Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA

TN.S DENGAN DIAGNOSA GASTRITIS RT.01/01 DESA GAMPENG KEC.


GAMPENGREJO

Disusun Oleh:
Novirda Lila Nur Khamidah
4022023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATAKEDIRI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Novirda Lila Nur Khamidah


Nim :4022023
Prodi : Profesi Ners

Kediri,..... Januari 2021


Pembimbing Institusi

(....................................................)
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP LANSIA
1. Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia
merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari
fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu
proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan(Fatmah, 2010).
Lansia adalah tahap dari siklus hidup manusia paling akhir, yaitu bagian dari
proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap orang.
Pada tahap tua ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun
psikis, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimilikinya (Soejono, 2014)
Lansia menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang
telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok umur pada
manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya (WHO, 2016).
Pengertian Lanjut Usia Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan
lansia apabila usianya 60 tahun ke atas,baik pria maupun wanita. Sedangkan
Departeman kesehatan RI menyebutkan seseorang dikatakan berusia lanjut usia
dimulai dari usia 55 tahun keatas. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) usia
lanjut dimulai dari usia 60 tahun (Kushariyadi, 2010; Indriana, 2012; Wallnce,
2007).

2. Batasan-batasan Usia Lansia


Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World
Health Organitation (WHO) lansia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun
Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga
katagori, yaitu:
a. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun.
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas.
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 3
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas
dengan masalah kesehatan.
Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006)
pengelompokkan lansia menjadi :
a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan
kematangan jiwa (usia 55-59 tahun).
b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia
lanjut dini (usia 60-64 tahun).
c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia >65
tahun).

3. Ciri-ciri Lansia
Ciri-ciri lansia menurut Kholifah (2016), sebagai berikut:
a. Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada
lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan
kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga
lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia
akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap
lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih
senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi
negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain
sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.

c. Menua membutuhkan perubahan peran.


Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan
atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW,
sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena
usianya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 4
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian
diri lansia menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga
sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola
pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari
lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.

4. Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di
dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia merupakan
istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses
menjadi tua (tahappenuaan). Masa tua merupakan masa hidup manusia yang
terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan
sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari
lagi (tahap penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk
hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas
fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada
kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya.
Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap
berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa
lain. Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan
teori, namun para ahli pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak
ditemukan pada faktor genetik (Kholifah, 2016).

5. Tugas Perkembangan Lansia


Menurut Havighurst dalam Stanley (2007), tugas perkembangan adalah tugas
yang muncul pada periode tertentu dalam keidupan suatu individu. Ada beberapa
tahapan perkembangan yang terjadi pada lansia, yaitu :
a. Penyesuaikan diri kepada penurunan kesehatan dan kekuatan fisik.
b. Penyesuaian diri kepada masa pension dan hilangnya pendapatan.
c. Penyesuaaian diri kepada kematian pasangan dan orang terdekat lainnya.
d. Pemenuhan kewajiban social dan kewarganegaraan.
e. Pembentukan kepuasan pengaturan dalam kehidupan.

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 5


6. Perubahan Pada Lanjut Usia
Perubahan yang terjadi pada lanjut usia Menurut Mujahidullah (2012) dan
Wallace (2007), beberapa perubahan yang akan terjadi pada lansia diantaranya
adalah perubahan fisik, intlektual, dan keagamaan.
a. Perubahan fisik
1) Sel, saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam tubuh akan
berubah, seperti jumlahnya yang menurun, ukuran lebuh besar sehingga
mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan proposi protein di otak,
otot, ginjal, darah dan hati beekurang.
2) Sistem persyarafan, keadaan system persyarafan pada lansia akan
mengalami perubahan, seperti mengecilnya syaraf panca indra. Pada
indra pendengaran akan terjadi gangguan pendengaran seperti hilangnya
kemampuan pendengaran pada telinga. Pada indra penglihatan akan
terjadi seperti kekeruhan pada kornea, hilangnya daya akomodasi dan
menurunnya lapang pandang. Pada indra peraba akan terjadi seperti
respon terhadap nyeri menurun dan kelenjar keringat berkurang. Pada
indra pembau akan terjadinya seperti menurunnya kekuatan otot
pernafasan, sehingga kemampuan membau juga berkurang Sistem
gastrointestinal, pada lansia akan terjadi menurunya selara makan ,
seringnya terjadi konstipasi, menurunya produksi air liur(Saliva) dan
gerak peristaltic usus juga menurun.
3) Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan mengalami pengecilan
sehingga aliran darah ke ginjal menurun.
4) Sistem musculoskeletal, pada lansia tulang akan kehilangan cairan dan
makin rapuh, keadaan tubuh akan lebih pendek, persendian kaku dan
tendon mengerut.
5) Sistem Kardiovaskuler, pada lansia jantung akan mengalami pompa
darah yang menurun , ukuran jantung secara kesuruhan menurun dengan
tidaknya penyakit klinis, denyut jantung menurun , katup jantung pada
lansia akan lebih tebal dan kaku akibat dari akumulasi lipid. Tekanan
darah sistolik meningkat pada lansia kerana hilangnya distensibility
arteri. Tekanan darah diastolic tetap sama atau meningkat.
b. Perubahan intelektual

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 6


Perubahan intelektual menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah
(2012), akibat proses penuaan juga akan terjadi adalah Kemunduran pada
kemampuan otak seperti perubahan intelegenita Quantion ( IQ) yaitu fungsi otak
kanan mengalami penurunan sehingga lansia akan mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi nonverbal, pemecehan masalah, konsentrasi dan kesulitan
mengenal wajah seseorang. Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan ,
karena penurunan kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk
menerima rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga kemampuan untuk
mengingat pada lansia juga menurun.
c. Perubahan keagamaan
Perubahan keagamaan menurut Maslow dalam Mujahidin (2012), pada
umumnya lansia akan semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya, hal
tersebut bersangkutan dengan keadaan lansia yang akan meninggalkan
kehidupan dunia.

7. Masalah Khusus pada Lansia


a. Gangguan fisik Banyak perubahan fisik yang terjadi pada lansia karena penyakit,
akan tetapi sebagian juga disebabkan karena proses penuaan. Beberapa
perubahan fisik yang terjadi adalah berkurangnya ketajaman pancaindra,
berkurangnya kemampuan melaksanakan sesuatu karena turunnya kekuatan
motorik, perubahan penampilan fisik yang mempengaruhi peranan dan status
ekonomi dan sosial, serta kemunduran efisiensi integratif susunan saraf pusat,
misalnya penciutan minat, kelemahan ingatan dan penurunan inteligensi. Tidak
jarang terjadi depresi pada orang berumur 60-an. Depresi sering mengisyaratkan
adanya suatu penyakit organik. Penyakit yang laten mungkin menunjukkan
eksaserbasi, seperti diabetes, hipertensi, dan glaukoma. Gangguan pembuluh
darah yang progresif pada jantung dan otak yang mengancam serta membatasi
hidup, dapat menimbulkan reaksi takut, amarah dan depresi. Sebaliknya, reaksi
emosional yang berlebihan dapat memperhebat gangguan kardiovaskuler,
endokrin dan penyakit lain yang sebelumnya masih ringan (Maramis, 2009).
Orang lanjut usia sering menyatakan kekhawatirannya terhadap ketidak
mampuan fisiknya, tetapi jarang tentang rasa takutnya terhadap kematian. Ada
yang dengan tenang menyiapkan diri dan mengatur halhal duniawi (warisan,
makam dan sebagainya) dalam menghadapi hal yang tidak dapat dielakkan

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 7


tersebut. Kadang-kadang memang timbul depresi atau penyangkalan dan
kompensasi (yang berlebihan) terhadap hal mati (Maramis, 2009)
b. Kehilangan dalam bidang sosial ekonomi Kehilangan keluarga atau teman karib,
kedudukan sosial, uang, pekerjaan (pensiun), atau mungkin rumah tinggal,
semua ini dapat menimbulkan reaksi yang merugikan. Perasaan aman dalam hal
sosial dan ekonomi serta pengaruhnya terhadap semangat hidup, rupanya lebih
kuat dari pada keadaan badani dalam melawan depresi (Maramis, 2009).
c. Seks pada usia lanjut Orang usia lanjut dapat saja mempunyai kehidupan seks
yang aktif sampai umur 80-an. Libido dan nafsu seksual penting juga pada usia
lanjut, tetapi sering hal ini mengakibatkan rasa malu dan bingung pada mereka
sendiri dan anak-anak mereka yang menganggap seks pada usia lanjut sebagai
tabu atau tidak wajar. Orang yang pada masa muda mempunyai kehidupan
seksual yang sehat dan aktif, pada usia lanjut masih juga demikian, biarpun
sudah berkurang, jika saat muda sudah lemah, pada usia lanjut akan habis sama
sekali (Maramis, 2009). Memang terdapat beberapa perubahan khusus mengenai
seks. Pada wanita; karena proses penuaan, maka pola vasokongesti pada buah
dada, klitoris dan vagina lebih terbatas. Aktivitas sekretoris dan elastisitas vagina
juga berkurang. Pada pria; untuk mencapai ereksi diperlukan waktu lebih lama.
Ereksi mungkin tidak akan dicapai penuh, tetapi cukup untuk melakukan koitus.
Kekuatan saat ejakulasi juga berkurang. Pada kedua seks, semua fase eksitasi
menjadi lebih panjang, akan tetapi meskipun demikian, pengalaman subjektif
mengenai orgasme dan kenikmatan tetap ada dan dapat membantu relasi dengan
pasangan (Maramis, 2009).
d. Gangguan psikiatri yang sering terdapat pada usia lanjut adalah, sindrom otak
organik dan psikosis involusi. Skizofrenia, psikosis bipolar dan ketergantungan
obat bila ada, mungkin terjadi sejak masa muda. Hampir semua gangguan jiwa
pada masa muda dapat bertahan sampai atau timbul lagi pada masa usia lanjut.
Neurosis sering berupa neurosis cemas dan depresi. Gangguan psikosomatis
dapat juga berlangsung sampai masa tua, tetapi beberapa menjadi lebih baik atau
hilang dengan sendirinya. Diabetes, hipertensi dan glaukoma dapat menjadi lebih
parah karena depresi. Insomnia, anorexia dan konstipasi sering timbul dan tidak
jarang gejalagejala ini berhubungan dengan depresi. Depresi pada masa usia
lanjut sering disebabkan karena aterosklerosis otak, tetapi juga tidak jarang
psikogenik atau kedua-duanya (Maramis, 2009).Gangguan fisik Banyak

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 8


perubahan fisik yang terjadi pada lansia karena penyakit, akan tetapi sebagian
juga disebabkan karena proses penuaan. Beberapa perubahan fisik yang terjadi
adalah berkurangnya ketajaman pancaindra, berkurangnya kemampuan
melaksanakan sesuatu karena turunnya kekuatan motorik, perubahan penampilan
fisik yang mempengaruhi peranan dan status ekonomi dan sosial, serta
kemunduran efisiensi integratif susunan saraf pusat, misalnya penciutan minat,
kelemahan ingatan dan penurunan inteligensi. Tidak jarang terjadi depresi pada
orang berumur 60-an. Depresi sering mengisyaratkan adanya suatu penyakit
organik. Penyakit yang laten mungkin menunjukkan eksaserbasi, seperti
diabetes, hipertensi, dan glaukoma. Gangguan pembuluh darah yang progresif
pada jantung dan otak yang mengancam serta membatasi hidup, dapat
menimbulkan reaksi takut, amarah dan depresi. Sebaliknya, reaksi emosional
yang berlebihan dapat memperhebat gangguan kardiovaskuler, endokrin dan
penyakit lain yang sebelumnya masih ringan (Maramis, 2009). Orang lanjut usia
sering menyatakan kekhawatirannya terhadap ketidak mampuan fisiknya, tetapi
jarang tentang rasa takutnya terhadap kematian. Ada yang dengan tenang
menyiapkan diri dan mengatur halhal duniawi (warisan, makam dan sebagainya)
dalam menghadapi hal yang tidak dapat dielakkan tersebut. Kadang-kadang
memang timbul depresi atau penyangkalan dan kompensasi (yang berlebihan)
terhadap hal mati (Maramis, 2009).
e. Kehilangan dalam bidang sosial ekonomi Kehilangan keluarga atau teman karib,
kedudukan sosial, uang, pekerjaan (pensiun), atau mungkin rumah tinggal,
semua ini dapat menimbulkan reaksi yang merugikan. Perasaan aman dalam hal
sosial dan ekonomi serta pengaruhnya terhadap semangat hidup, rupanya lebih
kuat dari pada keadaan badani dalam melawan depresi (Maramis, 2009).
f. Seks pada usia lanjut Orang usia lanjut dapat saja mempunyai kehidupan seks
yang aktif sampai umur 80-an. Libido dan nafsu seksual penting juga pada usia
lanjut, tetapi sering hal ini mengakibatkan rasa malu dan bingung pada mereka
sendiri dan anak-anak mereka yang menganggap seks pada usia lanjut sebagai
tabu atau tidak wajar. Orang yang pada masa muda mempunyai kehidupan
seksual yang sehat dan aktif, pada usia lanjut masih juga demikian, biarpun
sudah berkurang, jika saat muda sudah lemah, pada usia lanjut akan habis sama
sekali (Maramis, 2009). Memang terdapat beberapa perubahan khusus mengenai
seks. Pada wanita; karena proses penuaan, maka pola vasokongesti pada buah

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 9


dada, klitoris dan vagina lebih terbatas. Aktivitas sekretoris dan elastisitas vagina
juga berkurang. Pada pria; untuk mencapai ereksi diperlukan waktu lebih lama.
Ereksi mungkin tidak akan dicapai penuh, tetapi cukup untuk melakukan koitus.
Kekuatan saat ejakulasi juga berkurang. Pada kedua seks, semua fase eksitasi
menjadi lebih panjang, akan tetapi meskipun demikian, pengalaman subjektif
mengenai orgasme dan kenikmatan tetap ada dan dapat membantu relasi dengan
pasangan (Maramis, 2009).
g. Gangguan psikiatri Yang sering terdapat pada usia lanjut adalah, sindrom otak
organik dan psikosis involusi. Skizofrenia, psikosis bipolar dan ketergantungan
obat bila ada, mungkin terjadi sejak masa muda. Hampir semua gangguan jiwa
pada masa muda dapat bertahan sampai atau timbul lagi pada masa usia lanjut.
Neurosis sering berupa neurosis cemas dan depresi. Gangguan psikosomatis
dapat juga berlangsung sampai masa tua, tetapi beberapa menjadi lebih baik atau
hilang dengan sendirinya. Diabetes, hipertensi dan glaukoma dapat menjadi lebih
parah karena depresi. Insomnia, anorexia dan konstipasi sering timbul dan tidak
jarang gejalagejala ini berhubungan dengan depresi. Depresi pada masa usia
lanjut sering disebabkan karena aterosklerosis otak, tetapi juga tidak jarang
psikogenik atau kedua-duanya (Maramis, 2009).

8. Karakteristik Penyakit Lansia di Indonesia


a. Penyakit persendian dan tulang. Misalnya: rematik, osteoporosis, osteoartritis.
b. Penyakit kardiovaskular. Misalnya: penyakit jantung koroner, hipertensi,
kolesterolemia, angina, cardiac attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia.
c. Penyakit pencernaan, yaitu gastritis dan ulkus peptikum.
d. Penyakit urogenital, seperti infeksi saluran kemih (ISK), gagal ginjal akut atau
kronis, benign prostat hiperplasia.
e. Penyakit metabolik atau endokrin. Misalnya: diabetes mellitus, obesitas.
f. Penyakit pernafasan, seperti asma dan tuberkulosis paru.
g. Penyakit keganasan, seperti kanker.
h. Penyakit lainnya, seperti dimensia, alziemer, depresi, parkinson (Haryono,
2013).
Selain penyakit yang telah disebutkan di atas ada tujuh penyakit kronik
degeneratif yang kerap dialami para lanjut usia, yaitu:
a. Osteoartritis (OA)

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 10


Osteoartritis adalah peradangan sendi yang biasa disebut juga dengan rematik,
terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik yang mengakibatkan penipisan
rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan perkapuran. OA merupakan penyebab
utama ketidak mandirian pada usia lanjut, yang dipertinggi resikonya karena
trauma, penggunaan sendi berlebihan dan obesitas.
b. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa atau
kepadatan tulang berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk pada
percepatan kehilangan tulang selama dua dekade pertama setelah menopouse,
sedangkan tipe II adalah hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena
terganggunya produksi vitamin D.
c. Dimensia
Dimensia merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi
intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi
aktivitas kehidupan sehari-hari. Alzheimer merupakan jenis demensia yang
paling sering terjadi pada usia lanjut. Adanya riwayat keluarga, usia lanjut,
penyakit vaskular atau pembuluh darah (hipertensi, diabetes mellitus, kolesterol
tinggi), trauma kepala merupakan faktor risiko terjadinya demensia. Demensia
juga kerap terjadi pada wanita dan individu pendidikan rendah.
d. Kanker
Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel
mengalami perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih sehat.
Sel yang berubah ini mengalami mutasi karena suatu sebab, sehingga sel tidak
bisa menjalankan fungsinya dengan normal. Biasanya perubahan sel ini
mengalami beberapa tahapan, mulai dari yang ringan sampai sangat berubah dari
keadaan awal (kanker).
e. Diabetes mellitus
Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana gula
darah masih tetap normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi ini dapat
berkembang menjadi diabetes mellitus, dimana kadar gula darah sewaktu diatas
atau sama dengan 200 mg/dL dan kadar gula darah saat puasa diatas 126 mg/dL.
Obesitas, pola makan yang buruk, kurang olah raga dan usia lanjut mempertinggi
risiko DM. Sebagai ilustrasi, sekitar 20% dari lansia berusia 75 tahun menderita

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 11


DM. Beberapa gejala adalah sering haus dan lapar, banyak berkemih, mudah
lelah, berat badan terus menurun, dan luka yang sulit sembuh.
f. Penyakit jantung koroner
Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung
terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas.
g. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih
tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg, yang
terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak
ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah.
9. Tujuan Pelayanan Kesehatan pada Lasia
Pelayanan pada umumnya selalu memberikan arah dalam memudahkan petugas
kesehatan dalam memberikan pelayanan sosial, kesehatan, perawatan dan
meningkatkan mutu pelayanan bagi lansia. Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia
terdiri dari :
a. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang setinggi-
tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
b. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan mental
c. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang menderita suatu
penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kemandirian yang
optimal.
d. Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada lansia yang
berada dalam fase terminal sehingga lansia dapat mengadapi kematian dengan
tenang dan bermartabat.
Fungsi pelayanan dapat dilaksanakan pada pusat pelayanan sosial lansia, pusat
informasi pelayanan sosial lansia, dan pusat pengembangan pelayanan sosial
lansia dan pusat pemberdayaan lansia.

10. Pendekatan PerawatanLansia


a. Pendekatan Fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan fisik melalui
perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadian yang dialami klien lansia
semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang
masih dapat dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 12


progresifitas penyakitnya. Pendekatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia
dapat dibagi 2 bagian:
1) Klien lansia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam
kebutuhannya sehari-hari ia masih mampu melakukannya sendiri.
2) Klien lansia yang pasif, keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau
sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini, terutama
yang berkaitan dengan kebersihan perseorangan untuk mempertahankan
kesehatan.
b. Pendekatan Psikologis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif
pada klien lansia. Perawat dapat berperan sebagai pendukung terhadap segala
sesuatu yang asing, penampung rahasia pribadi dan sahabat yang akrab.
Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberi
kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk
keluhan agar lansia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip
triple S yaitu sabar, simpatik dan service. Bila ingin mengubah tingkahlaku dan
pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara
perlahan dan bertahap.
c. Pendekatan Sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk
berkumpul bersama dengan sesama klien lansia berarti menciptakan
sosialisasi. Pendekatan sosial ini merupakan pegangan bagi perawat bahwa
lansia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam
pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan hubungan sosial, baik antar lania
maupun lansia dengan perawat. Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya
kepada lansia untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi. Lansia
perlu dimotivasi untuk membaca surat kabar dan majalah.
B. KONSEP PENYAKIT/MASALAH
1. Pengertian Gastritis
Gastritis adalah suatu peradangan atau pendarahan pada mukosa lambung
yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam pola makan,

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 13


minsalnya telat makan, makan terlalu banyak, cepat, makan makanan yang terlalu
banyak bumbu dan pedas (Priyoto, 2015, hal. 266).
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung. Sakit maag atau
gastritis adalah peradangan (pembengkakan ) dari mukosa lambung, yang bisa
disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Seperti kita ketahui, lambung adalah organ
pencernaan dalam tubuh manusia yang berfungsi untuk menyimpan makanan,
mencerna, dan kemudian mengalirkanya ke usus kecil. Didalam lambung terdapat
enzim-enzim pencernaan, seperti pepesin, asam lambung, dan mucus, untuk
melindungi dinding lambung sendiri. Bila terjadi ketidakseimbangan diantara faktor
tersebut, minsalnya asam berlebih atau mucus berkurang, dapat mengiritasi lambung
sehinga terjadi proses peradangan pada lambung (gastritis) (Padmiarson, 2009, hal.
7).
2. Anatomi Fisiologi
Lambung adalah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri atas
perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang
berkisar antara 10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung makanan dan
minuman sebanyak satu galon. Bila lambung dalam keadaan kosong maka iya
akan melipat, mirip seperti sebuah akurdion. Ketika lambung mulai ter isi dan
mengembang, lipatan-lipatan tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap
melepaskannya kedalam usus kecil. Ketika makanan masuk kedalam esophagus,
sebuah cincin otot yang berada dalam sambungan antara esphagus dan lambung
akan membuka dan membiarkan makanan masuk ke lambung. Setelah masuk
kelambung cincin in menutup. Dinding lambing terdiri lampisan-lampisan otot
yang kuat. Ketika makanan berada dilambung, dinding lambung akan mulai
menghacurkan makanan tersbut. Pada saat yang sama, kelenjer-kelenjer yang
berada di mukosa pada diding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung
(termasuk emzim-emzim dan asam lambung) untuk lebih menghancurkan
makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini
sangat korosif sehingga paku besi dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung
dilindungi oleh mukosa-mukosa bicarbonate (sebuah lampisan penyangga yang
mengeluarkan ion bicarbonate secara regular sehingga menyeimbangkan
kesamaan dalam lambung) sehingga terhidar dari sifat korosif asam hidroklorida.

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 14


Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan
mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung.
3. Klasifikasi
a. Gastritis akut
Gastritis akut adalah penyakit lambung yang terjadi karena terdapat
peradangan akut pada dinding lambung, terutama pada lapisan lendir
lambung dan pada umumnya dibagian rongga lambung dekat pylorus (lubang
antara lambung ke usus ). Jenis gastritis ini dapat diklasifikasikan menjadi
bebarapa jenis sebagai berikut
1) Gastritis Eksogenus
Gastritis eksogenus adalah penyakit radang lambung yang pencetusnya
berasal dari luar tubuh penderita.
Jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh beberapa hal:
a) penyakit tersebut dapat disebabkan oleh bakteri atau virus yang dapat
menyebabkan terserang gastritis akut yaitu: staphylococcus. Gejala
yang dialami oleh penderita yaitu perasaan gelisah dan rasa terbakar,
mual, muntah, diare, dan panas.
b) penyakit gastritis eksogenus dapat disebabkan oleh bahan yang bersifat
racun atau bahan yang bersifat sebagai pegikis jaringan.
2) Gastritis Endogenus
Gastritis endogenus adalah penyakit peradangan lambung yang
pencetusnya berasal atau terbentuk didalam lambung. Penyakit gastritis
endogen ini dapat disebabkan oleh hal-hal berikut : Bakteri atau racun
a) Alergik gastritis
b) Peradangan akut yang bernanah, penderita mengalami peradangan
akut akibat bakteri pyogenik (streptococcus,staphylococcus).
3) Gastritis Kronis
Gastritis kronis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dalam
periode waktu lama disebabkan oleh stres dan pola makan yang kacau.
Sementara itu, penyakit gastritis kronis dapat disebabkan oleh infeksi
H.pylori, adanya tumor pada lambung dan stres atau faktor kejiwaan
(Wahyu, 2011, hal. 12- 13).
4. Etiologi
a. Gastritis akut

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 15


Penyebab gastritis akut adalah mengosumsi makanan dan alkohol
yang mengiritasi dalam waktu yang lama. Obat-obatan, seperti aspirin dan
obat anti inflamasi nonsteroid lain (dalam dosis tinggi ), agens sitotosik,
kafein, kortikosteroid, anti metabolit, fenilbutazon, dan indometasin.
Menelan racun, khususnya dikloro-difeniltrikloroetana (DDT), ammnonia,
merkuri, karbon tetraklrorida, atau zat korosif. Endotoksik dilepaskan oleh
bakteri yang menginfeksi, seperti stafilokokus, Escherichia coli, dan
salmonela dan komplikasi penyakit akut (Kluwer, 2011, hal. 293).
b. Gastritis Kronik
Gastritis kronik disebabkan oleh pemajanan berulang terhadap zat
iritan, seperti obat-obatan, alkohol, rokok, dan agens lingkungan. Anemia
pernisiosa, penyakit ginjal, atau diabetes militus dan infeksi helicobacter
pylori (penyebab gastritis nonerosif paling sering) (Kluwer, 2011, hal. 293).
5. Tanda dan gejala
a. Tanda Gejala Gastritis Secara Umum adalah :
 Perasaan mual dan muntah.
 Nyeri perut (dapat bervariasi dari ringan sampai berat)
 Rasa sakit yang mungkin merasa seperti nyeri terbakar diperut bagian
atas
 Merasa sakit atau berat di dada bagian bawah.
 Nyeri meningkat pada perut kosong
 Cegukan yang mengganggu dan berulang.
 Kehilangan selera makan
 Merasa kenyang meski baru makan sedikit
 Berat badan menurun
 Adanya gas yang berlebih atau perut terasa kembung
b. Tanda Gejala Gastritis Parah :
 Darah di tinja atau feses berwarna hitam
 Pendarahan reptum Ketika muntah, warna yang terlihat seperti bubuk
kopi
 Lemah dan pucat.
 Denyut nadi cepat, merasa pusing atau lelah
 Pingsan.
6. Patofisiologi
a. Gastritis akut

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 16


Penyebab yang paling umum gastritis akut adalah infeksi. Patogen
termasuk helicobacter pylori, Escherichia coli, proteus, haemophilus,
stresptokokus, dan stafilokokus. Infeksi bakteri lambung normal
melindunginya dari asam lambung, sementara asam lambung melindungi
lambung dari infeksi, sehingga terdapat luka pada mukosa. Ketika asam
hidroklorida ( asam lambung ) menegenai mukosa lambung, maka terjadi luka
pada pembulih kecil yang di ikuti dengan edema, perdarahan, dan mungkin
juga terbentuk ulkus. Kerusakan yang berhubungan dengan gastritis akut
biasanya terbatas jika diobati dengan tepat (joycem, 2014, hal. 102).
b. Gastritis kronis
Perubahan patofisologis awal yang berhubungan dengan gastritis kronis
adalah sama dengan gastritis akut. Mulanya lapisan lambung menebal dan
eritematosa lalu kemudian menjadi tipis dan atrofi. Deteriorasi dan atrofi yang
berlanjut mengakibatkan hilangnya fungsi kelenjar lambung yang berisi sel
parietal. Ketika sekresi asam menurun, sumber faktor intrinsik hilang.
Kehilangan ini mengakibatkan ketidakmampuan untuk menyerap vitamin B12
dan perkembangan anemia pernisiosa. Atrofi lambung dengan metaplasia telah
diamati pada gastritis kronis dengan infeksi H pylori. Perubahan ini mungkin
mengakibatkan peningkatan risiko adenokarsinoma lambung (joycem, 2014,
hal. 103).
7. WOC
8. Penatalaksanaan Perawatan Medis
Terapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya mungkin
memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau dalam kasus yang
jarang pembedahan untuk mengobatinya.
a. Jika penyebabnya adalah infeksi oleh H.pylori, maka diberikan Bismuth,
antibiotik (misalnya amoxcillin &Claritromycin) dan obat anti tukak
(misalnya omeprazole).
b. Penderita gastritis karena stres akut banyak mengalami perubahan
(penyakit berat, cidera atau pendarahan) berasil diatasi. Tetapi sekitar 25
% penderita gastritis karena stres akut mengalami pendarahan yang
sering berakhir fatal. Karena itu dilakukan pencegahan dengan
memberikan antalsit. (untuk menetralkan asam lambung) dan obat anti-
ulkus yang kuat (untuk mengurangi atau menghentikan pembentukan
asam lambung). Pendarahan hebat karena gastritis akibat stres akut bisa
diatasi dengan menutup sumber pendarahan dengan tindakan endoskopi.
Jika pendarahan masih berlanjut mungkin seluruh lambang lambung
harus diangkat.
c. Penderita gastritis erosif koronis bisa diobati dengan antasida. Penderita
sebaiknya menghidari obat tertentu (misalnya aspirin atau obat anti
peradangan non – esteroit lainnya) dan makanan yang menyebabkan
iritasi lambung.
d. Untuk menringankan penyumbatan disaluran keluar lambung pada
gastritis eosinofilik, bisa diberikan kortikostroied atau dilakukan
pembedahan

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 17


e. Penderita meiner bisa disembuhkan dengan mengangkat sebagian atau
seluruh lambung.
f. Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat anti kulkus yang
menghalangi pelepasan asam lambung.
g. Pengaturan diet yaitu pemberian makanan lunak dengan jumlah sedikit
tapi sering.
h. Makanan yang perlu dihindari adalah yang merangsang dan lemak seperti
sambal, bumbu dapur dan gorengan.
i. Kadisiplinan dalam pemenuhan jam-jam makan juga sangat membantu
pasien dengan gastritis.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
1. Pengkajian
a. Pengkajian Riwayat Kesehatan
 Riwayat penyakit saat ini : Meliputi perjalanan penyakit pasien,
awal dari gejala yang dirasakan kalien. Keluhan timbul dirasakan
secara mendadak atau betahap, faktor pencetus, untuk mengatasi
masalah tersebut.
 Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan
dengan penyakit sekarang, riwayat dirumah saki dan riwayat
pemakaian obat.
 Riwayat penyakit keluarga : Terdapat keluarga menderita
penyakit yang behubungan dengan penyakit yang diderita
penyakit yang diderita oleh pasien.
b. Pengkajian pemenuhan kebutuhan sehari-hari (ADL)
 Aktivitas / Istirahat
 Biasanya klien mengalami kelelahan, kelemahan, dan
hiperventilasi.
 Sirkulasi
 Biasanya klien mengaami kelemahan, berkeringat, warna kulit
pucat, nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat, warna kulit
pucat dan kelemaan pada kulit.
 Integritas ego
 Apakah ada faktor stressakut atau kronis (kehilangan, hubungan
kerja) dan perasaan tak berdaya
 Eliminasi
 Adanya riwayat perawatan rumah sakit sebelumnya karena
perdarahan atau masalah yang berhubungan dengan gastritis.
 Makanan atau cairan
 Anoreksia, mual, muntah( muntah yangmemenjang diduga
obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
 Neurosensori
 Rasa berdenyut, pusing/ sakit kepala karena sinar, kelemahan.
c. Pengkajian Pemeriksaan Fisik

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 18


Keadaan umum : Tampak kesakitan dari pemeriksaan fisik terdapat nyeri
tekan dikuadran epigastrik:
 B1 (breath) = takhipnea
 B2 (blood = takikardi, hipotensi, distrinia, nadiperiver lemah,
pengisian perifer, warna kulit pucat.
 B3 (brain) = Sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran
terganggu, bisorientasi, nyeri epigastrum.
 B4 (bladder) = Oliguria ( gangguan keseimbangan cairan)
 B5 (bowel) = Anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati,
tidak toleran makanan pedas.
 B6 (bone ) = Kelelahan, kelemahan.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 19


Format Asuhan Keperawatan

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI

PENGKAJIAN KEPERAWATAN LANSIA

A. DATA BIOGRAFI
Nama : Tn.S
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur :
Pendidikan terakhir : SMP
Agama : Islam
Status perkawinan :
Tinggi badan/berat badan : 65 kg
Penampilan umum : Baik
Ciri-ciri tubuh :
Alamat : Ds.Gampeng Kec.Gampengrejo
Orang yang mudah dihubungi : Tn.D
Hubungan dengan klien : Anak

B. Riwayat Keluarga
…………………………………………………………………………………………
………………………………………..
Genogram :

Keterangan :

C. Riwayat Pekerjaan
Pensiunan guru SD
D. Riwayat Lingkungan Hidup
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
..........................................................................................................................
E. Riwayat Rekreasi
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
..........................................................................................................................
F. Sistem Pendukung
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 20
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
..........................................................................................................................
G. Diskripsi kekhususan
Kebiasaan ritual : Tn.S selalu memenuhi sholat 5 waktu dirumah
Yang lainnya :-

H. Status Kesehatan
Status kesehatan umum selama lima tahun yang lalu :
………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
……………………………………
Keluhan utama : ……………………………………………
Obat-obatan
NO NAMA OBAT DOSIS KET
1
2
3

Status imunisasi :
Alergi :
Obat-obatan :
Makanan :
Faktor lingkungan :
Penyakit yang diderita :

I. Aktivitas Hidup Sehari-hari


Nutrisi :
Eliminasi :
Aktivitas :
Istirahat dan tidur :
Personal hygiene :
Seksual :
Rekreasi :
Psikologis :
· Persepsi klien :
· Konsep diri :
· Emosi :
· Adaptasi :
· Mekanisme pertahanan diri :

J. Tinjauan Sistem Organ


Keadaan umum :……………………………………………
Tingkat kesadaran : ……………………………………………
GCS : eye :4 verbal : 5 motorik 6
Tanda-tanda vital : TD : 140/90 mmHg RR : 22 x/menit
S : 36,5 ◦C Nadi :90x/menit
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 21
Sistem Integumen
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
..............................................................................................................................
Hemopoetik
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
..............................................................................................................................
Kepala
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
..............................................................................................................................
Mata
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
..............................................................................................................................
Telinga
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
..............................................................................................................................
Hidung dan sinus
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
..............................................................................................................................
Mulut dan tenggorokan
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
..............................................................................................................................
Leher
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
..............................................................................................................................
Payudara
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
..............................................................................................................................
Sistem Pernapasan
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
..............................................................................................................................
Sistem kardiovaskuler
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
..............................................................................................................................
Sistem perkemihan
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Sistem musculoskeletal

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 22


……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………
Sistem endokrin
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Sistem imunitas
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………
Sistem gastrointestinal
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………
Sistem reproduksi
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Sistem persyarafan
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Sistem pengecapan
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Sistem penciuman
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
K. Data Tambahan
Short Porteble Mental Status Questionaire ( SPMSQ )
= ………………………..
Mini - Mental State Exam ( MMSE )
= ………………………..
Depresi Geriatri
= ………………………..
APGAR Keluarga
= ………………………..
L. Data Penunjang
.............................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

Kediri, ……………..

(………………………)

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 23


ANALISA DATA
Nama Klien :…………..
Dx Medis :…………..

NO DATA ETIOLOGI MASALAH PARAF


INTERVENSI
KEPERAWATAN
Nama Klien :
………………
Dx Medis
: .......................

NO DX KEP TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL


KRITERIA
HASIL IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
Nama Klien :
………………
Dx Medis :
……………..

NO TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


DX (SOAP)
S:

O:

A:

P:

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien :………………
Dx Medis : ……………..

NO
TGL S 0 A P I E PARAF
DX

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 24


SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
PENILAIAN UNTUK MENGETAHUI FUNGSI INTELEKTUAL LANSIA
Nama klien : Tanggal :
Jenis kelamin : Umur : tahun
Agama : Suku :
Alamat :

Skor
+ - NO Pertanyaan Jawaban

1 Tanggal berapa hari ini ? +


2 Hari apa sekarang ini ? +
( hari, tanggal dan tahun )
3 Apa nama tempat ini ? +
4 Dimana alamat anda ? +
5 Berapa umur anda ? +
6 Kapan anda lahir ? +
7 Siapa presiden Indonesia +
sekarang ?
8 Siapa presiden +
sebelumnya ?
9 Siapa nama kecil ibu anda? +

10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap +


pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara
menurun !
Jumlah Kesalahan Total 0

Keterangan :
Skor Penilaian
0–2 Fungsi intelektual utuh
3–4 Kerusakan intelektual ringan
5–7 Kerusakan intelektual sedang
8 – 10 Kerusakan intelektual berat

a. Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan bila subyek hanya berpendidikan sekolah
dasar.
b. Bisa dimaklumi bila kurang dari satu kesalahan bila subyek mempunyai pendidikan di
atas sekolah menengah atas

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 25


APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
SKRINING UNTUK MELENGKAPI PENGKAJIAN
FUNGSI SOSIAL
Nama klien : Tanggal :
Jenis kelamin : Umur : tahun
Agama : Suku :
Alamat :
N Uraian Fungsi Skor
O
1 Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga (teman – teman) saya untuk Adaptation
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga (teman –
teman) saya membicarakan sesuatu Partneship
dengan saya dan mengungkapkan masalah
dengan saya
3 Saya puas bahwa keluarga (teman –
teman) saya menerima dan mendukung Growth
keinginan saya untuk melakukan aktivitas
atau kegiatan baru
4 Saya puas dengan cara keluarga (teman –
teman) saya mengekspresikan afek dan Affection
berespon terhadap emosi – emosi saya
seperti marah, sedih atau mencintai
5 Saya puas dengan cara teman – teman Resolve
saya dan saya menyediakan waktu
bersama – sama
Keterangan : Total
Penilaian yang dijawab :
Selalu = 2, Kadang – kadang = 1,
Hampir tidak pernah = 0

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 26


Total skor
8-10 = fungsi keluarga sehat
4-7 = fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = fungsi keluarga sakit

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 27


SKALA DEPRESI GERIATRIK
MENGETAHUI TINGKAT DEPRESI LANSIA

Nama klien : Tanggal :


Jenis kelamin : Umur : tahun
Agama : Suku :
Alamat :
NO SKALA DEPRESI GERIATRIK YA TIDAK
Apakah anda pada dasarnya puas dengan
1 YA TIDAK
kehidupan anda ?
Apakah anda sudah menghentikan
2 banyak kegiatan dan hal-hal yang YA TIDAK
menarik minat anda ?
Apakah anda merasa hidup anda
3 YA TIDAK
hampa ?
4 Apakah anda sering bosan ? YA TIDAK
Apakah anda biasanya semangat /
5 YA TIDAK
gembira ?
Apakah anda takut jangan-jangan
6 sesuatu yang tidak baik akan terjadi pada YA TIDAK
diri anda ?
Apakah anda biasanya merasa senang /
7 YA TIDAK
bahagia ?
Apakah anda sering merasa tidak
8 YA TIDAK
berdaya ?
Apakah anda lebih suka tinggal di
9 rumah, daripada pergi ke luar dan YA TIDAK
melakukan hal-hal yang baru?
Apakah anda merasa mengalami
10 kesulitan untuk mengingat daripada YA TIDAK
biasanya ?
11 Apakah anda mengganggap sesuatu yang YA TIDAK
luar biasa bahwa anda hidup sekarang ?

Panduan Praktik Profesi Ners FAKULTAS KESEHATAN IIK Bhakti Wiyata Kediri 28
Apakah menurut anda keadaan anda
12 YA TIDAK
sekarang rasanya kurang berharga ?
13 Apakah anda merasa penuh energi ? YA TIDAK
Apakah anda merasa situasi anda tanpa
14 YA TIDAK
harapan ?
Apakah anda merasa bahwa kebanyakan
15 YA TIDAK
orang lebih berhasil daripada anda ?
SKOR TOTAL
KETERANGAN :
Hitung jawaban yang bercetak tebal
a. Setiap jawaban bercetak tebal mempunyai skor 1
b. Skor 5 – 9 menunjukkan kemungkinan besar depresi
c. Skor 10 atau lebih merupakan depresi

INDEKS KATZ

Panduan Praktik Profesi Ners FAKULTAS KESEHATAN IIK Bhakti Wiyata Kediri 29
INDEKS KEMANDIRIAN PADA AKTIVITAS
KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Nama klien : Tanggal :
Jenis kelamin : Umur : tahun
Agama : Suku :
Alamat :
SKOR KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen,
berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua kecuali satu dari fungsi
tersebut.
C Kemandirian dalam semua kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan.
D Kemandirian dalam semua kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam semua kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi
tambahan.
F Kemandirian dalam semua kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu
fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi
tidak dapat diklasiFakultas Kesehatanasikan
sebagai C, D, E, F, dan G.
Keterangan:
Mandiri : berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan
aktif dari orang lain. Seseorang yang menolak melakukan
suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun
dianggap mampu.

MINI MENTAL STATE EXAM (MMSE)


Menguji Aspek Kognitif dan Fungsi Mental
Panduan Praktik Profesi Ners FAKULTAS KESEHATAN IIK Bhakti Wiyata Kediri 30
Nama klien : Tanggal :
Jenis kelamin : Umur : tahun
Agama : Pewawancara :
Alamat :

SKOR SKOR
MAX MANULA
ORIENTASI
5 ( ) Sekarang ( hari ), ( tanggal ), ( bulan ),
( tahun ), berapa dan ( musim ) apa ?
5 ( ) Sekarang kita berada dimana : ( jalan ),
( no. Rumah ), ( kota ), ( kabupaten ),
( propinsi )
REGRISTASI
3 ( ) Minta klien menyebutkan nama 3 buah
benda, 1 detik untuk tiap benda.
Kemudian mintalah manula mengulang
ke 3 nama tersebut. Berikan 1 angka
untuk tiap jawaban yang benar. Bila
masih salah, ulanglah penyebutan ke 3
nama benda tersebut. Sampai ia dapat
mengulangnya dengan benar. Hitunglah
jumlah percobaan dan catatlah ( misal :
bola, kursi, sepatu )
( Jumlah percobaan ............................)
ATENSI DAN KALKULASI
5 ( ) Hitunglah berturut-turut selang 7 mulai
dari 100 ke bawah. 1 angka untuk tiap
jawaban yang benar. Berhenti setelah 5
hitungan ( 93, 86, 79, 72, 65 ).
Kemungkinan lain, ejalah kata ”dunia”
dari akhir ke awal ( a-i-n-u-d )
MENGINGAT

Panduan Praktik Profesi Ners FAKULTAS KESEHATAN IIK Bhakti Wiyata Kediri 31
3 ( ) Tanyakan kembali nama ke 3 benda yang
telah disebutkan di atas. Berikan 1 angka
untuk tiap jawaban yang benar.
BAHASA
9 ( ) c. Apakah nama benda-benda ini ?
Perlihatkan pensil dan arloji ) ( 2
angka )
d. Ulanglah kalimat berikut : ” Jika,
Tidak. Dan, Atau Tapi ” ( 1 angka )
e. Laksanakan 3 buah perintah ini :
”Peganglah selembar kertas dengan
tangan kananmu, lipatlah kertas itu
pada pertengahan dan letakkanlah di
lantai ( 3 angka )
f. Bacalah dan laksanakan perintah
berikut : ” PEJAMKAN MATA
ANDA ” ( 1 angka )
g. Tulislah sebuah kalimat ( 1 angka )
h. Tirulah gambar ini ( 1 angka )

SKOR
TOTAL
Tandailah tingkat kesadaran manula pada
garis absis di bawah ini dengan huruf.
Sadar Somnolen Stupor Koma

Keterangan :
Skor Total : 30
Nilai 24 – 30 : Normal
Nilai 17 – 2 : Mungkin ada gangguan fungsi kognitif

Panduan Praktik Profesi Ners FAKULTAS KESEHATAN IIK Bhakti Wiyata Kediri 32
Nilai 0 – 16 : Ada gangguan kognitif

JAM SELESAI : ..................................................


TEMPAT WAWANCARA : ..................................................

Panduan Praktik Profesi Ners FAKULTAS KESEHATAN IIK Bhakti Wiyata Kediri 33
PENILAIAN PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS
KELOMPOK/MODALITAS (KELOMPOK)
Nama/NIM : Klpok :
Tgl Pelaksanaan : Ruang :
Tema :
Struktur organisasi kelompok
Leader : Co Leader :
Fasilitator : Observer :

No. Aspek yang dinilai Bobot Nilai


1. MengidentiFakultas Kesehatanasi 10
tujuan umum dan khusus dari
aktivitas
2. Pemilihan program terapi dilakukan 20
dengan tepat (fungsi dan
klasiFakultas Kesehatanasi)
3. Pemilihan karakteristik kelompok 10
terapi dilakukan dengan tepat
4. Terapi dilakukan dengan 10
memperhatikan prinsip dan konsep
lansia
5. Lingkungan menunjang terapi yang 10
dilakukan
6. Peserta berperan aktif selama 10
pelaksanaan terapi bermain
7. Pemandu terapi bermain berperan 20
dengn baik
JUMLAH 100
Keterangan nilai :
A : >80 - 100
B+ : 75 – 80
B : 70 – 74,9
C+ : 60 - 69
C : 55 – 55,9
Panduan Praktik Profesi Ners FAKULTAS KESEHATAN IIK Bhakti Wiyata Kediri 34
Kediri,
………………………………

Koordinator Profesi
Divisi Keperawatan Gerontik

---------------------------------------------
---
FORMAT
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

POKOK BAHASAN :
SUB POKOK BAHASAN :
WAKTU :
SASARAN :
TEMPAT :

1. Tujuan Instruksional Umum

2. Tujuan Instruksional Khusus

3. Kegiatan Belajar Mengajar


NO TAHAP WAKTU KEGIATAN MEDIA
1 Pembukaan
2 Pelaksanaan
3 Penutup

4. Metode

5. Evaluasi
- Standar persiapan : alat, Pengaturan tempat,
kesiapan materi
- Standar proses : Strategi PBM

Panduan Praktik Profesi Ners FAKULTAS KESEHATAN IIK Bhakti Wiyata Kediri 35
- Standar hasil : Tolak ukur pencapaian penkes
pada sasaran

6. Pustaka

LAMPIRAN

FORMAT PENILAIAN
LAPORAN PENDAHULUAN

Nama mahasiswa :
NIM :

Kasus :..........................................................
ASPEK YANG BOBOT NILAI
DINILAI MAHASISWA

SISTEMATIKA 50
PENULISAN
- Definisi
- Etiologi
- KlasiFakultas
Kesehatanasi
- Etiologi
- Manifestasi klinis
- Patofisiologi
- Komplikasi
- Pemeriksaan penunjang
- Penatalaksaan
- WOC / Pohon Masalah

Panduan Praktik Profesi Ners FAKULTAS KESEHATAN IIK Bhakti Wiyata Kediri 36
- Askep secara tori
- Daftar pustaka
KEDISIPLINAN 20
PENGUMPULAN
LAPORAN
PENDAHULUAN
RESPONSI 30
- Kesiapan responsi
- Kemampuan mengemukakan
pandapat
- Berkomunikasi dg baik
- Menjawab pertanyaan dg tepat
- Menerima pendapat oranglain
- Mampu mengendalikan emosi
- Jujur dalam berpendapat
TOTAL
KETERANGAN :
A : 75 – 100
AB : 70 - 74,99
B : 65 - 69,99
BC : 60 - 64,99
C : 55 - 59,99
FORMAT PENILAIAN
(PROSES KEPERAWATAN)

Nama mahasiswa :
NIM :
Kasus :..........................................................
ASPEK YANG BOBOT NILAI
DINILAI MAHASISWA
I. PROSES 20
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
- Ketepatan data
- Kelengkapan

Panduan Praktik Profesi Ners FAKULTAS KESEHATAN IIK Bhakti Wiyata Kediri 37
- Relevan dan nyata
- Analisa dan sintesa
- Perumusan diagnosa
keperawatan
PERENCANAAN 10
- Prioritas masalah
- Tujuan
- Kriteria hasil
- Rencana tindakan
keperawatan
PELAKSANAAN 30
(INTERVENSI)
- Prosedur tindakan
- Menciptakan
lingkungan yang
terapeutik
- Pendidikan
kesehatan/keperawat
an
- Kolaborasi
- Interaksi dg klien
- Perilaku dan
penampilan
internasional
- Advokasi
- Ketepatan Intervensi
- Kedisiplinan
- Menilai respon klien
- Dokumentasi
EVALUASI 10
- Kesesuaian kriteria
keberhasilan dan waktu
- Penilaian secara obyektif
- Pengamatan perubahan
- Pengambilan keputusan

Panduan Praktik Profesi Ners FAKULTAS KESEHATAN IIK Bhakti Wiyata Kediri 38
II. RESPON 30
- Pengetahuan gangguan
sistem
- Rencana keperawatan
- Intervensi : Prosedur,
pendidikan keperawatan,
Pemeriksaan fisik,
Kolaborasi
- Pengetahuan tentang
pengobatan
TOTAL

KETERANGAN :
A : 75 – 100
AB : 70 - 74,99
B : 65 - 69,99
BC : 60 - 64,99
C : 55 - 59,99

Panduan Praktik Profesi Ners FAKULTAS KESEHATAN IIK Bhakti Wiyata Kediri 39
STANDAR KEAMANAN DI PELAYANAN KESEHATAN BERDASARKAN
KEMENKES RI

1. Kewaspadaan Standar terdiri dari:


a. Kebersihan Tangan/Hand Hygiene
Kebersihan tangan dilakukan pada kondisi dibawah ini sesuai 5 moment WHO:
1) Sebelum menyentuh pasien
2) Sebelum melakukan tindakan aseptik
3) Setelah kontak atau terpapar dengan cairan tubuh
4) Setelah menyentuh pasien
5) Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien

Selain itu, kebersihan tangan juga dilakukan pada saat:


1) Melepas sarung tangan steril
2) Melepas APD
3) Setelah kontak dengan permukaan benda mati dan objek termasuk
peralatan medis
4) Setelah melepaskan sarung tangan steril.
5) Sebelum menangani obat-obatan atau menyiapkan makanan

Kebersihan tangan dilakukan sebagai berikut:


1) Kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir apabila terlihat kotor atau
terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh lainnya atau setelah menggunakan

Panduan Praktik Profesi Ners FAKULTAS KESEHATAN IIK Bhakti Wiyata Kediri 40
toilet
2) Penggunaan handrub berbasis alkohol dipilih untuk antiseptik tangan rutin
pada semua situasi
Cara melakukan Kebersihan tangan:
1) Kebersihan tangan dengan alkohol handrub selama 20-30 detik bila
tangan tidak tampak kotor

Panduan Praktik Profesi Ners FAKULTAS KESEHATAN IIK Bhakti Wiyata Kediri 41
Gambar 1. Kebersihan Tangan dengan Handrub
2) Kebersihan tangan dengan mencuci tangan di air mengalir pakai sabun selama
40-60 detik bila tangan tampak kotor

Panduan Praktik Profesi Ners FAKULTAS KESEHATAN IIK Bhakti Wiyata Kediri 42
Gambar 6. 2. Kebersihan Tangan dengan Sabun dan Air

b. Alat Pelindung Diri (APD)

Panduan Praktik Profesi Ners FAKULTAS KESEHATAN IIK Bhakti Wiyata Kediri 43
APD dipakai untuk melindungi petugas atau pasien dari paparan darah, cairan tubuh
sekresi maupun ekskresi yang terdiri dari sarung tangan, masker bedah atau masker
N95, gaun, apron, pelindung mata (goggles), faceshield (pelindung wajah),
pelindung/penutup kepala dan pelindung kaki.
(1) Penggunaan Alat Pelindung Diri memerlukan 4 unsur yang harus
dipatuhi:
(a) Tetapkan indikasi penggunaan APD mempertimbangkan risiko
terpapar dan dinamika transmisi:
➢ Transmisi penularan COVID-19 ini adalah
droplet dan kontak: Gaun, sarung tangan, masker bedah, penutup
kepala, pelindung mata (goggles), sepatu pelindung
➢ Transmisi airborne bisa terjadi pada tindakan yang memicu terjadinya
aerosol: Gaun, sarung tangan, masker N95, penutup kepala, goggles,
face shield, sepatu pelindung
(b) Cara “memakai” dengan benar
(c) Cara “melepas” dengan benar
(d) Cara mengumpulkan (disposal) yang tepat setelah dipakai

(2) Hal – hal yang harus dilakukan pada penggunaan APD:


(a) Melepaskan semua aksesoris di tangan seperti cincin, gelang dan jam
tangan
(b) Menggunakan baju kerja/ scrub suit sebelum memakai APD
(c) Melakukan kebersihan tangan sebelum dan setelah memakai APD

Panduan Praktik Profesi Ners FAKULTAS KESEHATAN IIK Bhakti Wiyata Kediri 44
(d) Menggunakan sarung tangan saat melakukan perawatan kepada pasien
(e) Melepaskan sarung tangan setelah selesai melakukan perawatan di dekat
pasien dan lakukan kebersihan tangan
(f) Memakai APD di anteroom atau ruang khusus.
APD dilepas di area kotor segera setelah meninggalkan ruang
perawatan

(g) Menggunakan masker N95 pada saat melakukan tindakan yang


menimbulkan aerosol
(h) Mengganti googles atau faceshield pada saat sudah kabur/kotor
(i) Mandi setelah melepaskan APD dan mengganti dengan baju bersih

(3) Hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada penggunaan APD


(a) Menyentuh mata, hidung dan mulut saat menggunakan APD
(b) Menyentuh bagian depan masker
(c) Mengalungkan masker di leher
(d) Menggantung APD di ruangan kemudian mengunakan kembali
(e) Menggunakan APD keluar dari area perawatan
(f) Membuang APD dilantai
(g) Menggunakan sarung tangan berlapis saat bertugas apabila tidak
dibutuhkan
(h) Menggunakan sarung tangan terus menerus tanpa indikasi
(i) Menggunakan sarung tangan saat menulis, memegang rekam medik

Panduan Praktik Profesi Ners FAKULTAS KESEHATAN IIK Bhakti Wiyata Kediri 45
pasien, memegang handle pintu, memegang HP
(j) Melakukan kebersihan tangan saat masih menggunakan sarung

(Kementrian Kesehatan RI, 2020)

Panduan Praktik Profesi Ners FAKULTAS KESEHATAN IIK Bhakti Wiyata Kediri 46

Anda mungkin juga menyukai