsi makanan yang dihabiskan : 1 porsi piring kecil
- Banyak minum dalam sehari : (900-1000ml susu /24 Jam)
- Keluhan : tidak ada keluhan
- Berat badan : 10,5 kg
B. Pola Eliminasi
1. Sebelum sakit
a. Buang Air Kecil BAK
- Frekuensi : 5 kali
- Jumlah :-
- Warna : kuning,
- Bau : pengat
- Keluhan : tidak ada
- Upaya yang dilakukan : -
- Posisi BAK berdiri
b. Buang air besar BAB
- Frekuensi : (1-2x/24 jam )
- Jumlah :-
- Warna : kuning, coklat
- Bau : pengat
- Keluhan : tidak ada keluhan
- Posisi BAB : memakai pampers
2. Selama sakit
a. Buang Air Besar
- Frekuensi : (11x/BAB)
- Waktu : pagi dan sore
- Warna : kuning coklat
- Konsistensi : cair
- Keluhan : tidak ada keluhan
- Upaya yang di lakukan :
b. Buang Air Kecil
- Frekuensi : (4-5x/24 jam)
- Jumlah :-
- Warna : kuning
- Bau : bau urin
- Keluhan : tidak ada
- Upaya yang dilakukan :
C. Pola Aktifitas istirahat-tidur
1. Sebelum sakit
a. Keadaan aktivitas sehari-hari
- Alat bantu untuk memenuhi aktifitas setiap hari : tidak ada
- Apakah kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, bantuan alat, orang lain:
AKTIFITAS 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian /berdandan √
Eliminasi √
Pindah √
Ambulasi √
Naik tangga √
Memasak √
Belanja √
Merapikan rumah √
Keterangan. 0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat
4 = tergantung total
b. Kebutuhan tidur
- Jumlah tidur dalam sehari
● Tidur siang : 2-3 kali
● Tidur malam : setiap hari (7-8 jam)
- Kebiasaan pengantar tidur : minum susu botol
- Apakah klien selalu tidur dengan teman atau seorang diri : pasien tidur
bersama orang tua
- Perangkat/alat yang selalu digunakan untuk tidur : bantal, guling, selimut
dan kasur
- Keluhan dalam hal tidur : -
c. Kebutuhan istirahat
- Kapan : malam dan siang
- Berapa lama : 7-8 jam
- Kegiatan untuk mengisi waktu luang : bermain bersama orang tua
- Apakah menyediakan waktu untuk istirahat pada waktu siang hari : 2-3 kali
- Dalam suasana yang bagaimana klien dapat istirahat dan mengisi waktu
luang : nyaman dan tenang
2. Selama sakit
a. Keadaan Aktifitas
Makan.minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di TT √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
Keterangan. 0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat
4 = tergantung total
b. Kebutuhan tidur
- Jumlah tidur dalam sehari
● Tidur siang : (2-3 kali )
● Tidur malam : 7-9 jam
- Penghantar untuk tidur : minum susu botol
- Keluhan tidur : tidak ada keluhan tidur
2. Kepala
- Bentuk kepala oval, kulit kepala bersih, tidak ada luka/bekas luka dan
ketombe.
- Pertumbuhan rambut tidak terlalu tebal, rambut hitam dan tipis
- Wajah simetris tidak kelainan bentuk
- keadaan umum kepala baik tidak ada bekas memar atau lebam-lebam
3. Mata
- Dari hasil pengkajian daerah mata adalah klien tidak mengalami kelainan pada
mata, tidak ada katarak dan konjungtivitis
- Tidak terdapat kotoran atau benda asing di mata
4. Telinga
- Tidak terdapat cairan
- Keadaan umum telinga simetris
- Pasien tidak menggunakan alat bantu pendengaran
- Tidak ada kelainan bentuk telinga
5. Hidung
- Hidung simteris
- Mukosa lembab
- Tidak adanya benda asing dan sputum
- Tidak ada peradangan
7. Leher
- Tidak ada kelainan bentuk leher
8. Dada
a. Inspeksi
- Bentuk dada simetris
- tidak ada kelainan bentuk dada
- tidak terdapat luka atau bekas luka
- warna kulit pada dada putih bersih
b. palpasi
- tidak terdapat nyeri dada
- simetris saat bernapas
- tidak ada pembengkakan pada dada
- hantaran pada kedua tangan sama saat dilakukan palpasi vocal fermitus
c. auskultasi
- suara paru : suara napas vesikuler
- tidak ada suara napas tambahan ronchi,whezing, dll
9. Payudara
a. Inspeksi
- Bentuk : simetris
- Kebersihan : payudara bersih
- Berwarna kecoklatan
10. Punggung
- Tidak kelainan bentuk punggung pada pasien
11. Abdomen
a. Inspeksi
- Warna kulit putih bersih
- Tidak bekas luka atau luka
- Tidak ada bekas cacar
b. Auskultasi
- Frekuensi peristaltik : 25 x/menit
c. Palpasi
- Palpasi ringan dan dalam pasien tidak merasa nyeri atau sakit
- Tidak nyeri dibagian abdomen
- Tidak teraba masa
12. Anus dan rektum : tidak ada hameroid
13. Genetalia pasien memakai pampers
14. Ekstremitas
a. Atas
- Kelengkapan anggota gerak: lengkap
- Kelainan jari (Syndactili, polidactili)): tidak terdapat kelainan pada jari
b. Bawah
- Anggota gerak lengkap
- Tidak ada kaki gajah
Rontgen Thorax
VI. PROGRAM PENGOBATAN DAN ANALISA OBAT
ANALISA DATA
NO
Pukul 09.00
DS ;
DO :
Pasien merengek/menangis
Infus rl di kaki kanan
Kesadaran compos metis
Suhu 38 C°
K/U lemah
Kulit teraba hangat
DS :
orang tua mengatakan tidak
tahu cara penganan/apa yang
harus dilakukan jika anaknya
kejang kembali
DO :
Ibu sering bertanya tentang
keadaan anaknya dan
bagaimana penanganan saat
anak kejang apabila terjadi
kejang kembali pada anak
Suhu 38 C°
RR 28x/menit
NO DIAGNOSIS KEPERAWATAN
DS :
Pasien merengek/menangis
Infus rl di kaki kanan
Kesadaran compos metis
K/U lemah
Suhu 38 C°
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
DS :
DO :
DS :
2. Kejang tidak
timbul dalam
waktu kurang dari
1 jam
3. Nilai pernapasan
normal 25-
60x/menit
Stefanus Adi Wahyu A Stefanus Adi wahyu A Stefanus Adi Wahyu A Stefanus Adi Wahyu A
Selasa 8 Februari 2022 Rabu 9 februari 2022 Rabu 9 Februari 2022 1. Untuk menambah
Pukul 10.30 WIB Pukul 11.30 pengetahuan
Pukul 11.30
D.0111 1. Jelaskan pada orang tua pasien
Defisit pengetahuan Tujuan: setelah dilakukan 2. keluarga pasien atau mengenai
berhubungan dengan tindakan kepetrawatan orang tua pasien penyakit kejang
kurang terpapar 1x30 menit diharapkan tentang penyakit demam
informasi tingkat pengetahuan kejang demam, 2. Mengetahui
keluarga tentang demam kondisi pasien dan tingkat
meningkat dengan kriteria pengobatan pengetahuan
hasil : 3. Evaluasi kembali keluarga pasien
1. Keluarga tingkat pengetahuan mengenai
menyatakan keluarga pasien penyakit kejang
pemahaman demam
tentang penyakit,
kondisi dan
pengobatan
2. Keluarga mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
Stefanus Adi Wahyu A Stefanus Adi Wahyu A Stefanus Adi Wahyu A Stefanus Adi Wahyu A
Rabu 9 Februari 2022 Rabu 9 februari 2022 Rabu 9 Februari 2022 1. Sebagai data awal
Pukul : 11.00 WIB Pukul 12.00 Pukul 12.00 untuk melihat
D.0149 Tujuan : setelah dilakukan O: keadaan umum
Termoregulasi Tidak tindakan keperawatan Monitor suhu tubuh pasien
Efektif berhubungan selama 3x 1 jam T: 2. Supaya pasien
dengan Proses penyakit 1. Kulit merah Longgarkan atau tidak sesak
menurun 5 lepaskan pakaian 3. Menjaga suhu
2. Kejang menurun 5 Sediakan lingkungan tubuh pasien
3. Suhu tubuh yang dingin 4. untuk
menurun 5 E: mengurangi
K: mengurangi
O:
Keluarga pasien
merespon dengan
menganggukan kepala
Tidak ada rasa khawatir
Keluarga pasien terlihat
tenang
A : masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
I:
Menjelaskan kepada
orang tua pasien jika
dirumah pasien
mengalami kejang
kembali apa yang harus
dilakukan.
Informasi kepada orang
tua mengenai pengobatan
rumatan (pada kejang
demam kompleks),
E:
Orang tua pasien
memahami mengenai
penanganan kejang
demam jika sewaktu-
waktu dirumah, anaknya
mengalami kejang
kembali
3. Termoregulasi tidak 9 februari 2022 S:
efektif berhubungan Pukul 14.00 WIB Keluarga mengatakan
dengan proses anaknya sudah tidak Stefanus Adi
penyakit demam
O:
Kesadaran compos metis
Suhu 36 C
KU baik
Infus Rl
SPO2 99 %
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
I:
Monitoring suhu
Menjaga suhu
lingkungan pasien
E:
Pasien sudah lebih ceria
Kulit tidak teraba hangat
Tidak ada perubahan
warna kulit