Anda di halaman 1dari 12

REVITALISASI KELEMBAGAAN KEMITRAAN USAHA DALAM PEMBANGUNAN

AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI PROVINSI SUMATERA UTARA


Valeriana Darwis, Endang Lestari Hastuti dan Supena Friyatno

Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian


Jl. A. Yani No. 70 Bogot 16161

ABSTRACT

For market oriented of agricultural development, agribusiness scheme is the most appropriate option.
Partnership pattern in agribusiness scheme is one of the alternatives to achieve successful performance. This
article aims to introduce the application of partnership pattern on horticultural crops in North Sumatera Province.
The current partnership pattern in horticultural production centers is generally developed locally, applying
nucleus-plasma pattern, and pattern introduced by the intervention of the government. The locally established
partnership pattern was developed based on the common needs and, therefore, this pattern has been
institutionalized due to the increasing trustworthy and honesty among the members. Meanwhile the nucleus-
plasma pattern is carried out and controlled by formal rules and regulations which are agreed and approved by
the members. On the other hand, the partnership pattern introduced by the government is designed to support
rural development programs. However, the pattern faces various constraints in internalizing the concept. There
is an assumption that the government aid and support is treated as grant with no obligation to repay. In this
regard, the role of the government and coordination among the related institutions should be intensified and
improved.

Key words : institution, partnership, horticulture

ABSTRAK

Pada usaha pertanian berorientasi pasar, pendekatan yang sesuai adalah agribisnis. Kemitraan di
antara pelaku usaha di bidang agribisnis merupakan salah satu cara untuk memperbesar peluang keberhasilan.
Tulisan ini menggambarkan kemitraan hortikultura yang ada di Provinsi Sumatera Utara dalam upaya
menyempurnakan serta merevitalisasi kemitraan yang pernah dikembangkan. Pola kemitraan yang ada di sentra
produksi hortikultura umumnya bersifat lokal, pola inti-plasma, dan bentukan pemerintah. Kemitraan usaha yang
bersifat lokal terbentuk karena adanya kebutuhan bersama dari pelaku kemitraaan usaha, sehingga relatif
melembaga karena adanya nilai-nilai kepercayaan dan kejujuran. Kemitraan usaha dengan pola inti plasma diatur
dan dikontrol oleh aturan-aturan yang bersifat formal, yang telah disetujui dan ditandatangani bersama. Pola
kemitraan yang dibentuk oleh pemerintah terutama bertujuan sesuai dengan program pembangunan pedesaan,
dan sampai saat ini tampaknya relatif sulit melembaga. Hal ini antara lain disebabkan adanya anggapan bahwa
setiap bantuan yang diberikan oleh pemerintah merupakan hibah, sehingga tidak perlu dikembalikan. Oleh
karena itu peran pemerintah harus ditingkatkan dan koordinasi antar lembaga terkait lebih diintensifkan.

Kata kunci : kelembagaan, kemitraan, hortikultura

PENDAHULUAN nurut Etzioni (1985) hal ini dapat diatasi bila


terbangun suatu organisasi yang dapat
melancarkan komunikasi antar subsistem yang
Dalam kegiatan agribisnis, struktur menyediakan barang dan subsistem yang
agribisnis yang sifatnya dispersal atau ter- memerlukan barang. Atau dengan kata lain,
sekat-sekat sangat tidak kondusif untuk agribisnis bisa berhasil apabila dibangun suatu
menciptakan sistem agribisnis berdaya saing kemitraan antar pelaku agribisnis itu sendiri.
tinggi yang mampu merespon dinamika pasar
secara efektif dan efisien. Hal ini disebabkan Berbagai program kemitraan telah di-
keterkaitan fungsional di antara para pelaku- kembangkan pada komoditas pertanian, na-
nya (Simatupang, 1999; Sudaryanto dan mun sebagian besar belum menunjukan kiner-
Pranaji, 1999; Irawan et al., 2001). Oleh kare- ja optimal, kecuali pada sebagian komoditas
na itu diperlukan penataan struktur agribisnis perkebunan, khususnya kelapa sawit. Keber-
yang mengarah kepada pembentukan unit hasilan kemitraan ini disebabkan komoditas ini
agribisnis industrial (Simatupang, 1999). Me- memiliki jangkauan pasar yang lebih luas dan

REVITALISASI KELEMBAGAAN KEMITRAAN USAHA DALAM PEMBANGUNAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI PROVINSI SUMATERA
UTARA Valeriana Darwis, Endang Lestari Hastuti dan Supena Friyatno

123
adanya pengembangan pabrik pengolahan yang telah ada di dalam masyarakat, terutama
(Erwidodo, 1995). Pada program kemitraan pada implementasi aturan main, hak, dan
yang lain sering dijumpai kegagalan, karena kewajibannya.
kemitraan yang dikembangkan berujung pada Tulisan ini ditujukan untuk melakukan
pelanggaran kesepakatan yang cenderung tinjauan terhadap kinerja kelembagaan bebe-
memberikan manfaat kepada salah satu pihak rapa kemitraan yang ada di sentra produksi
saja (Yuzja, 1998). hortikultura khususnya di Provinsi Sumatera
Pemerintah telah berusaha untuk Utara. Pemaparan ini diharapkan dapat me-
membentuk dan memperkenalkan kelemba- nyempurnakan serta merevitalisasi kemitraan
gaan kemitraan usaha dengan tujuan semua tersebut, yang pada akhirnya dapat mening-
pihak yang terlibat di dalamnya sama-sama katkan kemampuan kerjasama usaha yang
memiliki manfaat. Dalam pelaksanaannya lebih teratur dan terarah.
tidaklah semudah dalam perencanaan, bahkan
kemitraan yang melibatkan pemerintah justru
menambah kesulitan dan menimbulkan distorsi KEMITRAN AGRIBISNIS PEDESAAN DI
(Raharjo, 1990). Hal yang sama juga dikemu- SUMATERA UTARA
kakan oleh Syahyuti (2004), dimana peran
pemerintah yang terlalu dominan dalam ke- Kemitraan kegiatan agribisnis yang
mitraan justru akan menghasilkan iklim yang terdapat di daerah pedesaan antara lain ter-
kurang baik. Sebaliknya kemitraan yang ter- bentuk karena adanya kebutuhan masyarakat,
bentuk dengan sendirinya, khususnya di dae- yaitu kemitraan usaha yang bersifat lokal dan
rah sentra produksi pertanian dianggap lebih tradisional (Tjondronegoro,1984). Proses ter-
berhasil daripada kelembagaan yang dibentuk bentuknya kemitraan usaha tidak secara
dari pihak lain. Hal ini disebabkan oleh adanya spontan namun secara gradual dan evolutif
ketergantungan dan kebutuhan bersama. yang didahului oleh adanya interaksi personal
Di dalam masyarakat pedesaan ter- oleh pihak-pihak yang mempunyai kepenti-
dapat berbagai macam bentuk kerjasama, baik ngan dan kebutuhan yang sama, sehingga
yang bersifat sosial, ekonomi, maupun ke- terjadi integrasi yang relatif mapan dalam
agamaan. Kelompok tersebut biasanya mem- bentuk kelembagaan nonformal yang dapat
punyai tujuan bersama, serta mempunyai melembaga dengan baik dan berkelanjutan
pengurus dan pengaturan tersendiri. Selain itu (Martineli, 2002). Di Provinsi Sumatera Utara
terdapat karakteristik yang cukup penting, yai- sebagian besar pola kemitraan usaha pada
tu semua anggotanya saling mengenal. De- komoditas hortikultura merupakan kelembaga-
ngan demikian sebagai anggota mereka akan an lokal, yang mengikuti pola dagang umum,
sering bertemu di dalam kehidupan sehari- kemudian diikuti oleh kemitraan usaha pola
hari, dan sering mempunyai ikatan sosial eko- inti-plasma. Pola dagang umum melibatkan
nomi (Hastuti and White, 1979). Selanjutnya petani produsen, pedagang pengumpul,
dalam kemitraan usaha tersebut masing- pengusaha transportasi, lembaga pembiayaan,
masing pelaku telah menyepakati aturan main pedagang penampung di tingkat provinsi, dan
dan manfaat yang dapat diperoleh, dan pedagang pengecer. Sedangkan kemitraaan
ternyata dapat berkelanjutan (Suradisastra, pola inti plasma melibatkan petani produsen,
1999). Sampai saat ini telah teridentifikasi ada pengusaha, penjual saprotan, pembeli di
tiga pola kemitraan pada kegiatan agribisnis di tingkat lokasi baik di dalam negeri maupun di
pedesaan, yaitu pola kemitraan tradisional, luar negeri, dan lembaga pemerintah terkait.
pola kemitraan pemerintah, dan pola kemitra-
an pasar ( Kasryno dan Pranaji, 1994).
Kemitraan Usaha dengan Pola Dagang
Pada agribisnis sayuran, masalah pe- Umum
masaran merupakan salah satu permasalahan
yang menonjol, oleh karena itu kemitraan usa- Kemitraaan Usaha Pada Komoditas Jeruk
ha yang dikembangkan harus mampu menga- Kemitraan pada komoditas jeruk meru-
tasi masalah tersebut (Syukur, 1995). Aspek pakan kemitraan usaha antara petani pro-
kemitraan usaha lebih dititikberatkan pada dusen, pedagang pengumpul atau ‘toke’, agen,
revitalisasi kelembagaan kemitraan usaha usaha ekspedisi atau angkutan, suplayer,

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 24 No. 2, Desember 2006 : 123 - 134

124
Agen
Petani Pengecer
Produsen Pedagang
Provinsi
(Jakarta,
Bandung,
Pedagang Pedagang Medang,
Keranjang Pengumpul Jateng

Lembaga
Pembiayaan

Gambar 1. Bentuk Kelembagaan dan Kemitraan Usaha Pada Komoditas Jeruk, di Desa Surbakti di Provinsi
Sumatera Utara, Tahun 2005

pedagang pengecer, dan lembaga pembiaya- dari Bank Mandiri, Bank BNI, dan Credit Union
an (Gambar 1). Petani produsen, berperan atau lembaga koperasi. Menurut informasi,
dalam membudidayakan dan memasok barang pelayanan Bank BRI dianggap relatif sulit
dagangan kepada pedagang pengumpul. dibanding lembaga pembiayaan yang lain.
Hubungan antara petani produsen dengan Bagi nasabah, kemudahan transaksi merupa-
pedagang pengumpul dapat secara langsung kan hal yang diutamakan daripada tingkat
atau melalui agen. bunga.
Seringkali pedagang pengumpul atau Pengiriman barang pada umumnya
toke mempunyai beberapa agen, untuk mem- menggunakan jasa lembaga ekspedisi, dimana
perlancar usaha. Tugas agen membantu ‘toke’ rata-rata biaya sekitar Rp. 4-5 juta/truk, atau
mencari petani produsen dan menaksir harga sekitar Rp.700/ kg. Dalam menangani masalah
di tingkat petani, selanjutnya untuk pemba- pengepakan, mereka bermitra dengan peng-
yaran barang dagangan dilakukan secara rajin keranjang. Pengepakan jeruk dengan
langsung oleh toke ke petani produsen. Tidak keranjang ditutup dengan kertas semen,
jarang petani produsen meminjam uang kepa- dimana harga keranjang Rp.5000,- per biji.
da toke, dan dipotong pada waktu panen.
Selanjutnya barang dagangan dikirim Kemitraan Usaha Pada Komoditas Manggis
ke pedagang provinsi misalnya di Medan,
Jakarta, Bandung, Tangerang, dan Solo. Pe- Proses terjadinya kelembagaan kemit-
dagang provinsi tersebut sebagian besar ma- raan agribisnis manggis berawal dari interaksi
sih mempunyai hubungan tali persaudaraan. personal antara pelaku kemitraan, karena
Hal ini merupakan salah satu cara untuk adanya kebutuhan yang sama. Interaksi terjadi
menghindari penipuan. antara petani produsen, agen, pedagang pe-
ngumpul, eksportir, pengusaha angkutan, pe-
Dari pedagang provinsi, barang daga- dagang pengecer, dan pembeli (buyer) dari
ngan disalurkan kepada para pengecer, untuk Taiwan, Singapura, dan Malaysia. Bentuk
dijual kepada konsumen. Biasanya setiap pe- kelembagaan kemitraan dapat dilihat pada
dagang pengecer sudah mempunyai pelang- Gambar 2.
gan pedagang provinsi.
Sebagian besar petani produsen
Untuk memperlancar usaha, peda- manggis mengusahakannya di hutan lindung.
gang pengumpul atau toke berhubungan de- Pohon manggis yang dimiliki petani pada
ngan lembaga perbankan. Karena BRI belum umumnya sudah tua, dan merupakan warisan
melayani kredit untuk komoditas hortikultura, dari orang tuanya. Petani pada umumnya
sehingga pasokan dana lebih banyak dipinjam kurang mempunyai keahlian untuk berdagang

REVITALISASI KELEMBAGAAN KEMITRAAN USAHA DALAM PEMBANGUNAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI PROVINSI SUMATERA
UTARA Valeriana Darwis, Endang Lestari Hastuti dan Supena Friyatno

125
Petani Agen
Produsen
(Sumut, Pengecer
Sumbar,
Jawa, Pedagang besar/
Bali, eksportir
Lombok

Pembeli
Ekspedisi (Jepang,
Singapura,
Taiwan,
Malaysia)
Pasar
lokal

Gambar 2. Bentuk Kelembagaan Perdagangan Kemitraan Pada Komoditas Manggis, di Desa Sibolangit di
Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2005

manggis. Oleh karena itu peranannya dilaku- ngan cara menandatangani kontrak kerja-
kan oleh pedagang, baik yang berskala besar sama. Demikian pula antara lembaga ekspe-
atau kecil. Pedagang ini biasanya hanya disi, pedagang dan pembeli (buyer) dari nega-
menjual manggis kualitas BS di pinggir jalan, ra pengimpor. Pada umumnya harga ditentu-
dan di pasar tradisional. kan oleh eksportir, sedang jumlah produk yang
diminta sesuai dengan permintaan negara
Dengan dibantu agen yang berperan
tujuan. Dalam kegiatan kemitraan usaha pada
untuk membantu pedagang dalam mencari
barang dagangan, seringkali manggis dibeli komoditas manggis tersebut, belum ada peran
pada waktu masih berbunga atau dengan pemerintah. Dengan demikian kerjasama yang
sistem ijon, dengan alasan untuk menjamin terjadi hanya berdasarkan atas permintaan
pasokan. Sebagian manggis yang tidak dapat dan penawaran .
diekspor, langsung dijual ke pasar lokal atau Pengiriman atau ekspor oleh perusa-
pengecer. Sedang manggis yang berkualitas haan (PT) semuanya menggunakan cargo,
super di ekspor ke Singapura, Taiwan, dan sedangkan skala perorangan atau CV dapat
Malaysia. menggunakan pesawat atau kapal laut, de-
ngan pertimbangan utama pada masalah
Kerjasama antara pelaku kemitraan
antara petani dan pedagang lokal dilakukan harga. Pengiriman barang sampai di bandara
berdasarkan atas dasar kepercayaan dan atau pelabuhan harus dikawal, agar tidak
kejujuran, serta tidak dilegalkan secara tertulis. banyak mengalami kerusakan. Hal ini disebab-
kan karena di Indonesia belum ada koordinasi
Pada waktu panen terdapat beberapa petani
yang baik dalam pengiriman barang tersebut,
manggis yang langsung menjual ke pedagang
namun setelah sampai di negara tujuan
pengecer di pinggir jalan, secara borongan
koordinasi di bandara dan pelabuan sudah
atau menjual ke pedagang di pasar lokal.
relatif lebih baik. Hal ini disebabkan karena di
Pemetikan dan sortasi biasanya dilakukan oleh
luar negeri pesawat cargo khusus mendapat
tenaga ahli dari Tasikmalaya yang bekerja
fasilitas pemerintah. Di negara Indonesia pe-
berkelompok (8-12 orang). Tenaga kerja dari
ngiriman barang masih dicampur dengan
Jawa dinilai jauh lebih berpengalaman. Namun
menurut informasi, tenaga pemetik tersebut pesawat penumpang.
seringkali sengaja di “silang” antar daerah oleh Biaya transportasi dengan menggu-
eksportir untuk menghindari kecurangan. nakan pesawat udara sebesar $1,2 /kg di-
tambah pajak 10 persen, kerusakan 5-10
Beberapa pedagang pengecer juga
persen. Untuk transportasi laut biaya kurang
ada yang membeli dari pedagang di pasar
lebih 50 persen dari transportasi udara,
lokal, dan tentu dengan harga yang lebih ma-
ditambah pajak 10 persen, namun risiko keru-
hal. Namun kerjasama kemitraan antara
sakan dapat mencapai 20-30 persen. Pajak
pedagang besar dan eksportir dilakukan de-
pelabuhan eksport di Indonesia dibayar

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 24 No. 2, Desember 2006 : 123 - 134

126
eksportir, sedang biaya masuk ke negara tuju- gang pribumi. Awal terbentuknya kemitraan
an dibayar oleh pembeli (buyer). Sewa kontai- usaha dimulai dari adanya interaksi personal
ner Rp.400.000/ satu malam, dengan kapa- secara langsung dengan eksportir, yang men-
sitas 8-15 ton. Ongkos transport lokal dari datangi langsung ke ladang petani. Terjadilah
gudang ke bandara atau pelabuhan kurang kesepakatan yang tidak tertulis untuk bermitra
lebih sekitar Rp.2 juta/ 4-6 ton manggis. Biaya dagang. Pedagang sekaligus merangkap se-
pengumpulan sebesar Rp.200.000/ truk diesel, bagai petani mendapatkan modal awal dari
yang setara dengan 3,5 ton atau Rp.150.000/ eksportir, untuk pembelian kubis dari petani.
cold diesel setara 1,5 ton. Pusat perdagangan Namun demikian pedagang pengumpul tidak
manggis di luar negeri dipusatkan di Hong- mampu membina kemitraan permanen dengan
kong, selanjutnya didistribusikan ke negara- para petani produsen, karena tidak sanggup
negara tujuan antara lain Taiwan, Jepang, dan memberikan pinjaman dalam bentuk modal
Cina. usahatani. Pada umumnya petani hanya mau
Sistem pembayaran yang dijalankan diajak bermitra secara permanen apabila diberi
bervariasi. Kalau dengan pembeli langganan, pinjaman modal usahatani. Hal inilah yang di-
uang langsung ditransfer saat barang diterima, nilai memberatkan bagi pedagang pengumpul.
atau kadang-kadang diberi panjar. Sedang Pembelian kubis dari petani mitra
kalau belum ada kepercayaan penuh, tiga kali bersifat bebas. Pada waktu kubis berumur satu
pengiriman dibayar sekali. Manggis yang bulan telah terjadi transaksi jual beli, biasanya
diekspor harus memenuhi beberapa syarat dibayar panjar sebanyak 50 persen dari harga
antara lain (1) tidak cacat, baik karena jatuh total yang diperkirakan, dan atau dilunasi selu-
maupun ada getah; (2) kelopak buah segar ruhnya pada waktu panen. Barang dagangan
dan utuh; (3) warna hijau ke merah-merahan, diambil langsung di kebun petani oleh tenaga
serta mengkilat; (4) tingkat kematangan 70-80 aron (buruh tani) yang dibayar toke, lalu
persen; dan (5) ukuran 8-10 biji/kg. dibawa ke gudang. Di dalam gudang dilakukan
Pola interaksi antara pelaku kemitraan pembersihan, pengapuran, dan pengepakan
pada umumnya bersifat personal. Namun oleh tenaga aron yang dibayar Rp.25.000,- per
sistem komunikasi antara pelaku cukup lancar hari.
karena menggunakan ponsel, terutama antara Terdapat pula kasus pedagang eks-
pedagang besar dan eksportir. Dengan ada- portir yang bermitra dengan petani guna me-
nya komunikasi tersebut informasi harga dan menuhi tonasenya. Untuk mendapatkan paso-
permintaan relatif cepat. Sistem pembayar- kan dagangan, eksportir membeli kubis
pun telah menggunakan transfer langsung dengan dua cara, yaitu melalui perantara atau
melalui rekening bank. langsung ke petani. Untuk dapat menjadi
mitra, petani harus mempunyai lahan garapan
Kemitraan Usaha Pada Komoditas Kubis minimal 0,5 ha. Kerjasama dilakukan hanya
atas kepercayaan dan kejujuran. Bentuk kemit-
Dari kasus yang ditemukan, terdapat raan dapat dilihat pada Gambar 3.
kemitraan antara non pribumi dengan peda-

Petani Agen
mitra di Eksportir/
lahan bos
abadi Singapura
Pedagang
pengumpul/toke

Ekspedisi Pasar
lokal

Gambar 3. Kelembagaan Kemitraan dan Perdagangan Pada komoditas Kubis di Desa Sigarang-garang di
Sumatera Utara, Tahun 2005
REVITALISASI KELEMBAGAAN KEMITRAAN USAHA DALAM PEMBANGUNAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI PROVINSI SUMATERA
UTARA Valeriana Darwis, Endang Lestari Hastuti dan Supena Friyatno

127
Secara ringkas mekanisme kemitraan Kemitraan Usaha Pada Komoditas Kentang
yang terjadi sebagai berikut. Untuk satu petani Untuk menggambarkan pola ini, dike-
mitra, pedagang mengeluarkan dana sebesar mukakan kasus seorang mantan eksportir
Rp 11.060.000. Anggaran itu berdasarkan hak yang membuka usaha dagang (UD) Sumber-
yang diterima petani berupa benih kubis tani, dan sudah berjalan selama 7 tahun. Un-
sebanyak 10 bungkus, setiap bungkus berisi tuk menjalankan usahanya ia bermitra dengan
20 gram dengan harga per bungkus Rp anak, adik, dan kerabat dekatnya untuk me-
56.000. Ditambah pupuk anorganik sebanyak ngurangi risiko kerugian. Hampir di semua
2,5 ton, senilai Rp.7.500.000; serta obat- lokasi pemasaran akhir ditempatkan kerabat
obatan senilai Rp.3.000.000. Kewajiban petani dekatnya sebagai penampung antara lain di
adalah menjual hasil panen langsung ke Medan, Padang, Labuhan Batu, dan Jakarta.
pedagang dengan pola tanam yang diatur oleh Dalam satu hari volume usaha mencapai 73
pedagang. Untuk memenuhi tonase, pedagang kw, yang diperoleh dari petani disekitar, yaitu
juga membeli langsung ke petani dengan cara dari Kabupaten Dairi, Simalungun, dan Karo.
tebasan, dengan nilai Rp.25 juta per ha. Bila kekurangan pasokan ia mendatangkan
Diperkirakan setiap ha dapat menghasilkan 35 terutama dari Kerinci, Padang, dan Alahan
ton kubis. Pembayaran dilakukan dengan Panjang.
panjar sebesar 60 persen, yang dilakukan dua
minggu sebelum panen, sedangkan pelunasan Usaha dagang ini memerlukan modal
selanjutnya dilakukan pada saat panen. tunai sekitar Rp 20.000.000 ditambah gudang
kurang lebih senilai Rp 100.000.000. Untuk
Kubis yang sudah dipanen langsung memenuhi modal ia bermitra dengan Bank
dibawa ke gudang dengan biaya transpor Rp Danamon yang sudah menjadi mitranya se-
135.000 per 3 ton. Selanjutnya dilakukan pem- menjak berusaha. Besar pinjaman saat ini su-
bersihan dan packing dengan biaya Rp dah mencapai Rp 100.000.000. Modal utama
200/kg. Selanjutnya dibawa ke pelabuhan dalam bermitra dengan lembaga komersial
Tanjung Balai oleh lembaga ekspedisi, dengan tersebut adalah kedisiplinan dalam pengemba-
biaya Rp 200/kg; seterusnya dibawa ke Singa- lian pinjaman. Dalam satu hari ia dapat
pura dengan biaya Rp 130/kg. Biaya kontainer memperoleh pasokan kentang dari petani
dengan kapasitas 40 feet untuk tujuan Singa- sekitar 70 kw, yang biasanya dibayar dengan
pura Rp 400/kg, Malaysia Rp 450/kg, dan Tai- panjar 50 persen dari total harga pembelian
wan Rp 650/Kg. untuk mengikat petani. Sisanya dibayar apa-
Dari seluruh kubis yang dikumpulkan bila kentang sudah laku. Selain kentang juga
oleh pedagang, sekitar 25 persen dijual di diperdagangkan tomat dan sayuran, tergan-
pasar lokal dan 75 persen diekspor ke Taiwan, tung musim yang ada. Kalau pasokan kentang
Singapura, dan Malaysia. Konsumen Malaysia dari daerah sekitar tidak cukup ia mendatang-
menyukai kubis yang berukuran 1,3 kg, Singa- kan dari daerah Sumatera Barat. Selanjutnya
pura 2 kg, dan Taiwan lebih dari 2 Kg. kentang ditampung di dalam gudang, dan

Petani Pasar lokal


UD
(Dairi, Ekspedisi Jakarta,
Sumbertani
Simalungun, Aceh,
Karo) Padang,
Medan,
Batam,
Labuhan
Baru
Petani
Bank
(Sumbar)
Danamon

Gambar 4. Bentuk Kemitraan Usaha dan Pola Perdagangan Kentang di Desa Merek di Provinsi Sumatera Utara,
Tahun 2005

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 24 No. 2, Desember 2006 : 123 - 134

128
dilakukan fungsi pemasaran yang dikerjakan dapat tetap berjalan. Hal ini karena adanya
oleh kerabatnya. Hubungan kerabat ini dilaku- tingkat kepercayaan yang cukup. Untuk
kan untuk mengurangi risiko kerugian, seka- memelihara kemitraan, kedua pihak saling
ligus membantu ekonomi rumah tangganya menjaga kesepakatan yang telah disetujui
Fungsi pemasaran yang dilakukan bersama.
adalah pembersihan dan grading, dengan
mempekerjakan 18 orang tenaga kerja, de- Kemitraan Usaha dengan Pola Inti-Plasma
ngan upah rata-rata Rp 20.000/orang/hari.
Untuk kegiatan pemasaran dilakukan oleh adik Studi Kasus PT. PAS (Putra Agro Sejati)
perempuan, sedang untuk kegiatan pengum- PT PAS sudah memulai usaha se-
pulan di ladang dilakukan bersama dengan menjak tahun 1988 khususnya komoditas
istri. Untuk pengangkutan ia bermitra dengan kubis, gobo, pueleng, dan ubi jalar dalam ben-
lembaga ekspedisi yang sudah dilakukan sela- tuk olahan setengah jadi. Produksi komoditas
ma 7 tahun terakhir ini. tersebut utamanya di ekspor ke Jepang
Barang dagangan yang dikirim ke dengan standard mutu yang ditentukan oleh
lokasi pemasaran akhir (Jakarta, Labuhan pembeli (buyer). Untuk memperoleh pasokan,
Batu, Padang, Aceh, Medan, dan Batam) yaitu PT PAS bermitra dengan 200 petani, baik
ke mitra dagang yang sebagian besar juga secara individu (70%) atau dengan Kelompok
masih mempunyai hubungan kekerabatan. Tani (30%). Sebanyak 20 persen kelompok
Meskipun seringkali juga dipasokkan ke orang tani merupakan binaan Dinas Pertanian Kabu-
lain, namun masih tetap di dalam kontrol paten Karo. Bentuk kemitraan usaha PT.PAS
kerabatnya. Hasil penjualan biasanya ditrans- dapat dilihat pada Gambar 5.
fer setelah barang terjual. Kerjasama secara formal dengan
Pola interaksi antara pelaku kemitraan menggunakan kontrak tertulis, baru dilaksana-
yang masih dalam wilayah kecamatan dilaku- kan pada tahun 2000. Untuk dapat bermitra
kan secara personal, atau melalui anggota dengan PT. PAS, petani harus mempunyai
kerabatnya. Sedang dengan pelaku yang loka- lahan, dan menandatangani kontrak surat per-
sinya berjauhan dilakukan dengan mengguna- janjian kerjasama (SPK). Bagi petani mitra
kan telepon dan ponsel, sehingga informasi diberi insentif sebesar 50 persen untuk pembe-
pasar baik harga, jumlah, jenis, maupun lian bibit dan sarana produksi, serta mendapat
kualitas dengan cepat dapat dilakukan. Untuk bimbingan dalam budidaya komoditas yang
pembayaran dilakukan secara langsung atau diusahakan. Pinjaman ini akan dipotong pada
dengan menggunakan fasilitas bank dengan waktu panen. Realisasi pengiriman dilakukan
jalan ditransfer antar rekening. Meskipun dari bulan Januari sampai dengan Agustus.
belum pernah bertemu muka dengan mitranya, Dalam satu kali pengiriman sebanyak
namun transaksi dan hubungan kemitraan 108 kontainer, yang terdiri dari 46 Daikon, 5

200 petani
dan PT. PAS Eksportir
Ekspedisi
kelompok Produksi Jepang
tani Pengolahan

PT Hidro Dinas Pertanian


Saprotan Kabupaten Karo

Gambar 5. Kelembagaan Kemitraan Inti- Plasma PT PAS dengan Petani Sayuran di Kabupaten Karo, Provinsi
Sumatera Utara, Tahun 2005

REVITALISASI KELEMBAGAAN KEMITRAAN USAHA DALAM PEMBANGUNAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI PROVINSI SUMATERA
UTARA Valeriana Darwis, Endang Lestari Hastuti dan Supena Friyatno

129
Burdox, 20 Ubi, 29 Bayam, dan 8 wortel. yang disepakati sebelum penanaman komo-
Menurut informasi petani lebih tertarik mena- ditas yang ditentukan; (5) melaporkan jika ter-
nam kubis karena: (1) perawatan mudah; (2) jadi sesuatu masalah; (6) melaporkan ke peru-
panen cepat, hanya dalam waktu 55 hari; dan sahaan jika akan panen; dan (7) membayar
(3) harga cukup tinggi Rp.350/kg. Untuk ongkos angkut dan rafaksi yang tidak meme-
pengiriman barang, PT PAS bermitra dengan nuhi standard kualitas.
lembaga ekspedisi, sedang untuk pembinaan Hak petani sebagai mitra adalah mem-
kelompok bermitra dengan Dinas Pertanian peroleh jaminan pasar dengan harga yang
setempat. Meskipun demikian PT PAS mem- telah disepakati. Kendala-kendala yang mem-
punyai bagian produksi, yang menangani hu- pengaruhi kinerja kelembagaan antara PT
bungannya dengan petani yang bermitra PAS dengan mitranya adalah faktor ekonomi,
secara individu. teknis, iklim, dan sosial budaya manusia se-
Petani yang bermitra dengan PT PAS perti kejujuran, kedisiplinan, dan keuletan.
dapat secara langsung mengambil sarana Kendala dari faktor ekonomi yang dirasakan
produksi yang diperlukan ke PT Hidro dengan oleh petani mitra adalah jumlah potongan
membawa DO (delivery order) yang diberikan terlalu tinggi, yaitu sekitar 5-8 persen.
oleh PT PAS. Struktur mitra dan perannya Di dalam kemitraan usaha dengan
dapat dilihat pada Tabel 1. bentuk pola-inti ini harus dapat memenuhi tiga
Didalam menjalankan kemitraan usa- syarat, yaitu kuantitas, kualitas dan konti-
ha terdapat hak dan kewajiban baik bagi PT. nuitas. Bulan Mei sampai Agustus adalah mu-
PAS sebagai perusahaan mitra maupun bagi sim kemarau panjang, yang sangat berpe-
petani. Kewajiban PT PAS adalah sebagai ngaruh terhadap kualitas, kuantitas, maupun
berikut: (1) menyediakan bibit berkualitas; (2) kontinuitas pasokan. Pada prinsipnya pasar
menyediakan pupuk; (3) memberikan bimbi- luar negeri sangat tegas dalam menuntut
ngan teknis kepada petani; (4) mengangkut kualitas produk dibandingkan pasar domestik.
hasil ke PT PAS; (5) menampung hasil dengan Karena itu, produk disesuaikan dengan seg-
harga yang telah disepakati; dan (6) mema- men pasarnya.
sarkan hasil Budaya masyarakat Karo yang sangat
Sedang hak PT PAS didalam kemit- patuh dan mementingkan keperluan keluarga,
raan tersebut adalah memperoleh jaminan seringkali menghambat SPK yang telah dise-
pasokan bahan baku dengan harga yang telah pakati. Misalnya pada waktu salah seorang
disepakati. Di lain pihak petani sebagai mitra saudara meninggal atau mempunyai hajat,
perusahaan mempunyai kewajiban sebagai kegiatan pertanian terpaksa ditinggalkan kare-
berikut, yaitu: (1) menyediakan lahan usaha- na harus menghadiri upacara adat. Meskipun
tani; (2) mengelola usahatani sesuai anjuran demikian, sampai saat ini lebih kurang 70
perusahaan mitra; (3) menyerahkan hasil ke persen dari masalah kemitraan dapat diatasi,
perusahaan mitra; (4) mematuhi kontrak harga dan sisanya ditanggung sendiri oleh PT.PAS.

Tabel 1. Pola Kemitraan Usaha antara PT.PAS dengan beberapa lembaga lainnya, di Kabupaten Karo,
Provinsi. Sumatera Utara, Tahun 2005

Mitra Pola Lama Sifat Jumlah Bentuk Lokasi


Motivasi
Usaha Kemitraan Bermitra Kemitraan Mitra Kegiatan Mitra
Petani Inti- 5 tahun Berkelanjutan 1700 Pasokan Jaminan Dalam
Individu Plasma barang bahan baku kabupaten
Kelompok Inti 5 tahun Berkelanjutan 300 Pasokan Jaminan Dalam
Tani Plasma barang bahan baku kabupaten
Buyer Kontrak 7tahun Berkelanjutan 1 Pembelian Jaminan pasar Luar
Jepang negeri
Pedagang Kontrak 3 tahun Berkelanjutan 1 Pasokan Jaminan Dalam
Saprotan saprotan saprotan provinsi
Lembaga Kerjasama 3tahun Berkelanjutan 2 Pembinaan Pemberdayaan Dalam
Pemerintah Operasional Kel. Tani petani kabupaten
Agribisnis

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 24 No. 2, Desember 2006 : 123 - 134

130
Sebagai konsekuensi dari ketidak- peran dalam kelembagaan kemitraan usaha
jujuran petani dalam masalah memasok wor- dapat dilihat pada Gambar 6.
tel, maka kemitraan terpaksa harus dihentikan Dalam kemitraan usaha tersebut, petani
untuk sementara. Hal ini disebabkan karena berperan dalam budidaya sayur, sedang PT
pada malam hari, petani mitra mencampur Selektani berperan dalam pemasaran. Dalam
wortel standard yang akan dikirim dengan kerjasama ini PT Selektani membantu dalam
wortel yang kulitasnya tidak memenuhi hal peningkatan teknologi petani, penyediaan
standard. Untuk memulihkan kepercayaan bibit bermutu, teknologi pasca panen, dan
buyer, dibutuhkan waktu yang cukup lama. sebagainya. Dengan demikian selain misi un-
Untuk komoditas kentang belum dila- tuk mencari keuntungan, PT. Selektani juga
kukan kemitraan dengan petani, dan baru mempunyai perhatian terhadap bidang sosial-
diusahakan di kebun inti seluas 6 ha. Produksi ekonomi, yaitu mengembangkan petani dan
kentang yang dibudidayakan baru dapat men- sistem pertanian di sekitarnya.
capai 20-25 ton/ha, padahal menurut Dinas Kemitraan antara PT Selektani dengan
Pertanian Kabupaten Karo seharusnya pro- petani dilakukan melalui sistem kontrak. Pada
duksi dapat mencapai 40-50 ton/ha. saat awal, petani harus membayar tunai bibit
Beberapa kendala teknis yang dihada- yang diperahnya dari perusahaan. Bila kemit-
pi pada komoditas kentang antara lain adalah: raan sudah berjalan baik bibit dapat dipinjam
(1) permintaan pasar masih relatif sedikit; (2) dan dibayar waktu panen. Ketika petani sudah
menghadapi saingan yang relatif berat, yaitu panen, pihak PT Selektani masih memberikan
Cina; (3) penanganan produksi sangat dipe- keleluasaan kepada petani untuk menjual
ngaruhi oleh musim; dan (4) bibit harus dida- produksinya ke luar, kalau memang harganya
tangkan dari Belanda, Australia, dan China. lebih tinggi dibanding harga yang ditetapkan
Padahal saat ini ada larangan masuknya bibit PT Selektani. Saat panen petani diberi
kentang ke Indonesia. informasi tentang standard mutu kentang yang
dibutuhkan. Harga kentang yang ditawarkan
oleh perusahaan lebih tinggi Rp.200-300/kg
Studi Kasus PT Selektani dibanding harga pasar. Selanjutnya petani
PT Selektani mempunyai dua kegiatan datang ke perusahaan dengan membawa
utama yaitu menanam bunga-bunga yang sampel, dan jika mutu sesuai maka dilakukan
bijinya di ekspor dan kerjasama dengan petani transaksi.
untuk budidaya sayur mayur seperti cabe, Kualitas kentang yang diinginkan peru-
kentang, dan kol. Kerjasama dengan petani sahaan adalah kelas super dengan ukuran
sudah dirintis sejak tahun 1980-an, atas lebih besar dari telur ayam ras (3-6 biji/kg),
dorongan pemerintah saat itu, sebagai bentuk tidak busuk/cacat, dan bersih dari kotoran.
kontribusi PT. Selektani terhadap pemba- Namun perusahaan juga menerima kentang
ngunan sektor pertanian. Bentuk, status, dan mini dengan kualitas bagus, karena disukai

PT Selektani Buyer/
Eksportir Ekspedisi Pembeli
200
petani Singapura
sayur

Industri
Produksi Pengolahan Pasar
Kebun Domestik

Gambar 6. Kemitraan Usaha Pola Inti-Plasma antara PT Selektani dengan Petani Sayur di Kabupaten Karo,
Sumatera Utara, Tahun 2005
REVITALISASI KELEMBAGAAN KEMITRAAN USAHA DALAM PEMBANGUNAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI PROVINSI SUMATERA
UTARA Valeriana Darwis, Endang Lestari Hastuti dan Supena Friyatno

131
konsumen di Malaysia untuk keperluan res- 2. Dukungan sepenuhnya dari lembaga pem-
toran. biayaan dengan memberikan mekanisme
Untuk menjaga kontinuitas pasokan pelayanan yang relatif sederhana dan se-
dilakukan buffer stock, karena ada kontrak de- suai dengan kemampuan petani. Kepastian
ngan perusahaan Singapura. Untuk menun- adanya modal usahatani sekaligus keperlu-
jang buffer stock dilakukan jadwal penanaman an rumah tangga merupakan salah satu
yang sistematis, serta ditunjang dengan faktor penentu penerapan teknologi budi-
fasilitas cold storage yang memadai. Kejujuran daya.
dan sifat yang sangat coopertif dari petani, 3. Revitalisasi kelompok tani untuk mening-
sangat mendukung kontinuitas kelembagaan katkan bargaining position petani.
kemitraan usaha. 4. Dukungan dan peran yang lebih aktif dari
Beberapa kendala yang mempenga- lembaga terkait, seperti Dinas Pertanian,
ruhi efektifitas kelembagan kemitraan usaha Dinas Perindustrian, dan Pemda sebagai
bersifat teknis, yaitu adanya larangan import fasilitator, stimulator dan regulator pemba-
bibit kentang karena disinyalir adanya sema- ngunan.
cam nematoda (cacing mas) yang menginfeksi 5. Peningkatan intergrasi dari pelaku pema-
bibit kentang import. Larangan impor ini cukup saran seperti pedagang pengumpul yang
mengganggu pasokan kentang ke Singapura, tergabung di dalam wadah STA atau
karena petani kehilangan sumber bibit. BUMN. Perlu pula dibangun kepercayaan
antar pelaku kemitraan dan partisipasi aktif
Revitalisasi Kelembagaan Kemitraan Usaha terutama dari perilaku kemitraan usaha
Agribisnis dalam pembangunan.
Agar kemitraan usaha di Provinsi 6. Pembangunan lapak-lapak di negara tujuan
Sumatera Utara dapat berjalan, dimana peran ekspor dengan melakukan kemitraan de-
masing-masing pelaku dalam berperan sesuai ngan pelaku importir.
dengan fungsinya dan diperlukan hal-hal beri- 7. Pemberian reward dan sangsi bagi pelang-
kut: gar kemitraan dapat dilakukan dengan
1. Peningkatan kerjasama antar petani, ke- melalui kontrak kerja atau kelembagaan
lompok tani, pengrajin, tenaga fungsi pema- komunitas yang ada.
saran untuk menghasilkan produk yang 8. Interaksi antar pelaku kemitraan dapat
memenuhi standar ekspor. dilakukan baik secara personal maupun

Dinas Terkait Lapak


di
Negara
Petani Tujuan
Produsen Agen
dan Eksport
Aron

STA/
Perusahaan Ekspedisi
Kelompok /BUMN
Tani

Pengrajin

Lapak
Lembaga Domestik
Pembiayaan

Gambar 7. Bagan Revitalisasi Kelembangan Kemitraan Usaha di Pedesaan Sumatera Utara

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 24 No. 2, Desember 2006 : 123 - 134

132
dengan alat komunikasi modern yang sumber daya manusia, (2) membangun kelom-
dilandasi kepercayaan dan kejujuran yang pok tani, koperasi, dan asosiasi yang mandiri
kuat. Secara rinci pengembangan model dan kuat, (3)memantapkan kelembagaaan
revitalisasi kelembagaan kemitraan usaha kemitraan, dan (4) memantapkan birokrasi pe-
dapat dilihat pada Gambar 7. merintah sebagai lembaga pelayanan.
Peran pemerintah masih harus diting-
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI katkan dalam pengembangan kemitraan usa-
KEBIJAKAN ha, antara lain dengan cara meningkatkan
koordinasi antara lembaga terkait, dengan
lebih menekankan pada paradigma utama
Di daerah pedesaan terdapat berbagai peningkatan kesejahteraan petani. Selain itu
bentuk pola kemitraan usaha, baik yang ber- kemitraan yang akan dibangun oleh pemerin-
sifat lokal, pola inti-plasma, maupun bentukan tah sebaiknya tidak menggeser kemitraan
pemerintah. Kemitraan usaha yang bersifat yang sudah ada.
lokal terbentuk karena adanya kebutuhan ber- Beberapa implikasi kebijakan yang
sama dari pelaku-pelakunya. Kemitraan usaha dapat dilakukan antara lain : (1) peningkatan
dengan pola inti plasma terbentuk terutama posisi dan peran petani sehingga mempunyai
karena adanya permintaan pasar, sedangkan posisi tawar yang seimbang, (2) pelaku tata
kemitraan yang dibentuk oleh pemerintah niaga pada berbagai tingkatan melakukan
masuk melalui program pembangunan pe- fungsi pemesaran secara efisien dan dilakukan
desaan. terbuka, (3) lembaga pembiayaan menyedia-
Kemitraan usaha lokal melembaga di kan modal secara mudah, sederhana, cepat
dalam masyarakat karena adanya nilai-nilai dan murah, (4) perusahaaan mitra harus mam-
kepercayaan dan kejujuran. Di dalam kelem- pu melakukan perluasan pasar dan penda-
bagaan lokal tersebut petani mendapatkan laman industri, (5) menciptakan kebijakan
manfaat yang lebih besar dibanding kerugian- yang kondusif bagi berkembangnya kemitraan
nya. Pada kemitraan usaha dengan pola inti, usaha melalui kebijakan regulasi, mediasi,
peran pelaku kemitraan lebih diatur dan dikon- advokasi, dan fasilitasi terutama dalam mem-
trol oleh aturan-aturan yang bersifat formal promosikan produk-produk hortikultura promo-
yang telah disetujui dan ditandatangani ber- si ekspor, dan (6) pola interaksi antara pelaku
sama. Kemitraan usaha bentukan pemerintah terutama antar petani dengan pelaku lainnya
relatif sulit melembaga, karena adanya ang- yang lebih ditekankan pada interaksi yang
gapan bahwa setiap bantuan yang diberikan bersifat langsung dan transparan.
oleh pemerintah merupakan hibah dan sehing-
ga tidak perlu dikembalikan.
DAFTAR PUSTAKA
Kelembagaan kemitraan usaha cende-
rung bersifat spesifik lokasi, sehingga tidak
dapat diseragamkan, karena adanya perbeda- Erwidodo, 1995. Transformasi Struktural dan Indus-
an sumberdaya alam, letak geografis, kondisi trialisasi Pertanian. Dalam Prosiding Agri-
sosial budaya. Terdapat kaitan yang cukup bisnis: Peluang dan Tantangan Agribisnis
erat antara subsistem produksi, pemasaran, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan.
PSE Badan Penelitian dan Pengembangan
pengolahan, lembaga pembiayaan, lembaga Pertanian.
pemerintah, lembaga ekspedisi dan pembeli.
Langkah-langkah operasional dalam pengem- Etzioni Amiati, 1985. Organisasi-Organisasi
Modern. Universitas Indonesia (UI-Pres)
bangan kemitraaan usaha antara lain: (1)
identifikasi dan pendekatan kepada pelaku Hastuti, Endang Lestari dan B. White N.F, 1979.
usaha, (2) membentuk wadah organisasi Bentuk- Bentuk Kerjasama Ekonomi Skala
ekonomi, (3) menganalisa kebutuhan usaha, Kecil di Enam Desa Contoh di Daerah
Aliran Sungai Cimanuk, Jawa Barat. Rural
(4) merumuskan program pengembangan usa- Dynamic Series No.9.Agro Economic
ha, (5) kesiapan bermitra, (6) temu usaha, dan Survey. Rural Dynamic Study, Bogor.
(7) adanya koordinasi yang harmonis. Indonesia
Disamping itu diperlukan pengemba- Irawan, B. R. Nurmanaf, E.L.Hastuti. C. Muslim. Y.
ngan organisasi yang meliputi: (1) peningkatan Supriyatna dan V. Darwis. 2001. Studi

REVITALISASI KELEMBAGAAN KEMITRAAN USAHA DALAM PEMBANGUNAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI PROVINSI SUMATERA
UTARA Valeriana Darwis, Endang Lestari Hastuti dan Supena Friyatno

133
Kebijaksanaan Pengembangan Agribisnis paikan pada Simposium Tanaman Pangan
Komoditas Unggulan Hortikultura. Pusat IV, 22-24 November 1999, Puslitbang
Penelitian dan Pengembangan Sosial Tanaman Pangan Bogor.
Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Suradisastra, K. 1999. Peran Pemerintah Dalam
Pengembangan Pertanian. Departemen Pemacuan Industrialisasi Pertanian. Dalam
Pertanian. Dinamika Inovasi Ekonomi dan Kelemba-
Kasryno, F. dan Tri Pranaji. 1994. Kemitraan Saat gaan Pertanian. PSE Badan Penelitian dan
Ini dan di Masa Datang di Sektor Per- Pengembangan Pertanian. Departemen
tanian. Badan Penelitian dan Pengem- Pertanian.
bangan Pertanian. Departemen Pertanian. Syahyuti. 2004. Pemerintah, Pasar dan Komunitas :
Martineli, Alberto. 2002. Market, Governments, Faktor Utama Dalam Pengembangan
Communities and Global Governance. Pa- Agribisnis di Pedesaan. Forum Penelitian
per : Presidential Adress ISA (International Agro Ekonomi. Vol 22 No.1 hal 54-62. PSE
Sociologist Association) XV Congress Badan Penelitian dan Pengembangan
Brisbane 2002. 20 hal. Pertanian. Departemen Pertanian.
Raharjo, M.D. 1990. Transformasi Pertanian, Syukur,M. 1995. Kemitraan Usaha Sebagai Strategi
Industrialisasi dan Kesempatan Kerja, UI- Pemasaran Komoditas Perikanan dan
Pres. Hortikultura. Dalam Prosiding Agribisnis
Saptana, E.L.Hastuti, K.S.Indraningsih, Ashari, S. Peluang dan Tantangan Agribisnis Per-
Friyatno, Sunarsih dan V. Darwis. 2006. kebunan, Peternakan dan Perikanan. PSE
Pengembangan Model Kelembagaan Mitra Badan Penelitian dan Pengembangan
Usaha Hortikultura Yang Berdayasaing. Pertanian. Departemen Pertanian.
Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Perta- Tjondronegoro, S.M.P.1984.Gejala Organisasi dan
nian. Departemen Pertanian. Pembangunan Berencana Dalam Masya-
Simatupang, P. 1999. Industrialisasi Pertanian Se- rakat Pedesaan di Jawa. Dalam Masalah-
bagai Strategi Agribisnis dan Pembangun- masalah Pembangunan. Bunga Rampai
an Pertanian Dalam Era Globalisasi, dalam Anthropologi Terapan. LP3ES.
Dinamika Inovasi Ekonomi dan Kelemba- Yusja, Y dan E. Pasandaran, 1998. Arah
gaan Pertanian. Buku II PSE Badan Restrukturisasi Industri Agribisnis Perung-
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. gasan di Indonesia. Forum Penelitian Agro
Departemen Pertanian. Ekonomi. Vol 16 No.2 PSE Badan
Sudaryanto, T. dan Tri Pranaji. 1999. Peran Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Kewirausahaan dan Kelembagaan (kemit- Departemen Pertanian.
raan) Dalam Peningkatan Daya Saing
Produk Tanaman Pangan. Makalah disam-

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 24 No. 2, Desember 2006 : 123 - 134

134

Anda mungkin juga menyukai