TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Sistem saraf pusat (central neuron sistem) terdiri atas otak dan medulla
spinalis. Dibungkus oleh selaput meningen yang berfungsi untuk melindungi
CNS. Meningen terdiri atas 3 (tiga) lapis yaitu terdapat rongga-rongga
(space) yaitu :
Lobus frontalis
Lobus parietalis
Lobus occipitalis
Lobus temporalis
d) Pembuluh darah
Di dalam jaringan otak terdapat 4 buah rongga yang saling berhubungan yang
disebut ventrikulus yang berisi cairan otak. Cairan otak terdapat dalam
spantum subaracnoidal dan ventrikulus. Cairan otak diproduksi oleh flexus
choroideus ventrikulus lateralis kanan kemudian masuk ke dalam ventrikulus
lateralis, dari ventrikulus lateralis kanan dan kiri terdapat lubang yang disebut
foramen luscka dan bagian tengah terdapat lubang yang disebut foramen
megendie. Fungsi cairan otak adalah sebagai bantalan otak agar terhindar dari
benturan atau terutama kepala,mempertahankan tekanan cairan normal otak
yaitu 10-20 mmHg serta memperlancar metabolisme dan sirkulasi darah di
otak.
2. Fisiologi
C. Epidemiologi
Global Kejang demam terjadi pada 2 – 5% anak usia 6 bulan – 5 tahun pada
negara maju. 70 – 75% dari kejang demam adalah kejang demam sederhana.
D. Etiologi
1. Faktor-faktor prenatal
2. Malformasi otak congenital
3. Faktor genetika
5. Demam
6. Gangguan metabolisme
7. Trauma
8. Neoplasma, toksin
9. Gangguan sirkulasi
E. Manifestasi Klinis
Ada 2 bentuk kejang demam yaitu:
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial
F. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan
normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K +)
dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na +) dan elektrolit lainnya, kecuali
ion klorida (Cl–). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka
terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi
dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan
sel.Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi
atau aliran listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1 oC akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat
20%. Pada anak usia 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu
kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron
dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion
natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini
demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran
sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang
demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya
aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
G. Pathway
Rangsang mekanik dan
Infeksi bakteri, virus dan parasit
biokimia
Kurang informasi
pengobatan
perawatan: kondisi,
lebih dari 15 menit
prognosis
perubahan suplay
Kurang kemampuan
Darah ke otak
pengetahuan indentifikasi
masalah (-)
resiko kerusakan sel
Neuron otak
Lingkuangan
yang
Gangguan di rasakan
Perfusi
tidak nyaman
jaringan cerebral
Lemas
Risiko jatuh
H. Klasifikasi
I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh kejang demam :
a. Retardasi Mental
J. Pemeriksaan Penunjang/diagnostik
1. Elektro encephalograft (EEG)
Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik.
EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan
terjadinya epilepsi atau kejang demam yang berulang dikemudian hari.
Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang
demam yang sederhana. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan
dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.
2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal
Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi
yang masih kecil seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga harus
dilakukan lumbal pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan
dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan.
3. Darah
a. Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N <
200 mq/dl)
b. BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan
indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
c. Elektrolit : K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
4. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda
infeksi, pendarahan penyebab kejang.
5. Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan
adanya lesi
6. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB
masih terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus
untuk transiluminasi kepala.
K. Penaktalaksanaan Medis
1. Pengobatan
a. Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam
yang diberikan melalui interavena atau indra vectal.
Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).
Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama
setelah 20 menit.
Turunkan panas
Anti piretik : parasetamol /salisilat (10 mg/kg/dosis).
Kompres air PAM / Os
b. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang
pertama, walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi
lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya
bila aga gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama.
c. Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat
demam dan profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap hari.
Untuk profilaksis intermitten diberikan diazepim secara oral dengan
dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari.
d. Penanganan sportif
1) Bebaskan jalan napas
2) Beri zat asam
3) Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
4) Pertahankan tekanan darah
2. Pencegahan
a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri
diazepam dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai
demam.
A. KONSEP PERTUMBUHAN
1. Pengertian Pertumbuhan
mengukur berat badan, panjang badan/tinggi badan, linngkar kepala dan lingkar
lengan atas.
2. Prinsip Pertumbuhan
(yang lebih dekat dengan bagian tengah tubuh) abru kemudian bagian
B. KONSEP PERKEMBANGAN
1. Pengertian Perkembangan
perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks, bersifat kualitatif yang pengukurannya lebih sulit dari
pertumbuhan.
b. Aspek Fisik/Motorik
Perkembangan pengendalian gerakan melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf
dan otot terkoordinasi.
c. Aspek Bahasa
Terdiri dari dua aspek kemampuan, yaitu kemampuan ekspresif (untuk
menghasilkan suara, isyarat/gestur, atau bentuk tertulis) dan kemampuan reseptif
(untuk memproses dan memahami pesan, baik tertulis, lisan, maupun gestur).
d. Aspek Sosio-Emosional
Perkembangan sosial anak menurut Erikson:
fisik dan ukuran secara bertahap bekerja dari atas kebawah, perkembangan
sensorik dan motorik juga berkembang menurut prinsip ini, contohnya bayi
bagian bawahnya.
Prinsip proximodistal (dari dalam keluar) yaitu pertumbuhan dan
mengembangkan kemampuan tangan dan kaki bagian atas (yang lebih dekat
dengan bagian tengah tubuh) abru kemudian bagian yang lebih jauh,
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Subjektif
a. Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.Biodata orang tua perlu
dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
b. Riwayat Penyakit
- Lama serangan
- Pola serangan
- Apakah serangan berupa tonus otot hilang sejenak disertai gangguan kesadaran
seperti epilepsi akinetik ?
- Apakah serangan dengan kepala dan tubuh mengadakan flexi sementara tangan
naik sepanjang kepala, seperti pada spasme infantile ?
- Frekuensi serangan
- Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau rangsangan tertentu yang
dapat menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan
lain-lain. Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya. Sesudah kejang
perlu ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran menurun,
ada paralise, menangis dan sebagainya ?
Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita
epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.
Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi
atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu
hamil, penggunaan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan
ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan tindakan ( forcep/vakum ),
perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan selama neonatal apakah
bayi panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan kejang-kejang.
f. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur
mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah
mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan
kejang.
g. Riwayat Perkembangan
i. Riwayat sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah
yanh mengasuh anak ? Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman
sebayanya ?
j. Anamnesa
b. Sirkulasi
c. Intergritas Ego
Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan dan atau
penanganan
Peka rangsangan : pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya Perubahan
dalam berhubungan
d. Eliminasi
1) Inkontinensia epirodik
e. Neurosensori
1) Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing riwayat trauma
kepala, anoreksia, dan infeksi serebal
f. Kenyamanan
g. Pernafasan
h. Keamanan
1) Riwayat terjatuh
2) Adanya alergi
i. Interaksi Sosial
1. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas
b. Integritas Ego
c. Eleminasi
2) Hyperplasia ginginal
1) Fase prodomal : Adanya perubahan pada reaksi emosi atau respon efektifitas
yang tidak menentu yang mengarah pada fase area.
2) Kejang umum
3) Fosiktal : pasien tertidur selama 30 menit sampai beberapa jam, lemah kalau
mental dan anesia
5) Kejang parsial
Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan aura, berakhir 15 menit
tdak ada penurunan kesadaran gerakan ersifat konvulsif
f. Kenyamanan
g. Keamanan