Erfit
Doktor Ilmu Ekonomi, Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi
Universitas Jambi, Kampus Pinang Masak, UNJA Mendalo Darat
ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk melihat suatu komparatif antara kemitraan contract
farming dengan noncontract farming dengan mengambil kasus pada agribisnis
hortikultura (sayuran). Penelitian ini menggunakan metode multy case study yang
menggabungkan studi kasus dan survei.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari jalannya kemitraan, terlihat
dari bentuk hubungan kemitraan pada contract farming meliputi bidang permodalan,
pemasaran dan bantuan teknologi, sementara pada noncontract farming hanya dalam
bentuk pemasaran semata. Dari sisi bentuk aturan maka contract farming bersifat formal
dan tertulis, sementra noncontract farming informal dan tidak tertulis. Kemudian dari
berbagai uraian aspek dasar kemitraan terlihat kemitraan noncontract farming lebih
menguntungkan terutama dilihat dari sisi peningkatan pendapatan. Dari sisi kesetaraan
noncontract farming relatif lebih mengarah kepada adanya kesetaraan posisi bagi kedua
belah pihak yang menjalankan kemitraan. Dari sisi legalitas walaupun kemitraan
noncontract farming hanyalah kemitraan yang bersifat informal dimana aturan-aturan
yang digunakan bersifat tidak tetulis bukan kontrak/SPK yang hanya didasarkan kepada
rasa saling percaya bagi kedua belah pihak yang bermitra tetapi pada dasarnya aturan-
aturan tersebut lebih dapat mengikat kedua belah yang bermitra. Dari sisi pemberdayaan
terhadap petani, walaupun dengan kemitraan noncontract farming relatif memperlihat
kurangnya upaya-upaya terutama oleh pedagang pengumpul sebagai mitra yang
mengarah kepada pemberdayaan petani namun demikian dengan kemitraan noncontract
farming secara umum lebih dapat menjadikan petani untuk mandiri tidak menimbulkan
ketergantungan karena petani dapat memutuskan berbagai hal yang berkaitan dengan
usaha tani yang dijalankannya.
Kata kunci: kemitraan contract farming, noncontract farming dan agribisnis hortikultura
Halaman 1
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)
I. PENDAHULUAN
1.2. Perumusan Masalah
I.1. Latar Belakang
Beberapa pola kemitraan yang telah
Bagi Indonesia agribisnis
berkembang selama ini khususnya
hortikultura merupakan salah satu
dibidang agribisnis hortikultura
sumber pertumbuhan ekonomi yang
(sayuran) diantaranya adalah dalam
cukup potensial untuk dikembangkan.
bentuk contrac farming (Sumardjo et
Hal ini dapat dilihat dari cukup
al, 2004). Dengan contract farming
besarnya kontribusi dari subsektor
kemitraan dijalankan secara formal
hortikultura terhadap PDB nasional
dimana aturan-aturan yang ada dalam
dan selalu menunjukkan kenaikan, dari
menjalankan kemitraan dinyatakan
data yang ada pada tahun 2004
secara tertulis dalam bentuk surat
subsektor hortikultura telah mengalami
perjanjian kerjasama (SPK). Selain
pertumbuhan sebesar 5,65 persen
itu khususnya pada berbagai daerah
(Departemen Pertanian, 2004). Selain
sentra produksi sayuran pada
itu subsektor hotikultura juga telah
dasarnya juga telah berkembang
mampu menyediakan lapangan kerja
kerjasama usaha (kemitraan) antara
untuk 3 juta orang pada tahun yang
petani dengan pelaku agribisnis
sama.
lainnya yang terbentuk secara
Salah satu usaha yang dilakukan dalam
otonom dalam masyarakat sesuai
pengembangan agribisnis hortikultura
dengan kebutuhan petani yang diatur
adalah melalui program kemitraan.
dengan aturan-aturan informal yaitu
Secara umum kemitraan dapat
kepercayaan dan kejujuran yang
diartikan sebagai suatu bentuk
disebut dengan kemitraan lokal atau
kerjasama antara usaha kecil dengan
kemitraan tradisional (Pranadji, 1997
usaha menengah atau dengan usaha
dan Hastuti dan Bambang, 2004).
besar yang disertai pembinaan dan
Model kemitraan tradisional ini dapat
pengembangan yang berkelanjutan
juga kita katakan sebagai kemitraan
oleh usaha menengah/besar dengan
yang bersifat noncontract farming.
memperhatikan prinsip saling
Sebagai bentuk kemitraan
memerlukan, saling memperkuat dan
noncontract farming, maka
saling menguntungkan (UU No 9,
kemitraan dijalankan secara tidak
1995). Secara lebih spesifik
formal dimana aturan-aturan yang
Kismantoroadji (1996) dan Eaton et al
ada dalam mejalankan kemitraan
(2001) mendefinisikan kemitraan
tidak dinyatakan secara tertulis.
dalam agribisnis sebagai jalinan
Penelitian ini ingin melihat suatu
kerjasama dari dua atau lebih pelaku
komparatif antara kemitraan contract
agribisnis yang saling menguntungkan.
Halaman 2
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)
2. Aturan Main Formal dalam bentuk kontrak Informal dalam bentuk aturan-aturan yang
(rule of law) tertulis berupa surat perjanjian tidak tertulis berdasarkan kepercayaan
kerjasama (SPK) (trust) bagi kedua belah pihak yang
bermitra
Sumber: Data Primer
Halaman 4
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)
Halaman 5
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)
Halaman 6
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)
Halaman 7
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)
Halaman 8
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)
Halaman 10
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)
Tabel 6. Komparatif Aspek Modal Sosial dalam Kemitraan Contract Farming dan
Noncontract Farming
No. Indikator Contract Farming Noncontract Farming
1. Nilai-nilai kebersamaan Rendah (terbentuknya Relatif tinggi (latar
kemitraan difasilitasi oleh belakang terbentuk
pemerintah sebagai suatu secara otonom/tanpa
program yang dintrodusir campur tangan
oleh pemerintah dan proses pemerintah ,proses
terbentuknya dalam jangka terbentuknya melalui
waktu yang relatif pendek) waktu yang relatif
panjang)
2. Hubungan perseorangan Rendah (intensitas hubungan Relatif tinggi (intensitas
dan komunikasi antara petani hubungan dan
mitra dengan perusahaan komunikasi tinggi
mitra rendah) antara petani dengan
pedagang)
3. Nilai-nilai kepercayaan Rendah (kemitraan dibentuk Relatif tinggi (secara
secara formal dengan aturan- konsep dasar dari
aturan yang bersifat tertulis kemitraan tradisional
dalam bentuk SPK adalah kepercayaan)
4. Partisipasi Rendah (sebahagian besar Relatif tinggi (keputusan
kegiatan dan keputusan diambil berdasarkan
ditentukan oleh kesepakatan petani
perusahaan mitra dan dengan pedagang
keikutsertaan petani mitra
Sumber: Data Primer
Berperannya modal sosial dalam yang relatif lama yang biasanya diawali
kemitraan noncontract farming dengan adanya hubungan-hubungan
terutama dalam bentuk nilai-nilai personal atau hubungan-hubungan yang
kebersamaan terlihat dari latar intensif antara petani dengan pedagang
belakang terbentuknya kemitraan pengumpul. Keadaan tersebut dapat
noncontract farming yang terbentuk kita lihat dari proses terbentuknya
secara alami tanpa campur tangan kemitraan noncontract farming di
pemerintah dengan semangat beberapa lokasi penelitian yang ada.
kebersamaan dan adanya rasa saling Berbeda halnya dengan contract
membutuhkan diantara kedua belah farming yang jika dilihat dari
pihak. Kemudian dilihat dari proses terbentuknya sering merupakan bentuk
terjadinya kemitraan noncontract kemitraan yang diintrodusir oleh
farming biasanya tidaklah secara pemerintah atau dengan kata lain sering
spontan tetapi lebih memerlukan proses kali kemitraan contract farming
yang relatif lama yang biasanya diawali dibentuk berdasarkan prakarsa atau
difasilitasi oleh pihak pemerintah.
Halaman 11
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)
Halaman 12
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)
Halaman 13
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)
Halaman 14
san Jurnal (Isi/Materi Jurnal)