Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN SUHU TUBUH

A. Tinjauan Medis
1. Pengertian
Suhu tubuh merupakan salah satu tanda vital yang
menggambarkan suatu kesehatan seseorang. Suhu adalah
pernyatan tentang sebagai ukuran panas/dinginnya suatu benda.
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang
diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang diproduksi
oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan
luar. Produksi panas – kehilangan panas = suhu badan/tubuh.
(Haswita & Sulistyowati, 2017)
Suhu merupakan indikator penting kondisi tubuh (Curtis &
Ramsden, 2015). Tujuan pengukuran suhu tubuh adalah untuk
memperkirakan suhu inti atau internal tubuh, seperti pada bagian
dalam tubuh yang terdiri dari bagian dada, perut, otot, dan otak,
yang relative konstan berbeda dengan suhu kulit dan jaringan
subkutan.(Haswita & Sulistyowati, 2017)
Suhu tubuh harus selalu diukur sebagai bagian dari
pemeriksaan klinis awal pada klien. Suhu tubuh yang normal
berkisar dari 36,5-37,50C. Pada cuaca yang sangat panas, suhu
tubuh meningkat sampai 0,50C daripada suhu tubuh yang di ukur
peroral dalam temperatur normal lebih rendah daripada suhu
tubuh yang di ukur per rektal yaitu sebesar 0,2-0,50C. (Haswita &
Sulistyowati, 2017)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebutuhan suhu tubuh
adalah untuk mengetahui tingkat temperatur panas dan dingin
yang diukur dengan termometer. Sehigga suhu tidak dapat dilihat,
tetapi dapat dirasakan,
2. Organ Pengatur Suhu Tubuh
Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah hipotalamus,
hipotalamus dikenal dengan termostat ang berada di bawah otak.
Terdapat dua hipotalamus, yaitu :
a. Hipotalamus anterior, berfungsi mengatur pembuangan panas.
b. Hipotalamus posterior, berfungsi megatur penyimpanan panas.
Saraf-saraf yang terdapat pada bagian preoptik hipotalamus
anterior dan hipotalamus posterior memperoleh 2 sinyal, yaitu:
a. Berasal dari saraf perifer ang menghantarkan sinyal dari
reseptor panas/dingin.
b. Berasal dari suhu darah yang memperdarahi bagian
hipotalamus itu sendiri.
Termostat hipotalamus memiliki semacam titik kontrol yang
disesuaikan untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh
turun sampai dibawah atau naik sampai titik ini, maka pusat akan
memulai impuls untuk menahan panas atau meningkatkan
pegeluaran panas. (Haswita & Sulistyowati, 2017)

3. Mekanisme Pemindahan/Kehilangan Panas


a. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan pana dari permukaan satu obyek
ke permukaan lain tanpa kontak langsung antara keduanya.
Radiasi terjadi karena peprindahan kalor melalui gelombang
elektromagnetik.
b. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas dari suatu obyek ke obyek
lain dengan kontak langsung.
c. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas melalui pergerakan udara
atau air. panas konduksi ke udara terlebih dahulu sebelum
dibawa aliran konveksi.
d. Evaporasi
Evaporasi adalah perpindahan energi panas dengan
penguapan. Pembuangan panas dengan evaporasi
menyebabkan kita merasa lebih dingin ketika baju renag basah
daripada ketika kering. (Haswita & Sulistyowati, 2017)
4. Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
a. Usia, pada saat lahir mekanisme kontrol suhu masih imatur.
Produksi panas meningkat seiring dengan pertumbuhan.
b. Latihan/exercise, aktivitas otot memerlukan penginkatan suplai
darah dan metabolisme lemak dan karbohidrat.
c. Lingkungan, mekanisme kontrol suhu tubuh akan dipengaruhi
oleh suhu disekitar.
d. Stres dan emosional dapat menungkatkan suhu tubuh melalui
stimulus hormone dan persarafan. Perubahan fisiologi tersebut
menumbulkan panas.
e. Kondisi sakit, proses peradangan dan demam dapat
menyebabkan peningkatan metabolisme rate sebesar 120%
untuk tiap penigkatan suhu 10˚C.
f. Gangguan organ, seeprti trauma atau keganasan pada
hipotalamus, dapat menyebabka mekanisme regulasi suhu
tubuh mengalami gangguan. (Haswita & Sulistyowati, 2017)
5. Tempat Untuk Memantau Suhu Tubuh
a. Mulut
b. Aksila
c. Rektum
d. Gendang telinga (membran tympani)
e. Arteri temporalis (alat terkomputerisasi ditembakkan dari satu
sisi ke sisi lain menyebrangi dahi melewati arteri temporalis,
yang terletak kurang 2 mm di bawah permukaan kulit pada
daerah ini. (Haswita & Sulistyowati, 2017)
6. Masalah-masalah Perubahan Suhu Tubuh
a. Demam
Demam atau hiperpireksia terjadi karena mekanism
pengeluaran panas tidak mampu untuk mempertahankan
kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas, yang
mengakibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal.
b. Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak
mengakiatkan kehilagan cairan dan elektrolit secara
berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas.
c. Hipertermia
Merupakan peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran
panas atau menurunka produksi panas.
d. Heat stroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan
dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme
pengeluaran panas.
e. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap
dingin memengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi
panas sehingga akan mengakibatkan hipotermia. (Haswita &
Sulistyowati, 2017)
7. Penatalaksaan Medis
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada pasien
dengan gangguan keseimbangan suhu tubuh antara lain :
a. Non Farmakologi
1) Observasi keadaan umum pasien
2) Observasi TTV pasien
3) Observasi perubahan warna kulit
4) Anjurkan pasien memakai pakaian tipis (Hipertermia)
dan pakaian tebal (Hipotermia)
5) Anjurkan banyak minum (Hipetermia)
6) Berikan minuman hangat (Hipotermia)
b. Farmakologi
1) Berikan obat penurun panas mis prastamol
2) Berikan infus larutan yang sudah dihangatkan
(Amin H & Hardi, 2014)
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap
b. Pemeriksaan urin
c. Uji widal: reaksi antara antigen dan antibodi pasien
thypoid
d. Pemeriksaan elektrolit : Na, K.
(Amin, Hardi 2014)
9. Patoflow Gangguan Kebutuhan Suhu Tubuh

Suhu Tubuh Suhu Inti

Termometer Termometer
frifer sentral

Pusat integrasi
termoregulasi
hipotalamus

Adaptasi Neuro Susunan Susunan

perilaku motorik saraf saraf


simpatis simpatis

Otot rangka Pembuluh Kelenjer


darah keringat

Tonus otot Varokontraks Berkeringat


menggigil i dan
vasodilitasi
kulit

Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol


produksi produksi pengukuran pengurangan
panas/ panas panas panas
Penguranga
B. Tinjauan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
1) Umur
2) Jenis kelamin
3) Pekerjaan
b. Status kesehatan
1) Keluhan utama : panas
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat kesehatan lalu
1) Hipertermi : sejak kapan timbul demam, gejala lain yang
menyertai demam, apakah meggigil atau gelisah.
2) Hipotermi : tanyakan suhu pasien sebelumnya, sejak kapan
timbul gejala gemetar, hilang ingatan, depresi, dan gangguan
menelan.
e. Pemeriksaan fisik : ttv, inspeksi dan palpasi kulit, tanda tanda
dehidrasi, peerubahan tingkah laku (bingung, gelisah,
disorientasi)
2. Diagnosis Keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
a. Hipertermia
1) Definisi
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.
2) Penyebab
a) Dehidrasi
b) Terpapar lingkungan panas
c) Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)
d) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
e) Peningkatan laju metabolisme
f) Respon trauma
g) Aktivitas berlebihan
h) Penggunaan inkubator
3) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
(tidaak tersedia)
Objektif
a) Suhu tubuh diatas normal
4) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a) Kulit merah
b) Kejang
c) Takikardi
d) Takipnea
e) Kulit terasa hangat
5) Kondisi Klinis Terkait
a) Proses infeksi
b) Hipertiroid
c) Stroke
d) Dehidrasi
e) Trauma
f) Prematuritas
b. Hipotermia
1) Definisi
Suhu tubuh meningkat di bawah rentang normal tubuh
2) Penyebab
a) Kerusakan hipotalamus
b) Konsumsi alkohol
c) Berat badan ekstrem
d) Kekurangan lemak subkutan
e) Terpapar suhu lingkungan rendah
f) Malnutrisi
g) Pemakain pakaian tipis
h) Penurunan laju metabolisme
i) Tidak beraktivitas
j) Transfer panas (mis. konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)
k) Trauma
l) Proses penuaan
m)Efek agen farmakologis
n) Kurang terpapar infromasi tentang hipotermia
3) Gejala Dan Tanda Mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a) Kulit teraba dingin
b) Menggigil
c) Suhu tubuh di bawah nilai normal
4) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia
Objektif
a) Akrosionosis
b) Bradikardi
c) Dasar kuku sianotik
d) Hipoglikemia
e) Hipoksia
f) Pengisiaan kapiler >3 detik
g) Konsumsi oksigen meningkat
h) Ventilasi menurun
i) Piloereksi
j) Takikardi
k) Vasokonstriksi kapiler
l) Kutis memorata (pada neonatus)
5) Kondisi Klinis Terkait
a) Hipotiroidisme
b) Anoreksia nervosa
c) Cedera batang otak
d) Prematuritas
e) Berat badan lahir rendah (BBLR)
f) Tenggelam
c. Risiko Hipertermia
1) Definisi
Berisiko mengalami kegagalan termoreguler yang
dapat ,mengakibatkan suhu tubuh berada di bawah rentang
normal.
2) Faktor Risiko
a) Berat badan ekstrem
b) Kerusakan hipotalamus
c) Konsumsi alkohol
d) Kurangnya lapisan lemak subkutan
e) Suhu lingkungan rendah
f) Malnutrisi
g) Pemakaian pakaian yang tipis
h) Penurunan laju metabolisme
i) Terapi radiasi
j) Tidak beraktivitas
k) Transfer panas (mis.konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)
l) Trauma
m)Prematuritas
n) Penuaan
o) Bayi baru lahir
p) Berat badan lahir rendah
q) Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia
r) Efek agen farmakologis

3) Kondisi Klinis Terkait


a) Berat badan ekstrem
b) Dehidrasi
c) Kurang mobilitas fisik
d. Risiko Hipotermia Perioperatif
1) Definisi
Berisiko mengalami penurunan suhu tubuh di bawah 36 C o
secara tiba-tiba yang terjadi satu jam sebelum pembedahan
hingga 24 jam setelah pembedahan.
2) Faktor Risiko
a) Berat badan ekstrem
b) Kerusakan hipotalamus
c) Konsumsi alkohol
d) Kurangnya lapisan lemak subkutan
e) Suhu lingkungan rendah
f) Malnutrisi
g) Pemakaian pakaian tipis
h) Penurunan laju metabolisme
i) Terapi radiasi
j) Tidak beraktivitas
k) Transfer panas (mis. konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)
l) Trauma
m)Prematuritas
n) Penuaan
o) Bayi baru lahir
p) Berat badan lahir rendah
q) Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia
r) Efek agen farmakologis
3) Kondisi Klinis Terkait
a) Berat badan ekstrem
b) Dehidrasi
c) Kurang mobilitas fisik
e. Risiko Termoregulasi Tidak Efektif
1) Definisi
Berisiko mengalami kegagalan mempertahankan suhu tubuh
dalam rentang normal.
2) Faktor Risiko
a) Cedera otak akut
b) Dehidrasi
c) Pakaian yang tidak sesuai untuk suhu lingkungan
d) Peningkatan area permukaan tubuh terhadap rasio berat
badan
e) Kebutuhan oksigen meningkat
f) Perubahan laju metabolisme
g) Proses penyakit (mis. infeksi)
h) Suhu lingkungan ekstrim
i) Suplai lemak subkutan tidak memadai
j) Proses penuaan
k) Berat badan ekstrem
l) Efek agen farmakologis (mis. sedasi)
3) Kondisi Klinis Terkait
a) Cedera akut
b) Dehidrasi
c) Trauma
f. Termoregulasi Tidak Efektif
1) Definisi
Kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang
normal.
2) Faktor Risiko
a) Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus
b) Fluktuasi suhu lingkungan
c) Proses penyakit (mis. infeksi)
d) Dehidrasi
e) Proses penuaan
f) Ketidaksesuaian pakaian untuk suhu lingkungan
g) Kebutuhan oksigen meningkat
h) Perubahan laju metabolisme
i) Suhu lingkungan ekstrim
j) Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
k) Berat badan ekstrem
l) Efek agen farmakologis (mis. sedasi)
3) Gejala Dan Tanda Mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a) Kulit dingin/hangat
b) Menggigil
c) Suhu tubuh fluktualtif
4) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Obektif
a) Piloereksi
b) Pengisian kapiler >3 detik
c) Tekanan darah meningkat
d) Pucat
e) Frekuensi napas meningkat
f) Takikardi
g) Kejang
h) Sulit kemerahan
i) Dasar kuku sianotik
5) Kondisi Klinis Terkait
a) Cedera medula spinalis
b) Infeksi/sepsis
c) Pembedahan
d) Cedera otak akut
e) Trauma
3. Intervensi Keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
a. Manajemen Hipertermia
1) Termoregulasi
Tujuan:
Pengatuan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang
normal dengan kiteria hasil
a) Menggil menurun (5)
b) Kulit merah menurun (5)
c) Kejang menurun (5)
d) Akrosianosis menurun (5)
e) Konsumsi oksigen menurun (5)
f) Pileoreksi menurun (5)
g) Vasokontiksi perifer menurun (5)
h) Kutis memorata menurun (5)
i) Pucat menurun (5)
j) Takikardi menurun (5)
k) Takipnea menurun (5)
l) Bradikardi menurun (5)
m) Dasar kuku sianotik menurun (5)
n) Hipoksia menurun (5)
o) Suhu tubuh membaik (5)
p) Suhu kulit membaik (5)
q) Kadar glukosaa darah membaik (5)
r) Pengisian kapiler membaik (5)
s) Ventilasi membaik (5)
t) Tekanan darah membaik (5)

1) Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh
akibat disfungsi termoregulasi, Tujuan membaik.
2) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi,
terpapar lingkungan panas, penggunaan incubator)
(2) Monitor suhu tubuh
(3) Monitor kadar elektrolit
(4) Monitor haluaran urin
(5) Monitor komplikasi akibat hipertermia
b) Terapeutik
(1) Sediakan lingkungan yang dingin
(2) Longgarkan atau lepaskan pakaian
(3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
(4) Berikan cairan oral
(5) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis(keringat berlebih)
(6) Lakukan pendinginana eksternal(mis. Selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
(7) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
(8) Berikan oksigen jika perlu
c) Edukasi
(1) Anjurkan tirah baring
d) Kolaborasi
(1) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
jika perlu
b. Manajemen Hipotermia
1) Termoregulasi
Tujuan:
Pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang
normal dengan kriteria hasil
a) Menggigil menurun (5)
b) Kulit merah menurun (5)
c) Kejang menurun (5)
d) Akrosianosis menurun (5)
e) Konsumsi oksigen menurun (5)
f) Piloereksi menurun (5)
g) Vasokontriksi perifer menurun (5)
h) Kulit memorata menurun (5)
i) Pucat menurun (5)
j) Takikardi menurun (5)
k) Takipnea menurun (5)
l) Bradikardi menurun (5)
m) Dasar kuku sianolik menurun (5)
n) Hipoksia menurun (5)
o) Suhu tubuh membaik (5)
p) Suhu kulit membaik (5)
q) Kadar glukosa darah membaik (5)
r) Pengisian kapiler membaik (5)
s) Ventilasi membaik (5)
t) Tekanan darah membaik (5)
1) Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola kadar glukosa darah rendah,
Tujuan membaik.
2) Tindakan
a) Observasi
(1) Monitor suhu tubuh
(2) Identifikasi penyebab hiportermia (mis. Terpapar suhu
lingkungan rendah, pakaian tipis, kerusakan
hipotalamus, penurunan laju metabolisme, kekurangan
lemak subkutan)
(3) Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia (hiportermia
ringan: takipnea, disatria, menggigil, hipertensi,
diuresis, hiportermia sedang: aritmia, hipotensi, apatis,
koagulopati, refleks menurun, hipotermia berat: oliguria,
refleks menghilang, edema paru, asam basa abnormal)
b) Terapeutik
(1) Sediakan lingkungan yang hangat(mis. atur suhu
ruangan, inkubator)
(2) Ganti pakaian dan atau linen yang basah
(3) Lakukan penghangatan pasif (mis. Selimut, menutup
kepala, pakaian tebal)
(4) Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis. Kompres
hangat, botol hangat , selimut hangat, perawatan
metode kangguru)
(5) Lakukan penghangatan aktif internal (mis. Infus cairan
hangat, oksigen hangat, lavase peritoneal dengan
cairan hangat)
c) Edukasi
(1) Anjurkan makan atau minum hangat
c. Regulasi Temperatur
1) Definisi
Mempertahankan suhu tubuh dalam rentan normal, Tujuan
membaik.

2) Tindakan
a) Observasi
(1) Monitor suhu bayi sampai stabil (36,5°C-37,5°C)
(2) Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam jika perlu
(3) Monitor tekanan darah, frekuensi pernafasan dan nadi
(4) Monitor warna dan suhu kulit
(5) Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau
hipertermia
b) Terapeutik
(1) Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
(2) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
(3) Bedong bayi segera setelah lahir untuk mencegah
kehilangan panas
(4) Masukan bayi BBLR ke dalam plastic segera setelah
lahir (mis.Bahan polyethylene, polyurethane)
(5) Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan panas
pada bayi baru lahir
(6) Tempatkan bayi baru lahir dibawah radiant warmer
(7) Pertahankan kelembaban incubator 50% atau lebih
untuk mengurangi kehilangan panas karna proses
evaporasi
(8) Atur suhu inkubator sesuai dengan kebutuhan
(9) Hangatkan terlebih dahulu bahan bahan yang akan
kontak dengan bayi(mis. Selimut, kain bedongan,
stetoskop)
(10) Hindari meletakkan bayi di dekat jendela terbuka atau
diarea aliran pendingin ruangan atau kipas angin
(11) Gunakan matras penghangat, selimutt hangat, dan
penghangat ruangan untuk menaikkan suhu tubuuh jika
perlu
(12) Gunakan kasur pendingin untuk menurunkan suhu
tubuh
(13) Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
c) Edukasi
(1) Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan heat
stroke
(2) Jelaskan cara pencegahan hipotermi karna terpapar
udara dingin
(3) Demonstrasikan teknik perawatan metode kangguru
(PMK) untuk bayi BBLR
d) Kolaborasi
(1) Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
d. Edukasi Pengukuran Suhu Tubuh
1) Definisi
Mengajarkan cara pengukuran suhu tubuh, Tujuan membaik.
2) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
b) Terapeutik
(1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
(2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
(3) Berikan kesempatan untuk bertanya
(4) Dokumentasikan hasil pengukuran suhu
c) Edukasi
(1) Jelaskan prosedur pengukuran suhu tubuh
(2) Anjurkan terus menerus memegang bahu dan
menahan dada saat pengukuran aksila
(3) Ajarkan memilih lokasi pengukuran suhu oral atau
aksila
(4) Ajarkan cara meletakkan ujung termometer di bawah
ludah atau dibagian tengah aksila
(5) Ajarkan cara membaca hasil termometer raksa dan/
elektroni
e. Edukasi Termoregulasi
1) Definisi
Mengajarkan pasien untuk mendukung keseimbangan antara
produksi panas, mendapatkan panas, dan kehilangan panas,
Tujuan membaik.
2) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
b) Terapeutik
(1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
(2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
(3) Berikan kesempatan untuk bertanya
c) Edukasi
1) Ajarkan kompres hangat jika demam
2) Ajarkan cara pengukuran suhu
3) Anjurkan penggunaan pakaian yang dapat menyerap
keringat
4) Anjurkan tetap memandikan pasien, jika memungkinkan
5) Anjurkan pemberian antipiretik, sesuai indikasi
6) Anjurkan menciptakan lingkungan yang nyaman
7) Anjurkan memperbanyak minum
8) Anjurkan analgesik jika merasa pusing, sesuai indikasi
9) Anjurkan melakukan pemeriksaan darah jika demam .>3
hari
4. Implementasi
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi-intervensi keperawatan. Implementasi terdiri atas
melakukan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk
melaksanakan intervensi (Kozier, Erb, Berman, & J.Snyder, 2011)
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncakan dalam
rencana perawat. Tindakan keperawatan mencakup tindakan
mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi. (Wartonah &
Tarwoto, 2012)
5. Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian, diagnosis,
perencanaan, dan implementasi. Klien adalah fokus evaluasi.
Langkah-lagkah dalam mengevaluasikan asuhan keperawatan
adalaha menganalisis respons klien, mengidentifikasi faktor ang
berkontribusi terhadap keberhasilan atau kegagalan, dan
perencanaan untuk asuhan di masa depan. (Rosdahl & Kowalski,
2014)
Evaluasi merupakan evaluasi intervensi keperawatan dan terapi
dengan membandingkan kemajuan klien dengan tujuan dan hasil
yang diinginkan dan direncanakan keperawatan. (Potter & Perry,
2012)
Perawat mengevaluasi keberhasilan intervensi. Perawat harus
mempersiapkan untuk mengubah rencana jika tidak berhasil.
(Saryono & Widianti, 2014)
Evaluasi keperawatan adalah aktivitas yang direncanakan
berkelnajutan dan terarah ketika klien menuju pencapaian
tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Haswita, & Sulistyowati, R. (2017). kebutuhan dasar manusia untuk


mahasiswa keperawatan dan kebidanan. jakarta: Trans Info Media.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & J.Snyder, S. (2015). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Konsep, Proses & Praktik Edisi 7
Volume 1. Jakarta: EGC.
Potter, & Perry. (2012). Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7.
Jakarta: EGC.
Rosdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar
Edisi 10. Jakarta: EGC.
Saryono, & Widianti, A. T. (2014). Catatan Kuliah Kebtuuhan Dasar
Manusia (KDM). Yogyakarta: Nuha Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Salemba
Medika.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP
PPNI.
Wartonah, & Tarwoto. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Edisi 4. Jakarta: Salemba.

Anda mungkin juga menyukai