1
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Dewi Nurpitasari
2014401110021
Menyetujui
2
Laporan Pendahuluan
Kejang Demam
Gambar : 1
a) Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan
pusat komputer dari semua alat tubuh, bagian dari syaraf sentral yang terletak
di dalam rongga tengkorak (Kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang
kuat.
Bagian-bagian otak :
1. Hipotalamus merupakan bagian ujung depan diesenfalon yang terletak di
bawah sulkus hipotalamik dan di depan nucleus interpundenkuler
hipotalamus terbagi dalam berbagai inti dan daerah inti. Terletak pada
anterior dan inferior talamus berfungsi mengontrol dan mengatur sistem
syaraf autonom juga bekerja dengan hipofisis untuk mempertahankan
keeimbangan cairan, mempertahankan pengaturan suhu tubuh melalui
peningkatan vasokontriksi atau vasodilatasi dan mempengaruhi sekresi
hormonal dengan kelenjar hipofisis, juga sebagai pusat lapar dan
mengontrol berat badan, sebagai pengatur tidur, tekanan darah, perilaku
agresif dan seksual dan pusat respon emosional.
3
2. Talamus berada pada salah satu sisi pada sepertiga ventrikel dan
aktivitas primernya sebagai pusat penyambung sensasi bau yang diterima
semua impuls memori, sensasi dan nyeri melalui bagian ini.
3. Traktus Spinotalamus (serabut-serabut segera menyilang kesisi yang
berlawanan dan masuk ke medulla spinulis dan naik). Bagian ini
bertugas mengirim impuls nyeri dan temperatur ke talamus dan kortek
serebri.
4. Kelenjar Hipofisis dianggap sebagai masker kelenjar karena sejumlah
hormonhormon dan fungsinya diatur oleh kelenjar ini. Hipofisis
merupakan bagian otak yang tiga kali lebih sering timbul tumor pada
orang dewasa.
5. Hipotesis Termostatik : mengajukan bahwa suhu tubuh diatas titik
tersebut akan menghambat nafsu makan.
6. Mekanisme Aferen : empat hipotesis utama tentang mekanisme aferen
yang terlibat dalam pengaturan masukan makanan telah diajukan, dan
keempat hipotesis itu tidak ada hubungannya satu dengan yang lain.
b) FISIOLOGI OTAK
Hipotalamus mempunyai fungsi sebagai pengaturan suhu tubuh dan
untuk mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh.
1. Pirogen Endogen
Demam yang ditimbulkan oleh Sitokin mungkin disebabkan oleh
pelepasan prostaglandin lokal di hipotalamus. Penyuntikan
prostaglandin kedalam hipotalamus menyebabkan demam. Selain itu
efek antipiretik aspirin bekerja langsung pada hipotalamus, dan
aspirin menghambat sintesis prostaglandin.
2. Pengaturan Suhu
Dalam tubuh, panas dihasilkan oleh gerakan otot, asimilasi makanan,
dan oleh semua proses vital yang berperan dalam metabolisme basal.
Panas dikeluarkan dari tubuh melalui radiasi, konduksi (hantaran)
dan penguapan air disaluran nafas dan kulit. Keseimbangan
pembentukan pengeluaran panas menentukan suhu tubuh, karena
kecepatan reaksi-reaksi kimia bervariasi sesuai dengan suhu dank
4
arena sistem enzim dalam tubuh memiliki rentang suhu normal yang
sempit agar berfungsi optimal, fungsi tubuh normal bergantung pada
suhu yang relatif konstan (Price Sylvia A : 1995)
Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi
antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah
terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu (Mansjoer, 2000).
Demam adalah meningkatnya temperatur tubuh secara abnormal lebih dari 37,5oC,
merupakan respon tubuh terhadap kuman, bakteri dan virus penyebab penyakit
yang masuk ke dalam tubuh (Suriadi, 2001). Kejang adalah perubahan fungsi otak
mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas neoronal yang abnormal dan
pelepasan listrik serebral yang berlebihan (Betz, 2002). Gangguan kejang
merupakan sindrom kronis dimana disfungsi neurologis pada jaringan serebral
menghasilkan episode paraksosmal berulang (kejang) gangguan perilaku, suasana
hati, sensasi, persepsi, gerakan dan tonus otot (Carpenito, 2000). Kejang (konvulsi)
merupakan akibat dari pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf
korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba, terjadi gangguan
kesadaran ringan, aktivitas motorik dan/atau gangguan fenomena sensori
(Doengoes, 2000).
3.ETIOLOGI
5
e) Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak diketahui
atau ensekalopati toksik sepintas.
f) Gabungan semua faktor tersebut di atas.
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan
kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan cepat yang disebabkan infeksi diluar
susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis media akut (OMA), bronkhitis, dan
lain – lain.
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui oksidasi dipecah menjadi CO2
dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu
lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal mebran sel neuron
dapat dilalui dengan mudah ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion
Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI-). akibatnya
konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang
diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis konsentrasi
ion didalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang
disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP -ase yang terdapat
pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
6
listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas
keseluruh sel maupun ke membran disekitarnya dengan bantuan
“neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang
berbeda dan tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak akan
menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan
tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama
(lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen
dan energi untuk kontraksi otot skletal yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi
artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang
disebabkan makin meningkatnya aktivitas otot dan mengakibatkan metabolisme
otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga
terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang (Lestari,2016
dan Ngastiyah,2016)
PATWAY
7
Pelepasan muatan listrik semakin Perubahan beda
meluas keseluruhan sel sekitarnya potensial membran
Resiko cedera dengan bantuan neourotrasnmitter
Kejang
Hipertermi
Kebutuhan O2 meningkat
Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
Resiko asfiksia
5.MANIFESTASI KLINIK
Menurut (Dewanto, 2009) gejala klinis yang paling sering dijumpai pada kejang
demam diantaranya :
8
g) Akral dingin.
Distritmia
Meningkatkan glukosa
Edema paru non jantung
Meningkatkan suhu pusat tubuh
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) EEG
Untuk membuktikan jenis kejang fokal/gangguan difusi otak akibat lesi organik,
melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang stelah kejang.
b) CT SCAN
9
c) Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak
dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis.
d) Laboratorium
Darah tepi, lengkap (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit) mengetahui sejak dini apabila
ada komplikasi dan penyakit kejang demam.( Arif Mansyoer, 2000).
10
k) Jika kejang telah berhenti, segeralah ke dokter untuk mencari penyebab dan
mengobati demam.
l) Penanganan Kejang Demam Saat Di Rumah Sakit.
m) Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat.
n) Pemberian oksigen melalui face mask.
o) Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau
jika telah terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus.
p) Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan.
q) Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk
meneliti kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya
menganjurkan pemeriksaan ini pada anak yang mengalami kejang cukup
lama atau keadaan pasca kejang (mengantuk, lemas) yang berkelanjutan .
8.PROGNOSIS
1. Kelainan ilmu saraf atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam
pertama.
2. Kejang demam yang pertama adalah kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung.
11
9. TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN BERDASARKAN KASUS
A. Pengkajian keperawatan
1) Anamnesa
a. Identitas pasien
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya orang tua akan mengatakan badan anaknya terasa panas, nafsu
makan menurun, lama terjadi kejang biasanya tergantung pada jenis
kejang demam pada anak.
12
b) Riwayat imunisasi : Biasanya anak dengan riwayat imunisasi
tidak lengkap rentan tertular penyakit infeksi atau virus seperti
virus influenza.
c) Riwayat nutrisi : Pada anak sakit, biasanya akan mengalami
penurunan nafsu makan kerena mual ataupun muntah.
d) Riwayat ante anatal, post natal dan natal juga harus
diperhatikan terutama untuk anak usia 0-5 tahun.
2) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum pada anak kejang demam sering dijumpai ialah anak
sering terlihat rewel hingga mengalami penurunan kesadaran.
b. TTV
Suhu : >38℃
c. Berat badan
d. Kepala
Kepala tampak simetris, dan tidak ada kelainan yang tampak pada kepala.
e. Mata
13
g. Hidung penciuman baik, tidak ada pernapasan cuping hidung, bentuk
simetris, mukosa hidung berwarna merah muda.
h. Dada
1) Thoraks
2) Jantung
i. Abdomen
14
B. Diagnosa Yang Mungkin Muncul
1) Hipertermi berhubungan dengan proses peningkatan laju metabolisme.
2) Resiko ketidakefektifan jaringan otak berhubungan dengan peningkatan
sirkulasi otak.
3) Resiko cidera berhubungan dengan proses kejang.
C. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan pada Kejang Demam
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Hipertermi Termogulasi Perawatan demam :
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : 1. Pantau suhu dan
a. Apnea 1. Suhu tubuh dalam rentang tanda-tanda vital
b. Bayi tidak dapat normal lainnya
mempertahankan menyusu 2. Nadi dan RR dalam rentang 2. Monitor warna
c. Gelisah normal kulit dan suhu
d. Kejang 3. Tidak ada perubahan warna 3. Monitor asupan
e. Hipotensi kulit. dan keluaran,
f. Koma sadari perubahan
g. Kulit terasa hangat kehilangan cairan
h. Kulit kemerahan yang tak
i. Leteragi dirasakan
j. Postur abnormal 4. Kolaborasi
k. Stupor pemberian obat
l. Takikardia antipiretik atau
m.Takipnea cairan intravena
n. Vasodilatasi 5. Tutup pasien
Faktor yang berhubungan : dengan selimut
a. Peningkatan laju metabolisme atau pakaian tipis
b. Iskemia 6. Dorong konsumsi
c. Sepsis cairan
d. Penyakit 7. Fasilitasi istirahat,
e. Trauma terapkan
f. Dehidrasi pembatasan
g. Aktivitas berlebihan. aktivitas jika
diperlukan
Pengaturan suhu
a. Monitor suhu
15
palingtidak setiap
2 jam sesuai
kebutuhan
b. Monitor dan
laporkan adanya
tanda gejala
hipotermia dan
hipertermia
c. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
adekuat
d. Berikan
pengobatan
antipiretik sesuai
kebutuhan
Manajemen kejang
a. Pertahankan jalan
nafas
b. Balikkan badan
pasien ke satu
sisis
c. Longgarkan
pakaian
d. Tetap disisi pasien
selama kejang
e. Catat lama kejang
f. Monitor tingkat
obat-abatan anti
epilepsi dengan
benar.
Sumber : Nanda Internasional (2015-2017) & NIC-NOC (2016).
10. Implementasi
Setelah menyusun rencana asuhan keperawatan, langkah selanjutnya diterapkan
tindakan yang nyata untuk mencapai hasil berupa berkurang atau hilangnya
masalah. Pada tahap implementasi ini terdiri atas beberapa kegiatan yang
merupakan validasi rencana keperawatan, menuliskan atau mendokumentasikan
rencana serta melanjutkan pengumpulan data (Mityani,2009).
16
11. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan aktif dari proses keperawatan, dimana
perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap masalah dan menilai sejauh mana
masalah dapat diatasi. Disamping itu perawat, juga memberikan umpan balik
atau pengkajian ulang seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai, maka
dalam hal ini proses keperawatan dapat dapat dimodifikasi (Mityani, 2009).
17
DAFTAR PUSTAKA
18