Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA An. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM


DI RUANG AL - HAITAM
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN

Nama : Dewi Nurpitasari


NPM : 2014401110021
Kelompok :4
CT : Zaqyyah Huzaifah, Ns., M.Kep
CI : Fitriani Ramadani, S.Kep.Ns

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2021/2022

1
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Dewi Nurpitasari


NPM : 201440111001
Ruangan/ Rumah Sakit : AL - HAITAM /RS Islam Banjarmasin
Judul Laporan Pendahuluan : Kejang Demam
Judul Asuhan Keperawatan : Asuhan Keperawatan dengan diagnosa medis Pola
nafas tidak efektif dan perfusi jaringan tidak efektif
Telah menyelesaikan semua laporan praktik klinik keperawatan medikal bedah 1 di
ruangan tersebut.

Banjarmasin, Januari 2022


Mahasiswa

Dewi Nurpitasari
2014401110021

Menyetujui

Pembimbing Akademik Pembimbing klinik

(Zaqyyah Huzaifah, Ns.,M.Kep)


NIK.01 24 121984 059 002 011 (Fitriani Ramadani S.Kep.,Ns)

2
Laporan Pendahuluan
Kejang Demam

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI OTAK

Gambar : 1

a) Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan
pusat komputer dari semua alat tubuh, bagian dari syaraf sentral yang terletak
di dalam rongga tengkorak (Kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang
kuat.
Bagian-bagian otak :
1. Hipotalamus merupakan bagian ujung depan diesenfalon yang terletak di
bawah sulkus hipotalamik dan di depan nucleus interpundenkuler
hipotalamus terbagi dalam berbagai inti dan daerah inti. Terletak pada
anterior dan inferior talamus berfungsi mengontrol dan mengatur sistem
syaraf autonom juga bekerja dengan hipofisis untuk mempertahankan
keeimbangan cairan, mempertahankan pengaturan suhu tubuh melalui
peningkatan vasokontriksi atau vasodilatasi dan mempengaruhi sekresi
hormonal dengan kelenjar hipofisis, juga sebagai pusat lapar dan
mengontrol berat badan, sebagai pengatur tidur, tekanan darah, perilaku
agresif dan seksual dan pusat respon emosional.

3
2. Talamus berada pada salah satu sisi pada sepertiga ventrikel dan
aktivitas primernya sebagai pusat penyambung sensasi bau yang diterima
semua impuls memori, sensasi dan nyeri melalui bagian ini.
3. Traktus Spinotalamus (serabut-serabut segera menyilang kesisi yang
berlawanan dan masuk ke medulla spinulis dan naik). Bagian ini
bertugas mengirim impuls nyeri dan temperatur ke talamus dan kortek
serebri.
4. Kelenjar Hipofisis dianggap sebagai masker kelenjar karena sejumlah
hormonhormon dan fungsinya diatur oleh kelenjar ini. Hipofisis
merupakan bagian otak yang tiga kali lebih sering timbul tumor pada
orang dewasa.
5. Hipotesis Termostatik : mengajukan bahwa suhu tubuh diatas titik
tersebut akan menghambat nafsu makan.
6. Mekanisme Aferen : empat hipotesis utama tentang mekanisme aferen
yang terlibat dalam pengaturan masukan makanan telah diajukan, dan
keempat hipotesis itu tidak ada hubungannya satu dengan yang lain.

b) FISIOLOGI OTAK
Hipotalamus mempunyai fungsi sebagai pengaturan suhu tubuh dan
untuk mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh.
1. Pirogen Endogen
Demam yang ditimbulkan oleh Sitokin mungkin disebabkan oleh
pelepasan prostaglandin lokal di hipotalamus. Penyuntikan
prostaglandin kedalam hipotalamus menyebabkan demam. Selain itu
efek antipiretik aspirin bekerja langsung pada hipotalamus, dan
aspirin menghambat sintesis prostaglandin.
2. Pengaturan Suhu
Dalam tubuh, panas dihasilkan oleh gerakan otot, asimilasi makanan,
dan oleh semua proses vital yang berperan dalam metabolisme basal.
Panas dikeluarkan dari tubuh melalui radiasi, konduksi (hantaran)
dan penguapan air disaluran nafas dan kulit. Keseimbangan
pembentukan pengeluaran panas menentukan suhu tubuh, karena
kecepatan reaksi-reaksi kimia bervariasi sesuai dengan suhu dank

4
arena sistem enzim dalam tubuh memiliki rentang suhu normal yang
sempit agar berfungsi optimal, fungsi tubuh normal bergantung pada
suhu yang relatif konstan (Price Sylvia A : 1995)

2. DEFINISI KEJANG DEMAM

Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi
antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah
terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu (Mansjoer, 2000).

Demam adalah meningkatnya temperatur tubuh secara abnormal lebih dari 37,5oC,
merupakan respon tubuh terhadap kuman, bakteri dan virus penyebab penyakit
yang masuk ke dalam tubuh (Suriadi, 2001). Kejang adalah perubahan fungsi otak
mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas neoronal yang abnormal dan
pelepasan listrik serebral yang berlebihan (Betz, 2002). Gangguan kejang
merupakan sindrom kronis dimana disfungsi neurologis pada jaringan serebral
menghasilkan episode paraksosmal berulang (kejang) gangguan perilaku, suasana
hati, sensasi, persepsi, gerakan dan tonus otot (Carpenito, 2000). Kejang (konvulsi)
merupakan akibat dari pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf
korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba, terjadi gangguan
kesadaran ringan, aktivitas motorik dan/atau gangguan fenomena sensori
(Doengoes, 2000).

3.ETIOLOGI

Menurut Lumbantobing,2001 Faktor yang berperan dalam menyebabkan kejang


demam:

a) Demam itu sendiri.


b) Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus terhadap
otak).
c) Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.
d) Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit.

5
e) Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak diketahui
atau ensekalopati toksik sepintas.
f) Gabungan semua faktor tersebut di atas.

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan
kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan cepat yang disebabkan infeksi diluar
susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis media akut (OMA), bronkhitis, dan
lain – lain.

4.PATOFISIOLOGI DAN PATWAYS

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui oksidasi dipecah menjadi CO2
dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu
lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal mebran sel neuron
dapat dilalui dengan mudah ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion
Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI-). akibatnya
konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang
diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis konsentrasi
ion didalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang
disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP -ase yang terdapat
pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :

a) Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraselular.


b) Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya.
c) Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1◦C akan mengakibatkan kenaikan


metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan
dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat
mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat
terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan

6
listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas
keseluruh sel maupun ke membran disekitarnya dengan bantuan
“neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang
berbeda dan tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak akan
menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan
tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama
(lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen
dan energi untuk kontraksi otot skletal yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi
artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang
disebabkan makin meningkatnya aktivitas otot dan mengakibatkan metabolisme
otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga
terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang (Lestari,2016
dan Ngastiyah,2016)

PATWAY

Infeksi bakteri Rangsangan mekanik dan Kelainan neurologis


virus dan parasit perinatal/prenatal
biokimia. Gangguan
keseimbangan cairan elektrolit
Reaksi inflamasi

Perubahan konsentrasi ion


Hipertermi
diruang ekstraseluler

Resiko kejang Ketidakseimbangan Perubahan difusi Na+


potensial membran ATP dan K+
ASE
Resiko keterlambatan

7
Pelepasan muatan listrik semakin Perubahan beda
meluas keseluruhan sel sekitarnya potensial membran
Resiko cedera dengan bantuan neourotrasnmitter
Kejang

Kesadaran menurun Kurang dari 15 menit Lebih dari 15 menit

Reflek menelan menurun Kontraksi otot meningkat Perubahan suplai darah ke


otak
Metabolisme meningkat
Resiko aspirasi
Resiko kerusakan sel neuron
otak

Hipertermi
Kebutuhan O2 meningkat
Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak

Resiko asfiksia

5.MANIFESTASI KLINIK

Menurut (Dewanto, 2009) gejala klinis yang paling sering dijumpai pada kejang
demam diantaranya :

a) Suhu tubuh mencapai >38◦C.


b) Anak sering hilang kesadaran saat kejang .
c) Kejang umunya diawali kejang tinik kemudian klonik berlangsung 10-15
menit, bisa juga lebih.
d) Mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak.
e) Berguncang (gejala kejang bergantung pada jenis kejang).
f) Kulit pucat dan membiru.

8
g) Akral dingin.

Efek fisiologis kejang

Tabel 2.1: Efek Fisiologis Kejang

Awal (<15 menit ) Lanjut (15-30 menit) Berkepanjangan (1jam)

Meningkatkan kecepatan denyut Menurunnya tekanan darah Hipotensi disertai berkurangnya


jantung aliran darah serebrum sehingga
terjadi hipotensi serebrum

Menurunnya gula darah Ganguan sawar darah otak yang


Meningkatkan tekanan darah menyebabkan edema serebrum

Distritmia
Meningkatkan glukosa
Edema paru non jantung
Meningkatkan suhu pusat tubuh

Meningkatkan sek dar

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a) EEG

Untuk membuktikan jenis kejang fokal/gangguan difusi otak akibat lesi organik,
melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang stelah kejang.

b) CT SCAN

Untuk mengidentifikasi lesi secerbral, mis: infark, hematoma, edema secerbral,


dan Abses.

9
c) Pungsi Lumbal

Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak
dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis.

d) Laboratorium

Darah tepi, lengkap (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit) mengetahui sejak dini apabila
ada komplikasi dan penyakit kejang demam.( Arif Mansyoer, 2000).

7.PENATALAKSANAAN (Medis dan Keperawatan)

Penanganan Umum Saat Kejang

a) Jangan panik berlebihan.


b) Jangan masukkan sendok atau jari ke mulut.
c) Jangan memberi obat melalui mulut saat anak masih kejang atau masih
belum sadar.
d) Letakkan anak dalam posisi miring, buka celananya kemudian berikan
diazepam melalui anus dengan dosis yang Sama.
e) Bila masih kejang, diazepam dapat diulang lagi setelah 5 menit, sambil
membawa anak ke rumah sakit.
f) Bila anak demam tinggi, usahakan untuk menurunkan suhu tubuh anak anda
dengan mengkompres tubuh anak dengan air hangat atau air biasa, lalu
berikan penurun demam bila ia sudah sadar.
g) Jangan mencoba untuk menahan gerakan-gerakan anak pada saat kejang,
berusahalah untuk tetap tenang.
h) Kejang akan berhenti dengan sendirinya. Amati berapa lama anak anda
kejang.
i) Ukurlah suhu tubuh anak anda pada saat itu, hal ini bisa menjadi pegangan
anda untuk mengetahui pada suhu tubuh berapa anak anda akan mengalami
kejang.
j) Hubungi petugas kesehatan jika kejang berlangsung lebih lama dari 10 menit.

10
k) Jika kejang telah berhenti, segeralah ke dokter untuk mencari penyebab dan
mengobati demam.
l) Penanganan Kejang Demam Saat Di Rumah Sakit.
m) Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat.
n) Pemberian oksigen melalui face mask.
o) Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau
jika telah terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus.
p) Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan.
q) Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk
meneliti kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya
menganjurkan pemeriksaan ini pada anak yang mengalami kejang cukup
lama atau keadaan pasca kejang (mengantuk, lemas) yang berkelanjutan .

8.PROGNOSIS

a) Kepastian mengalami kombinas atau kelainan saraf.


b) Perkembangan mental dan saraf pada umumnya tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal.
c) Kepastian berulang kejang demam.
d) Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor resiko
berulangnya kejang demam adalah : riwayat kejang demam dalam keluarga. usia
kurang lebih 12 bulang, suhu yang rendah saat kejang-kejang , cepatnya kejang
setelah demam.
e) Kepastian terjadinya epilepsi.

Faktor resiko menjadi epilepsi apabila :

1. Kelainan ilmu saraf atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam
pertama.
2. Kejang demam yang pertama adalah kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung.

11
9. TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN BERDASARKAN KASUS

A. Pengkajian keperawatan

1) Anamnesa

a. Identitas pasien

Dalam mengkaji identitas pasien kejang demam yang perlu menjadi


perhatian adalah nama lengkap pasien , jenis kelamin, dan usia dari
pasien. Pada beberapa kasus kejang demam sering ditemukan pada
anak usia 6 bulan sampai 5 tahun.

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38◦C, pasien


mengalami kejang bahkan pada pasien kejang demam kompleks
biasanya mengalami penurunan kesadaran.

2) Riwayat penyakit sekarang

Biasanya orang tua akan mengatakan badan anaknya terasa panas, nafsu
makan menurun, lama terjadi kejang biasanya tergantung pada jenis
kejang demam pada anak.

3) Riwayat kesehatan lalu

a) Riwayat perkembangan anak : biasanya pada pasien dengan


kejang demam kompleks mengalami gangguan keterlambatan
perkembangan dan intelegensi pada anak disertai mengalami
kelemahan pada anggota gerak (hemifarise).

12
b) Riwayat imunisasi : Biasanya anak dengan riwayat imunisasi
tidak lengkap rentan tertular penyakit infeksi atau virus seperti
virus influenza.
c) Riwayat nutrisi : Pada anak sakit, biasanya akan mengalami
penurunan nafsu makan kerena mual ataupun muntah.
d) Riwayat ante anatal, post natal dan natal juga harus
diperhatikan terutama untuk anak usia 0-5 tahun.

2) Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum pada anak kejang demam sering dijumpai ialah anak
sering terlihat rewel hingga mengalami penurunan kesadaran.
b. TTV

Suhu : >38℃

Respirasi : pada usia 2-<12 bulan : biasanya >49 kali/menit.


Pada usia 12 bulan -<5 tahun : biasanya >40 kali/menit

Nadi : biasanya >100 x/menit.

c. Berat badan

Pada anak kejang demam biasanya tidak mengalami penurunan berat


badan yang signifikan.

d. Kepala

Kepala tampak simetris, dan tidak ada kelainan yang tampak pada kepala.

e. Mata

Mata mendelik, sklera tidak ikterik, konjungtiva sering ditemukan


anemis.

f. Mulut dan lidah

Mukosa bibir tampak kering, Tonsil hiperemis, lidah tampak kotor.

13
g. Hidung penciuman baik, tidak ada pernapasan cuping hidung, bentuk
simetris, mukosa hidung berwarna merah muda.
h. Dada

1) Thoraks

a) Inspeksi : gerakan dada simetris, tidak ada penggunaan otot


bantu pernapasan
b) Palpasi : Vokal premitus kiri dan kanan sama
c) Auskultasi : biasanya ditemukan bunyi nafas tambahan seperti
ronchi.
d) Perkusi : perkusi pada jantung ditemukan pekak

2) Jantung

Pada umumnya akan terjadi penurunan atau peningkatan denyut jantung

a) Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat


b) Palpasi : Ictus cordis di SIC V teraba
c) Perkusi : Batas kiri jantung : SIC V II kiri di linea parastrenalis
kiri (pinggang jantung), SIC V kiri agak mideal linea
midclavicuralis kiri. Batas bawah kanan jantung disekitar ruang
intercostals III-IV kanan, dilinea parastrenalis kanan, batas
atasnya diruang intercosta II kanan lineaparastrenalis kanan.

i. Abdomen

d) Inspeksi : Abdomen simetris, umbilikus memusat


e) Auskultasi : Bising usus dalam batas normal
f) Perkusi : Tidak terdapat nyeri tekan
g) Palpasi : Terdengar bunyi thympani.

j. Genetalia dan anus

Pada umumnya tidak ditemukan gangguan pada area genetalia.

14
B. Diagnosa Yang Mungkin Muncul
1) Hipertermi berhubungan dengan proses peningkatan laju metabolisme.
2) Resiko ketidakefektifan jaringan otak berhubungan dengan peningkatan
sirkulasi otak.
3) Resiko cidera berhubungan dengan proses kejang.

C. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan pada Kejang Demam
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Hipertermi Termogulasi Perawatan demam :
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : 1. Pantau suhu dan
a. Apnea 1. Suhu tubuh dalam rentang tanda-tanda vital
b. Bayi tidak dapat normal lainnya
mempertahankan menyusu 2. Nadi dan RR dalam rentang 2. Monitor warna
c. Gelisah normal kulit dan suhu
d. Kejang 3. Tidak ada perubahan warna 3. Monitor asupan
e. Hipotensi kulit. dan keluaran,
f. Koma sadari perubahan
g. Kulit terasa hangat kehilangan cairan
h. Kulit kemerahan yang tak
i. Leteragi dirasakan
j. Postur abnormal 4. Kolaborasi
k. Stupor pemberian obat
l. Takikardia antipiretik atau
m.Takipnea cairan intravena
n. Vasodilatasi 5. Tutup pasien
Faktor yang berhubungan : dengan selimut
a. Peningkatan laju metabolisme atau pakaian tipis
b. Iskemia 6. Dorong konsumsi
c. Sepsis cairan
d. Penyakit 7. Fasilitasi istirahat,
e. Trauma terapkan
f. Dehidrasi pembatasan
g. Aktivitas berlebihan. aktivitas jika
diperlukan
Pengaturan suhu
a. Monitor suhu

15
palingtidak setiap
2 jam sesuai
kebutuhan
b. Monitor dan
laporkan adanya
tanda gejala
hipotermia dan
hipertermia
c. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
adekuat
d. Berikan
pengobatan
antipiretik sesuai
kebutuhan
Manajemen kejang
a. Pertahankan jalan
nafas
b. Balikkan badan
pasien ke satu
sisis
c. Longgarkan
pakaian
d. Tetap disisi pasien
selama kejang
e. Catat lama kejang
f. Monitor tingkat
obat-abatan anti
epilepsi dengan
benar.
Sumber : Nanda Internasional (2015-2017) & NIC-NOC (2016).

10. Implementasi
Setelah menyusun rencana asuhan keperawatan, langkah selanjutnya diterapkan
tindakan yang nyata untuk mencapai hasil berupa berkurang atau hilangnya
masalah. Pada tahap implementasi ini terdiri atas beberapa kegiatan yang
merupakan validasi rencana keperawatan, menuliskan atau mendokumentasikan
rencana serta melanjutkan pengumpulan data (Mityani,2009).

16
11. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan aktif dari proses keperawatan, dimana
perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap masalah dan menilai sejauh mana
masalah dapat diatasi. Disamping itu perawat, juga memberikan umpan balik
atau pengkajian ulang seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai, maka
dalam hal ini proses keperawatan dapat dapat dimodifikasi (Mityani, 2009).

17
DAFTAR PUSTAKA

Betz, (2002). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 3. Edisi ke 15-.Jakarta :ECG


Carpenito, L.j.(2000). Diagnosa keperawatan. Edisi ke-6 Jakarta : ECG
Nanda Internasional (2015-2017) & NIC-NOC (2016)
Ngastiyah.(1997).Perawatan Anak Sakit.Jakarta :FKUI
Suriadi, (2001). Tumbuh Kembang Anak . Jakarta :ECG

18

Anda mungkin juga menyukai