Anda di halaman 1dari 6

Mid Term : Falsafah dan Teori Keperawatan

Nama/ NIM : Kristia Lulu Sabrina / NIM 2251100


Dosen : Mrs. Lyna M. N.Hutapea M.Sc (PHN), Ph.D.

Teori Keperawatan/TK: Imogene M. King “Goal Attainment”


Nama mahasiswa Tempat bekerja Pekerjaan Foto
Kristia Lulu Sabrina Rumah Sakit Advent Perawat / Hemodialisa
usia: 34 tahun Bandung (7 tahun) /Perawat Pelaksana

Riwayat Hidup Imogene M. King


Imogene M. King lahir pada tanggal 30 Januari 1923 di West Point,Iowa
Meninggal pada 24 Desember 2007 di San Peterbursgo, Florida.
Tahun 1945 lulus Bachelor of Science dari St John's Hospital School of Nursing, St Louis,
Missouri.
Tahun 1948 dia menyelesaikan Master of Science dalam Keperawatan di St Louis University
Tahun 1961 mendapatkan gelar Doktor Pendidikan
Tahun 1971 menerbitkan teori keperawatan tentang “goal attainment”
Tahun 1972 menerbitkan teori tentang keperawatan: Sistem, Konsep, Proses
.

Imogene M. King: Teori Pencapaian Tujuan menyatakan bahwa "Keperawatan adalah proses
tindakan, reaksi, dan interaksi di mana perawat dan klien berbagi informasi tentang persepsi
mereka dalam situasi keperawatan." (Alligood MR, 2019)

Teori keperawatan Imogene M. King:


“Interaksi perawat – klien dengan pendekatan sistem dalam menentukan tujuan klien yang
akan dicapai/ Goal attainment”
Dengan teori ini diharapakan pasien bisa mengkontrol pemasukan cairan sehingga tidak
terjadi kelebihan cairan yang menyebabkan ketidak nyamanan

Ontologi
1
Sebelum mengalami cuci darah Tn. T memiliki penyakit darah tinggi yang sudah sekitar 6
tahun diderita, Pasien kadang-kadang tidak teratur mengkonsumsi obat darah tinggi. Dan
pada bulan April 2022 akhirnya pasien di rawat di RS advent Bandung karena mengalami
sesak nafas berat dan bengkak di ekstremitas. Pada tanggal 24 April 2022 Tn. T diharuskan
cuci darah, setelah 3 bulan cuci darah akhirnya Tn. T divonis Cuci darah permanen.
Sebelumnya Tn. T melakukan cuci darah 2x seminggu, karena sering bengkak kaki dan sesak
akhirnya Tn, T bersedia mengganti jadwal menjadi 3x seminggu.

Epistemologi
Keefektifan pembatasan jumlah cairan pada pasien gagal ginjal kronik. pengkajian status
cairan yang berkelanjutan sangat lah penting, yang meliputi melakukan pembatasan asupan
dan pengukuran haluaran cairan yang akurat, menimbang berat badan setiap hari dan
memantau adanya komplikasi cairan Pentingnya pencegahan kelebihan cairan karena jika
asupan terlalu bebas dapat menyebabkan kelebihan beban sirkulasi, edema, dan intoksikasi
cairan.

Methodologi
Methode yang digunakan adalah komunikasi dan interaksi tanya jawab
Berdasarkan jurnal tersebut, maka disarankan kepda pasien cara-cara untuk mengurangi
oedem pada kaki, salah satunya adalah dengan:
1. mengurangi intake cairan,
2. mengajari pasien cara menghitung balance cairan yang baik.
Tujuan mengukur manajemen restriksi cairan pada pasien gagal ginjal kronik dengan output
urin berkurang banyak digunakan sebagai ukuran kenaikan berat badan interdialytic.

Aksiologi
1. Penelitian yang dilakukan oleh (Wulan & Emaliyawati, 2018) menjelaskan bahwa
pasien yang patuh dalam pembatasan cairan dan elektrolit, cenderung pernah
mengalami bahwa dengan ketidakpatuhan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Beerendrakumar,
Ramamoorthy, & Haridasan, 2018 ) bahwa sebagian besar pasien tidak patuh terhadap
pembatasan asupan cairan.
2. Kurangnya konseling dari bagian tenaga kesehatan menjadi salah satu penyebab
pasien tidak patuh terhadap pembatasan asupan cairan.
Kurangnya konseling ini juga bisa menambah beban pikiran dari si pasien
dikarenakan pasien tidak bebas untuk mengungkapkan apa yang
dirasakan dan pandangannya terhadap kondisi yang dialami sehingga pasienpun
kurang memahami terkait aturan-aturan yang sudah ditentukan oleh tenaga kesehatan.

Data Riwayat pasien (lalu dan sekarang):

Pengkajian:

Riwayat lalu:
Tn. T yang terkena gagal ginjal sudah kurang lebih 4 bulan, sebelumnya pasien memiliki
Riwayat penyakit Hipertensi, karena tidak teratur dalam mengkonsumsi obat hipertensi yang
menyebabkan terjadinya kerusakan pada ginjal dan akhirmya mengharuskan Tn. T untuk cuci
darah. Jadwal cuci darah Tn. T 2x seminggu, setiap datang untuk cuci darah selalu mengeluh
sesak, dan kakinya bengkak.
2
Riwayat sekarang:

1. 28 Agustus 2022
DS: mengeluh tidak bisa BAB, sesak, dan kedua kaki bengkak.
DO: kakinya tampak bengkak sehingga beliau sulit untuk berjalan dan bergerak,sulit untuk
BAB. Sulit, kenaikan BB 3 kilo dari BB pulang cuci darah sebelumnya

Goal Attainment: mengkontrol pemasukan cairan

Hari Perencanaan Intervensi Implementasi Evaluasi


tanggal
-22  pasien  Tawarkan kepada  Tawarkan kepada setelah
memahami pasien untuk pasien untuk dilakukan
Batasan dalam menambah hari menambah hari cuci darah
mengkonsums untuk jadwal cuci untuk jadwal cuci selama 4 jam
i cairan darah, darah, 30 menit:
sehingga tidak  jelaskan kepada  jelaskan kepada DS: sesak
menyebabkan pasien bahwa pasien bahwa berkurang
kelebihan dengan lebih dengan lebih DO: bengkak
cairan sering cuci darah sering cuci darah kaki
 bengkak kaki akan mengurangi akan mengurangi berkurang,
pasien penumpukan penumpukan racun sesak
berkurang racun dan cairan. dan cairan. berkurang R:
 pasien dapat  atur cairan yang  atur cairan yang di 20x/ mnt,
beraktifitas di konsumsi agar konsumsi agar pasien
dan tidak terlalu tidak terlalu bersedia
berolahraga banyak yang bisa banyak yang bisa melakukan
 pasien bisa menyebabkan menyebabkan cuci darah 3x
BAB kakinya bengkak kakinya bengkak seminggu,
akibat akibat BB post HD
penumpukan penumpukan trun 2,5 kg
cairan. cairan. dari BB pre
 anjurkan  anjurkan keluarga HD
keluarga mendampingi A: masalah
mendampingi bapak ini saat akan teratasi
bapak ini saat olah raga jalan Sebagian
akan olah raga kaki, P:
jalan kaki,  anjurkan pertahankan
 anjurkan memberikan intervensi
memberikan tongkat walker
tongkat walker apabila pasien mau
apabila pasien berjalan sendiri.
mau berjalan
sendiri.

2. Tanggal 31 Agustus 2022

3
DS: agak sesak
DO: kaki terlihat bengkak, kenaikan BB 2, 5 kg, pasien bisa berjalan sendiri, tampak agak
sesak R: 22x/ mnt, pasien sudah bisa BAB. Pasien datang tanpa kursi roda. Pasien menikuti
saran suster untuk olahraga ringan di rumah.

Hari/ Perencanaan Intervensi Implementasi Evaluasi


Tanggal
31-8-22  bengkak  Anjurkan pasien  Menganjurkan Setelah
Rabu kaki untuk menakar air pasien untuk dilakukan cuci
berkurang yang dikonsumsi. menakar air yang darah selama 4
setelah cuci  Anjurkan pasien dikonsumsi. jam
darah. untuk tidak  Menganjurkan DS: sesak
 pasien mengkonsumsi pasien untuk tidak berkurang
mengerti makanan tinggi mengkonsumsi DO: odem kaki
cara kalium dirumah makanan tinggi berkurang, sesak
mengatur  Anjurkan pasien kalium dirumah berkurang R:
minum di rutin konsumsi  Menganjurkan 20x/mnt
rumah obat deuretik di pasien rutin A: masalah
rumah konsumsi obat teratasi
 Kaji jumlah urin deuretik di rumah Sebagian
yang dikeluarkan  Mengkaji jumlah P: pertahankan
pasien urin yang intervensi
dikeluarkan pasien

3. Tanggal 2 september 2022


DS: tidak ada keluhan
DO: bengkak kaki berkurang dari sebelumnya, pasien lebih segar, nafas normal R: 20x/mnt
BB pre HD:42,8 kg

Hari/ Perencanaan Intervensi Implementasi Evaluasi


Tangga
l
2-9-  BB kering  atur jumlah  mengatur jumlah setelah 4 jam 30
2022 tercapai penarikan cairan penarikan cairan menit dilakukan
 tidak ada sesuai kenaikan di mesin Tindakan cuci darah.
keluhan BB pre HD Hemodialisa DS: tidak ada
selama  observasi tanda- sesuai kenaikan keluhan
 tanda- tanda vital dan BB pre HD DO: BB tercapai
tanda vital keluhan pasien  mengobservasi 40,5 kg sesuai BBK.
stabil tiap 30 menit tanda-tanda vital BP: 134/80
selama dan keluhan HR: 89x/mnt
cuci darah pasien tiap 30 R:18x/mnt
menit A: masalah teratasi
P: pertahankan in
tervensi

4
Mencari Jurnal yang berhubungan dengan keadaan pasien (dx pasien):
1. 2021 – 2023 (GSc Indonesia):18 jurnal.
2. 2021 – 2023 (GSc English):30 jurnal.

Jurnal yang mendukung sebagai evidenbase:


Teori Imogene M. King: 2021 – 2023 (GSc Indonesia): “Goal Attainment” terhadap
pasien gagal ginjal.
No Judul /Topik Author/Tahun Metode Hasil penelitian
Artikel
1 Hubungan Rima Berti Cross- ada faktor hubungan
Pengetahuan Anggraini dan sectional terhadap kepatuhan
dan Dukungan Rezka design dalam membatasi
Keluarga Nurvinanda, asupan cairan pada
Dalam 2020 pasien yang menerima
Kepatuhan hemodialisis adalah
Pembatasan pengetahuan (p =
Asupan Cairan 0,034), dan dukungan
Pasien keluarga (p = 0,027)
Hemodialisa Di
RSBT
Pangkalpinang

2 Hubungan Suparmo, Cross Keluarga berperan


kepatuhan Slamet (2021) sectional penting dalam
pembatasan design keberhasilan terapi
cairan terhadap hemodialisis baik saat
terjadinya pre hemodialisis
edema post maupun pada saat
hemodialisa hemodialisis karena
pada pasien memengaruhi tingkah
gagal ginjal laku pasien.
kronik di
rumah sakit
aminah kota
Tanggeran
2

Teori Imogene M. King: 2021 – 2023 (GSc English):tidak ada


No Judul /Topik Author/Tahun Metode Hasil penelitian
Artikel

Kesimpulan dari menggunakan teori King terhadap pasien/Asuhan keperawatan

5
1. Teori pencapaian tujuan (Theory of Goal Attainment) merupakan bagian dari
kerangka kerja konseptual dan asumsi dasar King tentang Human Being (manusia
adalah sistem terbuka dengan kebutuhan motivasi dan keinginan unik yang berbeda),
Alligood 2019.
2. Teori pencapaian tujuan berfokus pada interpersonal systems dengan berorientasi
pada pencapaian tujuan dengan sembilan konsep utama, yaitu: interaksi, persepsi,
komunikasi, transaksi, peran, stress, tumbuh kembang, waktu, dan ruang melalui sesi
diskusi, tanya jawab
3. Manfaat dari teori ini adalah: mengkontribusi pada pengembangan tubuh ilmu
pengetahuan (Body of Knowledge), dapat dijadikan sebagai rujukan dalam
memperbaiki praktek keperawatan, konsep teori ini dapat dimanfaatkan oleh pelajar,
guru dan juga peneliti.

SARAN:
1. Melibatkan partisipasi aktif klien dalam penyusunan tujuan bersama (goal
attainment), mengambil keputusan, dan interaksi untuk mencapai tujuan klien.
2. Mempunyai pengetahuan dari konsep-konsep yang ada dalam teori pencapaian tujuan
(Goal Attainment) dan memiliki kemampuan untuk membuat perencanaan
keperawatan individu sambil mendorong partisipasi aktif pasien dalam fase
pengambilan keputusan.

Anda mungkin juga menyukai