A. Tinjauan Medis
1. Pengertian
Suhu tubuh merupakan salah satu tanda vital yang
menggambarkan suatu kesehatan seseorang. Suhu adalah
pernyatan tentang sebagai ukuran panas/dinginnya suatu benda.
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang
diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang diproduksi
oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan
luar. Produksi panas – kehilangan panas = suhu badan/tubuh.
(Haswita & Sulistyowati, 2017)
Suhu merupakan indikator penting kondisi tubuh (Curtis &
Ramsden, 2015). Tujuan pengukuran suhu tubuh adalah untuk
memperkirakan suhu inti atau internal tubuh, seperti pada bagian
dalam tubuh yang terdiri dari bagian dada, perut, otot, dan otak,
yang relative konstan berbeda dengan suhu kulit dan jaringan
subkutan.(Haswita & Sulistyowati, 2017)
Suhu tubuh harus selalu diukur sebagai bagian dari
pemeriksaan klinis awal pada klien. Suhu tubuh yang normal
berkisar dari 36,5-37,50C. Pada cuaca yang sangat panas, suhu
tubuh meningkat sampai 0,50C daripada suhu tubuh yang di ukur
peroral dalam temperatur normal lebih rendah daripada suhu
tubuh yang di ukur per rektal yaitu sebesar 0,2-0,50C. (Haswita &
Sulistyowati, 2017)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebutuhan suhu tubuh
adalah untuk mengetahui tingkat temperatur panas dan dingin
yang diukur dengan termometer. Sehigga suhu tidak dapat dilihat,
tetapi dapat dirasakan,
2. Organ Pengatur Suhu Tubuh
Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah hipotalamus,
hipotalamus dikenal dengan termostat ang berada di bawah otak.
Terdapat dua hipotalamus, yaitu :
a. Hipotalamus anterior, berfungsi mengatur pembuangan panas.
b. Hipotalamus posterior, berfungsi megatur penyimpanan panas.
Saraf-saraf yang terdapat pada bagian preoptik hipotalamus
anterior dan hipotalamus posterior memperoleh 2 sinyal, yaitu:
a. Berasal dari saraf perifer ang menghantarkan sinyal dari
reseptor panas/dingin.
b. Berasal dari suhu darah yang memperdarahi bagian
hipotalamus itu sendiri.
Termostat hipotalamus memiliki semacam titik kontrol yang
disesuaikan untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh
turun sampai dibawah atau naik sampai titik ini, maka pusat akan
memulai impuls untuk menahan panas atau meningkatkan
pegeluaran panas. (Haswita & Sulistyowati, 2017)
Termometer Termometer
frifer sentral
Pusat integrasi
termoregulasi
hipotalamus
1) Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh
akibat disfungsi termoregulasi, Tujuan membaik.
2) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi,
terpapar lingkungan panas, penggunaan incubator)
(2) Monitor suhu tubuh
(3) Monitor kadar elektrolit
(4) Monitor haluaran urin
(5) Monitor komplikasi akibat hipertermia
b) Terapeutik
(1) Sediakan lingkungan yang dingin
(2) Longgarkan atau lepaskan pakaian
(3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
(4) Berikan cairan oral
(5) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis(keringat berlebih)
(6) Lakukan pendinginana eksternal(mis. Selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
(7) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
(8) Berikan oksigen jika perlu
c) Edukasi
(1) Anjurkan tirah baring
d) Kolaborasi
(1) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
jika perlu
b. Manajemen Hipotermia
1) Termoregulasi
Tujuan:
Pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang
normal dengan kriteria hasil
a) Menggigil menurun (5)
b) Kulit merah menurun (5)
c) Kejang menurun (5)
d) Akrosianosis menurun (5)
e) Konsumsi oksigen menurun (5)
f) Piloereksi menurun (5)
g) Vasokontriksi perifer menurun (5)
h) Kulit memorata menurun (5)
i) Pucat menurun (5)
j) Takikardi menurun (5)
k) Takipnea menurun (5)
l) Bradikardi menurun (5)
m) Dasar kuku sianolik menurun (5)
n) Hipoksia menurun (5)
o) Suhu tubuh membaik (5)
p) Suhu kulit membaik (5)
q) Kadar glukosa darah membaik (5)
r) Pengisian kapiler membaik (5)
s) Ventilasi membaik (5)
t) Tekanan darah membaik (5)
1) Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola kadar glukosa darah rendah,
Tujuan membaik.
2) Tindakan
a) Observasi
(1) Monitor suhu tubuh
(2) Identifikasi penyebab hiportermia (mis. Terpapar suhu
lingkungan rendah, pakaian tipis, kerusakan
hipotalamus, penurunan laju metabolisme, kekurangan
lemak subkutan)
(3) Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia (hiportermia
ringan: takipnea, disatria, menggigil, hipertensi,
diuresis, hiportermia sedang: aritmia, hipotensi, apatis,
koagulopati, refleks menurun, hipotermia berat: oliguria,
refleks menghilang, edema paru, asam basa abnormal)
b) Terapeutik
(1) Sediakan lingkungan yang hangat(mis. atur suhu
ruangan, inkubator)
(2) Ganti pakaian dan atau linen yang basah
(3) Lakukan penghangatan pasif (mis. Selimut, menutup
kepala, pakaian tebal)
(4) Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis. Kompres
hangat, botol hangat , selimut hangat, perawatan
metode kangguru)
(5) Lakukan penghangatan aktif internal (mis. Infus cairan
hangat, oksigen hangat, lavase peritoneal dengan
cairan hangat)
c) Edukasi
(1) Anjurkan makan atau minum hangat
c. Regulasi Temperatur
1) Definisi
Mempertahankan suhu tubuh dalam rentan normal, Tujuan
membaik.
2) Tindakan
a) Observasi
(1) Monitor suhu bayi sampai stabil (36,5°C-37,5°C)
(2) Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam jika perlu
(3) Monitor tekanan darah, frekuensi pernafasan dan nadi
(4) Monitor warna dan suhu kulit
(5) Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau
hipertermia
b) Terapeutik
(1) Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
(2) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
(3) Bedong bayi segera setelah lahir untuk mencegah
kehilangan panas
(4) Masukan bayi BBLR ke dalam plastic segera setelah
lahir (mis.Bahan polyethylene, polyurethane)
(5) Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan panas
pada bayi baru lahir
(6) Tempatkan bayi baru lahir dibawah radiant warmer
(7) Pertahankan kelembaban incubator 50% atau lebih
untuk mengurangi kehilangan panas karna proses
evaporasi
(8) Atur suhu inkubator sesuai dengan kebutuhan
(9) Hangatkan terlebih dahulu bahan bahan yang akan
kontak dengan bayi(mis. Selimut, kain bedongan,
stetoskop)
(10) Hindari meletakkan bayi di dekat jendela terbuka atau
diarea aliran pendingin ruangan atau kipas angin
(11) Gunakan matras penghangat, selimutt hangat, dan
penghangat ruangan untuk menaikkan suhu tubuuh jika
perlu
(12) Gunakan kasur pendingin untuk menurunkan suhu
tubuh
(13) Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
c) Edukasi
(1) Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan heat
stroke
(2) Jelaskan cara pencegahan hipotermi karna terpapar
udara dingin
(3) Demonstrasikan teknik perawatan metode kangguru
(PMK) untuk bayi BBLR
d) Kolaborasi
(1) Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
d. Edukasi Pengukuran Suhu Tubuh
1) Definisi
Mengajarkan cara pengukuran suhu tubuh, Tujuan membaik.
2) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
b) Terapeutik
(1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
(2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
(3) Berikan kesempatan untuk bertanya
(4) Dokumentasikan hasil pengukuran suhu
c) Edukasi
(1) Jelaskan prosedur pengukuran suhu tubuh
(2) Anjurkan terus menerus memegang bahu dan
menahan dada saat pengukuran aksila
(3) Ajarkan memilih lokasi pengukuran suhu oral atau
aksila
(4) Ajarkan cara meletakkan ujung termometer di bawah
ludah atau dibagian tengah aksila
(5) Ajarkan cara membaca hasil termometer raksa dan/
elektroni
e. Edukasi Termoregulasi
1) Definisi
Mengajarkan pasien untuk mendukung keseimbangan antara
produksi panas, mendapatkan panas, dan kehilangan panas,
Tujuan membaik.
2) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
b) Terapeutik
(1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
(2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
(3) Berikan kesempatan untuk bertanya
c) Edukasi
1) Ajarkan kompres hangat jika demam
2) Ajarkan cara pengukuran suhu
3) Anjurkan penggunaan pakaian yang dapat menyerap
keringat
4) Anjurkan tetap memandikan pasien, jika memungkinkan
5) Anjurkan pemberian antipiretik, sesuai indikasi
6) Anjurkan menciptakan lingkungan yang nyaman
7) Anjurkan memperbanyak minum
8) Anjurkan analgesik jika merasa pusing, sesuai indikasi
9) Anjurkan melakukan pemeriksaan darah jika demam .>3
hari
4. Implementasi
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi-intervensi keperawatan. Implementasi terdiri atas
melakukan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk
melaksanakan intervensi (Kozier, Erb, Berman, & J.Snyder, 2011)
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncakan dalam
rencana perawat. Tindakan keperawatan mencakup tindakan
mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi. (Wartonah &
Tarwoto, 2012)
5. Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian, diagnosis,
perencanaan, dan implementasi. Klien adalah fokus evaluasi.
Langkah-lagkah dalam mengevaluasikan asuhan keperawatan
adalaha menganalisis respons klien, mengidentifikasi faktor ang
berkontribusi terhadap keberhasilan atau kegagalan, dan
perencanaan untuk asuhan di masa depan. (Rosdahl & Kowalski,
2014)
Evaluasi merupakan evaluasi intervensi keperawatan dan terapi
dengan membandingkan kemajuan klien dengan tujuan dan hasil
yang diinginkan dan direncanakan keperawatan. (Potter & Perry,
2012)
Perawat mengevaluasi keberhasilan intervensi. Perawat harus
mempersiapkan untuk mengubah rencana jika tidak berhasil.
(Saryono & Widianti, 2014)
Evaluasi keperawatan adalah aktivitas yang direncanakan
berkelnajutan dan terarah ketika klien menuju pencapaian
tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA