3 Friabilator
Asam asetil salisiliat/aspirin menghambat produksi prostaglandin (sebuah zat spesifik yang
menyebabkan rasa sakit dan demam) untuk mengurangi respons tubuh terhadap serangkaian
proses kimia yang akhirnya menuju terbentuknya rasa sakit.
Indikasi:
Meringankan rasa sakit, nyeri otot dan sendi, demam, nyeri karena haid, migren, sakit kepala
dan sakit gigi tingkat ringan hingga agak berat.
Kontraindikasi
Tukak lambung dan peka terhadap derivet asam salisilat, penderita asma dan alergi,
penderita yang pernah atau sering mengalami pendarahan di bawah kulit, penderita hemofilia;,
anak-anak di bawah umur 16 tahun.
Dosis:
-
Dewasa
Untuk pemakaian efektif, tiap tablet sebaiknya diminum dengan banyak air. Juga disarankan
untuk terlebih dahulu melarutkan tablet di dalam air dan meminumnya dengan kira-kira
hingga 1 gelas air. Ini memungkinkan proses pelarutan yang cepat di dalam lambung dan
penyerapan bahan aktif yang cepat ke dalam saluran darah melalui usus, hingga membuatnya
lebih efektif.
-
Pasien dengan flu, cacar air, atau demam haemoragis, nyeri gastro-intestinal (GI) atau asma.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Zat berkhasiat yang dapat dijadikan sebagai obat penurun demam adalah
asetosal. Asam asetil salisilat atau asetosal banyak dijumpai dalam berbagai nama
paten, salah satunya yang terkenal adalah Aspirin. Yang berguna untuk mengurangi
rasa sakit, misalnya: sakit kepala, nyeri otot, nyeri tulang, nyeri haid), Menurunkan
demam, misalnya: demam setelah imunisasi, Antiradang, misalnya: radang sendi
rematoid, radang tulang dan sendi.
Seperti halnya obat-obat analgesik yang lain, ia bekerja dengan cara
menghambat sintesis prostaglandin. Prostaglandin sendiri adalah suatu senyawa
dalam tubuh yang merupakan mediator nyeri dan radang/inflamasi. Ia terbentuk
dari asam arakidonat pada sel-sel tubuh dengan bantuan enzim cyclooxygenase
(COX). Dengan penghambatan pada enzim COX, maka prostaglandin tidak
terbentuk, dan nyeri atau radang pun reda.
Prostaglandin juga merupakan senyawa yang mengganggu pengaturan suhu
tubuh oleh hipotalamus sehingga menyebabkan demam. Hipotalamus sendiri
merupakan bagian dari otak depan kita yang berfungsi sebagai semacam
termostat tubuh, di mana di sana terdapat reseptor suhu yang disebut
termoreseptor. Termoreseptor ini menjaga tubuh agar memiliki suhu normal, yaitu
36,5 37,5 derajat Celcius.
Pada keadaan tubuh sakit karena infeksi atau cedera sehingga timbul radang,
dilepaskanlah prostaglandin tadi sebagai hasil metabolisme asam arakidonat.
Prostaglandin akan mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus, di mana
hipotalamus akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal).
Adanya peningkatan titik patokan ini disebabkan karena termostat tadi
menganggap bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas normal. Akibatnya
terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya proses mengigil ini ditujukan utuk
menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Adanya perubahan suhu tubuh di
atas normal karena memang setting hipotalamus yang mengalami gangguan oleh
mekanisme di atas inilah yang disebut dengan demam. Karena itu, untuk bisa
mengembalikan setting termostat menuju normal lagi, perlu menghilangkan
prostaglandin tadi dengan obat-obat yang bisa menghambat sintesis prostaglandin.
Asetosal dapat mengencerkan darah. Karena asetosal bekerja secara cukup
kuat pada enzim COX-1 yang mengkatalisis pembentukan tromboksan dari platelet,
suatu keping darah yang terlibat dalam proses pembekuan darah. Penghambatan
sintesis tromboksan oleh asetosal menyebabkan berkurangnya efek pembekuan
darah. Sehingga, asetosal bahkan dipakai sebagai obat pengencer darah pada
pasien-pasien pasca stroke untuk mencegah serangan stroke akibat tersumbatnya
pembuluh darah.
IMPLIKASI : Karena memiliki efek pengencer darah, maka tentu tidak tepat
jika digunakan sebagai obat turun panas pada demam pada penderita demam
berdarah. Karena pada demam berdarah sudah ada risiko perdarahan karena
berkurangnya trombosit.
1.2
Tujuan