Anda di halaman 1dari 31

I.

Latar Belakang
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang ditandai dengan
pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium
tubeculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di
paru/berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit
Tuberkulosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir
seluruh bagian tubuh termasuk ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal
biasanya terjadi 2-10minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat
mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun
(Valita, 2007). Tuberkulosis merupakan suatu penyakit yang sifatnya kronis
dengan karakteristik terbentuknya tuberkel granuloma pada paru yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (Doengoes, 2004).
Penderita Tuberkulosis (TBC) terbanyak dijumpai pada usia produktif,
antara 15-54 tahun yaitu sekitar 75% penderita. Hal ini akan menurunkan
sumber daya manusia yang produktif sehingga pendapatan keluarga akan
menurun, jika hal ini dibiarkan maka kesejahteraan keluarga juga akan ikut
terganggu dan akan menambah jumlah keluarga miskin di Indonesia. Masalah
kemiskinan akan mengurangi kemampuan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan terhadap gizi, pendidikan, perumahan dan lingkungan yang sehat
sehingga keadaan tersebut menyebabkan resiko untuk terjadinya mata rantai

1
penyakit. Agar tidak terjadi penularan penyakit Tuberkulosis Paru pada
anggota keluarga yang lain maka dilakukan upaya pelibatan keluarga melalui
kegiatan PMO/Pengawas Minum Obat (Depkes, 2004).
Gitawi & Sediati (2006) menyebutkan Pengawas Minum Obat (PMO)
merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam strategi program Directly
Observed Treatment Shortcourse(DOTS) karena mengingat pengobatan
Tuberkulosis Paru yang relatif lama membuat penderita tidak teratur dalam
minum obat. Untuk itu diperlukan seseorang yang mampu mengawasi dan
memberi motivasi pada penderita agar minum obat secara teratur dan tuntas.
Pengobatan penyakit Tuberkulosis Paru sangat erat hubungannya
dengan kepatuhan pengobatan, kedua hal tersebut saling berhubungan dan
berkaitan, kepatuhan dapat dilihat dari bagaimana penderita Tuberkulosis Paru
rutin minum obat secara teratur, memeriksa dahak sesuai aturan yang telah
dianjurkan, dan mengambil obat serta memeriksa kesehatannya ke pelayanan
kesehatan setiap bulannya. Pengobatan Tuberkulosis dimonitor melalui
program DOTS (Harahap, 2008).
Hubungan antara kepatuhan minum obat dengan tingkat kesembuhan
pasien Tuberkulosis Paru yaitu kepatuhan berobat berperan penting terhadap
kesembuhan penyakit Tuberkulosis Paru. Pada umumnya kegagalan
pengobatan tuberkulosis paru disebabkan oleh terapi yang terputus karena
pasien merasa sudah sembuh. Masalah yang sering timbul adalah lamanya
waktu pengobatan. Sementara biasanya setelah makan obat selama dua bulan,
pasien malas meneruskan pengobatan karena merasa sembuh dan tidak
merasakan gejala lagi. Padahal jika pengobatan berhenti di tengah jalan maka
bukan saja penyakitnya tidak sembuh dan tuntas tetapi juga menyebabkan
bakteri Tuberkulosis menjadi kebal terhadap obat yang digunakan (Messwati
dan Rahmawati, 2008).
Tuberkulosis Paru merupakan penyakit yang menular dan masa
pengobatan untuk penderita Tuberkulosis paru adalah 6 bulan maka sangat
diperlukan kepatuhan dari penderita dalam menjalani terapi pengobatannya
sehingga tidak menimbulkan resisten kuman Tuberkulosis Paru. Pengobatan

2
yang dijalankan dalam rentang waktu yang tidak singkat ini menyebabkan
banyak kemungkinan yang bisa mempengaruhi terapi pengobatan sehingga
kepatuhan merupakan hal yang sangat penting (Hayati, 2011).
Ketidakpatuhan terhadap pengobatan akan mengakibatkan tingginya
angka kegagalan pengobatan penderita Tuberkulosis Paru, meningkatkan risiko
kesakitan, kematian, dan menyebabkan semakin banyak ditemukan penderita
Tuberkulosis Paru yang resisten dengan pengobatan standar. Pasien yang
resisten tersebut akan menjadi sumber penularan kuman yang resisten di
masyarakat. Hal ini tentunya akan mempersulit pemberantasan penyakit
Tuberkulosis Paru di Indonesia serta memperberat beban pemerintah
(Kemenkes, 2011).
Kepatuhan rata-rata pasien pada pengobatan jangka panjang terhadap
penyakit kronis di negara maju hanya sebesar 50%, di negara berkembang
jumlah tersebut bahkan lebih rendah (WHO, 2003). Ketidakpatuhan pasien
dalam pengobatan merupakan masalah kesehatan yang serius dan sering kali
terjadi pada pasien dengan penyakit kronis, seperti pada penyakit Tuberkulosis
Paru (Kemenkes, 2011).
Berdasarkan data dari Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Dinkes Kota Pangkalpinang memiliki 9 Puskesmas yaitu Puskesmas Bukit
Intan, Puskesmas Gerunggang, Puskesmas Pasir Putih, Puskesmas Melintang,
Puskesmas Kacang Pedang, Puskesmas Taman Sari, Puskesmas Pangkalbalam,
Puskesmas Selindung, dan Puskesmas Air Itam. Puskesmas Gerunggang
merupakan Puskesmas dengan riwayat penyakit Tuberkulosis Paru tertinggi
kedua di KotaPangkalpinang, dengan jumlah kasus 22 orang pada Tahun 2017
(Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Pangkalpinang,
2017).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik melakukan
penelitian tentang “Hubungan Peran Pengawas Minum Obat Tuberkulosis Paru
dan Tingkat Kepatuhan Pasien di Puskesmas Gerunggang Kota Pangkalpinang
Tahun 2017”.

3
Tujuan Penelitian
Mengetahui ada atau tidaknya Hubungan Peran Pengawas Minum Obat
Tuberkulosis Paru dan Tingkat Kepatuhan Pasien di Puskesmas Melintang
Kota Pangkalpinang Tahun 2017.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Dinas Kesehatan Kota Pangkalpinang
Sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan untuk melakukan pelatihan
kepada petugas kesehatan untuk meningkatkan kepatuhan pasien.
b. Bagi Puskesmas Gerunggang Kota Pangkalpinang
Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan atau strategi
untuk meningkatkan kepatuhan pasien Tuberkulosis Paru melalui
pelatihan untuk PMO dan melakukan penyuluhan kepada masyarakat.
c. Bagi Pengawas Minum Obat
Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kepatuhan minum obat

Tuberkulosis pada pasien Tuberkulosis Paru sehingga derajat

kesehatan masyarakat semakin meningkat, angka kesakitan dan

kematian yang disebabkan oleh Tuberkulosis Paru dapat menurun serta

kejadian resisten obat dapat dicegah.

d. Bagi Poltekkes Kemenkes RI Pangkalpinang


Sebagai sumber pustaka dan referensi.

4
Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian yang berjudul “ Hubungan Peran
Pengawas Minum Obat dan Tingkat Kepatuhan Pasien “.
Variabel Independen Variabel Dependen

Peran Pengawas Minum Obat


(PMO)

Gambar 1. Kerangka Konsep

Definisi Operasional
Definisi operasional digunakan untuk membatasi ruang lingkup atau
pengertian variabel-variabel yang diteliti.
Tabel 2.1 Definisi Operasional
NO Variabel Definisi Pengukuran Skala
Operasional
1 Independen : Tindakan yang Menggunakan kuesioner Ordinal
Peran Pengawas diberikan PMO pilihan jawaban:
Minum Obat (PMO) kepada pasien 1. Jika memenuhi kriteria
Tuberkulosis PMO
Paru sesuai 1. Jika gagal memenuhi
instruksi atau satu atau lebih kriteria
saran dari tenaga PMO
medis tentang
pengobatan
Tuberkulosis
Paru

2 Dependen :
Kepatuhan Minum Perilaku pasien Menggunakan kuesioner Ordinal
Obat Tuberkulosis Tuberkulosis pilihan jawaban:
Paru Paru yang sesuai 1. jika memenuhi seluruh
dengan kriteria kepatuhan
ketentuan, 1. jika gagal memenuhi
instruksi atau satu atau lebih kriteria
saran yang kepatuhan
diberikan oleh
tenaga medis

5
tentang
kepatuhan
minum Obat
Tuberkulosis
Paru

II. METODE PENELITIAN


A. Desain
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif dengan
desain penelitian cross sectional. Penelitian cross sectional merupakan
suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor risiko
(independen) dengan faktor efek (dependen), yaitu melakukan observasi
atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama
(Riyanto, A, 2010).

B. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukanpadaBulanMaret sampaiNopember Tahun 2018 di
Puskesmas Gerunggang Kota Pangkalpinang.

C. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita Tuberkulosis Paru
yang berobat di Puskesmas Gerunggang Kota Pangkalpinang. Jumlah
penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas Gerunggang Kota
Pangkalpinang Tahun 2017 berjumlah 22 orang. Dalam penelitian ini
semua populasi diambil sebagai objek penelitian.
Adapun kriteria pasien yang dijadikan sampel adalah:
a. Kriteria Inklusi
1. Pasien Tuberkulosis Paru yang tercatat dalam buku register
Tuberkulosis Paru di Puskesmas Gerunggang Kota Pangkalpinang.
2. Bersedia menjadi responden.
3. Dapat berkomunikasi dengan baik.

6
4. Alamat jelas dan dapat ditemukan.

b. Kriteria Eksklusi
1. Responden yang diteliti berpindah tempat tinggal.
2. Tidak berada ditempat saat pengambilan data setelah dua kali
berturut-turut.
3. Pasien meninggal dunia.

D. Cara Pengambilan Sampel


Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti. Data yang dikumpulkan
adalah data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data yang diperoleh dari hasil jawaban kuesioner responden pasien
Tuberkulosis Paru yang berada di Puskesmas Gerunggang Kota
Pangkalpinang Tahun 2017 dengan cara membagikan kuesioner kepada
responden.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari sumber-sumber yang telah ada seperti
pencatatan dan pelaporan Tuberkulosis Paru yang ada di Puskesmas
Gerunggang Kota Pangkalpinang.
Dalam penelitian ini, untuk dapat mengukur variabel penelitian,
maka penelitian menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data.
Instrumen penelitian ini berupa kuesioner (daftar pertanyaan) dan
perangkat alat tulis.

E. Cara Pengolahan Data


1. Pengolahan Data
Notoatmodjo (2010) menjelaskan data yang diperoleh dari lapangan,
akan diolah dan diperiksa dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing Data (Pengeditan Data)


Editing Data adalah proses penyuntingan data dan memastikan data
yang dikumpulkan telah lengkap artinya semua pertanyaan penelitian telah
dijawab responden dengan lengkap dan jelas, relavan, dan konsisten.
Apabila terdapat kejanggalan dalam jawaban kalau memungkinkan dapat
dilakukan wawancara langsung.
b. Coding Data (Pengkodean Data)

7
Coding Data adalah proses pemberian kode pada jawaban kuesioner
yang telah diedit yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan. Coding data bertujuan untuk
mempermudah dalam proses entry data.
c. Entry Data (Pemasukan Data)
Entry Data adalah proses memasukkan data penelitian yang telah
melalui tahap editing dan coding dalam komputer menggunakan software
computer.
d. Cleaning Data (Pembersihan Data)
Cleaning Data adalah proses pengecekan kembali hasil entrydengan
yang bertujuan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian
dilakukan pembetulan atau koreksi.

2. Analisis Data
Notoadmodjo (2010) menyebutkan keeratan hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat, dapat diketahui melalui hasil analisis
univariat dan bivariat.
a. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian dan mengetahui
apakah konsep yang diukur telah memenuhi syarat untuk dianalisis serta
mengetahui deskripsi yaitu dengan menampilkan tabel distribusi
frekuensi masing-masing variabel.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah anlisis yang dilakukan pada dua variabel
yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Analisis data yang
digunakan yaitu dengan analisis chi-square, menggunakan tabel 2x2
antara faktor risiko (variabel bebas) dengan efek (variabel terikat). Uji
chi-square digunakan karena pada penelitian ini data variabel
independen dan dependennya sama-sama data kategori dan pada tingkat
kepercayaan 95% dengan menggunakan batas kemaknaan α=0,05 maka

8
hitungan ststistik bermakna. Jika nilai p> 0,05 maka hasil hitungan
statistik tidak bermakna.

Rumus yang digunakan:


( 0−E ) 2
χ2=∑
E
Keterangan:
χ2: “chi-square”
O : frekuensi observasi
E : frekuensi harapan

Keterbatasan uji chi-square adalah:


Jika pada tabel 2x2 dijumpai nilai E harapan (Nilai E) kurang dari 5,
maka uji chi-square tidak bisa digunakan. Solusi yang dilakukan
dengan uji chi-square dalam Fisher Exact (Haston, 2001).

III. JADWAL KEGIATAN

PERENCANAAN JADWAL KEGIATAN


Semester Pertama Semester Kedua
NO Kegiatan Ja Jul
Feb Mar April Mei Juni Agust Sep Okt Nov Des
n i
1 Studi literatur √ √
Penjajakan ke dinas kesehatan
2 Kota Pangkalpinang √
Penjajakan ke Puskesmas
3 Gerunggang √ √
4 Pengumpulan Data √ √ √
5 Pengolahan Data √ √
6 Analisis Data √ √
7 Pembuatan Laporan √ √ √
8 Penyajian (Seminar Penelitian) √ √

9
IV. PERTIMBANGAN IZIN DAN ETIK PENELITIAN
Tahapan pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan setelah
mendapatkan izin kaji etik dari Tim Kaji Etik Penelitian Kesatuan pada Poltekkes
KemenkesPangkalpinang. Selain itu, pelaksanaanpenelitian Risbinakes Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Pangkalpinang Tahun 2018, persetujuan etik
penelitian akan dimintakan dari Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
(Kesbangpol) Kota Pangkalpinang. Naskah penjelasan serta formulir Informed
Consent (Persetujuan Setelah Penjelasan) dapat dilihat pada Lampiran 2 dan
Lampiran 3. Penjelasan kepada responden diberikan per responden oleh Ketua
Tim Pengumpul Data dan/atau anggota tim yang telah dilatih. Penjelasan akan
dilakukan di rumah responden secara tatap muka sebelum wawancara. Bagi
responden yang dapat dan ingin membaca sendiri Naskah Penjelasan, diberi
kesempatan untuk melakukannya. Sedang bagi yang tidak bisa atau tidak ingin
membaca sendiri, naskah dan PSP akan dibacakan. Risiko, waktu yang akan
terpakai, serta hal-hal lain yang terkait akan dijelaskan. Responden juga akan
diberi kesempatan untuk bertanya.

10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik Responden Penelitian


Distribusi umur pasien Tuberculosis Paru (TB Paru) di Puskesmas
Gerunggang adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Umur Pasien
No Umur Frekuensi Persentase

1. 15 – 30 Tahun 6 28,57

2 31 - 45 Tahun 8 38,09

2. 46 – 60 Tahun 4 19,04

3. 61 – 75 Tahun 3 14,28

Jumlah 21 100,0

Sebagian besar pasien Tuberculosis Paru (TB Paru) di Puskesmas


Gerunggang mempunyai umur antara 31-45 tahun.
Distribusi pendidikan pasien Tuberculosis Paru (TB Paru) di Puskesmas
Gerunggang adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Pendidikan Pasien
No Pendidikan Frekuensi Persentase

11
1. SD 11 52,38
2. SMA 7 33,33
3. SARJANA 3 14,28

Jumlah 21 100,0

Sebagian besar pasien Tuberculosis Paru (TB Paru) di Puskesmas


Gerunggang mempunyai pendidikan terakhir tingkat Sekolah Dasae.

Distribusi pekerjaan pasien Tuberculosis Paru (TB Paru) di Puskesmas


Gerunggang adalah sebagai berikut:
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pasien

No Pekerjaan Frekuensi Persentase

1. Bekerja 17 80,95

2. Tidak Bekerja 4 19,05

Jumlah 21 100,0

Sebagian besar pasien Tuberculosis Paru (TB Paru) di Puskesmas


Gerunggang mempunyai status bekerja.

B. Analisis Univariat

Distribusi data tentang peran Pengawas Minum Obat (PMO) pada


pasien Tuberculosis Paru (TB Paru) di Puskesmas Gerunggang adalah
sebagai berikut:
Tabel 4
Peran Pengawas Minum Obat (PMO)

No Peran PMO Frekuensi Persentase

1. Baik 3 14,28

12
2. Kurang 18 85,72

Jumlah 21 100,0

Berdasarkan hasil penelitian tentang peran Pengawas Minum Obat (PMO)


pada pasien Tuberculosis Paru (TB Paru) di Puskesmas Gerunggang diketahui
bahwa 14,28% atau 3 orang mempunyai peran yang baik dalam pengawasan
minum obat dan 85,72% atau 21 orang mempunyai peran yang kurang dalam
pengawasan minum obat.
Tabel 5
Kepatuhan Minum Obat

No Kepatuhan Frekuensi Persentase

1. Patuh 12 57,14

2. Tidak Patuh 9 42,86

Jumlah 21 100,0

Puskesmas Gerunggang diketahui bahwa 57,14% atau 12 orang mempunyai


Kepatuhan Minum Obat yang termasuk dalam kategori patuh dan 42,86% atau 9
orang mempunyai Kepatuhan Minum Obat yang termasuk dalam kategori tidak
patuh.

Tabel 6
Hubungan antara Peran Pengawas Minum Obat (PMO)
terhadap KepatuhanKepatuhan Minum Obat Pasien Tuberculosis Paru (TB Paru)
di Puskesmas Gerunggang

Kunjungan
Chi
Peran PMO Patuh Tidak Patuh Square P
N % N %

Baik 2 9,53 1 4,76


Kurang 10 47,62 8 38,09 0,7 0,
12 7

13
1
9
Jumlah 12 57,15 9 42,85

Hubungan antara peran Pengawas

Minum Obat (PMO) terhadap kepatuhan Kepatuhan Minum Obat pasien


Tuberculosis Paru (TB Paru) di Puskesmas Gerunggang diketahui bahwa
pada peran PMO yang baik diketahui bahwa 2 orang mempunyai
Kepatuhan Minum Obat pasien Tuberculosis Paru (TB Paru) di
Puskesmas Gerunggang yang termasuk kategori patuh, sedangkan 1
orang mempunyai Kepatuhan Minum Obat pasien Tuberculosis Paru (TB
Paru) di Puskesmas Gerunggang yang termasuk kategori tidak patuh,
sehingga dapat diketahui bahwa pasien dengan peran PMO yang baik
cenderung mempunyai Kepatuhan Minum Obat pasien Tuberculosis Paru
(TB Paru) di Puskesmas Gerunggang yang termasuk dalam kategori
patuh.
Pada pasien dengan peran PMO yang kurang 10 orang diketahui bahwa
mempunyai Kepatuhan Minum Obat pasien Tuberculosis Paru (TB Paru)
di Puskesmas Gerunggang yang termasuk kategori patuh, sedangkan 8
pasien mempunyai Kepatuhan Minum Obat pasien Tuberculosis Paru (TB
Paru) di Puskesmas Gerunggang yang termasuk kategori tidak patuh.
2
Berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh nilai  hitung = 0,712 dengan
p= 0,719 . Oleh karena hasil perhitungan menunjukkan bahwa p < 0,05

maka H0 diterima , artinya terdapat tidak ada hubungan antara peran


Pengawas Minum Obat (PMO) terhadap kepatuhan Kepatuhan
Minum Obat pasien Tuberculosis Paru (TB Paru) di Puskesmas
.Gerunggang.

C. PEMBAHASAN
1. Peran PMO
Peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah peran pengawasan
yang dilakukan oleh keluarga dalam hal kepatuhan berkunjung dan

14
konsultasi. Berdasarkan analisis univariat tentang peran Pengawas
Minum Obat (PMO) pada pasien Tuberculosis Paru (TB Paru) di
Puskesmas Gerunggang diketahui bahwa 3 orang mempunyai peran
yang baik dalam pengawasan minum obat dan 18 orang
mempunyai peran yang kurang dalam pengawasan minum obat,
sehingga dapat diketahui bahwa peran Pengawas Minum Obat (PMO)
pada pasien Tuberculosis Paru (TB Paru) di Puskesmas Gerunggang
termasuk dalam kategori baik. Pengawasan pengobatan secara
langsung adalah penting setidaknya selama tahap pengobatan intensif
(2 bulan pertama) untuk meyakinkan bahwa obat dimakan dengan
kombinasi yang benar dan jangka waktu yang tepat. Dengan
pengawasan pengobatan secara langsung, pasien tidak memikul
sendiri tanggung jawab akan kepatuhan penggunaan obat. Para
petugas pelayanan kesehatan, petugas kesehatan masyarakat,
pemerintah dan masyarakat semua harus berbagi tanggung jawab dan
memberi banyak dukungan kepada pasien untuk melanjutkan dan
menyelesaikan pengobatannya. Pengawas pengobatan bisa jadi siapa
saja yang berkeinginan, terlatih, bertanggung jawab, dapat diterima
oleh pasien dan bertanggung jawab terhadap pelayanan pengawasan
pengobatan tuberkulosis (WHO, 2007).
2. Kepatuhan Kepatuhan Minum Obat
Tuberkulosis Paru merupakan penyakit yang menular dan masa
pengobatan untuk penderita Tuberkulosis paru adalah 6 bulan maka
sangat diperlukan kepatuhan dari penderita dalam menjalani terapi
pengobatannya sehingga tidak menimbulkan resisten kuman
Tuberkulosis Paru. Pengobatan yang dijalankan dalam rentang waktu
yang tidak singkat ini menyebabkan banyak kemungkinan yang bisa
mempengaruhi terapi pengobatan sehingga kepatuhan merupakan hal
yang sangat penting (Hayati, 2011).
Berdasarkan analisis univariat tentang kepatuhan kunjungan
pada pasien Tuberculosis Paru (TB Paru) di Puskesmas Gerunggang

15
diketahui bahwa 12 orang mempunyai Kepatuhan Minum Obat
yang termasuk dalam kategori patuh dan 9 mempunyai Kepatuhan
Minum Obat yang termasuk dalam kategori tidak patuh, sehingga
dapat diketahui bahwa Kepatuhan Minum Obat Tuberculosis Paru (TB
Paru) di Puskesmas Gerunggang termasuk dalam kategori patuh.

Derajat kepatuhan bervariasi sesuai dengan apakah pengobatan


tersebut kuratif atau preventif, jangka panjang atau jangka pendek,
Sackett and Snow yang di kutip oleh Niven (2004) menemukan bahwa
ketaatan terhadap 10 hari jadwal pengobatan sejumlah 70 adalah
pencegahan, kegagalan untuk mengikuti program jangka panjang yang
bukan dalam kondisi akut, dimana derajat ketidak patuhan nya rata-
rata 50% dan derajat tersebut bertambah buruk sesuai waktu.

3. Hubungan Peran PMO dengan Kepatuhan Kepatuhan Minum


Obat

Tuberkulosis merupakan penyaki infeksi bakteri menahun


yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang ditandai
dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi.
Mycobacterium Tuberkulosis merupakan kuman aerob yang dapat
hidup terutama di paru/berbagai organ tubuh lainnya yang
bertekanan parsial tinggi.Penyakit tuberculosis ini biasannya
menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian
tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal
biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu
kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau
ketidakefektifan respon imun (Valita, 2007).

Hubungan antara peran Pengawas Minum Obat (PMO) terhadap


kepatuhan Kepatuhan Minum Obat pasien Tuberculosis Paru (TB
Paru) d Puskesmas Gerunggang diketahui bahwa pada peran PMO
yang baik diketahui bahwa 9,53% mempunyai Kepatuhan Minum

16
Obat pasien Tuberculosis Paru (TB Paru) di Puskesmas
Gerunggang yang termasuk kategori patuh, sedangkan 4,76%
mempunyai Kepatuhan Minum Obat pasien Tuberculosis Paru (TB
Paru) di Puskesmas Gerunggang yang termasuk kategori tidak
patuh, sehingga dapat diketahui bahwa pasien dengan peran PMO
yang baik cenderung mempunyai Kepatuhan Minum Obat pasien
Tuberculosis Paru (TB Paru) di Puskesmas Gerunggang yang
termasuk dalam kategori patuh.

Hubungan antara peran Pengawas Minum Obat (PMO) terhadap


kepatuhan Kepatuhan Minum Obat pasien Tuberculosis Paru (TB
Paru) d Puskesmas Gerunggang diketahui bahwa pada peran PMO
yang kurang diketahui bahwa 47,62% mempunyai Kepatuhan
Minum Obat pasien Tuberculosis Paru (TB Paru) di Puskesmas
Gerunggang yang termasuk kategori patuh, sedangkan 38,09 %
mempunyai Kepatuhan Minum Obat pasien Tuberculosis Paru (TB
Paru) di Puskesmas Gerunggang yang termasuk kategori tidak
patuh, sehingga dapat diketahui bahwa pasien dengan peran PMO
yang baik cenderung mempunyai Kepatuhan Minum Obat pasien
Tuberculosis Paru (TB Paru) di Puskesmas Gerunggang yang
termasuk dalam kategori patuh.

17
KEPUSTAKAAN
Aditama, T, Y, 2004. Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangannya. UI
Press. Jakarta
Budiman. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Menyebabkan Ketidakpatuhan
Penderita TB Paru Minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) di Wilayah
Kerja Puskesmas Gajah Mada Kecamatan Tembilihan Kota Kabupaten
Indragiri Hilir. Skripsi. PSIK Universitas Riau. Riau
Cramer. 1991. Compliance and Medical Practice Clanical Trial.
http://www.pulmed.guv diakses pada tanggal 12 Februari2018
Depkes RI. 2004. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan: Riset
operasional intensifikasi pemberantasan penyakit menular Tahun
1998/1999-2003. Departemen Kesehatan. Jakarta.
_ . 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis paru.
Jakarta.
. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Cetakan
pertama. Jakarta
. 2008. Pedoman Nasional Penaggulangan Tuberkulosis Cetakan
kedua. Jakarta
_ . 2009. Pelatihan Penanggulangan Tuberkulosis Bagi Tim DOTS
Rumah Sakit. Kelompok Kerja Hospital DOTS Lingkage (HDL). Jakarta
Dinkes Kota Pangkalpinang. 2017.Bidang Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Dinkes Kota Pangkalpinang. Dinas Kesehatan Kota
Pangkalpinang. Pangkalpinang
Doengoes, M.E. 2004. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta

18
Gitawati, R dan Sediati. 2006. Studi Kasus Hasil Pengobatan Tuberkulosis Paru di
10 Puskesmas di DKI Jakarta 1996–2005.Cermin Dunia Kedokteran
No.137. Jakarta
Harahap, F. 2008. Strategi Penanggulangan TBC dengan DOTS.
http://pulmonologi.fk.ui.ac.id.08 Juni 2018.
Hasibuan. 2003. Organisasi dan Motivasi. PT Bumi Aksara. Jakarta
Haston. 2001. Analisis Data Kesehatan (Basic data Analysis for healt research
Training). Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia. Jakarta.
Hayati A. 2011. Evaluasi Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru Tahun
2010-2011 di Puskesmas Kecamatan Pancaran Depok. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Departemen Farmasi UI. Depok
Hudoyo, A., 2008. Tuberkulosis Mudah Diobati. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
Iskandar, 2013. Evaluasi Kepatuhan Pasien Tuberkulosis Paru Minum Obat Ati
Tuberkulosis (OAT) di RSUD Sungailiat Kabupaten Bangka Tahun 2013.
Karya Tulis Ilmiah. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang.
Pangkalpinang
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Kementerian
Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Jakarta
. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta
Kusbiyantoro. 2002. Perbandingan Efektivitas Kader Kesehatan dan Tokoh
Masyarakat Sebagai Pengawas Minum Obat Terhadap Kepatuhan Minum
Obat dan Konversi Dahak Penderita Tuberkulosis Paru di Kabupaten
Kebumen. Pascasarjana UGM. Thesis. Yogyakarta.
Kristanti, H. 2009. Waspada 11 Penyakit Berbahaya. Citra Pustaka. Yogyakarta
Laban, Y. 2008. TBC; Penyakit dan Cara Pengobatannya. Yogyakarta: Kanisius
Messwati, E.D. dan Rahmawati. 2008. Ayo Lawan Tuberkulosis.
http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/04/18/02153798/ayo.la
wan.tuberkulosis. 24 juni 2018
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Prijadarminto.2003. Kepatuhan Sebagai Suatu Perilaku. CV Balai Pustaka.
Jakarta
Puskesmas Melintang. 2016. Profil Puskesmas Melintang Kota Pangkalpinang
Tahun 2016. Puskesmas Melintang Kota Pangkalpinang. Pangkalpinang

19
Ramli. 2018. Wawancara Pribadi dengan Pemegang Program Tuberkulosis paru
di Puskesmas Melintang Kota Pangkalpinang Tahun 2018. Dilaksanakan
tanggal 06 Agustus 2018. Pangkalpinang
Rivangga, D, R, W. 2014. Hubungan antara Peran Pengawas Minum Obat (PMO)
Terhadap Kepatuhan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tuberculosis
Paru (Tb Paru) di Puskesmas Nogosari Bayolali. Skripsi. Fakultas ilmu
kesehatan universitas muhammadiyah surakarta. Surakarta
Riyanto, A. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Numed. Bandung
Sabate, E. 2001. WHO Adherence Meeting Report. World Health Organization.
Geneva
Setiadi. 2008. Konsep & Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sunaryati, S.S. 2011. 14 Penyakit Paling Sering Menyerang dan Sangat
Mematikan. Wardi. Jakarta
Valita, F. P. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Berobat
Penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas Depok. Jurnal Respir Indo.Vol.
17. No.1,2002:32-38
WHO. 2003. Adherence to Long-Tern Therapies: Evidence for Acti. WHO.
Geneva
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Erlangga. Jakarta
Susilawati, W. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Tingkat Kepatuhan
Pasien Tuberkulosis Paru Minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) di
Puskesmas Pangkalbalam Kota Pangkalpinang Tahun 2013. Karya Tulis
Ilmiah. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang.
Pangkalpinang

Lampiran 1.

20
Justifikasi Biaya Penelitian

1. Honor (20%)
Mingg Honor
Honor Honor/Jam (Rp) Waktu Satuan u (Rp)
Tim enumerator 1,
(pengumpul data) 25,000 10 Jam 4 000,000
1,
SUB TOTAL (Rp) 000,000
2. Biaya Lab dan Bahan Habis Pakai (50%)
Harga
Kuantita Satuan Biaya
Material Justifikasi Pemakaian s Satuan (Rp) (Rp)
Pencetakan
proposal,protokol dan 500
ATK laporan hasil 1 Paket ,000 500,000
Penggandaan Proposal,
kuesioner, protokol dan
Laporan Hasil 600 Lembar 250 150,000
Laporan Hasil Akhir
Fotocopy 1000 Lembar 300 300,000
10
Jilid Proposal
5 Eks ,000 50,000
40
Jilid hardcover Laporan Hasil 5 Eks ,000 200,000
Konsumsi 25 1,
Responden 20000/orang 52 OK ,000 300,000
2,
SUB TOTAL (Rp) 500,000
3. Perjalanan (15%)
Harga
Kuantita Satuan Biaya
Material Justifikasi Pemakaian s Satuan (Rp) (Rp)

Transportasi ke 75
Puskesmas Survey/ Penjajakan 1 Hari ,000 75,000
Transportasi ke 75
Puskesmas Pengambilan Data 9 OK ,000 675,000

SUB TOTAL (Rp) 750,000


4. Lain-lain (15%)
Harga
Kuantita Satuan Biaya
Kegiatan Justifikasi s Paket (Rp) (Rp)

21
Pengambilan bahan dan 150
Biaya komunikasi Proses penelitian 1 ,000 150,000
250
Biaya Tim Pakar Konsultasi Penelitian 1 ,000 250,000
100
Survei Kit (buah) Pengambilan Data 2 ,000 200,000
150
Paket Data Penelusuran Pustaka 1 ,000 150,000

SUB TOTAL (Rp) 750,000


5,
TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN (Rp) 000,000

Lampiran 2.
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Pangkalpinang
Jalan Telaga Biru I Desa Padang Baru Kecamatan Pangkalan Baru
Kabupaten Bangka Tengah

PENELITIAN PEMULA RISBINAKES


NASKAH PENJELASAN*

Terima kasih Bapak/ Ibu/Sdr/Sdri telah bersedia ikut dalam penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui “Hubungan Peran Pengawas Minum Obat
Tuberkulosis Paru dan Tingkat Kepatuhan Pasien di Puskesmas Gerunggang Kota
Pangkalpinang Tahun 2017”.

22
Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Peran Pengawas Minum
Obat Tuberkulosis Paru dan Tingkat Kepatuhan Pasien di Puskesmas Gerunggang
Kota Pangkalpinang Tahun 2017.
.MengapaBapak/Ibu/Sdr/Sdri terpilih:
Bapak/Ibu/Sdr/Sdri terpilih untuk diikutkan dalam penelitian ini karena pernah
menderita Tuberkulosis Paru.
Tata Cara/ Prosedur:
Bila Bapak/Ibu/Sdr/Sdri bersedia ikut serta dalam penelitian ini, maka harus
mengisi lembar persetujuan penelitian dan menandatanganinya. Peneliti akan
memberikan kuesioner untuk diisi Bapak/Ibu/Sdr/Sdri.
Risiko dan ketidaknyamanan:
Pada penelitian ini Bapak/Ibu/Sdr/Sdri tidak akan mendapatkan kerugian apa-apa
dalam segi kesehatan, mungkin terdapat rasa ketidaknyamanan apabila data
pribadi Bapak/Ibu/Sdr/Sdri dipublikasi. Semua informasi dan hasil wawancara
yang berkaitan dengan kesehatan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri akan dijaga kerahasiaannya
dan akan disimpan di Politeknik Kesehatan Kementerian KesehatanPangkalpinang
dan hanya digunakan untuk pengembangan kebijakan program kesehatan di
wilayah penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Semua data tidak akan
dihubungkan dengan identitas Bapak/Ibu/Sdr/Sdri.
Keuntungan:
Penelitian ini tidak dapat memberikan manfaat langsung kepada
Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, tetapi Partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/Sdri menjadi responden
dalam penelitian ini sangat berarti untuk mendapatkan informasi sehingga dapat
digunakan bahan pertimbangan/ kebijakan dalam mengurangi prevalensi penyakit
Tuberkulosis Paru.
Kesukarelaan:
Partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/Sdri bersifat sukarela tanpa paksaan dan bila tidak
berkenan dapat menolak atau sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri
tanpasanksi apapun.
Kerahasiaan Data:
Data yang diperoleh dariBapak/Ibu/Sdr/Sdri sebagai responden merupakan
rahasia dan orang lain tidak boleh mengetahui atau membuat foto kopi, kecuali
peneliti dan Komite Etik Penelitian. Data tentang Bapak/Ibu/Sdr/Sdri tidak akan
dipublikasikan.
Pembiayaan dan kompensasi:

23
Biaya yang berkaitan dengan penelitian ini tidak dibebankan kepada
Bapak/Ibu/Sdr/Sdri melainkan akan ditanggung oleh peneliti. Sebagai ucapan
terimakasih kami atas partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/Sdri dalam penelitian ini akan
diberi konsumsi selama pengambilan data sebagai ucapan terimakasih.
Penyulit :
Dalam keadaan adanya penyulit atau ada hal-hal yang belum dimengerti
sehubungan dengan penelitian ini, maka Bapak/Ibu/Sdr/Sdri diberikan
kesempatan menanyakan semua hal yang berhubungan dengan penelitian ini lebih
lanjut dapat menghubungi saya: Eva Dewi Rosmawati Purba, S.Si.,M.Kes, dosen
Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang, HP: 081362139690, e-mail:
capri.ivo@gmail.com.
Pangkalpinang, Nopember 2018
Peneliti Utama,

Eva Dewi Rosmawati Purba, S.Si.,M.Kes


Lampiran. 3 Surat Persetujuan

SURAT PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama :
Umur :
Pendidikan Terakhir :
Alamat :
No. HP/Telepon :

Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa :


Setelah memperoleh penjelasan, saya sepenuhnya menyadari, mengerti, dan
memahami tentang tujuan , manfaat dan risiko yang mungkin timbul dalam
penelitian ini. Keikutsertaan saya dalam penelitian ini dalah secara sukarela di
sertai tanggung jawab sampai penelitian ini selesai, serta sewaktu-waktu dapat
mengundurkan diri dan keikut sertaannya, maka saya setuju/tidak setuju*) ikut
serta dalam penelitian yang berjudul :“Hubungan Peran Pengawas Minum
Obat Tuberkulosis Paru dan Tingkat Kepatuhan Pasien di Puskesmas
Gerunggang Kota Pangkalpinang Tahun 2017”.
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan tanpa
paksaan.

24
Pangkalpinang, November 2018
Peneliti Yang membuat pernyataan

(Eva Dewi Rosmawati Purba, M.Kes) ( )

Saksi

( )
Lampiran. 4 Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PERAN PENGAWAS MINUM OBAT TUBERKULOSIS PARU


DAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN DI PUSKESMAS GERUNGGANG
KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2017

Pengambilan Data :
Hari/ Tanggal :
I. Petunjuk Pengisian
1. Pastikan jawaban yang Bapak/Ibu berikan benar-benar jujur dan sesuai
dengan kenyataan
2. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan membentuk tanda check list (√)
pada kolom jawaban yang telah disediakan. Jika ingin memperbaiki
jawaban beri tanda (x) pada jawaban yang salah.

II. Identitas Responden


No Responden:
1. Nama :
2. Tanggal Wawancara :
3. Alamat Responden :
4. Jenis Kelamin :
Laki-laki Perempuan
5. Umur Responden :
17-25 26-35 46-55 36-45 56-65 65-75
6. Pendidikan Responden
Tidak Sekolah SD SLTP/SMP SLTA/SMA
Diploma S1 Profesi S2
7. Pekerjaan Responden
Tidak Bekerja Buruh Pelajar/Mahasiswa

25
Wiraswasta PNS/TNI/POLRI Lain-lain.........
Peran Pengawas Minum Obat (PMO)
1. Peran (tindakan apa saja yang dilakukan oleh keluarga/ petugas kesehatan
terhadap anda selama anda menjalankan pengobatanTuberkulosis paru?

TINDAKAN PMO YA TIDA


K
Mengingatkan anda untuk minum obat secara
teratur dan tidak terputus .
Memberikan penjelasan tentang pentingnya
berobat secara teratur hingga tuntas .
Memberikan penjelasan mengenai jangka waktu
pengobatan .
Memberikan penjelasan mengenai aturan minum
obat, meliputi jumlah butir obat yang ditelan, cara
dan jadwal minum obat.
Memberikan informasi mangenai gejala efek
samping yang mungkin terjadi dan cara
mengatasinya.
Memberikan penjelasan mengenai tempat
penyimpanan OAT yang baik
Memberikan penjelasan mengenai ciri-ciri OAT
yang rusak.
Sumber : Kemenkes RI, (2011)

Kepatuhan Minum Obat


No Pertanyaan YA TIDA
K
1 Saya pernah lupa untuk meminum obat
Alasan...................

2 Saya pernah dengan sengaja tidak


meminum obat

26
Alasan...................

3 Saya pernah mengurangi atau melebihkan


jumlah butir obat dari jumlah yang
seharusnya saya minum
Alasan...................

4 Saya pernah tidak tepat waktu meminum


obat atau waktu untuk minum obat selalu
berubah-ubah
Alasan.....................

5 Saya pernah membuang obatTuberkulosis


paru
Alasan..................

Pangkalpinang, November2018
Pasien

(..............................................)

TERIMAKASIH DAN SEMOGA LEKAS SEMBUH


Lampiran. 5 Susunan Peneliti

SUSUNAN PENELITI

No Nama lengkap & Bidang Pembagian


Instansi Asal
. gelar/NIP Ilmu Tugas
Poltekkes
Mikrobiolog Ketua
1. Eva Dewi R Purba, M.Kes Kemenkes
i Peneliti
Pangkalpinang
2. M.Seto Sudirman, Poltekkes Biomedik Anggota

27
Kemenkes
M.Biomed Peneliti
Pangkalpinang

Lampiran 6. Biodata Peneliti Utama


A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Eva Dewi Rosmawati Purba, S.Si.,M.Kes
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional Dosen
4 NIP/ NIK/ Identitas Lainnya 1271175501790000
5 NIDN 4015017901
6 Tempat dan Tanggal Lahir Marihat, 15 Januari 1979
7 E-Mail capri.ivo@gmail.com
8 Nomor Telepon/ HP +6281362139690
Komp. Perkantoran dan Pemukiman Terpadu
9 Alamat Kantor Pemprov
Kepulauan Bangka Belitung, Jl. Telaga Biru I Desa
Padang Baru
Kecamatan Pangkalan Baru Kabupaten Bangka
Tengah
1
0 Nomor Telepon/ Faks (0717) 422014
1. Morfologi dan Fisiologi Tumbuhan
2. Mikrobiologi dan Parasitologi
11 Mata Kuliah Yang Diampu
3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
4. Biologi Dasar dan Perkembangan
5. Fitokimia
6. Farmakognosi
7. Pengembangan Obat Tradisional
8. Speialit dan Alat Kesehatan

28
B. Riwayat Pendidikan
S1 S2
Nama Perguruan Tinggi Universitas Sumatera Utara - Universitas Sumatera Utara -
Medan Medan
Bidang Ilmu Biologi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Tahun Masuk – Lulus 1997-2003 2007 - 2011

C. Pengalaman Penelitian
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jumlah (juta Rp)
1 2015 Gambaran Derajat Dismenore DIPA Poltekkes Rp 1.450.000
dan Upaya Penanganannya
Pangkalpinang
pada Mahasiswi Jurusan Gizi
Poltekkes Kemenkes
Pangkalpinang Tahun 2015
2 2016 Uji Aktivitas Antibakteri DIPA Poltekkes Rp 12.384.625
Ekstrak Etanol Daun
Pangkalpinang
Rambai (Baccaurea
motleyana Mull.arg)
terhadap Pertumbuhan
Bakteri
Propionibacterium acne.
3 2016 Gambaran Pengetahuan DIPA Poltekkes Rp 5.000.000
Dan Karakteristik
Pangkalpinang
Masyarakat Desa Air
Lintang Kecamatan
Tempilang Tentang
Pengobatan Sendiri
Terhadap Nyeri
Menggunakan Obat Anti
Nyeri
4 2017 Uji Aktivitas Antibakteri DIPA Poltekkes Rp 12.500.000
Madu Pahit Pelawan
Pangkalpinang
Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus
5 2017 Analisis Penyimpanan DIPA Poltekkes Rp 5.000.000
dan Pendistribusian Obat
Pangkalpinang
di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum
Depati Hamzah

29
Pangkalpinang

Lampiran 7.
BIODATA PENELITI
A. Identitas Diri
Lampiran 4. Biodata Anggota Peneliti
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Muhamad Seto Sudirman
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli
4 NIP 198810142012121001
5 NIDN
6 Tempat dan Tanggal Lahir Dili, 14 Oktober 1988
7 E-Mail muhamadseto@gmail.com
8 Nomor Telepon/ HP 082281684480
9 Alamat Kantor Komp. Perkantoran dan Pemukiman Terpadu Pemprov
Bangka Belitung Jl. Telaga Biru I Desa Padang Baru
Kecamatan Pangkalan Baru Kabupaten Bangka
Tengah
10 Nomor Telepon (0717) 422014
11 1. Anatomi Fisiologi
Mata Kuliah Yang Diampu 2. Pendidikan Budaya Anti Korupsi
3. Biologi Dasar dan Biologi Perkembangan
4. Biokimia

B. Riwayat Pendidikan
S1 S2 S3
Nama Perguruan Tinggi Poltekkes Surakarta Universitas Diponegoro -
Bidang Ilmu Fisioterapi Biomedik -
Tahun Masuk – Lulus 2006-2010 2010-2012 -

30
C. Pengalaman Penelitian
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jumlah (juta Rp)
1 2014 Identifikasi Pijat di Prov. Dinkes Rp 37.000.000
Bangka Belitung
2 2015 Gambaran Sampel Darah DIPA Rp 1.450.000
Microfilaria di Desa Celuak
Poltekkes
Pangkalpinang
3 2017 Pengaruh ekstrak karet kebo DIPA Rp 12.500.000
terhadap kadar kolesterol total
Poltekkes
pada mencit jantan swiss
webster Pangkalpinang
4 2016 Analisa Kepatuhan Rp 12.000.000
Mengonsumsi Antibiotik
Pasien Demam Typhoid Di
Kecamatan Simpang Katis
Bangka Tengah Tahun 2016
5 2018 Hubungan antara Infrastruktur DIPA Rp 5.000.000
dan Kemandirian Pasien TB
Poltekkes
terhadap Derajat Kesembuhan
Di Kabupaten Bangka Tengah Pangkalpinang
Tahun 2018

31

Anda mungkin juga menyukai