RUANGAN AL - BIRUNI
Disusun oleh:
DEWI NURPITASARI
NPM: 2014401110021
A. TINJAUAN MEDIS
1. DEFINISI
Suhu adalah keadaan panas dan dingin yang diukur dengan menggunakan
termometer. Di dalam tubuh terdapat 2 macam suhu, yaitu suhu inti dan suhu kulit.
Suhu inti adalah suhu dari tubuh bagian dalam dan besarnya selalu dipertahankan
konstan, sekitar ± 1ºF (± 0,6º C) dari hari ke hari, kecuali bila seseorang mengalami
demam. Sedangkan suhu kulit berbeda dengan suhu inti, dapat naik dan turun sesuai
dengan suhu lingkungan. Bila dibentuk panas yang berlebihan di dalam tubuh, suhu
kulit akan meningkat. Sebaliknya, apabila tubuh mengalami kehilangan panas yang
besar maka suhu kulit akan menurun (Guyton & Hall, 2012). Nilai suhu tubuh juga
ditentukan oleh lokasi pengukuran, pengukuran suhu bertujuan memperoleh nilai suhu
jaringan dalam tubuh. Lokasi pengukuran untuk suhu inti yaitu rektum, membran
timpani, arteri temporalis, arteri pulmonalis, esophagus dan kandung kemih. Lokasi
pengukuran suhu permukaan yaitu kulit, oral dan aksila (Potter & Perry, 2009).
Suhu Tubuh Normal Suhu tubuh yang normal adalah 35,8°C – 37,5°C. Pada pagi hari
suhu akan mendekati 35,5°C, sedangkan pada malam hari mendekati 37,7°C.
Pengukuran suhu di rektum juga akan lebih tinggi 0,5°-l°C, dibandingkan suhu mulut
dan suhu mulut 0,5°C lebih tinggi dibandingkan suhu aksila (Sherwood, 2014).
2. ETIOLOGI
Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh ada beberapa yaitu laju metabolisme
basal semua sel tubuh, laju metabolisme tambahan yang disebabkan oleh aktivitas
otot, termasuk kontraksi otot yang disebabkan oleh menggigil, metabolisme tambahan
yang disebabkan oleh hormon tiroksin (dan sebagian kecil hormon lain, seperti
hormon pertumbuhan dan testosteron) terhadap sel, metabolisme tambahan yang
disebabkan oleh pengaruh epinefrin, norepinefrin, dan perangsangan simpatis
terhadap sel dan metabolisme tambahan yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas
kimiawi di dalam sel sendiri, terutama bila suhu tubuh didalam sel meningkat,
metabolisme tambahan yang diperlukan untuk pencernaan, absorbsi, dan
penyimpanan makanan (efek termogenik makanan) (Guyton & Hall, 2012). Sebagian
besar pembentukan panas di dalam tubuh dihasilkan organ dalam, terutama di hati,
otak, jantung, dan otot rangka selama berolahraga. Kemudian panas ini dihantarkan
dari organ dan jaringan yang lebih dalam ke kulit, yang kemudian dibuang ke udara
dan lingkungan sekitarnya (Guyton & Hall, 2012). Oleh karena itu, laju hilangnya
panas hampir seluruhnya ditentukan oleh dua faktor yaitu seberapa cepat panas yang
dapat dikonduksi dari tempat asal panas dihasilkan, yakni dari dalam inti tubuh ke
kulit dan seberapa cepat panas kemudian dapat dihantarkan dari kulit ke lingkungan
(Guyton & Hall, 2012).
Sinyal suhu yang dibawa oleh reseptor pada kulit akan diteruskan kedalam
otak melalui traktus (jaras) spinotalamikus (mekanismenya hampir sama dengan
nyeri). Ketika sinyal suhu sampai tingkat medulla spinalis, sinyal akan menjalar dalm
kratus lissauer beberapa segmen diatas atau dibawah, selanjutnya akan berakhir
terutama pada lamina I,II, dan III radiks dorsalis. Setelah mengalami percabangan
melalui satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis, sinyal suhu selanjutnya akan
dijalarkan ke serabut termal ensenden yang menyilang ke traktus sensorik
anterolateral sisi berlawanan, dan akan berkahir di tingkat retikular batang kompleks
ventrobasal talamus. Beberapa sinyal suhu tubuh pada kompleks ventrobasal akan
diteruskan ke korteks sometosensorik.
Tempat pengukuran suhu inti yang paling efektif yaitu rektum, membran
timpani, esafagus, arteri pulmonal, kandung kemih, rektal. Suhu permukaan (surface
temperature). yaitu suhu tubuh yang terdapat pada kulit, jaringan subcutan, dan
lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 40-20℃. Suhu tubuh adalah
perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan tubuh dengan jumlah panas yang
hilang ke lingkungan luar. Panas yang dihasilkan - panas yang hilang = suhu tubuh.
Mekanisme kontrol suhu pada manusia menjaga suhu inti (suhu jaringan
dalam) tetap konstan pada kondisi lingkungan dan aktivitas fisik yang ekstrem.
Namun, suhu permukaan berubah suatu aliran darah ke kulit dan jumlah panas yang
hilang ke lingkungan luar, karena perubahan tersebut, suhu normal pada manusia
berkisar dari 36 - 38℃ (98,8- 100,4◦F). Pada rentang ini jaringan dan sel tubuh aka
berfungsi secara optimal.(Potter & Perry).
Suhu normal ini dipertahankan dengan imbangan yang tepat antara panas yang
dihasilkan dengan panas yang hilang dan hal ini dikendalikan oleh pusat pengaturan
panas didalam hipotalamus. Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang terletak diantara
dua hemisfer otak. Fungsi hipotamus adalah seperti termostat. Suhu nyaman
merupakan “set-point” untuk operasi sistem pemanas. Penurunan suhu lingkungan
akan mengaktifkan pemanas tersebut. Hipotalamus mendeteksi perubahan kecil pada
suhu tubuh. Hipotalamus anterior batas titik pengaturan (set point), maka implus
dikirimkan kehilangan panas adalah keringat, vasodilatasi (pelebaran) pembuluh
darah, dan hambatan produksi panas. Tubuh akan mendistribusikan darah ke
pembuluh darah permukaan untuk menhilangkan panas.
Pusat pengaturan panas dalam tubuh adalah hipotalamus, hipotalamus ini dikenal
sebagai termostat yang berada dibawah otak. Terdapat 2 hipotalamus, yaitu
hipotalamus anterior yang berfungsi mengatur pembuangan panas dan hipotalamus
posterior yang berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas. Saraf - saraf yang
terdapat pada bagian preoptik hipotalamus anterior dan hipotalamus posterior
memperoleh 2 sinyal yaitu :
a. Berasal dari saraf perifer yang menghantarkan sinyal dari reseptor panas/dingin.
b. Berasal dari suhu darah yang mempengaruhi bagian hipotalamus itu sendiri.
1. Hipertermia
Subjektif
- (tidak tersedia)
Objektif
Subjektif
- (tidak tersedia)
Objektif
- Proses infeksi
- Hipertiroid
- Stroke
- Trauma
- Dehidrasi
- Prematuritas
2. Hipotermia
Subjektif
- (tidak tersedia)
Objektif
- Menggigil
Subjektif
- (tidak tersedia)
Objektif
- Akrosianosis
- Bradikardia
- Hipoglikemia
- Hipoksia
- Hipotiroidisme
- Anoreksia nervosa
- Prematuritas
Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan keperawatan
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
b) Uji widal
Suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody. Aglutinasi yang spesifik
terhadap salmonella typi terdapat pada serum klien dengan typoid juga
terdapat pada orang yang pernah divaksinasi. Tujuan widal ini adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita
typoid.
7. KOMPLIKASI
a. Demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang sangat penting. Peningkatan
system imun tubuh. Demam juga merupakan bentuk pertarungan akibat infeksi
karena virus menstimulasi interferon (subtansi yang bersifat melawan virus). Pola
demam berbeda bergantung pada pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah
pirogen berakibat puncak demam dan turun dalam waktu yang berbeda. Pirogen,
seperti bakteri atau virus meningkatkan suhu tubuh. Pirogen bertindak sebagai
antigen yang memicu respons sistem imun.
b. Hipertermi
c. Heatstroke
Panas akan menekan fungsi hipotalamus. Pajanan yang lama terhadap matahari
atau lingkungan panas akan membebani mekanisme kehilangan, panas pada
tubuh kondisi ini mengakibatkan heatstroke yaitu kegawatan berbahaya dengan
mortalitas yang tinggi. Pasien berisiko adalah anak - anak, lansia, penderita
penyakit kardiovaskular, hipotiroid, diabetes atau alkoholisme. Resiko ini juga
terdapat pada individu yang mengkonsumsi obat - obatan yang dapat mengurangi
kemampuan tubuh untuk membuang panas. (fenotiazim, antikolinergik, deuretik,
amfetamin, dan antagonis beta-adrenergik), serta pasien yang berolahraga atau
bekerja keras (atlet, pekerja bangunan, dan petani).
Tanda dan gejala heatstroke adalah rasa bingung, haus yang sangat, mual, kram
otot, gangguan penglihatan dan bahkan inkotinensia. Tanda yang paling penting
adalah kulit panas dan kering.
d. Hipotermi
Pengeluaran panas yang hilang saat paparan lama terhadap lingkungan dingin
akan melebihi kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas, sehingga terjadi
hipotermi. Hipotermi dikelompokkan oleh pengukuran suhu inti.
1. Pengkajian
a) Anamnesis yaitu suatu proses tanya jawab atau komunikasi untuk mengajak
klien dan keluarga bertukar pikiran dan perasaan, mencakup keterampilan
secara verbal dan non verbal, empati dn rasa kepedulian yang tinggi.
2. Diagnosis keperawatan
1) Hipertermi
Dehidrasi
Respon trauma
Aktivitas berlebihan
Penggunaan inkubator
Objektif
a. Kulit merah
b. Kejang
c. Takikardia
d. Takipnea
a) Penyebab
Proses penyakit
Proses penuaan
Dehidrasi
Objektif
a. Piloereksi
d. Pucat
f. Takikardia
g. Kejang
h. Kulit kemerahan
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi dan mengatasi masalah - masalah yang telah teridenfikasi dalam
diagnosis keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana
seorang tenaga kesehatan mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah
dengan efektif dan efisien
4. Evaluasi
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/302/3/BAB%20II.pdf
https://id.scribd.com/document/376243098/Makalah-Keseimbangan-Suhu-
Tubuh
http://eprints.umm.ac.id/39379/3/BAB%202.pdf