Anda di halaman 1dari 8

Tema : “perkembangan arsitektur tradisional bali dulu, kini, dan masa depan”

Judul : Transisi Arsitektur Bali dalam Men

Siapa yang tidak kenal Bali? Pulau seribu pura yang memiliki berbagai ragam
budaya, adat, marga satwa, serta tak lupa dengan pesona pantai dan pemandangan
alamnya yang sangat memanjakan mata.

Selain dikenal dengan kecantikan pulau dan pantainya, pesona Bali juga kental
dengan ciri khas arsitekturnya yang berbeda dan punya unsur kuat. Hampir
semua bangunan bernuansa Bali memperlihatkan material yang kental dengan
nuansa alami dan juga ukiran yang indah menghiasi hampir berbagai sudut
bangunan.

Dikatakan bahwa arsitektur tradisional Bali berasal dari dua sumber. Salah
satunya adalah tradisi Hindu yang besar dibawa ke Bali dari India. Yang kedua
adalah arsitektur pribumi sebelum epik Hindu dan dalam banyak hal
mengingatkan bangunan Polinesia. Dimana struktur bangunan di Bali yang masih
tradisional, menggunakan konsep Hindu dan Bali Kuno. Yang mana Bali Kuno
sendiri masih dipengaruhi kerajaan Hindu Jawa yang datang ke Bali dahulu.
Mulai dari struktur pembagian bangunan di pekarangan, bentuk padmasana
maupun sanggah kemulan, hingga penataan arah dari bangunan itu sendiri.

Bali dengan mayoritas penduduknya yang beragama Hindu, membuat hampir


segala aspek kehidupan mereka bernuansa Hindu. Mulai dari rutinitas, perilaku,
hingga tatanan arsitekturnya. Pada umumnya, arsitektur tradisional Bali
menggunakan konsep Hindu yang bercampur dengan adat Bali. Namun sebelum
membahas konsep – konsep arsitektur tradisional Bali, kita perlu mrngetahui apa
itu arsitektur Bali. Arsitektur Bali adalah suatu tatanan ruang dengan konsep dasar
yang diwariskan turun temurun oleh masyarakat Bali. Arsitektur Bali memiliki
ciri yang kuat, baik pada lanskap, tata bangunan, dan elemen bangunannya.
Berikut beberapa konsep yang digunakan sebagai pedoman dalam membangun
arsitektur tradisional Bali :

1. Konsep Keseimbangan (keseimbangan unsur semesta, konsep catur


lokapala,konsepdewata nawa sanga ), konsep ini juga harus menjadi panutan
dalam membangun di berbagai tataran arsitektur termasuk keseimbangan dalam
berbagai fungsibangunan. konsep dewata nawa sanga ialah aplikasi dari pura-pura
utama yangberada di delapan penjuru arah dibali yang yang dibangun
menyeimbangkan pulaubali, pura-pura utama itu untuk memuja manifestasi tuhan
yang berada di delapanpenjuru mata angin dan di tengah.Aplikasi konsep ini
menjadi pusat yang berwujudnatah (halaman tengah) dari sini menentukan nilai
zona bangunan yang adadisekitarnya dan juga pemberian nama bangunan
disekitarnya seperti Bale Daje, Bale Dauh, Bale Delod, Bale Dangin

2. Konsep Rwe Bhineda (hulu - teben, purusa - pradana)


Hulu Teben merupakan duakutub berkawan dimana hulu bernilai utama dan teben
bernilai nista/ kotor. Sedangkan purusa (jantan), pradana(betina) merupakan
embryo suatu kehidupan

3. Konsep Tri Buana - Tri Angga


Susunan tri angga fisik manusia dan struktur tri buanafisik alam semesta
melandasi susunan atas bagian kaki, badan, kepala yang masing-masing bernilai
nista, madya dan utama.

4.Konsep keharmonisan dengan lingkungan, ini menyangkut pemanfaatan


sumberdaya alam, pemanfaatan potensi sumber daya manusia setempat,
khususnya insan-insan ahli pembangunan tradisional setempat. Konsep ini jika di
dasarkan secara vertical, maka nilai Utama berada pada posisiteratas/scaral,
Madya pada posisi tengah, dan posisi terakhir Nista pada posisi terendah/kotor.
Di dalam menentukan atau memilih tata letak pekarangan rumah pun menurut
aturan tradisional Bali ada beberapa pantangan yang harus diperhatikan yaitu:
1. Pekarangan rumah tidak boleh bersebelahan langsung ada disebelah Timur
atau Utara pura, bila tidak dibatasi dengan lorong atau pekarangan lain
seperti: sawah,ladang/sungai. Pantangan itu disebut: Ngeluanin Pura
2. Pekarangan rumah tidak boleh Numbak Rurung atau Tusuk Sate. Artinya
jalan lurus langsung bertemu dengan pekarangan rumah
3. Pekarangan rumah tidak boleh diapit oleh pekarangan/rumah sebuah
keluarga lain.Pantangan ini dinamakan: Karang Kalingkuhan
4. Pekarangan rumah tidak boleh dijatuhi oleh cucuran atap dari rumah orang
lain.Pantangan ini dinamakan: Karang Kalebon Amuk

5. Pekarangan rumah sebuah keluarga tidak boleh berada sebelah-


menyebelah jalanumum dan berpapasan. Pantangan ini dinamakan:
Karang Negen
6. Pekarangan rumah yang sudut Barat Dayanya bertemu dengan sudut Timur
Lautnya
pekarangan rumah keluarga itu juga berada sebelah-menyebelah jalan umum, ini
tidak boleh. Pantangan ini dinamakan: Celedu Nginyah

Gambar tata penempatan bangunan pada pekarangan rumah


konsep arsitektur tradisional Bali
.
Walaupun yang dijelaskan diatas adalah bagunan berupa rumah tinggal, tapi apa
yang menjadi dasar dari sebuah pembangunan bangunan di Bali tetap sama,
seperti arah, penempatan pintu, dan lain sebagainya. Akan tetapi seiring
denganberkembangnya jaman hal ini kurang diperhatikan lagi masyarakat Bali.
Bali pun kian waktu semakin menjadi pulau yang tidak hanya mengundang
wisatawan, tapi juga mengundanginvestor-investor untuk memperluas atau
memulai bisnisnya di pulau Bali ini. Kebutuhan masyarakat Bali pun tidak lagi
sesederhana dulu, berkembangnya zaman berkembang pula selera dan minat
masyarakat. Seperti yang bisa kita lihat, di Denpasar khususnya mulai banyak
bangunan-bangunan seperti mall, restoran, hotel, maupun toko-toko elektronik
yang tidak menampilkan arsitektur tradisional Bali. Bentuk bangunannya
sederhana, tinggi dan besar, tanpa dihiasi ornament apapun, kalaupun dihiasi
dengan ornament, itu pun bukan ornament khas tradisional Bali. Tidak hanya pada
bangunan seperti tersebut tadi. Pada hunian atau rumahtinggal, masyarakat saat ini
lebih menyukai desain rumah yang simple, sederhana, modern,tanpa ciri khas dari
arsitektur tradisional Bali. Kecenderungan terjadinya perubahan pada arsitektur
tradisional Bali ini, sangat erat kaitannya dengan nilai ekonomis, efesiensi dan
segi kepraktisan. Melihat fenomena ini, adapun beberapa hal yang menyebabkan
kenapa masyarakat cenderung mengurangi arsitektur tradisional Bali.

1. Adanya perubahan gaya hidup yang lebih modern ketika pemilik rumah
memiliki kendaraan bermotor, maka terjadi perubahan pada bentuk rumah
bali, seperti ditiadakannya undakan dan aling-aling di pintu masuk.
Kemudian dengan keterbatasan lahan yang ada saat ini, pembangunan
rumah bali tidak lagi dipisah perruang, namun digabungkan dalam satu
bangunan yang monolit. Yang menyebabkan struktural dari pekarangan
rumah Bali masa kini tidak dapat disamakan dengan arsitektur tradisional
Bali.

2. Biaya yang tinggi dalam proses pembuatan bangunan tradisional Bali.


Maksudnya disini adalah dalam sebuah bangunan agar terlihat ber-
arsitekturtradisional Bali tentunya dalam bangunan tersebut harus
disertakanbeberapa elemen-elemen khas tradisional Bali seperti material
berupa kayu,paras, bata merah kemudian ornament-ornament yang diukir
pada bangunantersebut. Akan tetapi saat ini, harga jasa pengukir itu cukup
tinggi ditambahlagi tergantung kerumitan ukiran yang diinginkan. Material
pun tidaksembarangan. Tidak semua material bisa diukir agar
menghasilkan ukiranyang baik dan kuat. Harga bata merah memang
cenderung murah tapi sangatkurang baik untuk diukir, kayu juga tidak
semua jenis kayu menghasilkan hasilukiran yang baik, sedangkan
paras dengan harga yang cukup mahal jika diukir selain terlihat indah juga
hasilnya lebih kuat ketimbang batu batamarah

3. Pembuatannya membutuhkan waktu yang lama dan tidak efisien. Selain


biaya, kurang efisiennya dari segi waktu dan tenaga dalam proses
pembuatan ukiran dan elemen-elemen lainnya menyebabkan
masyarakatcenderung memilih desain bangunan yang simpel saja.
4. Perawatan yang susah. Yang terakhir adalah perawatan, material-material
pada bangunan tersebut tentunya harus mendapatkan perawatan agar tetap
terjaga keindahannya. Dibandingkan dengan bangunan yang non-
tradisional Bali, perawatan pada bangunan tradisional Bali terasa lebih
extra daripada bangunan non-tradisional Bali.

Gambar bangunan rumah dengan konsep arsitektur Bali Modern.


Seperti yang telah disebutkan, saat ini Arsitektur Tradisional Bali telah mengalami
perubahan seiring dengan perkembangan teknologi dan masyarakatnya. Gaya
arsitektur ini kini dikenal dengan sebutan Arsitektur Bali Modern walaupun tidak
murni termasuk dalam arsitektur modern.
Perkembangan Arsitektur Tradisional Bali menjadi Arsitektur Bali Modern tidak
serta merta menghapus karakter intinya yang sampai saat ini masih diturunkan
antar generasi. Sampai sekarang gaya Arsitektur Bali yang menjadi karakter kuat
masyarakat Bali dapat terlihat dengan adanya bangunan-bangunan dengan gaya
Arsitektur Bali Tradisional maupun yang sudah berkembang menjadi gaya
Arsitektur Bali Modern.

Sebagai masyarakat Bali yang cerdas dan berbudaya, sudah sepatutnya kita
melestarikan adat dan budaya sendiri, yang telah diwariskan oleh nenek moyang.
Sesuai dengan Peraturan Walikota Denpasar nomor 25 tahun 2010 menyebutkan
bahwa setiap bangunan yang dibangun di Denpasar, sudah berkewajiban untuk
menghadirkan unsur arsitektur Bali pada bangunannya. Sehingga, ciri khas
arsitektur Bali tidak akan punah, dan justru mendorong arsitek – arsitek lokal
untuk berkiprah di rumahnya sendiri. Meski Arsitektur Bali Modern tidak sama
dengan yang tradisional, tapi sebagai penerus adat dan budaya leluhur, kita
sejatinya menyesuaikan adat dan budaya yang kita miliki dengan pengaruh
modern tanpa perlu menghilangkan unsur budaya yang ada. Sudah semestinya
bagi kita semua untuk menghargai dan melestarikan budaya yang ada, agar tidak
tergerus oleh arus modernisasi.

Barangkali ini adalah saat yang tepat untuk menempatkan tradisi pada posisinya
yang pas. Tradisi tidak harus diperjuangkan secara kaku. Kita perlu menjadi lebih
fleksibel dalam menyikapi apa yang sudah ditransmisikan oleh pendahulu kita:
tidak perlu terlalu kaku dan tidak juga perlu terlalu antipati hingga meninggalkan
tradisi itu sendiri. Tradisi itu ada untuk selalu mendapat pemaknaan ulang agar
dapat diaktualisasi tanpa memandang waktu. Selanjutnya dalam memandang
tradisi, kita pertimbangkan untuk menghadapi persoalan hari ini dan persoalan
masa depan dengan berkaca pada masa lalu. Atau barangkali arsitektur Bali dalam
menjaga kesinambungan sejarah dapat direalisasi dengan cara menempatkan
pengetahuan arsitektur tradisional sebagai dasar interpretasi ulang membangun
sebuah bangunan. Akhirnya, sebagai calon pembangun bangsa sudah hakikatnya
kita memahami bagaimana menempatkan pengetahuan tradisi nenek moyang
dalam menjaga keberlanjutan arsitektur dan lingkungan tanpa membatasi
kreativitas:
TRANSISI ARSITEKTUR BALI SEIRING
PERKEMBANGAN ZAMAN

PUTU SAVITRI DHARMA JYOTI


1605522019

JURUSAN TKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

Anda mungkin juga menyukai