Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PENELITIAN KELAS METODOLOGI PENELITIAN

PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT

DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN MENELAN OBAT

PADA PENDERITA TB PARU DI RS ADVENT BANDUNG

Oleh :

Fierny B Frans

Kristia Lulu Sabrina

Desma Hasibuan
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan


oleh Mycobacterium Tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada
jaringan yang terinfeksi.. Masalah pada penderita TB Paru adalah pengobatan yang tidak
patuh dan penderita yang bosan untuk berobat, sehingga penderita memutuskan untuk
berhenti berobat dikarenakan sudah terlalu lama berobat dan mulai merasa jenuh karena
lama sembuh. Ketidakpatuhan menelan obat dapat membuat resistensi obat yang bisa
menimbulkan kegagalan pengobatan. Yang berdampak pada penderita mengalami
meninges, ginjal, paru, nodus limfe bahkan kematian.
World Health Organization (WHO) tahun 2022 mencanangkan strategi “End
Tuberculosis”, yang merupakan bagian dari Sustainable Development Goals, dengan satu
tujuan yaitu untuk mengakiri epidemi tuberkulosis diseluruh dunia. Dari hasil observasi
peneliti di Poli TB DOTS (Direct Observe Treatment Shortcourse) RS Advent Bandung,
ditemukan adanya peningkatan kasus TB paru pada orang dewasa, jumlah ini terus
bertambah setiap bulannya. Pada bulan Januari 2022 ada 111 penderita , bulan Februari
ada 120 penderita, bulan Maret ada 127 penderita hingga bulan Juni 2022 ada 159 orang
penderita TB Paru. Salah satu factor yang mempengaruhi penderita patuh menelan obat
adalah dengan adanya PMO atau Pengawas Menelan Obat, bahwa terdapat tujuan yang
signifikan antara peran PMO terhadap keberhasilan pengobatan, hal ini sesuai dengan
program dari Departemen Dinas Kesehatan Kota Madya Bandung yang didukung oleh
Komite PPI RS Advent Bandung. Melalui hasil laporan bulanan Pelayanan Klinik TB
DOTS RS Advent dan melalui Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) didapati jumlah
penderita TB Paru pada bulan Juni ada 159 penderita dengan PMO (Pengawas Menelan
Obat) sebanyak 159 orang.
1.2 Rumusan Masalah

Bahwa berdasarkan latar belakang diatas , maka rumusan masalah yang digunakan adalah:

1. Bagaimanakah kepatuhan penderita TB Paru dalam menelan obat sebelum ada


PMO?
2. Bagaimanakah kepatuhan penderita TB Paru dalam menelan obat sesudah ada
PMO?
3. Bagaimanakah hubungan PMO dengan kepatuhan menelan obat pada penderita
TB Paru?

1.3 Maksud dan tujuan penelitian


Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui peran PMO dalam meningkatkan
kepatuhan menelan obat sebelum dan sesudah ada PMO.

Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui kepatuhan penderita TB Paru di Klinik TB DOTS dalam menelan OAT


sebelum ada PMO
2. Mengetahui kepatuhan penderita TB Paru di Klinik TB DOTS dalam menelan OAT
sesudah ada PMO
3. Mengidentifikasi hubungan PMO dengan kepatuhan menelan obat pada penderita TB
Paru?

1.4 Manfaat Penelitian (teoritis atau praktis )


Manfaat penelitian ini adalah secara teoritis dan praktiks :
1.4.1 Manfaat teoritis :
Dengan adanya PMO yang berperan untuk mengontrol penderita TB Paru menelan obat
secara benar dan teratur himgga selesai, memastikan penderita TB Paru control setiap bulan,
mengingatkan untuk melakukan pemeriksaan dahak ulangan, tidak mangkir berobat dan bisa
mengetahui jika ada efek samping yang ditimbulkan dari OAT (Obat Anti Tuberkulosis).
1.4.2 Manfaat praktik :
Penelitian ini di maksudkan agar penderita TB paru dapat patuh dalam menelan obat
TBC dibawah pengawasan PMO, juga diharapkan mempunyai manfaat sebai berikut :
1. Bagi Institusi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini agar bisa membantu dalam program pengobatan TBC dan sebagai
sumber referensi yang berkaitan dalam hubungan Pengawas Menelan Obat (PMO)
dengan kepatuhan minum obat penderita Tuberkulosis.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadiakn referensi dan sumber pustaka yang berkaitan dalam
hubungan Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat penderita
Tuberkulosis.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai sumber referensi yang berkaitan dalam hubungan Pengawas Menelan Obat
(PMO) dengan kepatuhan minum obat penderita Tuberkulosis.
4. Bagi Masyarakat
Diharapkan peran aktif pada masyarakat untuk melaporkan ke fasilitas kesehatan terdekat
jika ada temuan baru penderita TBC.

1.5 Ruang Lingkup dan pembatasan masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Subjek penelitian ini adalah: Penderita TB paru yang mempunyai PMO yang telah
menjalani pengobatan di klinik TB DOTS RS Advent Bandung pada bulan Januari
2022 hingga Juni 2022.
2. Objek penelitian: Peran PMO sebelum dan sesudah adalah untuk mengontrol
penderita TB Paru menelan obat secara benar dan teratur hingga selesai, memastikan
penderita TB Paru control setiap bulan, mengingatkan untuk melakukan pemeriksaan
dahak ulangan, tidak mangkir berobat dan bisa mengetahui jika ada efek samping
yang ditimbulkan dari OAT.
3. Instrumen yang digunakan adalah: penelitian ini memakai alat ukur berupa
dokumentasi laporan bulanan Pelayanan Klinik TB DOTS RS Advent dan SITB.
1.6 Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Klinik TB DOTS RS Advent Bandung.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari – Juni 2022 di Klinik TB DOTS RS
Advent Bandung.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ANTI PLAGIAT

Laporan dari Rikesda (2021) menunjukan bahwa penyakit TB Paru merupakan masalah
kesehatan terbesar ke dua di Indonesia. Penelitan yang dilakukan oleh Fitri, Marlindawani dan
Purba (2019) mendapati bahwa kesadaran dan pengetahuan masyarakat yang masih rendah
terhadap patuh meminum obat TB Paru. Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa kepatuhan
minum obat meningkat apabila pasien memiliki dukungan dari keluarga yang memiliki
pengetahuan yang tinggi, sikap yang menurut, pendidikan yang cukup dan dukungan yang
positif.

Pemberian edukasi kesehatan merupakan hal yang penting agar PMO dapat
melaksanakan fungsinya secara maksimal. Hal ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh
de Fretes, Mangma dan Dese (2022) bahwa PMO merupakan pendamping dengan fungsi penting
wajib menerima edukasi kesehatan.

Jurnal pendukung:

1. Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Tuberkulosis Paru


(Lili Diana Fitri1 , Jenny Marlindawani2 , Agnes Purba3)

2. Analisa Peran PengawasMinum Obat (PMO) dalam Mendampingi Pasien


Tuberkulosis di Kota Kupang (Fiane de Fretes ,Yuslince Elisalonika Mangma ,
Dennys Christovel Dese)
(Alamat Website: http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM)

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

Kepatuhan sebelum Kepatuhan setelah


ada PMO ada PMO

PMO
2.1 Hipotesis Penelitian

HA: Ada peran yang signifikan PMO dalam meningkatkan kepatuhan menelan obat

HO: Tidak ada peran yang signifikan PMO dalam meningkatkan kepatuhan menelan obat
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen Pre Experimental Design dengan


menggunakan Static grup comparison, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh suatu variabel intervensi (pemberian pengawas menelan obat) terhadap variabel non
intervesi (kepatuhan pasien tanpa pengawas menelan obat). Penelitian dilakukan dengan
mengamati penderita TB paru yang diberi PMO (kelompok kontrol) dan tanpa PMO (kelompok
eksperimen) saat pengambilan obat (Muljabar dkk, 2014).

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai karakteristik
dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti (Biostatistik,2021).

Populasi pada penelitian ini adalah penderita TB Paru yang mengambil obat di Klinik
TB DOTS RS Advent Bandung dengan jumlah 150 orang.

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang digunakan untuk
penelitian (Biostatistik,2021).

Untuk penelitian yang sederhana, yang memakai kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol, maka jumlah dari sampel masing-masing kelompok, sebagai berikut:

1. Kelompok kontrol berjumlah : 30 orang

2. Kelompok eksperimen : 30 orang


3. Teknik sampling

Teknik pengambilan sampel dengan PreExperimental Design dengan menggunakan


Static grup comparison yaitu, pada kelompok eksperimen diawali dengan dilakukannya
intervensi atau perlakuan (X) kemudian dilakukan pengukuran (O2). Hasil pengukuran
pada kelompok yang mendapat perlakuan kemudian dibandingkan dengan hasil
pengukuran pada kelompok kontrol, kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan atau
intervensi (Masturoh, Anggita, 2018).

a. Kriteria Inklusi adalah penderita TB paru. Dengan kriteria sebagai berikut:

- Terdiagnosa TB Paru secara bakteriologik maupun klinis

- Pria dan wanita usia > 18 tahun

- Berat Badan > 30kg

- Tidak memiliki penyakit komorbid

b. Kriteria Eksklusi adalah penderita TB Ekstra paru dan penderita TB Anak.

Dari populasi 150 orang semuanya dijadikan sampel, sampel merupakan penderita di Klinik TB
DOTS yang terdiagnosa penyakit Tuberkulosis Paru sejak Januari sampai dengan Juni 2022.
Kemudian dilakukan tes dengan kelompok kontrol tanpa intervensi sebanyak 75 orang responden
dan kelompok eksperimen sebanyak 75 orang.

Anda mungkin juga menyukai